Materi Analisis Risiko Pencemaran Limbah Cair
Materi Analisis Risiko Pencemaran Limbah Cair
Risiko
The Australia/New Zealand Standard for Risk Management (AS/NZS 4360:1999) (1999)
memaparkan bahwa resiko adalah suatu kemungkinan dari suatu kejadian yang akan
mempengaruhi suatu tujuan. Risiko tersebut diukur dalam terminologi (konsekuensi)
(kemungkinan/probabilitas) dan Consequences likelihood.
Menurut Stoklosa (1999) manajemen risiko lingkungan adalah proses secara sistematis untuk
mengidentifikasi bahaya lingkungan, menganalisa kemungkinan dan konsekuensi, serta
mengatur hasil tingkat risiko. Manajemen risiko lingkungan adalah aplikasi sistematis dari
kebijaksanaan manajemen, prosedur dan praktek dalam mengkomunikasikan, menetapkan
keadaan, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, memperlakukan, memonitor, dan
meninjau ulang risiko terhadap lingkungan.
1. Problem Formulation
Merupakan proses untuk mengevaluasi dugaan tentang mengapa suatu efek terhadap
lingkungan sudah terjadi, atau dapat terjadi dari aktivitas manusia. Tahap ini merupakan
tahap awal dari keseluruhan penilaian risiko lingkungan. Beberapa hal yang utama dalam
perumusan masalah meliputi:
Risk Characterization merupakan langkah terakhir dari suatu penilaian risiko, yaitu untuk
mengetahui tingkatan risiko dari suatu kejadian. Tingkatan risiko tersebut dapat diketahui
dengan mengelompokkan atau menggolongkan nilai likelihood dan consequences ke dalam
suatu matriks risiko.
Setelah diketahui nilai consequences dan likelihood yang ada, dapat diplotkan pada Risk
Matrix untuk mengetahui seberapa tinggi risiko yang akan ditimbulkan.
Keterangan:
H: High risk - tidak diinginkan dan hanya dapat diterima ketika pengurangan risiko tidak
dapat dilaksanakan, perlu perhatian khusus dari pihak manajemen
M: Moderate risk - diterima dengan persetujuan dan memerlukan tanggung jawab yang jelas
dari manajemen.
L: Low risk - diterima dengan persetujuan oleh pihak manajemen dan dapat diatasi dengan
prosedur yang rutin.
4. Risk Management
Pada tahap mitigasi ini dilakukan pengidentifikasian risiko, hazard yang dapat terjadi,
mekanisme timbulnya dan mengestimasi tingkat risiko serta memprioritaskan risiko tersebut.
Contoh:
Dari aktivitas proses pengolahan limbah cair di atas, maka dapat diidentifikasi risiko dari
setiap unit pada IPAL PT Ajinomoto dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) dan RCA (Root Cause Analysis).
Dari FMEA di atas, risiko yang teridentifikasi antara lain limbah cair tumpah, penurunan
kualitas efluen (BOD dan COD tinggi), bakteri WWTP mati, nilai karakteristik tidak sesuai
standard baku mutu, efluen tidak jernih, dan pencemaran lingkungan. Teridentifikasinya
beberapa risiko tersebut, dimana ada risiko yang sama dengan risiko yang lain maka dapat
disederhanakan menjadi empat risiko sebagai berikut :
4. Pencemaran lingkungan
Risiko yang disederhanakan adalah risiko penurunan kualitas efluen, di mana risiko ini
menjadi risiko yang mayor atau utama. Penurunan kualitas efluen ini terdiri dari aspek nilai
karakteristik tidak sesuai standard baku mutu dan efluen tidak jernih. Kedua risiko ini
memiliki dampak atau akibat yang sama dengan penurunan kualitas efluen, yaitu diperoleh
air hasil olahan (efluen) dengan kualitas yang kurang baik dan tidak memenuhi standard baku
mutu.
Berdasarkan identifikasi risiko FMEA di atas, dapat dilakukan identifikasi terhadap akar
penyebab dari permasalahan yang terjadi dengan metode Root Cause Analysis (RCA). RCA
ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang berkaitan dengan
WWTP PT Ajinomoto.
Berdasarkan matriks risiko pada The Australia/New Zealand Standard for Risk Management
(AS/NZS 4360:1999) (1999), risiko limbah cair tumpah, penurunan kualitas efluen, dan
pencemaran lingkungan termasuk dalam kategori Low Risk, sedangkan risiko bakteri WWTP
mati termasuk kategori High Risk.
Limbah cair tumpah terjadi pada Equalization Tank. Limbah cair yang tumpah dapat
mengakibatkan pencemaran tanah. Dampak dari pencemaran tanah adalah
rusaknya struktur tanah, air tanah terkontaminasi, dan bahkan dapat mengganggu
mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Ketika limbah cair telah mencemari permukaan
tanah, maka dapat menguap, terbawa air hujan, dan atau masuk ke dalam tanah.
Penurunan kualitas efluen terjadi ketika parameter fisika dan kimia tidak sesuai dengan
standard baku mutu yang sudah ditentukan. Jika penurunan kualitas efluen pada IPAL PT
Ajinomoto terjadi maka akan berdampak pada lingkungan sekitar perusahaan. Terutama pada
Sungai Brantas, di mana efluen akan dibuang ke sungai sehingga berdampak pada matinya
biota air, tumbuhan air, dan hewan air.
4. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan terjadi akibat dari pipa-pipa pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
yaitu pada unit Settling Tank 1 dan Dewatering Unit mengalami kebocoran sehingga lumpur
tercecer. Lumpur yang tercecer ini adalah lumpur yang mengandung mikroorganisme dan
dapat mencemari tanah.
Risiko limbah cair tumpah termasuk pada level insignificant, yang berarti bahwa tidak ada
luka-luka, kerugian finansial yang rendah jika terjadi tumpahan limbah cair.
Bakteri WWTP mati memiliki tingkat consequence pada level major, yang berarti. bahwa
risiko menimbulkan kerugian yang luas, kemampuan produksi terganggu, dan kerugian
finansial yang besar.
4. Pencemaran Lingkungan
Risiko pencemaran lingkungan termasuk pada level insignificant, yang berarti bahwa tidak
ada luka-luka dan kerugian finansial yang rendah.
Risiko limbah cair tumpah termasuk dalam level low risk. Artinya risiko ini diterima dengan
persetujuan oleh pihak manajemen dan dapat diatasi dengan prosedur yang rutin.
Risiko penurunan kualitas efluen termasuk dalam level low risk. Artinya risiko ini diterima
dengan persetujuan oleh pihak manajemen dan dapat diatasi dengan prosedur yang rutin.
Risiko bakteri WWTP mati termasuk dalam level high risk. Artinya risiko ini tidak diinginkan
dan hanya dapat diterima ketika pengurangan risiko tidak dapat dilaksanakan, sehingga
memerlukan perhatian khusus dari pihak manajemen perusahaan.
4. Pencemaran Lingkungan
Risiko pencemaran lingkungan termasuk level low risk. Artinya risiko ini diterima dengan
persetujuan oleh pihak manajemen dan dapat diatasi dengan prosedur yang rutin.
B. Risk Management
Risk Management merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko dan konsekuensi atau akibat yang ditimbulkan. Upaya ini
merupakan mitigasi risiko. Upaya mitigasi risiko pada penelitian ini hanya sebatas
memberikan rekomendasi atau usulan kepada perusahaan.
1. Risiko Limbah Cair Tumpah
Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko limbah cair tumpah
yaitu:
a. Melakukan inspeksi limbah cair yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
melalui unit Gathering Tank A dan B sampai dialirkan ke Biological Treatment. b.
Melakukan perawatan rutin pada pompa centrifugal di Equalization Tank
c. Memasang alat pendeteksi untuk mengetahui volume limbah cair ketika hampir
penuh.
d. Melakukan inspeksi pada pipa dari Settling Tank 1 menuju Chemical Unit Process
untuk menghindari terjadinya overflow saat mengalirkan air limbah.
Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko penurunan kualitas
efluen yaitu :
a. Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko bakteri WWTP
mati yaitu:
b. Melakukan inspeksi/perawatan pada difuser dan blower.
c. Memonitor proses pengolahan biologis pada Biological Treatment dan tangki
d. aerasi.
e. Memonitor jumlah populasi lumpur pada Dewatering Unit.
f. Melakukan pembiakan bakteri dalam inkubator sampai kadar yang sesuai dengan
kebutuhan limbah.
Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko pencemaran lingkungan
yaitu:
SUMBER:
ANALISIS_RISIKO_PADA_INSTALASI_PENGOLAHAN_AIR_LIMBAH_IPAL_PT_AJI
NOMOTO_BERDASARKAN_KONSEP_MANAJEMEN_RISIKO_LINGKUNGAN.
Frantzen, Kurt A. (2002). Risk-Based Analysis For Environmental Managers. United States :
Lewis Publishers