Anda di halaman 1dari 5

PROSES IDENTIFIKASI RESIKO KEGIATAN POSYANDU DI PUSKESMAS

Merupakan suatu program kerja yang didalamnya terdapat proses mengenali bahaya
pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya tersebut
kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang telah teridentifikasi.

Apa Tujuan Dilakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (Job Safety Analysis
& Risk Assessment) ??

1. Memantau resiko-resiko bahaya yang jarang diketahui atau beberapa resiko bahaya
yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan, padahal beresiko kecelakaan atau pada
kesehatan.
2. Menentukan cara laksana kedali bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan.
3. Acuan dalam menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan ke
Manajemen.
4. Tujuan akhir dari program ini adalah menurunkan angka kecelakaan kerja dan
meningkatkan produktifitas.

Bagaimana Metode untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (Job
Safety Analysis & Risk Assessment)??

1. Tentukan pekerjaan yang akan diperiksa potensi bahayanya.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi balita atau seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau
resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu
seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan
lain sebagainya.

Macam-macam atau jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang
merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana
kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan
oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang
lemah maupun yang kuat.

Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau
bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik, minum atau
telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk
melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umnya bisa terus ada di
dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba
menyerang.

Trauma karena pada balita yang baru diberi imunisasi mendadak kejang-kejang dan sakit
yang menyebkan para ibu trauma oleh karena itu masyarakat enggan membawa balitanya ke
posyandu

Setiap unit di dalam puskesmas menghasilkan limbah dengan karakteristik

berbeda sesuai dengan jenis sumbernya. Pada dasarnya sumber limbah medis
puskesmas berasal dari Unit poliklinik, rawat inap, Unit layanan kesehatan lain,

Laboratorium, posyandu, Unit farmasi dan penyimpanan bahan kimia, Unit Gawat

Darurat, Unit penunjang berupa sampah umum saja.

2. Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja

- Menetapkan langkah-langkah kerja sederhana yang akan dilaksanakan.

- Batasi secara umum langkah-langkah kerja tersebut, misal : maksimal 10 langkah kerja

3. Tentukan tahap kerja kritis

Tahap kerja kritis adalah tahap kerja dimana pada tahap tersebut dinilai memiliki potensi
bahaya yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Kenali sumber bahaya

- Dampak yang dapat ditimbulkan bila tidak ditangani secara baik antara lain :

Infeksi nosokomial

Sampah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit

melalui proses infeksi silang baik dari pasien lain, dari petugas ke pasien ataupun dari

pasien ke petugas.
2. Gangguan kesehatan

Gangguan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi gangguan langsung dan tidak

langsung dengan limbah tersebut.


3. Pencemaran lingkungan

Pengaruh terhadap lingkungan meliputi kemungkinan terlepasnya sampah medis ke

lapisan air tanah, air permukaan atau udara.


Gangguan pekerjaan

Pemaparan potensi yang dialami petugas dalam bekerja mencakup pemaparan

langsung dengan pasien, pengunjung dan pekerja yang datang mendekati sampah

medis.
Gangguan estetika dan kenyamanan

Penampilan rumah sakit dapat memberikan efek psikologi bagi pemakai jasa, yang

mungkin karena adanya kesan yang kurang baik akibat sampah yang tidak ditangani

dengan baik.
Gangguan ekonomi

Dari kerugian diatas pada akhirnya menuju kerugian ekonomi baik terhadap

pembiayaan operasional dan pemeliharaan, penurunan konsumen dan juga kebutuhan

kompensasi biaya lingkungan (Tandjung, Dr. M.Sc., 2002)

5. Pengendalian

Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup

- Kantung dipegang pada lehernya

- Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung


tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong
tersebut

- Jika terjadi kontaminasi di luar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)

- Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat


mencederainya di dalam kantung yang salah

- Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
sampah
Resiko (R) :

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan dampak/akibat
berdasarkan keparahan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.

Level-1 (Sangat Ringan) Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan
ringan.
Level-2 (Ringan) Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K), peralatan rusak
ringan.
Level-3 (Sedang) Menyebabkan cidera yang memerlukan perawatan medis ke
rumah sakit, peralatan rusak sedang.
Level-4 (Berat) Menyebabkan cidera yang menyebabkan cacatnya angota tubuh
permanen, peralatan rusak berat.
Level-5 (Fatal) Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih, kerusakan berat
pada mesin sehingga mengganggu proses produksi.

Peluang (P) :

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan sebagai untuk menentukan tingkat keseringan
terhadap kejadian kecelakaan.

Level-1 (Sangat Jarang) Hampir tidak pernah terjadi


Level-2 (Jarang) Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan
Level-3 (Mungkin terjadi) Frekuensi kejadian sedang dalam waktu bulanan
Level-4 (Sering) Hampir 100 % terjadi kejadian tersebut.
Level-5 (Pasti terjadi) 100 % kejadian pasti terjadi.

Tingkat Bahaya :

Merupakan hasil perkalian dari Resiko (R) dan Peluang (P) sehingga dapat ditetapkan sebagai
tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan.

Tingkat Bahaya = R x P

5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
RxP 1 2 3 4 5

Tingkat Bahaya Score Keterangan


Rendah 1-4 Masih dapat ditoleransi
Sedang 5-10 Dikendalikan sampai batas toleransi
Tinggi 12-25 Pemantauan intensif & Pengendalian

Demikian mengenai program JSA & RA (Job Safety Analysis & Risk Assessment) yang
mungkin singkat dapat dipaparkan semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai