Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN

RSIA BELLEZA KEDATON


TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmatnya Program Manajemen Risiko
dan Fasilitas dapat diselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan kubutuhan RSIA Belleza Kedaton.

Program Manajemen Risiko dan Fasilitas ini yang mulai dipergunakan pada tahun 2019 meliputi
keselamatan dan keamanan, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya, penanggulangan
bencana (emergensi), proteksi kebakaran (fire safety), peralatan medis, system penunjang (utilitas)

Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun yang telah berjuang untuk menyelesaikan
standar ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada para kontributor yang
telah memberikan masukan sangat berharga.

Semoga dengan dipergunakan Program Manajemen Risiko dan Fasilitas, mutu pelayanan dan
keselamatan pasien RSIA Belleza Kedaton dapat lebih baik.

2
I. PENDAHULUAN

Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di dunia ini
pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebut misalnya: perminyakan,
perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan lain-lain. Makin besar risiko suatu
pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada aspek manajemen risiko ini.

Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan. Sedangkan manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang
diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan
atau kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan
dengan risiko.

Referensi utama manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS
4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009. ISO
pun menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC 31010:2009.
Dan sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini merujuk pada standar-
standar tersebut.

Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun
peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek
dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian maupun ‘accident’.

II. LATAR BELAKANG


Tuntutan terhadap kelalaian kepada institusi kesehatan di dunia semakin meningkat jumlahnya
sejak tahun 1980-an. Hal ini mendesak departemen kesehatan berbagai negara, seperti Inggris
dan negara-negara persemakmurannya untuk berpikir ekstra. Sampai awal tahun 1990-an
tuntutan hukum yang diterima institusi kesehatan seperti rumah sakit mencapai 75 milyar
ponsterling. Jumlah yang sangat besar ini memaksa departemen kesehatan Inggris merombak
keseluruhan sistem pelayanan kesehatan, utamanya budaya kerja para pemberi layanan
kesehatan

Maka mulai diperkenalkan dan dibuat manajemen risiko dalam kerangka kerja departemen
3
kesehatan di Inggris, diberlakukan untuk seluruh trust dan board yang menjadi afiliasinya. Kita
menyadari bahwa tidak hanya penanggulangan risiko saja yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakatnya. Perlunya evaluasi berkelanjutan, fokus
pada kepentingan pasien, dan komponen-komponen lain membentuk sebuah kerangka kerja baru
yang disebut clinical governance. Manajemen risiko merupakan salah satu pilar penerapan
clinical governance dalam institusi pelayanan kesehatan.

Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi risiko secara
sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi
organisasi maupun individu, dengan penekanan pada perubahan budaya kerja dari yang
reaksioner dan penanggulangan menjadi pencegahan dan pengelolaan.Risiko yang dicegah dalam
pengelolaan manajemen risiko berupa risiko klinis dan non klinis.

III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi bahaya yang
ada di RSIA Belleza Kedaton
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi risiko kegagalan fasilitas yang ada di rumah sakit.
b. Mengawasi dan memonitor risiko terkait fasilitas dan lingkungan di RSIA Belleza
Kedaton
c. Meningkatkan keamanan dan keselamatan fungsi fasilitas yang ada di RSIA Belleza
Kedaton bagi pegawai, pasien dan pengunjung

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCANA KEGIATAN


A Kegiatan Pokok
1. Keselamatan dan Keamanan
2. Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
3. Disaster Plan / Manajemen Penanggulangan Bencana
4. Sistem Proteksi Kebakaran
5. Sistem utilisasi listrik, air dan sistem pendukung yang penting lainnya
6. Peralatan Medis

4
B Rincian Kegiatan
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi
akibat. Metode indentifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self assessment, incident
reporting system dan clinical audit, pengamatan KPC (Kejadian Potensi Cidera) dan dilakukan
menyeluruh terhadap medis dan non medis. Rumah sakit menyusun risk register (daftar
register) yaitu sebuah daftar risiko yang teridentifikasi dalam 1 tahun.

Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif)
dan insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif). Daftar risiko
dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang
mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkan.

Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:


a. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain)
b. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
c. Pemeriksaan atau audit eksternal

2. Analisa Risiko
Risiko harus dilakukan analisis dan evaluasi risiko untuk mengetahui mana yang risiko
tinggi, sedang dan rendah. Hasil penilaian dilakukan intervensi atau pengendalian.
Intervensi terhadap risiko mempertimbangkan pada kategori risiko yang tinggi. Untuk
mengetahui kategori risiko tinggi, sedang, atau rendah secara teori dilakukan dengan
rumus:

Risiko = Efek x Probabilitas

Analisa risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dengan melihat efek bahaya
potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya (probabilitas). Efek paparan dapat
dikategorikan menjadi ringan, sedang, berat. Probabilitas dapat dibedakan menjadi
hampir tidak mungkin, mungkin, dan sangat mungkin. Secara sederhana risiko tinggi
dapat dilihat dan diketahui dari seberapa sering (frekuensi) paparan tersebut kepada
pegawai dan durasi (lama) paparan pada pegawai.
5
Tabel Analis Tingkat Kemungkinan
Level Deskripsi Contoh Deskripsi
1 Sangat Jarang Hampir mungkin tidak terjadi ( mungkin diatas 5 tahun)
2 Jarang Jarang terjadi sewaktu-waktu (mungkin 2-5 tahun sekali)
3 Mungkin Mungkin terjadi sewaktu-waktu ( 1-2 tahun sekali)
4 Sering Kemungkinan terjadi di setiap keadaan (beberapa kali per
tahun)
5 Sangat sering Sangat sering terjadi di setiap keadaan (tiap
minggu/bulan)

Tabel Analis Tingkat Konsekuensi


Leve Deskripsi Contoh Deskripsi
l
1 Terendah Tidak menimbulkan cidera dan kehilangan material kecil
2 Rendah Cidera ringan, dapat diatasi dengan P3K, menimbulkan
kerugian material sedang
3 Sedang Cidera sedang, membutuhkan perawatan medis yang
berkelanjutan , menimbulkan kerugian material sedang
4 Tinggi Cidera luas, kehilangan kemampuan untuk bekerja (cacat,
lumpuh), menimbulkan kerugian material besar
5 Ekstrim Kematian, keracunan yang menimbulkan efek yang
merugikan atau tidak diinginkan, menimbulkan kerugian
material besar

6
3. Prioritas Risiko
Setelah katagori di analisis maka kemudian kita akan menemukan mana katagori yang
berisiko tinggi, sedang atau rendah secara teori dilakukan dengan tabel di bawah ini :

Tabel Grading Risiko


Kemungkinan Konsekuensi
Terendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrem
1 2 3 4 5
Sangat sering M M H E E
Sering M M H E E
Mungkin L M H E E
Jarang L L M H E
Sangat jarang L L M H E

Tabel Tingkat dan Bands Risiko


Level / Tindakan
Bands
Extreme Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
(Sangat membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
tinggi) Direktur
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari kerja
dengan detil & perlu tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top manajemen
Moderate Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling
(sedang) lama 2 minggu, Manajer / PIC sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola risiko
Low Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling
(rendah) lama 1 minggu diselesaikan dengan prosedur rutin

Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses
berikut
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap


7
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukan
verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko

4. Pelaporan Risiko
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya
adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat
dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi
untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien.
Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya
kesalahan (error) sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi
selanjutnya.

Dibuat suatu sistem pelaporan risiko di rumah sakit meliputi kebijakan, alur
pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan
pada seluruh karyawan. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan
risiko mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana
cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-
pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut :
 Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1
minggu.
 Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu
 Grade kuning : Investigasi komprehensif/FMEA oleh Tim Manajemen Risiko di
RS, waktu maksimal 45 hari
 Grade merah : Investigasi komprehensif/ FMEA oleh Tim Manajemen Risiko di
RS, waktu maksimal 45 hari.

5. Tata Kelola Risiko


1. Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit

8
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
keamanan lingkungan RS adalah:
 Penambahan CCTV pada area-area yang beresiko terjadinya ancaman keamanan
seperti ruang Bayi/NICU untuk mencegah penculikan bayi, Tempat parkir untuk
mencegah pencurian kendaraan bermotor dan tempat beresiko lainnya
 Pemeriksaan dan pemeliharaan CCTV
 Pemberlakuan pemakaian tanda pengenal untuk pengunjung pasien rawat inap,
penunggu pasien rawat inap, dan tamu di RS
 Melakukan data ulang mengenai kebutuhan keselamatan pasien ( mis : pegangan di
setiap tangga dan dinding termasuk kamar mandi, tempat tidur dengan pagar
pembatas )
 Melengkapi sumber listrik dengan penutup
 Menyediakan rol hole pada ram/ jalan miring.
 Melakukan monitoring dan evaluasi Renovasi dan Pembangunan Gedung di Rumah
Sakit.
 Membuat papan pemeritahuan bahwa “ area sedang dalam renovasi, selain petugas
dilarang masuk”
 Membuat pembatas antara area yang direnovasi/pembangunan menggunakan terpal

2. Bahan dan Limbah Berbahaya


Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
Bahan dan Limbah Berbahaya adalah:
 Pembuatan tempat khusus untuk penyimpanan B3
 Sosialisasi mengenai prosedur penyimpanan dan pengelolaan B3 ke semua unit.
 Melengkapi MSDS/LDKB B3 serta didokumentasikan dan dibagikan kepada unit-unit
yang menggunakan bahan tersebut.
 Penyediaan APD pada setiap unit yang memiliki B3 dan menerapkan kebiasaan
penggunaan APD bagi petugas menggunakan B3.
 Pelatihan mengenai Keselamatan dan kesehatan kerja, Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran, keadaan darurat bencana, cara melakukan evakuasi, penanganan limbah dan
B3.

