OLEH :
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, yang tiada putus putus-Nya
sehingga atas hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul Pengendalian Vektor Di Rumah. Shalawat serta salam kami haturkan
kepada baginda Rasulullah yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
ke alam yang terang-menerang.
Adapun dalam makalah ini terdapat 3 bab, yang meliputi bab 1 berisi
pendahuluan, bab 2 berisi tentang tinjauan pustaka, bab 3 penutup tentang
kesimpulan dan saran. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi rumah dapat dikatakan baik apabila memenuhi salah satu
kriteria rumah sehat yaitu memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit (Auliya, 2014). Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis
penyakit berbasis lingkungan (Pramudiyani dkk, 2014). Menurut Peraturan
Pemerintah RI No.12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi
sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persyaratan Kesehatan Rumah
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia. Sebagai tempat berlindung dari segala cuaca, sekaligus sebagai
tempat tumbuh kembang dan berkumpulnya komunitas terkecil manusia, yaitu
keluarga. Setiap keluarga yang menghuni rumah masing-masing layak
mendapatkan keamanan dan kenyamanan (Ramadhan dkk, 2016). Rumah
adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4
Tahun 1992).
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi
WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150
µg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m 3 per 24 jam, plumbum (Pb)
kurang dari mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux
dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 oC;
b. Kelembaban udara 40 – 70 %;
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
5. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/ orang/hari;
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang
9. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2
orang tidur.
1. Secara Fisik : Menguras bak mandi, menutup tempayam yang berisi air,
mengubur barang-barang bekas, menghilangkan sarang nyamuk,
membersihkan container, membersihkan lingkungan, dan sebagainya.
2. Secara Kimia : Menggunakan bubuk abate, fogging
3. Secara Biologi : Memelihara ikan di bak mandi, menggunakan EMV
(elektric mat vaporizer) ekstrak daun bakau dan dengan menggunakan
bakteri pathogen B. thuringiensis.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin, sehingga keberadaannya
tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah. Cara
pengendalian vektor antara lain usaha pencegahan (prevention), usaha
penekanan (suppression), dan usaha pembasmian (eradication).
Sanitasi lingkungan yang tidak memadai merupakan tempat yang sangat
baik untuk berkembang biaknya berbagai vektor penyakit. Upaya menjaga
sanitasi rumah agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya suatu penyakit
yaitu dengan cara : membuang sampah pada tempatnya, pemilahan sampah,
menyapu dan mengepel lantai secara teratur, dan membuang barang yang sudah
tidak terpakai.
3.2 Saran
a. Bagi pemerintah diharapkan mampu memberikan program pembelajaran
dan pelatihan kepada fasyankes terkait pengendalian vektor agar dapat
diimplementasikan secara berkala atau sewaktu-waktu.
b. Bagi masyarakat diharapkan mampu melakukan sanitasi rumah dalam
rangka pengendalian vektor dirumah untuk mencegah sumber penularan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ardina, R., Nurhalina, N., Suratno, S., Purbayanti, D., Sartika, F., & Agus, A.
(2018). SURVEI JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI PERUMAHAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENTENG KOTA PALANGKA
RAYA: Aedes aegypti Mosquito Survey in Housing Area of Puskesmas
Menteng Palangka Raya. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian
kepada Masyarakat, 3(1), 55-61.
Auliya, R. (2014). Hubungan antara strata PHBS tatanan rumah tangga dan sanitasi
rumah dengan kejadian leptospirosis. Unnes Journal of Public Health, 3(3).
Boesri, H. B., Heriyanto, B., Susanti, L., & Handayani, S. W. (2015). Uji repelen
(daya tolak) beberapa ekstrak tumbuhan terhadap gigitan nyamuk Aedes
aegypti vektor demam berdarah dengue. Vektora: Jurnal Vektor dan
Reservoir Penyakit, 7(2), 79-84.
Indonesia, P. R., & Indonesia, P. R. (1992). Undang Undang No. 4 Tahun 1992
Tentang: Perumahan dan Pemukiman. Lembaran Negara RI Tahun, 115.
Petersen, L. R., Beard, C. B., & Visser, S. N. (2019). Combatting the increasing
threat of vector-borne disease in the United States with a national vector-
borne disease prevention and control system. The American journal of
tropical medicine and hygiene, 100(2), 242.