Anda di halaman 1dari 29

PENGAMBILAN SAMPEL RUMAH UNTUK PEMERIKSAAN

KONDISI KESEHATAN PERUMAHAN

Dosen Pembimbing :

Imam Thohari, ST., MMKes

Narwati, SSi., MKes

Disusun Oleh :

Kelompok B

M. Ibrahim A. (P27833319020) Rista Aisya Dewi (P27833319031)

Muhammad Ulil A H (P27833319021) Silvia Retna N (P27833319032)

Novi Fauziyah (P27833310023) Sugiana (P27833319033)

Nurita Kholifah U. (P27833319025) Tengku H. A. U (P27833319034)

Puan Maharani (P27833319026) Tia Monica K. (P27833319035)

Puteri Jasmine A. (P27833319027) Vildiviya M. (P27833319036)

Rahma Indah A (P27833319028) Vira Febyana (P27833319037)

Rahmadhani Isna R (P27833319029) Yumna Ayunnisa N. S (P27833319038)

Rieke Indah M (P27833319030) Firdausy Lintang T. (P27833319039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN AJARAN 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Mengambil Sampel Rumah Untuk Pemeriksaan Kondisi Kesehatan Perumahan”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
wawasan bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah yang telah ia buat.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala urusan kami. Aamin.

Surabaya, 24 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... .
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 2
C. TUJUAN ........................................................................................................................ 3
D. MANFAAT .................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
A. KONSEP DASAR SAMPLING PERUMAHAN ....................................................... 4
B. TEKNIK SAMPLING .................................................................................................. 5
C. CARA PENENTUAN SAMPEL RUMAH UNTUK PENILAIAN ....................... 10
D. PERHITUNGAN BESARNYA SAMPEL RUMAH ............................................... 13
E. PETA WILAYAH SASARAN PEMUKIMAN ........................................................ 15
PENUTUP............................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 17
B. SARAN ......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
LAMPIRAN............................................................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia
dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan hampir
separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan sangat
berdampak terhadap kondisi kesehatannya (Depkes RI, 2002). Rumah seharusnya
menjadi tempat yang bebas dari gangguan, rasa kebersamaan. Rumah yang sehat
mampu melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin,
hama, bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit (Wicaksono,
2009).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia juga merupakan determinan
kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan
fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus
memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat
tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan saran yang terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial
(Keman, 2005)
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya
(Dinkes, 2009).
Hampir setiap hari orang bertempat tinggal di rumah. Apabila rumah tidak
sehat maka akan berpengaruh terhadap kesehatan. Penyakit yang terkait dengan
lingkungan rumah yang tidak sehat bervariasi tergantung kondisi perumahan misalnya
penerangan, ventilasi, kelembaban udara, kondisi debu/kebersihan, pengelolaan
sampah, pembuangan air limbah, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2008). Berbagai
penyakit timbul di masyarakat seperti diare, infeksi saluran pernafasan bagian atas
(ISPA), TB paru, tetanus, malaria, demam berdarah dan lain sebagainya. Penyakit-
penyakit tersebut sangat erat kaitannya dengan keadaan lingkungan yang kurang
1
sehat. Lingkungan perumahan merupakan salah satu diantaranya yang selalu
berinteraksi dengan manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia akan berada
di rumah. Rumah yang buruk/kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit
dan gangguan kesehatan seperti infeksi saluran napas, infeksi pada kulit, infeksi
akibat infestasi tikus, arthropoda (filum terbesar dari hewan), kecelakaan, mental dan
sick building syndrome yang terdiri dari batuk kering, iritasi mata dan THT (Telinga
Hidung Tenggorokan), kulit kering dan gatal, badan lemah lebih dari dua minggu.
Sehingga kualitas rumah akan berdampak pada kondisi kesehatannya (Eka, 2011).
Untuk menciptakan rumah sehat maka masyarakat perlu mengetahui
komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah (1)
Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberikan
kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bangunan dengan
tanah; (2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10cm dari pekarangan
dan 25cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari
papan atau anyaman bambu; (3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai
ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai; (4)
Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,
menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya; (5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap
panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman
bambu, triplek atau gipsum; serta (6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan
panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin, dan air hujan. Rumah
yang sehat juga bersinergi dengan sisi penghematan, baik biaya maupun energi.
Berhemat bukan cuma tentang pemilihan bahan dan material namun termasuk juga
bagaimana cara pemakaiannya dan perawatannya. Jika kebersihan rumah sudah dijaga
dengan baik, dibersihkan secara teratur, bahan makanan dan sisa makanan disimpan
aman dan suasana rumah (penukaran udara segar, ventilasi, dan cahaya) nyaman
maka sebagian besar hama penyakit tidak akan masuk (Widmer. P, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep dasar sampling perumahan?
2. Sebutkan dan jelaskan apa saja teknik sampling?
3. Bagaimana cara menentukan atau memilih sampel rumah untuk penilaian
kondisi kesehatan perumahan?
2
4. Bagaimana perhitungan besarnya sampel rumah untuk penilaian kondisi
kesehatan perumahan?
5. Apa saja yang terdapat dalam peta wilayah sasaran pemukiman?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya pembelajaran mata kuliah Sanitasi Permukiman melalui
pemberian tugas kepada mahasiswa untuk meningkatkan minat baca utamanya
mengenai pemahaman tentang tata cara mengambil sampel rumah untuk
pemeriksaan kondisi kesehatan perumahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui konsep dasar sampling
perumahan
b. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja teknik sampling
c. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara menentukan atau memilih
sampel rumah untuk penilaian kondisi kesehatan perumahan
d. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perhitungan besarnya sampel
rumah untuk penilaian kondisi kesehatan perumahan
e. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja yang terdapat dalam peta
wilayah sasaran pemukiman