9
3. Bencana
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
keadaan darurat bencana adalah:
 Membentuk Tim Siaga Bencana.
 Membuat standar prosedur operasional tentang pencegahan dan penanggulangan
bencana.
 Melakukan pelatihan siaga bencana dan evakuasi ( Jadwal pelatihan peserta, pelaporan
), yang melibatkan semua unsur di Rumah Sakit.
 Menyediakan fasilitas : rambu – rambu penunjuk arah lokasi pelayanan, jalan keluar,
jalan masuk, arah evakuasi bencana, pintu emergency, denah dan gambar arah
evakuasi di setiap gedung.
 Melakukan simulasi keadaan darurat bencana.

4. Kebakaran
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
kebakaran adalah:
 Menyediakan APAR yang mencukupi kwalitas dan kwantitasnya, terutama di ruang
yang berisiko kebakaran.
 Melakukan pemliharaan APAR secara berkala.
 Melakukan Patroli Asap secara rutin
 Melakukan pemasangan larangan merokok dan penegakan aturan larangan merokok.
 Mengusulkan alat deteksi asap/ api pada tempat – tempat yang rawan kebakaran,
misalnya, laboratorium, Instalasi Gizi/Dapur, Radiologi dan tempat perawatan
Intensif.
 Pemeliharaan Hidran secara rutin
 Pemasangan arah dan denah evakuasi bencana kebakaran, banjir dan gempa
 Melakukan sosialisasi mengenai pencegahan, pengendalian kebakaran
 Membentuk Tim di masing – masing unit untuk pencegahan Pengendalian Kebakaran
 Melakukan simulasi kebakaran dan keadaan darurat bencana secara berkesinambungan

5. Peralatan Medis
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
Sarana dan Prasarana adalah
 Melakukan perawatan secara preventif oleh tenaga teknisi elektromedik dengan
menempatkan kartu kontrol disetiap alat
 MelakukanKalibrasi alat sebanyak 1 tahun 1 kali
1
0
 Membuat dan menerapkan SPO tentang pelatihan bagi tenaga medis yang
mendapatkan alat baru beserta uji fungsi
 Pemberian label pada alat rusak
 Penempatan SPO pada setiap alat kesehatan untuk menghindari kesalahan dalam
penggunaan
 Membuat kebijakan tentang penarikan alat secara sukarela atau wajib yang
dikeluarkan oleh vendor atau instansi pemerintahan

6. Sistem Utilitas
Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan dengan
sistem utilisasi adalah:

 Melakukan pemantauan secara rutin pompa sumur air, panel-panel listrik, dan sistem
gas medis.
 Menyediakan sumber air dan listrik cadangan berupa tangki air cadangan dan
tersedianya genset
 Penempatan gas medis (tabung) di ruangan khusus dan diberikan pengaman agar
tidak terjatuh.
 Melakukan perawatan rutin untuk instalasi gas medik selama 1 tahun 1 kali

6. Investigasi Kejadian Tidak Diharapkan


 Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP (Insiden Keselamatan Pasien) yang masuk dalam
kategori biru atau hijau, maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan
dengan investigasi sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi: Observasi, Telaah Dokumen, Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. Penyebab langsung:
 Individu
 Peralatan
 Lingkungan tempat kerja
 Prosedur kerja
b. Penyebab tidak langsung:
 Individu
1
1
 Tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

 RCA (Root Cause Analysis)


Langkah-langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA):
1. 1. Identifikasi insiden yg akan di investigasi
2. Tentukan tim investigator
3. Kumpulkan data
(Observasi, Dokumentasi , Interview)
4. Petakan kronologis kejadian
(Narratif chronology, Timeline, Tabular Timeline, Time Person Grid)
INVESTIGASI
5. Identifikasi masalah (CMP)
(Brainstorming, brainwriting, Nominal Group Technique)
6. Analisis Informasi
(5 why’s, Analisis Perubahan, Analisis penghalang, fish bone, dll ) ANALISA
7. Rekomendasi dan Rencana kerja untuk improvement IMPROVE
Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi IKP pada
derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
 Subkomite keselamatan pasien
 Subkomite mutu dan manajemen risiko
 Bidang keperawatan dan perwakilan kepala ruang
 Perwakilan kepala instalasi / bagian
 Perwakilan klinisi
 Personil lain yang dinilai perlu (misal dari komponen K3, PPI, administrasi
keuangan, kepegawaian, farmasi, logistik dll sesuai IKP yang terjadi)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
 Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang
medis)
 Senior management expert (misal direktur medis)
 Senior clinical expert (misal konsultan senior)
 Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak
terlibat angsung dalam insiden tersebut
 Tim ini dibentuk oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien yang akan

1
2
bertanggung jawab kepada Direksi RSIA Belleza Kedaton. Tim diberi
tenggang waktu kerja sesuai grading untuk memberikan laporan kepada ketua
komite mutu dan keselamatan pasien.

3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:


 Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
 Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman /
panduan / SPO terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
 Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisah
termasuk kepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
 Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jika kasus disidangkan ke pengadilan
 Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
 Menggambarkan insiden secara akurat
 Mengorganisasi informasi
 Memberikan petunjuk kepada tim investigasi

Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan


sesegera mungkin:
 Semua catatan medis dan catatan keperawatan
 Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
 Incident report (laporan keselamatan pasien)
 Kebijakan dan prosedur
 Integrated care pathway yang berhubungan
 Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
 Bukti fisik
 Daftar staf yang terlibat
 Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
 Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden (misal
pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)

1
3
4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:
 Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
 Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk
menemukan bagian dalan proses dimana insiden terjadi
 Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good
practice & CMP (care management problem), berguna untuk kejadian yang
berlangsung lama
 Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang
sebelum, selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yang
melibatkan banyak orang namun dalam periode waktu pendek.

WAKTU KEJADIAN 30-7 – 2014, JAM 4 – 8 – 2014, jam 8-8 – 2014, jam
15.00 09.00 14.00
KEJADIAN Pasien terlihat di ruang Pasien tiba di RS Pasien datang di
penerimaan utk operasi ruang penerimaan,
TKR ulang dilakukan diterima petugas.
inform consent Residen 1 dibuat
inform consent
INFORMASI Pasien pulang krn
TAMBAHAN tempat penuh, pasien
diberitahu pembatalan
GOOD PRACTICE Risiko tindakan telah Risiko tindakan telah
dijelaskan & dijelaskan &
terdokumentasi terdokumentasi
MASALAH
PELAYANAN

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


I. Melaksanakan program, meliputi :
 Identifikasi resiko
 Analisa risiko
 Mengevaluasi risiko dan menetapkan prioritas
 Mengelola risiko
 Melaporkan risiko
 Memonitoring dan riview risiko
 Mengedukasi pegawai mengenai risk register masing-masing ruangan
II. Melaksanakan program pengawasan manajemen resiko fasilitas/lingkungan rumah sakit,
1
4
meliputi :
 Merencanakan semua aspek dari program
 Melaksanakan program
 Merencanakan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajemen resiko
 Memonitor dan Melaksanakan uji coba program
 Evaluasi dan revisi program secara berkala
 Membuat laporan tahunan tentang pencapaian program
 Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara konsisten dan terus
 menerus
III. Melaksanakan koordinasi dengan Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) dalam hal menyusun perencanaan pengelolaan resiko fasilitas / lingkungan,
meliputi :
 Keselamatan
 Keamanan
 Bahan Berbahaya
 Manajemen Emergensi
 Pengamanan Kebakaran
 Peralatan Medis
 Sistem Utilitas

VI. SASARAN KEGIATAN


 Direksi RSIA Belleza Kedaton
 Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
 Tim Penjamin Mutu
 Komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
 Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
 Seluruh staf dan karyawan baik medis maupun non medis

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Jadwal pelaksaan terlampir

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA


Ketua tim manajemen ririsko berkoordinasi dengan seluruh PIC secara berkesinambungan
melakukan evaluasi terhadap semua hal yang direncanakan dalam jadwal pelaksanaan Program
Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan. Hasil eavluasi dilaporkan secara berkala kepada
1
5
Direktur rumah sakit dengan mengadakan koordinasi kerja dengan manager medis dan non
medis.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Ketua tim Manajemen Risiko melakukan pencatatan dan pelaporan dari hasil evaluasi atas semua
rencana kegiatan secara rutin dalam Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan untuk
memberikan informasi yang dapat membantu rumah sakit, mencegah masalah, menurunkan
risiko, membuat keputusan tentang system perbaikannya dan membuat rencana untuk
meningkatkan fungsi teknologi medic, peralatan dan system utilitas.

1
6
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM

MANAJEMEN RESIKO FASILITAS 2020


No Kegiatan Target Lokasi Pelaksana Waktu Kegiatan
J F M A M J J A S O N D
KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT
1 Penambahan CCTV pada area-area NICU, UPSRS
yang beresiko terjadinya ancaman RUANG
keamanan BAYI
2 Pemeriksaan dan pemeliharaan Seluruh UPSRS
CCTV ruangan
3 Pemberlakuan pemakaian tanda Seluruh Unit
pengenal (badge) untuk pengunjung ruangan Keamanan
pasien rawat inap,
4 Melakukan data ulang mengenai Seluruh Perawat
kebutuhan keselamatan pasien ruangan Ruangan
5 Melengkapi sumber listrik dengan Panel Listrik UPSRS
penutup
6 Menyediakan rol hole pada ram/ RAM UPSRS
jalan miring
7 Melakukan monitoring dan evaluasi Bangunan UPSRS
Renovasi dan Pembangunan Yang
Gedung di Rumah Sakit dibangun/ren
ovasi
BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA
1 Pembuatan tempat khusus untuk Seluruh UPSRS
penyimpanan B3 Ruangan
2 Sosialisasi mengenai prosedur Seluruh Tim K3RS
penyimpanan dan pengelolaan B3 ruangan
ke semua unit
3 Melengkapi MSDS/LDKB B3 serta Seluruh Tim K3RS
didokumentasikan dan dibagikan Ruangan
kepada unit-unit yang
menggunakan bahan tersebut
4 Penyediaan APD pada setiap unit Seluruh UPSRS
yang memiliki B3 Ruangan
5 Pelatihan mengenai Keselamatan DIKLAT Tim K3RS
dan kesehatan kerja, Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran,
keadaan darurat bencana, cara
melakukan evakuasi, penanganan
limbah dan B3
BENCANA
1 Membentuk Tim Siaga Bencana Seluruh Tim K3RS
Ruangan
2 Membuat standar prosedur - Tim K3RS
operasional tentang pencegahan
dan penanggulangan bencana
3 Melakukan pelatihan siaga bencana DIKLAT Tim K3RS
dan evakuasi

17
4 Menyediakan fasilitas : rambu – Seluruh UPSRS
rambu penunjuk arah lokasi Gedung
pelayanan, jalan keluar, jalan
masuk, arah evakuasi bencana,
pintu emergency, denah dan gambar
arah evakuasi
5 Melakukan simulasi keadaan DIKLAT Tim K3RS
darurat bencana
KEBAKARAN
1 Menyediakan APAR yang Seluruh UPSRS
mencukupi kwalitas dan Gedung
kwantitasnya
2 Melakukan pemliharaan APAR - UPSRS
secara berkala
3 Melakukan Patroli Asap secara Seluruh Unit
rutin Gedung Keamanan,
Perawat
Ruangan
4 Melakukan pemasangan larangan Seluruh Unit
merokok Gedung Keamanan
5 Mengusulkan alat deteksi asap/ api Seluruh UPSRS
pada tempat – tempat yang rawan Gedung
kebakaran
6 Pemeliharaan Hidran secara rutin Hidran UPSRS
7 Pemasangan arah dan denah Lobi UPSRS
evakuasi bencana kebakaran, banjir
dan gempa
8 Melakukan sosialisasi mengenai Seluruh Tim K3RS
pencegahan, pengendalian Ruangan
kebakaran
9 Membentuk Tim di masing – Seluruh Ka.Ru
masing ruangan untuk pencegahan. Ruangan
Pengendalian Kebakaran
10 Melakukan simulasi kebakaran dan DIKLAT Tim K3RS
keadaan darurat bencana secara
berkesinambungan
PERALATAN MEDIS
1 Melakukan Kalibrasi alat secara Seluruh Bagian
berkala Ruangan Operasional
2 Membuat dan menerapkan SPO Seluruh Tim K3RS
tentang pelatihan bagi tenaga medis Ruangan
yang mendapatkan alat baru
SISTEM UTILITAS
1 Melakukan pemantauan secara Area gas UPSRS
rutin pompa sumur air, panel-panel medis,
listrik, dan sistem gas medis pompa air
dan panel
listrik
2 Penempatan gas medis (tabung) di Penyimpanan UPSRS
ruangan khusus dan diberikan Gas Medis
pengaman agar tidak terjatuh
Keterangan:

Tanda “x” = Kegiatan akan dilakukan di Bulan tersebut

Anda mungkin juga menyukai