Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SANITASI PEMUKIMAN

“IDENTIFIKASI MASALAH SANITASI PERMUKIMAN”

Dosen Pengampu :

Kuat Prabowo, SKM, M.Kes


Agus Riyanto, SKM., M.K.M

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

Asyfi Maghfiroh (P21345119014)


Berliana Yuni Dwi Yanti (P21345119016)
Cindy Fadhilah Muryanto (P21345119017)
Dania Octavia Harisa (P21345119018)
Fildzah Natasya Wahyuningrum (P21345119027)
Grace Yanthree Sinaga (P21345119033)
Muhammad Aqiel Siroj (P21345119048)

Kelas : 2 DIII A Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA


II JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12120

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Identifikasi Masalah Sanitasi Permukiman” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta, 20 Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengawasan dan Pemantauan Sanitasi Permukiman......................................3

2.2 Metode Identifikasi Masalah Sanitasi Permukiman.......................................4

2.3 Pemecahan Masalah Sanitasi Permukiman....................................................8

2.4 Pencatatan dan Pelaporan.............................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah rumah dan permukiman di Indonesia bukan hanya terletak pada


kurangnya jumlah rumah di daerah perkotaan, tetapi menyangkut aspek kualitas
rumah dan aspek non fisik yaitu perilaku yang sangat mempengaruhi kesehatan
rumah. Rumah dan lingkungan permukiman yang sehat merupakan salah satu
kebutuhan dasar bagi keluarga untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan. Permukiman merupakan suatu keadaan atau tempat dimana
manusia dapat menetap/tinggal pada kedudukan yang tetap sehingga keluarga
dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi yang menguntungkan (Kasjono,
2011). Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin., bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan
dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas


lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologis maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya
(Kasjono, 2011). Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud yaitu mencakup
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum.

Masalah lingkungan yang buruk merupakan masalah lingkungan yang


kompleks. Tingkat kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mempengaruhi kualitas lingkungan. Tingginya angka kemiskinan
menimbulkan pesatnya arus urbanisasi masyarakat ke kota-kota besar sehingga
menimbulkan kekumuhan-kekumuhan baru di daerah sudut kota. Persyaratan
kesehatan lingkungan perumahan dan permukiman sangat diperlukan karena
pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat

1
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Sanitasi lingkungan pemukiman
meliputi: pengelolaan sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan
jamban (Yuniati, 2011).

Di Indonesia rendahnya kesejahteraan masyarakat serta rendahnya kualitas


lingkungan merupakan permasalahan yang sama bagi semua pemukiman. Kualitas
kesejahteraan yang rendah tercermin dari kondisi lingkungan dan rumah.
Lingkungan yang buruk dapat diidentifikasi dengan dilihat dari aspek-aspek yang
berpengaruh pada kualitas hunian tersebut seperti jaringan air bersih, drainase,
persampahan , fasilitas Mandi Cuci Kakus, tingkat kepadatan dan kemiskinan.
Berdasarkan berbagai aspek yang berpengaruh di atas, keberadaan MCK
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam penciptaan kualitas
lingkungan perumahan yang sehat, hal ini dikarenakan limbah yang dihasilkan
manusia tersebut apabila tidak dibuang pada tempat yag disediakan maka akan
menurunkan kualitas dari lingkungan serta menimbulkan berbagai macam
penyakit yang mengganggu kesehatan (Sutanto, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Pengawasan dan Pemantauan Sanitasi Permukiman?
2. Apa saja Metode Identifikasi Masalah Sanitasi Permukiman?
3. Apa saja Pemecahan Masalah Sanitasi Permukiman?
4. Apa saja Pencatatan dan Pelaporan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja Pengawasan dan Pemantauan Sanitasi
Permukiman?
2. Untuk mengetahui apa saja Metode Identifikasi Masalah Sanitasi
Permukiman?
3. Untuk mengetahui apa saja Pemecahan Masalah Sanitasi Permukiman?
4. Untuk mengetahui apa saja Pencatatan dan Pelaporan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengawasan dan Pemantauan Sanitasi Permukiman


Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 menjelaskan tentang
persyaratan kesehatan perumahan Persyaratan kesehatan perumahan dimaksudkan
untuk melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan
rumah tinggal yang tidak sehat.

Persyaratan kesehatan perumahan meliputi: Lingkungan perumahan yang


terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, kualitas
air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan
penghijauan. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan
penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular
penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.

Adanya suatu pengawasan dan pemantauan yaitu agar persyaratan


kesehatan perumahan dapat berjalan atau dilaksanakan dengan baik dan benar.
Pengawasan dan pemantauan dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh
petugas yang berwewenang, sehingga keluarga terlindungi dari dampak kualitas
lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat.