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mendapat pengalaman langsung dalam mencari materi, penyusunan makalah
dan power point dalam pemenuhan mata kuliah Sanitasi Permukiman
2. Bagi Kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal akademis dan
kreativitas yang dimiliki peserta didik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR SAMPLING PERUMAHAN


Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni (UU No. 1 Tahun
2011).
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi. Sampel
yang merupakan sebagian dari populasi tersebut, kemudian diteliti dan hasil penelitian
(kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).
Penentuan sampel merupakan proses yang cukup kritis dalam penelitian
perumahan dan permukiman, karena akan sangat menentukan tingkat generalisasi
yang dapat dicapai dalam suatu penelitian. Begitu pentingnya kualitas sampel,
sehingga hasil penelitian dianggap tidak bernilai apabila sampel yang digunakan tidak
memenuhi persyaratan akurasi, kesahihan serta keandalan. Beberapa kajian bahkan
menyebutkan bahwa pada kondisi populasi yang paling ideal pun, pengambilan
sampel secara tepat untuk suatu permasalahan penelitian merupakan pekerjaan yang
penuh tantangan, karena akurasi parameternya tak pernah diketahui secara mutlak.
Dalam penelitian di bidang perumahan dan permukiman, penentuan sampel
sangat perlu diperhatikan, mengingat karakteristik permasalahannya yang multi
dimensi, sangat beragam dan luas cakupan wilayah populasinya. Peneliti akan selalu
berhadapan dengan pertanyaan kritis sebagai berikut: apakah sampel yang diambil
sudah mewakili populasi yang ada, dan mempunyai tingkat kesahihan dan keandalan
yang tinggi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut masih harus diuji dengan batasan anggaran dan waktu penelitian.
Untuk mendapatkan sampel yang berkualitas dalam penelitian di bidang
perumahan dan permukiman, peneliti juga harus meminimumkan kesalahan dalam
pengambilan sampel. Untuk itu peneliti perlu memahami dengan baik problematika
penentuan sampel, sehingga diperoleh strategi yang optimal dalam penentuan sampel
penelitiannya.

4
B. TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling merupakan bagian dari ilmu statistik mengenai pengambilan


sebagian anggota dari populasi. Jika pengambilan sebagian anggota populasi
dilakukan dengan benar, maka analisis statistik dari sebagian populasi tersebut dapat
digunakan untuk mengambil kesimpulan tentang seluruh populasi. Teknik sampling
didasarkan kepada probability sampling dan non-probability sampling.

1.) PROBABILITY SAMPLING


Probability sampling merupakan teknik sampling yang dilaksanakan dengan
memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk
terpilih menjadi sampel. Pengambilan sampel berdasarkan probability sampling
dapat dilaksanakan dengan 2 cara yaitu:
1. Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement)
Pengambilan sampel manakala anggota populasi dapat terpilih menjadi
sampel lebih dari 1 kali. Hal ini diakibatkan sampel yang terambil
dikembalikan lagi ke populasi sebelum pengambilan sampel berikutnya.
2. Sampling tanpa pengembalian (sampling without repacement)
Pengambilan sampel ketika anggota populasi dapat terpilih menjadi
sampel hanya 1 kali saja. Hal ini diakibatkan sampel yang terambil tidak
dikembalikan lagi ke populasi dan langsung dilanjutkan pengambilan sampel
berikutnya
Beberapa teknik sampling yang didasarkan kepada probability sampling
diuraikan di bawah ini:
a. Sampel acak sederhana
Sampel acak sederhana (simple random sampling) adalah metode
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
tingkatan atau kelompok populasi. Metode ini dipergunakan jika populasinya
homogen atau relatif homogen.

5
b. Sampel acak berlapis

Sampel acak berlapis (stratified random sampling) adalah metode


pengambilan sampel ketika populasi yang berukuran N dibagi menjadi subsub
populasi yang masing-masing terdiri atas N1, N2, ..., NL. Semua sub populasi
tidak boleh ada yang tumpang tindih, sehingga:

N1+ N2+ ...+ NL= N

Populasi dalam sampel acak berlapis dibagi ke dalam strata-strata (N1,


N2, ..., NL). Kunci daripada pembentukan strata adalah elemen dalam 1 strata
relatif homogen sedangkan elemen antar strata relatif heterogen.

c. Sampel acak berkelompok

Dalam sampel acak kelompok (cluster random sampling), populasi


dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri atas
beberapa elemen. Selanjutnya dari semua kelompok yang ada, diambil
beberapa kelompok sebagai sampel. Dengan demikian, yang diperlukan dalam
sampel acak kelompok adalah daftar kelompok, bukan daftar elemen. Karena
jumlah seluruh kelompok jauh lebih sedikit daripada jumlah seluruh elemen,
maka biaya dan waktu yang diperlukan dalam sampel acak kelompok jauh
lebih sedikit. Sampel yang diambil dengan metode sampel acak kelompok
adalah mengambil sampel beberapa kelompok secara acak. Selanjutnya jika
sampel kelompok telah terpilih, maka dilanjutkan dengan mendata semua
elemen dalam kelompok-kelompok yang terpilih. Metode ini akan jauh lebih
hemat waktu dan tenaga karena tidak semua elemen di semua kelompok harus
dicari datanya.

6
d. Sampel acak 2 tahap
Sampel acak 2 tahap (two stage random sampling) adalah pengambilan
sampel yang dilakukan dalam dua tahap dan biasanya berdasarkan pembagian
wilayah kerja suatu pemerintahan. Pengambilan sampel pada tahap pertama
dilakukan dengan jalan mengambil sejumlah kelompok tertentu secara acak
dan dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu dengan cara mengambil beberapa
elemen dari kelompok yang terpilih

e. Sampel acak sistematis

Sampel acak sistematis (systematic random sampling) merupakan


alternatif lain dalam pengambilan sampel yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar. Pengambilan sampel
acak secara sistematis adalah suatu metode manakala hanya anggota pertama
dari sampel yang dipilih secara acak sedang anggota selanjutnya dipilih secara
sistematis menurut suatu pola tertentu. Penarikan sampel acak sistematik
dilakukan dengan cara hanya mengambil satu angka acak saja dan sampel
yang lainnya akan mengikuti dengan cara menghitung intervalnya