A. Metode Pengawasan dan Pemantauan


Metode pelaksanaan pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman secara
umum dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan survey (pengamatan langsung) dan pengukuran terhadap
parameter sanitasi permukiman yang telah ditentukan untuk memperoleh
data primer kondisi sanitasi pemukiman.
2. Pengambilan sampel parameter (air, limbah, debu dan sebagainya)
3. Pemeriksaan laboratorium dari sampel yang telah diambil
4. Mengadakan interview kepada masyarakat atau penghuni rumah melalui
instrumen dan check list yang telah dikembangkan

3
5. Mengumpulkan dan mempelajari data pendukung lain (data sekunder)
termasuk peraturan atau standar-standar indikator yang telah ditetapkan
6. Pengolahan data dan analisis hasil dengan membandingkan hasil temuan
tersebut dengan standar atau peraturan yang telah ditetapkan
7. Penyajian data dalam bentuk tabel, gambar/grafik dan interpretasinya
8. Desiminasi informasi : hasil interpretasi disampaikan kepada pemangku
kepentingan terkait guna proses pengambilan keputusan selanjutnya. Hasil
ini akan dipergunakan untuk:
a. Bahan penyusunan modelling perbaikan kualitas sanitasi pemukiman
b. Menyusun trend/kecenderungan kualitas sanitasi pemukiman dan
dampaknya terhadap kesehatan
c. Menyusun proyeksi kualitas sanitasi pemukiman
d. Bahan perencanaan jangka panjang pengelolaan kualitas sanitasi
pemukiman
9. Rekomendasi: menyampaikan hasil dari analisis kepada pemangku
kepentingan, opsi upaya penyehatan untuk dapat ditindak lanjuti.
10. Rencana Tindak Lanjut: berupa kegiatan yang dapat dilakukan rencana
tindak lanjut di setiap level
B. Periode Pengawasan dan Pemantauan
Pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman dilakukan secara:
1. Berkala sesuai dengan peraturan yang berlaku berupa laporan tertulis
2. Insidentil atau dilakukan secara mendadak terutama apabila terjadi masalah
atau kasus kesehatan

2.2 Metode Identifikasi Masalah Sanitasi Permukiman


Pengawasan dan pemantauan sanitasi permukiman dilakukan pada
beberapa aspek yaitu: aspek teknis, sosial dan administrasi.
1. Aspek teknis: Aspek teknis sanitasi permukiman meliputi:

4
(1) kelompok komponen rumah, langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur, pencahayaan;
(2) kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana
pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana
pembuangan sampah;
2. Aspek sosial Aspek sosial meliputi: kelompok perilaku penghuni, yaitu
perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga
dan tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak ke
kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.
3. Aspek administrasi Aspek administrasi meliputi: peraturan yang
digunakan sebagai acuan dalam melakukan sanitasi pemukiman, sumber
dana yang disediakan, sistem pencatatan dan pelaporan

Metode pelaksanaan pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman


secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Melakukan survey (pengamatan langsung) dan pengukuran terhadap


parameter sanitasi permukiman yang telah ditentukan untuk memperoleh
data primer kondisi sanitasi pemukiman.
2. Pengambilan sampel parameter (air, limbah, debu dan sebagainya)
3. Pemeriksaan laboratorium dari sampel yang telah diambil
4. Mengadakan interview kepada masyarakat atau penghuni rumah melalui
instrumen dan check list yang telah dikembangkan
5. Mengumpulkan dan mempelajari data pendukung lain (data sekunder)
termasuk peraturan atau standar-standar indikator yang telah ditetapkan
6. Pengolahan data dan analisis hasil dengan membandingkan hasil temuan
tersebut dengan standar atau peraturan yang telah ditetapkan
7. Penyajian data dalam bentuk tabel, gambar/grafik dan interpretasinya
8. Desiminasi informasi : hasil interpretasi disampaikan kepada pemangku
kepentingan terkait guna proses pengambilan keputusan selanjutnya. Hasil
ini akan dipergunakan untuk :

5
a. Bahan penyusunan modelling perbaikan kualitas sanitasi pemukiman
b. Menyusun trend/kecenderungan kualitas sanitasi pemukiman dan
dampaknya terhadap kesehatan;
c. Menyusun proyeksi kualitas sanitasi pemukiman
d. Bahan perencanaan jangka panjang pengelolaan kualitas sanitasi
pemukiman
9. Rekomendasi: menyampaikan hasil dari analisis kepada pemangku
kepentingan, opsi upaya penyehatan untuk dapat ditindaklanjuti.
10. Rencana Tindak Lanjut: berupa kegiatan yang dapat dilakukan rencana
tindak lanjut di setiap level