2.) NON-PROBABILITY SAMPLING

Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara


sampel diambil tidak secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
dapat diperoleh karena kebetulan atau karena ada faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan. Pengambilan sampel dengan cara non- probability sampling
tidak dapat dilanjutkan sampai membuat suatu kesimpulan tentang populasi. Hal
ini disebabkan pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak. Beberapa
teknik sampling yang didasarkan kepada non-probability sampling diuraikan di
bawah ini:

a. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam suatu penelitian. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan. Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara sengaja dengan
jalan mengambil sampel tertentu saja yang mempunyai karakteristik, ciri,

7
kriteria, atau sifat tertentu. Dengan demikian, pengambilan sampelnya
dilakukan tidak secara acak.
b. Accidental Sampling
Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara
memilih siapa yang kebetulan dijumpai. Dengan demikian, accidental
sampling berdasar pada faktor spontanitas, artinya siapa saja yang tidak
sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik maka orang
tersebut dapat dijadikan sebagai sampel (responden). Kelebihan dari
accidental sampling adalah pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Sedangkan kelemahan dari accidental sampling adalah
sampel yang diperoleh mungkin tidak representatif
c. Quota Sampling
Quota sampling adalah pengambilan sampel dengan cara menetapkan
sejumlah tertentu sebagai target (kuota) yang harus dipenuhi dalam
pengambilan sampel dari populasi. Dalam kasus ini jumlah populasinya tidak
jelas atau tidak terhingga. Pengambilan sampel sejumlah kuota yang
diinginkan dilakukan dengan jalan mengambil sampel yang sesuai dengan
kriteria yang diinginkan. Pengambilan sampel akan dihentikan jika sampel
yang terambil telah memenuhi kuota dan sebaliknya pengambilan sampel akan
tetap dilakukan jika kuota sampel belum terpenuhi.
d. Saturation Sampling
Saturation sampling adalah pengambilan sampel dengan cara
mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.
Banyaknya populasi dalam kasus ini tidak terlalu banyak atau penelitian yang
akan diangkat mempunyai kesalahan yang sangat kecil. Kelebihan dari
pengambilan sampel dengan teknik saturation sampling adalah tingkat
kesalahannya yang relatif kecil. Sedangkan kelemahan dari teknik saturation
sampling adalah tidak cocok pada kasus manakala banyaknya populasi besar
atau sangat besar
e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah pengambilan sampel dengan cara berantai
(multi level). Pengambilan sampel dengan teknik ini dimulai dengan jumlah
sampel kecil yang kemudian membesar yang diibaratkan sebagai bola salju
yang menggelinding dan lama kelamaan bola salju tersebut menjadi besar.
8
Kelebihan dari pengambilan sampel dengan teknik snowball sampling adalah
mudah dilaksanakan, sedangkan kelemahan dari teknik snowball sampling
adalah memerlukan waktu yang relatif lama. (Akhmad Fauzy,2019).

C. CARA PENENTUAN ATAU MEMILIH SAMPEL RUMAH UNTUK


PENILAIAN KONDISI KESEHATAN PERUMAHAN
Berdasarkan Kepmenkes RI No.829/Menkes/ SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan, disusun pedoman teknis penilaian rumah sehat
yang telah disempurnakan. Parameter rumah yang dinilai dalam penilaian rumah sehat
meliputi tiga kelompok komponen penilaian yang terdiri dari komponen rumah,
sarana sanitasi dan perilaku penghuni. Penilaian kesehatan rumah terdiri dari 3
kelompok penilaian yaitu komponen rumah (langit- langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur dan pencahayaan),
sarana sanitasi (sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran dan sarana pembuangan
air limbah dan sarana pembuangan sampah/tempat sampah) dan perilaku penghuni
(membuka jendela kamar tidur, membuka jendela kamar keluarga, membersihkan
rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban dan membuang
sampah pada tempat sampah). Masing-masing penilaian 3 kelompok kesehatan rumah
sebagai berikut :

1. Kriteria Rumah Sehat

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :

9
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antara anggota keluarga, dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antara penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sepadan
jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan didalam
rumah.

2. Indikator Rumah Yang Dinilai

Lingkup penilaian rumah dilakukan terhadap kelompok higiene rumah, sarana


sanitasi, dan perilaku penghuni rumah sebagai berikut :
a. Kelompok higiene rumah, meliputi :
1) Langit-langit
2) Dinding
3) Lantai
4) Jendela kamar tidur
5) Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
6) Ventilasi
7) Sarana pembuangan asap dapur
8) Pencahayaan
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi :
1) Sarana air bersih
2) Sarana pembuangan kotoran
3) Sarana pembuangan air limbah
4) Sarana pembuangan sampah
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi :
1) Membuka jendela kamar tidur
2) Membuka jendela ruang keluarga

10
3) Membersihkan rumah dan halaman
4) Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
5) Membuang sampah pada tempat sampah

3. Langkah-Langkah Penilaian
a. Persiapan
Sebelum melakukan penilaian perlu dipersiapkan :
1) Jumlah sampel
Penilaian rumah sehat dapat dilakukan antara lain dengan survei cepat
atau dengan cara sejenis.
2) Penentuan jumlah sampel berdasarkan dengan kaidah survei. Pada keadaan
yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan survei secara menyeluruh
dapat dilakukan secara terbatas dengan mengambil sampel yang mewakili
kondisi rumah disuatu wilayah.
3) Sasaran survei
Sasaran survei adalah rumah-rumah yang berpengaruh pada suatu
wilayah
4) Bahan dan alat
Sebelum melakukan survei perlu dipersiapkan formulir penilaian
rumah sesuai dengan jumlah rumah yang akan disurvei atau dinilai,
termasuk alat tulis.
5) Waktu
Penilaian rumah sehat dapat dilakukan setahun sekali. Sedangkan
pembinaan untuk meningkatkan kondisi rumah dapat dilakukan minimal 3
bulan sekali.
6) Pelaksanaan
Penilaian rumah dilakukan oleh petugas atau kader yang
berpengalaman atau terlatih baik dari sektor kesehatan maupun sektor lain,
melalui observasi atau pengamatan langsung ke rumah sasaran dengan
bimbingan dari Sanitarian Puskesmas atau petugas Kesehatan Lingkungan
Kabupaten/Kota. Apabila dilapangan petugas penilai menemukan keluarga
yang menempati rumah yang kurang sehat dapat secara langsung melakukan
penyuluhan untuk memotivasi agar meningkatkan kondisi rumahnya atau

11
dapat berkoordinasi dalam pembinaan dengan PKK setempat (kader
dasawisma).
b. Pengolahan data dan analisa data
Petugas Sanitasi Puskesmas melakukan tabulasi hasil pengumpulan
data di lapangan. Hasil tabulasi dari masing-masing wilayah kecamatan
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
dianalisa berdasarkan kriteria penilaian sehingga didapatkan gambaran
kondisi rumah di tingkat Kabupaten/Kota. Sanitarian Puskesmas dapat
melakukan analisa hasil penilaian rumah dan dapat ditindaklanjuti sebagai
bahan rekoendasi kepada Camat.
c. Rekomendasi dan tindak lanjut
1. Tingkat kecamatan
Di tingkat kecamatan kepala puskesmas menyampaikan
rekomendasi kepada camat dan sektor terkait tentang presentase
keluarga yang menempati rumah sehat sebagai masukan kondisi faktor
resiko rumah guna intervensi penyehatan perumahan di wilayahnya.
2. Tingkat kabupaten
Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan analisis kondisi
rumah di wilayahnya. Hasil analisis tersebut beserta rekomendasinya
di laporkan kepada bupati/walikota dan sektor terkait guna upaya
tingkat lanjut.
a) Pengendalian faktor lingkungan (misalnya perbaikan SAB,
jamban, pengendalian vektor, pembuangan sampah)
b) Perbaikan komponen rumah ( misalnya perbaikan ventilasi, lantai,
genteng kaca)
c) Penyuluhan penyehatan perumahan ( misalnya PHBS, perbaikan
lingkungan)
D. PERHITUNGAN BESARNYA SAMPEL RUMAH UNTUK PENILAIAN
KONDISI KESEHATAN PERUMAHAN
Sampel merupakan sebagian atau perwakilan dari populasi sehingga hasil
penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar dan peneliti
memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu

12
mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau kemudian menentukan jumlah
sampel dan teknik sampling yang akan digunakan.
Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk
memperoleh hasil yang baik adalah 30 sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survei
jumlah sampel minimum adalah 100. Besaran dan jumlah sampel sangat bergantung
pada besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Semakin besar
jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi)
makan semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Sampel diambil secara acak sesuai proporsi pada setiap wilayah perumahan di
RT/RW dengan pertimbangan kesediaan pemilik rumah untuk dilakukan penelitian.
Pengukuran kondisi rumah dilakukan secara observasi menggunakan formulir rumah
sehat, dengan indikator terdiri dari komponen fisik rumah, sarana sanitasi dan
perilaku. Beberapa rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel antara
lain :
1. Rumus Slovin
Rumus ini digunakan untuk populasi kecil yaitu < 10.000. Berikut rumus slovin
menurut Ismail (2018) :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi

d = Derajat kepercayaan/Nilai presisi 95% atau ∝ = 0,05

Misalnya, jumlah populasi adalah 125 dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
n = (dibulatkan 95)
2. Tabel Isaac dan Michael

13
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5%, dan
10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran
sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
(Hendryadi, 2010).

E. Peta Wilayah Sasaran Pemukiman

14
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik sampling merupakan bagian dari ilmu statistik mengenai pengambilan


sebagian anggota dari populasi. Penentuan sampel sangat perlu diperhatikan, mengingat
karakteristik permasalahannya yang multi dimensi, sangat beragam dan luas cakupan
wilayah populasinya. Penentuan sampel merupakan proses yang cukup kritis dalam
penelitian perumahan dan permukiman, karena akan sangat menentukan tingkat
generalisasi yang dapat dicapai dalam suatu penelitian. Begitu pentingnya kualitas
sampel, sehingga hasil penelitian dianggap tidak bernilai apabila sampel yang digunakan
tidak memenuhi persyaratan akurasi, kesahihan serta keandalan maka pengambilan
sampling populasi harus dilakukan dengan benar agar sampling populasi tersebut dapat
digunakan untuk mengambil kesimpulan tentang seluruh populasi.

Teknik sampling didasarkan probability sampling dan non-probability sampling.


Probability sampling merupakan teknik sampling yang dilaksanakan dengan memberikan
peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.
Pengambilan sampel berdasarkan probability sampling dapat dilaksanakan dengan 2
metode cara yaitu:

1. Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement)


2. Sampling tanpa pengembalian (sampling without repacement)

dari 2 metode tersebut teknik pengambilan sampel dapat dilakukan secara

1. Sampel acak sederhana


2. Sampel acak berlapis
3. Sampel acak berkelompok
4. Sampel acak 2 tahap

Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara sampel


diambil tidak secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel dapat diperoleh
karena kebetulan atau karena ada faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan.Pengambilan sampel dengan cara non- probability sampling tidak dapat
dilanjutkan sampai membuat suatu kesimpulan tentang populasi. Hal ini disebabkan

16
pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak. Beberapa teknik sampling yang
didasarkan kepada non-probability sampling yaitu:

1. Purposive Sampling
2. Accidental Sampling
3. Quota Sampling
4. Saturation Sampling
5. Snowball Sampling.

Penentuan penilaian sampel rumah didasarkan pada Kepmenkes RI No.829/Menkes/


SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Parameter rumah yang dinilai
dalam penilaian rumah sehat meliputi tiga kelompok komponen penilaian yang terdiri dari
komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni.
Langkah-langkah melakukan sampling rumah untuk penilaian kondisi kesehatan
perumahan
a. Persiapan
Sebelum melakukan penilaian perlu dipersiapkan dengan penentuan :
1. Jumlah sampel
2. Penentuan sampel
3. Sasaran survei
4. Bahan dan alat
5. Waktu / Periode Penilaian
6. Pelaksanaan
b. Pengolahan data dan analisa data
c. Rekomendasi dan tindak lanjut
1. Tingkat kecamatan
2. Tingkat kabupaten
sektor terkait guna upaya tingkat lanjut.
a) Pengendalian faktor lingkungan
b) Perbaikan komponen rumah
c) Penyuluhan penyehatan perumahan
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengambilan sampel rumah harus memahami macam-
macam teknik pengambilan sampel dan memperhatikan cara penentuan sampel terlebih

17
dahulu, agar diperoleh hasil yang representative. Selain itu dalam melakukan penilaian
kondisi rumah harus menggunakan indicator rumah sehat dan beracuan pada persyaratan
kesehatan perumahan

18
DAFTAR PUSTAKA

A. Adib Abadi. 2006. Problematika Penentuan Sampel Dalam Penelitian Bidang Perumahan
dan Permukiman. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34, No. 2, Desember 2006: 138 –
146.

Ahyanti, M. (2020). Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan Riwayat Penyakit


Berbasis Lingkungan. Jurnal Kesehatan, 11(1), 44-50.

Akhmad Fauzy. (2019). Metode Sampling. Banten. Universitas Terbuka. B1-Buku-1-


ok_Metode-Sampling.pdf (uii.ac.id) Diakses pada 23 Februari 2022 pukul 14:32

Hendryadi. (2010). Populasi dan Sampel. Diakses dari


https://teorionline.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan-sampel/ tanggal 24
Februari 2022.

Ir.Arief Sabaruddin.CES. (2011). Modul Rumah Sehat. Bandung : Kementerian Pekerjaan


Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman

Ismail, S. (2018). Hubungan Kegiatan Penyuluhan Sosial Keliling Dengan Kemampuan


Karang Taruna. IDEA (Jurnal Humaniora), 1, No.1, 96- 108.

ka Vida Norihwadziyah. (2014). Hubungan Kesehatan Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baamang I Kecamatan Baamang
Kabupaten Kotawaringin Timur. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya

Perturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG


PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Sinaga, Yulia. (2016). Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis
Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten

19
Humbang Hasundutan Tahun 2016. Skripsi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera
Utara.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1

FORMULIR PENILAIAN RUMAH SEHAT

(Berdasarkan Pedoman Teknik Penilaian Rumah Sehat (Direktorat Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 2007) yang disusun berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
Kesehatan Perumahan)

a. Nama Pemilik Rumah :


b. Alamat :
c. Kelurahan :
d. Tanggal :

No. Komponen yang Kriteria Nilai Bobot Hasil


Diperiksa Penilaian

I KOMPONEN 31
RUMAH

1. Langit- langit 1 Tidak ada 0

2 Ada,kotor, sulit 1
dibersihkan dan
rawan kecelakaan

3 Ada, bersih dan 2


tidak rawan
kecelakaan

2. Dinding 1 Bukan tembok (dari 1


anyaman
bambu/ilalang

2 Semi 2
permanen/setengah
tembok/pasangan
bata/bata tidak
plester/papan tidak
kedap air

21
3 permanen/tembok 3
/pasangan bata
plester/papan kedap
air

3. Lantai 1 Tanah 0

2 papa/anyaman 1
bambu dekat
dengan
tanah/plesteran
yang retak/berdebu

3 diplester /ubin 2
/keramik/papan(ru
mah panggung)

4. Jendela kamar 1 Tidak ada 0


tidur
2 Ada 1

5. Jendela ruang 1 Tidak ada 0


keluarga
2 Ada 1

6. Ventilasi 1 Tidak ada 0

2 Tidak ada(buatan 1
AC)

3 Ada, luas ventilasi 1


permanen <10%
luas lantai

4 Ada luas ventilasi 2


permanen >10%
luas lantai

7. Lubang asap dapur 1 Tidak ada 0

2 Ada, lubang 1
ventilasi dapur
<10% luas lantai
dapur

3 Ada, lubang 2
ventilasi dapur
>10% luas lantai

22
dapur

8. Pencahayaan 1 Tidak terang, tidak 0


dapat untuk
membaca

2 Kurang terang, 1
kurang jelas untuk
membaca

3 Terang dan tidak 2


silau dapat untuk
membaca dengan
normal

II KOMPONEN 25
SARANA
SANITASI

1. Sarana air bersih 1 Tidak ada 0

2 Ada, bukan milik 1


sendiri, tidak
memenuhi syarat
kesehatan

3 Ada, milik sendiri 2


tidak memenuhi
syarat kesehatan

4 Ada, bukan milik 3


sendiri, memenuhi
syarat kesehatan

5 Ada, milik sendiri, 4


memenuhi syarat
kesehatan

2. Jamban/ sarana 1 Tidak ada 0


pembuangan
kotoran manusia 2 Ada, bukan leher 1
angsa, tidak ada
tutup, disalurkan
kesungai/kolam

3 Ada, bukan leher 2


angsa, ada tutup,
disalurkan
kesungai/kolam

23
4 Ada, bukan leher 3
angsa ada tutup
septic tank

5 ada , leher angsa, 4


septic tank

3. Sarana 1 Tidak ada, sehingga 0


Pembuangan Air tergnang tidak
Limbah (IPAL) teratur di halaman
rumah

2 Ada, diresapkan 1
tetapi mencemari
sumber air (jarak
dengan sumber air
<10 m)

3 Ada, dialirkan ke 2
sekolah terbuka

4 Ada, diresapkan, 3
tidak mencemari
symber air (jarak
dengan sumber air
>10m)

5 Ada, dialirkan ke 4
selokan tertutup
(saluran kota)
untuk diolah

4. Sarana 1 Tidak pernah 0


pembuangan dibuka
sampah
2 Ada, tidak kedap 1
air, tidak tertutup

3 Ada,kedap air,tidak 2
tertutup

4 Ada, kedap 3
air,tertutup

III PERILAKU 44
PENGHUNI

1. Membuka jendela 1 Tidak pernah 0


kamar tidur dibuka

2 Kadang-kadang 1

24
3 Dibuka setiap hari 2

2. Membuka jendela 1 Tidak pernah 0


ruang keluarga dibuka

2 Kadang-kadang 1

3 Dibuka setiap hari 2

3. Membersihkan 1 Tidak pernah 0


rumah dan
halaman 2 Kadang-kadang 1

3 Dibersihkan setiap 2
hari

4. Membuang tinja 1 Ke suangai/kebun/ 0


bayi dan balita ke kolam/sembarang
jamban tempat

2 Kadang-kadang ke 1
jamban

3 Ke jamban 2

5. Membuang 1 Ke sungai/ kebun/ 0


sampah pada kolam/ sembarang
tempat sampah tempat

2 Kadang -kadang ke 1
tempat sampah

3 Dibuang ke tempat 2
sampah

TOTAL

25
Lampiran 2

Tabel Isaac dan Michael

26

Anda mungkin juga menyukai