Sedangkan untuk pengawasan air minum secara khusus dilakukan sesuai


dengan Kepmenkes nomor 492 tahun 2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum sebagai berikut:

Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :


1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau kemasan
isi ulang

Kegiatan pengawasan air minum dilakukan oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota, yang meliputi:

1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi: Pada air minum perpipaan


maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air
minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses
pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai
dengan sambungan rumah bagi air minumn perpipaan.
2. Pengambilan sampel: Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus
dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut:
a. Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan:

6
(1) Pemeriksaan kualitas bakteriogi: Jumlah minimal sampel air
minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah :

TABEL 6.1 JUMLAH SAMPEL AIR MINUM UNTUK PEMERIKSAAN


BAKTERIOLOGI PADA JARINGAN DISRTRIBUSI AIR MINUM
PERPIPAAN

Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan < 5000 jiwa 1
sampel 5000 s/d 10 000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa > 100 000 jiwa 1
sampel per 10 000 jiwa, ditambah 10 sampel tambahan

(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi: Jumlah sampel air minum


perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah
sampel untuk pemeriksaan bakteriologi.
(3) Titik pengambilan sampel air: Harus dipilih sedemikian rupa
sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air
minum tersebut, termasuk sampel air baku.
b. Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang.
Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan, dengan ketentuan mimimal sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi: Jumlah minimal sampel air
minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau kemasan isi
ulang adalah sebagai berikut: Air baku diperiksa minimal satu
sampel tiga bulan satu kali; Air yang siap dimasukan kedalam
kemasan minimal satu sample sebulan sekali; Air dalam kemasan
minimal dua sampel satu,bulan,satu,kali.

7
(2) Pemeriksaan Kualitas Kimiawi: Jumlah minimal sampel air minum
adalah sebagai berikut: Air baku diperiksa minimal satu sampel
tiga bulan sekali; Air yang siap dimasukan kedalam kemasan
minimal satu sample sebulan sekali; Air dalam kemasan minimal
satu sampel satu bulan sekali.
(3) Pemeriksaan kualitas air minum Dilakukan di lapangan, dan di
Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium
lainnya yang ditunjuk.
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada
pemakai jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan
mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.
(5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan
sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya
pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen.

2.3 Pemecahan Masalah Sanitasi Permukiman


Dalam pengelolaan kualitas lingkungan dipemukiman, terdapat 5 aspek
yang harus diperhatikan, yaitu menurut (Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, 2003):

1.Aspek legal/peraturan, merupakan aspek yang menjadi dasar hukum dan


mengatur semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan, baik yang
terintegrasi atau sektoral.

2.Aspek institusi, merupakan aspek yang terkait dengan peran kelembagaan dalam
pengelolaan lingkungan, dalam hal ini termasuk juga LSM.

3.Aspek teknik operasional, merupakan aspek yang terkait dengan keberjalanan


teknik operasional dari suatu pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya
bentuk fisik teknologi dan bagaimana mengoperasikannya.

8
4.Aspek pembiayaan atau retribusi, merupakan aspek yang terkait dengan
pembiayaan dari suatu operasi pengelolaan lingkungan, siapa yang
membiayainya, dari mana asal dananya, serta besar biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengelola lingkungan.

5.Aspek peran serta masyarakat, merupakan aspek penting dalam pengelolaan


lingkungan. Pada dasarnya seperti apa kualitas lingkungan yang diperoleh akan
sangat tergantung pada kualitas peran serta masyarakat dalam mengelolanya.

Kelima aspek di atas tidak dapat berdiri sendiri untuk menghasilkan


kualitas lingkungan yang diharapkan, sebaliknya dibutuhkan keterpaduan.
Namun, kondisi riil yang sering terjadi, keterpaduannya masih belum optimal.
Kekurangan optimalan ini seringkali terjadi karena masih kurangnya kesadaran
masyarakat dalam mengelola lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan
sangat terkait pula dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka (kondisi
sosial, budaya, dan ekonomi) terhadap faktor-faktor pengaruh dalam pengelolaan
lingkungan.

Begitu banyak kasus terjadi di mana fasilitas yang telah dibangun


kemudian menjadi bangunan yang ditinggalkan begitu saja oleh pemakai
disebabkan pendekatan top down yang terlalu dominan dengan suatu kajian yang
hanya melihat pada sudut pandang teknis tanpa memperhatikan faktor-faktor
sosial. Pada kenyataannya, ternyata faktor-faktor sosial memegang peranan sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu program peningkatan sanitasi
lingkungan sehingga peran serta masyarakat menjadi kunci keberhasilan program.

Dalam melakukan berbagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat


dengan cara memperbaiki kondisi sanitasi di lingkungannya, beberapa hal yang
harus menjadi perhatian di antaranya adalah bagaimana tingkat perkembangan dan
kemajuan suatu desa, kondisi topopgrafi, dan mata.

9
2.4 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian penting dari pengawasan dan


pemantauan sanitasi pemukiman, karena dari pencatatan dan pelaporan dapat
diperoleh gambaran kondisi dan permasalahan sanitasi pemukiman suatu daerah
dan selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kebijaksanaan dan
langkahlangkah lebih lanjut dalam upaya peningkatan sanitasai pemukiman. Hasil
pengawasan sanitasi pemukiman dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas
Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara rutin,
minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena
terjadinya masalah kesehatan, maka pelaporannya wajib langsung dilakukan,
dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jenderal.

Dalam pelaksanaannya nanti, diperlukan sebuah kegiatan pemantauan,


untuk melihat ketepatan penggunaan sumber daya baik keuangan maupun
manusia. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengetahui hambatan/masalah dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kualitas proses di
kemudian hari. Pemantauan akan dilakukan untuk menilai capaian-capaian
subsektor sanitasi dan aspek perilaku hidup bersih dan sehat seperti tercantum di
bab 2 dan 4 dokumen. Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan
untuk:

1. Memverifikasi tingkat efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan


kegiatan.
2. Mengidentifikasi capaian dan kelemahannya.
3. Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan
pencapaian.
Pelaporan juga disampaikan kepada masyarakat disampaikan kepada tokoh
masyarakat, tokoh agama, perguruan tinggi/universitas maupun masyarakat
langsung. Pelaporan diberikan dalam bentuk audiensi dan forum selain laporan
tertulis. Media yang digunakan untuk pelaporan adalah presentasi dan sosialiasi

10
melalui media cetak dan elektronik. Pelaporan berkaitan dengan hasil pemantauan
pelaksanaan kegiatan serta perencanaan dan pengambilan keputusan wajib
disampaikan kepada Bupati dan ketua tim pengarah saat kegiatan pemantauan
pelaksanaan kegiatan telah selesai dilaksanakan.
Pelaporan berkaitan dengan hasil pemantauan capaian strategis
dilaksanakan setiap tahun. Pelaporan capaian strategis tahunan ini hanya
melaporkan tingkat kontribusi program dan kegiatan pemerintah Kabupaten dalam
mewujudkan tercapainya target strategis atau yang berkaitan dengan tujuan dan
sasaran subsektor sanitasi. Hasil survei tingkat kabupaten juga perlu disampaikan
dalam pelaporan pemantauan capaian strategis.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adanya suatu pengawasan dan pemantauan yaitu agar persyaratan
kesehatan perumahan dapat berjalan atau dilaksanakan dengan baik dan benar.
Pengawasan dan pemantauan dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh
petugas yang berwewenang, sehingga keluarga terlindungi dari dampak kualitas
lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat.

Begitu banyak kasus terjadi di mana fasilitas yang telah dibangun


kemudian menjadi bangunan yang ditinggalkan begitu saja oleh pemakai
disebabkan pendekatan top down yang terlalu dominan dengan suatu kajian yang
hanya melihat pada sudut pandang teknis tanpa memperhatikan faktor-faktor
sosial. Pada kenyataannya, ternyata faktor-faktor sosial memegang peranan sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu program peningkatan sanitasi
lingkungan sehingga peran serta masyarakat menjadi kunci keberhasilan program.

Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian penting dari pengawasan dan


pemantauan sanitasi pemukiman, karena dari pencatatan dan pelaporan dapat
diperoleh gambaran kondisi dan permasalahan sanitasi pemukiman suatu daerah
dan selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kebijaksanaan dan
langkahlangkah lebih lanjut dalam upaya peningkatan sanitasai pemukiman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sujono. 2015. Sanitasi Pemukiman. Jakarta: Politeknik Kesehatan


Kemenkes Jakarta II

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA


WILAYAH NOMOR : 76/KPTS/M/2003 TENTANG JARINGAN
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENTERI
PERMUKIMAN DAN PRASARANA

Strategi Sanitasi
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumenusulan/ssk/
Dok_SSK_Final.pdf . Diakses pada, 29 Juli 2021.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/764/2/3%20BAB%201%20oke.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai