Anda di halaman 1dari 48

IMPLEMENTASI

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Dr Arjaty W Daud MARS


Disampaikan pada Rapat Kerja Komisis Akreditasi edisi 1
Jakarta 5 Juli 2019
2

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Ketepatan Identifikasi Pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh 02/16/2021


arjaty/ SKP FKTP/2019
SKP 1 Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.
O Identifikasi dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, :
O nama lengkap,
O tanggal lahir,
O nomor rekam medis,
O Salah identifikasi pasien dapat terjadi :
O akibat dari kondisi kesadaran pasien mis pasien koma.
O perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya salah
identitas.
O Identifikasi pasien pada kondisi tertentu, :
O pasien tidak mempunyai identitas,
O mempunyai nama sama,
O pasien dengan penurunan kesadaran,
O tidak dapat menyebutkan nama, dan
O tidak memiliki kartu identitas
O Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diit.

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 3


Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur identifikasi
pasien. (R)
2. Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan
prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat,
dan pemberian diit, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan prosedur tepat identifikasi pada kondisi
khusus antara lain pada pasien yang tidak
mempunyai identitas, atau mempunyai nama
sama.(D,O,W)

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 4


5

 Identifikasi pasien
 Minimal 2 Identitas : Nama lengkap dan Tanggal lahir.
 Gelang Identitas : Pink untuk wanita, Biru untuk Pria
 Pemasangan Gelang Identitas untuk semua Pasien Rawat Inap
dan Pasien Rawat jalan yg akan dilakukan Prosedur / Tindakan
Invasif
 Pemasangan gelang identitas diutamakan pada ekstrimitas yg tidak terpasang
infus,
 Beri informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu menanyakan
nama dan tanggal lahir , sebelum melakukan tindakan, pemberian obat

 Nomor kamar dan tempat tidur tidak boleh dipakai untuk melakukan
identifikasi

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021


6

IDENTIFIKASI PASIEN PADA KONDISI TERTENTU


1. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi:
 Terpasang ventilator
 Usia ( Bayi )
 Pasien tidak sadar
 Gangguan mental
Identifikasi dilakukan dengan mencocokan identitas gelang pasien
dengan identitas pada berkas rekam medis
2. Kesadaran menurun & tidak ada keluarga: Gelang identitas
mencantumkan :
 Mr X. / Miss X , tanggal , jam masuk RS dan nomor rekam
medis
3. Tidak punya ekstrimitas atas / luka bakar:
 Identifikasi dilakukan dengan menempelkan stiker identitas
dibaju pasien
 Penempelan foto pada berkas rekam medis
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021
IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR

IDENTIFIKASI RISIKO

FALL RISK
ALLERGY
DNR : DO NOT RESUCITATION
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 7
SKP 2. Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam
pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan

O Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan


pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak
efektif dalam proses asuhan pasien
O Komunikasi yang tidak efektif :
O saat perintah secara verbal / melalui telpon,
O penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang diagnosis,
O serah terima antar shift, dan pemindahan pasien dari unit yang
satu ke unit yang lain.
O Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau
lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background,
Asessment, Recommendation)
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 8
Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi efektif dalam pemberian
asuhan (R)
2. Dilakukan pelatihan komunikasi efektif kepada tenaga klinis pemberi asuhan
(D,W)
3. Pesan secara verbal atau lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh
penerima pesan, dan dikonfirmasi kepada pemberi pesan (D,O,W,S)
4. Penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnostik ditulis
lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi
pesan dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam rekam medis (D,O,W,S)
5. Ditetapkan kebijakan nilai kritis untuk pemeriksaan penunjang diagnostik
(R)
6. Diidentifikasi siapa dan kepada siapa hasil kritis tes diagnostik dilaporkan dan
informasi apa yang didokumentasikan dalam rekam medis.)
7. Proses komunikasi serah terima pasien yang memuat hal-hal kritial dilakukan
secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form
yang dibakukan (D,O,W,S)

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 9


PENDAHULUAN
2. Peningkatan komunikasi yang efektif

O Komunikasi efektif, merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi


pelayanan yang dilakukan dengan , tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien.

O Komunikasi efektif dapat dilakukan secara:


1. Verbal,
2. Tertulis,
3. Elektronik.

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 10


Meningkatkan komunikasi yang efektif
Verbal Order :
• Write Down, Read Back
• SBAR (Stituation Back Ground Assessment
Reccomendation)
• Repeat Back
• Teach Back
• Check Back
• 5 Benar
• Jangan menggunakan Singkatan yg tidak terstandard

02/16/2021 11
arjaty/ SKP FKTP/2019
SKP 2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian asuhan ditetapkan dan
dilaksanakan

O Komunikasi efektif verbal lewat telpon menggunakan teknik Read


Back (TBaK) : Tulis, baca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi kepada pemberi pesan.
O Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang harus ditetapkan dan segera
dilaporkan kepada DPJP, termasuk pemeriksaan yang dilakukan oleh
perawat / bidan langsung di bed site / tempat perawatan pasien
(POCT /point of care testing), misalnya pemeriksaan GDS.
O Definisikan, siapa dan kepada siapa dilaporkan nilai kritis dan catat di
Rekam medis
O Serah terima pasien dilakukan dengan tehnik SBAR, menggunakan
formulir yang baku, dan berisi informasi kritikal yang harus
disampaikan antara lain: Situation, Backround, Assessment,
Reccomendation.

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 12


Komunikasi verbal
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI VERBAL DENGAN
TBAK
DENGAN SBAR (Tulis BAca Konfirmasi Kembali)

Kapan dilakukan? Kapan dilakukan ?


O Saat Serah Terima Pasien 1 Saat petugas menerima
O Saat Petugas melaporkan instruksi verbal per
kondisi pasien kepada DPJP telpon/lisan dari DPJP
O Catat Instruksi diformulir 2 Saat petugas menerima
terintegrasi laporan hasil tes kritis /
O Beri stempel SBAR
critical test /pemeriksaan
cito
3 Beri stempel TBAK
4 DPJP memberi paraf saat
visit keesokan harinya.

SBAR
arjaty/ JCI/IPSG/2013
TBAK 02/16/2021 13
SBAR
This handover tool has been used in many communication situations, The
tool was utilised to facilitate shift to shift handover and nurse to doctor
communication..
 
S Situation
What is the situation? (Chief complaint, current
status)
B Background
What is the clinical background? (Previous history)
A Assessment
What is the problem? (Results of assessment, vital
signs and symptoms)
R Request/ Recommendation
What do I recommend/request to be done? (Suggested
and anticipated changes, critical monitoring)

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 14


SERAH TERIMA PASIEN DENGAN SBAR
Situasi
O Pasien Tn Gun, 45 thn, dirawat di kamar 605, saat ini
mengalami gangguan pernafasan dengan RR 35 x/mt
Backround :
O Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan
riwayat, pneumothorax, O2 saturasi turun dari 95%
dalam 2 lmenit menjadi 85% dgn non rebreathing,
pada auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah
kanan. Tracheal shift, peningkatan distress, pasien
saat ini diposisikan tidur semi fowler, dan diberikan
Oksigen 4 liter/mt dengan nasal canule  

Assessment :
O Pasien tampaknya mengalami gagal nafas / gangguan
pertukaran gas

Recommendation:
O Dokter telah dihubungi pertelpon belum terhubung,
mohon dihubungi kembali untuk kemungkinan alih
rawat ICU untuk pemasangan ventilator.

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 15


MELAPORKAN KONDISI PASIEN DENGAN SBAR
Situasi :
Tn Ari Gunadi, Tanggal lahir 22 April 197, rawat di lantai IV utara, kamar 411,
mengalami gangguan pernafasan, TD 130/90, N 88, RR 25 x/mt

Backround:
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat , pneumothorax, O2
saturasi turun dari 95% dalam 2 lmenit menjadi 85% dgn non rebreathing, pada
auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah kanan. Tracheal shift, distress
pernafasan, pasien saat ini diposisikan tidur semi fwoler, dan diberikan Oksigen 4
liter/mt dengan nasal kanule

Assessment:
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk

Recommendation:
Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi.
R
SBA
Stempel

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 16


MENERIMA LAPORAN HASIL TES KRITIS
DAN NILAI KRITIS DENGAN TBAK

 Tes kritis dilaporkan oleh petugas Lab, Ro, Cardiologi

 Tes kritis (critical tes) / pemeriksaan cito, contoh:


- Tes / pemeriksaan diagnostik (x-ray, CT Scan, EKG)
- Tes / pemeriksaan walaupun hasilnya NORMAL / ABNORMAL harus
dilaporkan SEGERA

 Nilai / Hasil kritis (critical test result)


Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera < 1 jam ke dokter peminta
pemeriksaan / perawat untuk dilaporkan ke dokter.

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 17


KOMUNIKASI TERTULIS
Hal-hal yang harus diperhatikan :
• Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat
terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila
diperlukan verifikasi.
• Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan serta
tanggal dan waktu
• Hindari penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang
berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi
dan dokumentasi medis.
• Lihat Buku Standar Singkatan RS untuk panduan
penggunaan Singkatan
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 18
JANGAN GUNAKAN SINGKATAN

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 19


LOOK ALIKE SOUND ALIKE

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 20


Examples

Intended dose of 4 units in patient history


interpreted as 44 units. “U” should be written out
as “unit.”

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 21


Examples

Intended dose of “.4 mg” interpreted as 4 mg


from medication order. Should be written as
“0.4 mg.”
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 22
Examples

Intended recommendation of “less than 10”


was interpreted as 4. “<” should be written
out as “less than.”

arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 23


SKP 3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai
O Kesalahan penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) dapat
menimbulkan cedera pada pasien.
O Obat yang perlu diwaspadai (High alert) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan / atau kejadian sentinel,
berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain:
O obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit,
O insulin,
O antikoagulan,
O kemoterapi,
O elektrolit konsentrat
O potassium chloride (KCL) [equal to or greater than 2 mEq/mL
concentration],
O potassium phosphate [equal to or greater than 3 mmol/mL concentration],
O sodium chloride (Nacl) [greater than 0.9% concentration], and
O magnesium sulfate (MgSO4)[equal to or greater than 50% concentration]).
O obat-obatan psikoterapi, dan
O obat-obatan dengan nama dan rupa mirip (LASA)

arjaty/ SKP FKTP/2019


02/16/2021 24
SKP 3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat
yang perlu diwaspadai

O Kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai


meliputi:
O penyimpanan,
O penataan,
O peresepan,
O pelabelan,
O penyiapan,
O penggunaan,
O Evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
obat psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa
mirip (LASA)

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 25


Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan obat
yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa
mirip. (R)
2. Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat
dengan nama atau rupa mirip (D)
3. Dilakukan pelabelan obat yang perlu diwaspadai dan
obat dengan nama atau rupa mirip sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang disusun (D,O,W)
4. Dilakukan pengelolaan obat yang perlu diwaspadai dan
obat dengan nama atau rupa mirip secara seragam
meliputi penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan,
penyiapan, penggunaan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang disusun (D,O,W)
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 26
INFUS
DARI TAMPAK INFUS
BELAKANG INF RL – D5N ½ - D5

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 27


CONTOH OBAT HIGH ALERT
• Elektrolit pekat terdiri dari: injeksi KCl 7,46 %
injeksi MgSO4 40 %
injeksi Ca Gluconas 10 %
injeksi Na Bicarbonat 8,4 %
injeksi Na Cl 3 %
• Injeksi heparin

• Obat kanker

• Obat LASA
(Look Alike Sound Alike = Nama Obat Rupa Mirip) :
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 28
12

LOOK ALIKE (SEDIAAN INTRAVENA)


ALINAMIN F EPINEFRIN

DOPAMIN
VIT K

TRAMADOL FUROSEMID

GENTAMISIN DIAZEPAM
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 29
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 30
SKP 4 Proses memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang menjalani operasi / tindakan medis

O Insiden dapat terjadi akibat Salah pasien, Salah prosedur, Salah sisi pada tindakan invasif atau
bedah minor
O PKM menetapkan jenis Tindakan invasif yang ada di fasilitasnya dan mengidentifikasi area di
mana prosedur invasif dilakukan.
O Tindakan invasif : semua tindakan yang meliputi sayatan / insisi atau tusukan, termasuk, tetapi
tidak terbatas pada, pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis,
O Puskesmas mengembangkan dan menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol) tdd:
1. Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
2. Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
3. Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
1. Proses pre verifikasi
O Proses verifikasi sebelum tindakan bertujuan:
O verifikasi benar pasien,
O benar prosedur,
O benar sisi,
O memastikan semua dokumen : Informed consent, rekam medis, hasil pemeriksaan
penunjang tersedia dan diberi label,
O memastikan obat-obatan, cairan intravena, jika ada ada produk darah yang diperlukan,
O peralatan medis atau implant tersedia dan siap digunakan.
02/16/2021 31
arjaty/ SKP FKTP/2019
SKP 4 Proses memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang
menjalani operasi / tindakan medis
2. Penandaan sisi :
O melibatkan pasien jika memungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung dapat
dikenali dan tidak membingungkan.
O Tanda harus dilakukan secara seragam dan konsisten.
O Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas :
O (kanan vs kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari sepasang organ),
O beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau
O beberapa tingkat (tulang belakang).
O Untuk tindakan di poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu,
menggunakan hasil rontgen gigi atau diagram gigi.
O Penandaaan harus dilakukan oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan
melakukan seluruh prosedur dan tetap bersama pasien selama prosedur berlangsung
O Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai, selama pasien terlibat
secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda tersebut terlihat setelah pasien disiapkan dan
dipasang doek steril. Adakalanya pasien tidak memungkinkan untuk berpartisipasi,
misalnya: pasien anak-anak, atau ketika pasien tidak kompeten membuat keputusan tentang
perawatan kesehatan.
3. Time-out dilaksanakan secara aktif segera sebelum dimulai prosedur invasif, di tempat
tindakan invasif dilakukan, dengan tim lengkap yang akan melakukan tindakan invasif,
memastikan benar pasien, benar prosedur, dan benar sisi tindakan, dan didokumentasikan.
O  
02/16/2021 32
arjaty/ SKP FKTP/2019
Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur verifikasi sebelum
operasi/tindakan medis dilakukan dan penandaan sisi
operasi/tindakan medis sesuai dengan yang diminta dalam pokok
pikiran. (R)
2. Dilakukan penandaan sisi operasi/tindakan medis secara
konsisten oleh pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan
sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (O,W)
3. Dilakukan time-out oleh tim lengkap sebelum operasi/tindakan
medis, untuk memastikan benar identifikasi pasien, benar
prosedur, benar sisi, persetujuan tindakan medis, dan konfirmasi
bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan dengan
mencatat waktunya. (D,O,W)
4. Proses yang seragam dilakukan untuk tindakan invasif di
Puskesmas untuk memastikan benar pasien, benar prosedur, dan
benar sisi (D, O, W).

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 33


Penandaan (Mark Site)
Penandaan daerah operasi/ tindakan
invasif: • Organ tunggal seperti: uterus,
 Dilakukan oleh dokter operator untuk jantung
pasien : • Di mana secara teknis atau
1. Operasi elektifdilakukan di anatomis tidak mungkin untuk
ruang rawat inap diberi tanda seperti :
2. Operasi cito  IGD/ Rawat Inap permukaan mukosa, perineum,
 Menggunakan spidol permanen  bayi premature
Tanda “ “ • Untuk gigi, nama prosedur
tindakan gigi akan ditandai
O Organ yang mempunyai lateralisasi pada Rontgen gigi
O Beberapa digit pada jari tangan atau • Penandaan tidak dilakukan
kaki pada tindakan: Endoskopi
O Tulang belakang bagian depan atau gastroenterology,
belakang pada tingkat: cervical, Tonsilektomi ,
thoracal, lumbal dan sacrum.
Hemorroidectomy
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 34
Benar Lokasi Operasi ?

• Seorang pasien 43 th, akan


dilakukan Tympanoplasty dgn
GA. Saat asesmen preoperativ,
sudah diberi tanda pada
mastoid kiri.
• Saat pasien di lakukan Sign in
di Ruang Penerimaan di OK,
ternyata pasien mempunyai
TATO di telinga kanan yg dapat
menyebabkan WRONG SITE
SURGERY ……
arjaty/ JCI/IPSG/2013 02/16/2021 35
CHECK LIST KESELAMATAN PASIEN DI RUANG OPERASI

SEBELUM DIANESTESI SEBELUM INSISI


SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN
Time Out
Paraf
RUANG OPERASI
Pastikan semua anggota tim
Masuk Ruang Operasi Memperkenalkan nama dan Keluar Ruang Operasi
Pa perannya
Pasien sudah dipastikan : raf Dokter bedah, anestesi dan perawat
Konfirmasi secara verbal mengenai Perawat konfirmasi dgn Par
 Identitas tim: af
 Pasien
 Sisi Operasi
 Sisi
 Prosedur
 Prosedur Nama prosedur yang
 Informed Consent Antisipasi keadaan kritis tercatat
Tanda operasi ada/tidak Dokter bedah review Kebenaran, jlh instrumen,
Cek Keselamatan Anestesi keadaan kritis atau langkah-langkah kassa, jarum
Oximeter siap dan berfungsi yang tidak diharapkan, lama operasi,
Apakah pasien alergi? antisipasi kehilangan darah Bagaimana spesimen
Ya diberi
Tidak Tim anestesi review
apakah ada keadaan pasien yang
label (termasuk nama
Adakah risiko aspirasi? pasien)
Ya perlu diperhatikan?
Tim perawat review Apakah ada masalah pada
Tidak alat
Sudah steril (termasuk indikator
Adakah risiko perdarahan? hasil) ?Adakah masalah alat?
500 ml (7ml/kg BB pd Apakah antibiotik profilaksis telah Dokter bedah, anestesi
anak) diberikan dan
Tidak Ya Perawat review hal-hal
Ya, sudah disiapkan Tidak penting untuk pemulihan
transfusi Apakah ada hasil imaging? pasien
Ya
Tidak

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 36


SAFE SURGERY SAVE LIVES

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 37


SKP 5 Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko
infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan.

O Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan Panduan


kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan, serta
ditempel pada tempat yang mudah dibaca. T
O Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan karyawan puskesmas
perlu diedukasi tentang kebersihan tangan.
O Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk
pasien, keluarga pasien, anak sekolah, dan masyarakat.

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 38


Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan panduan
kebersihan tangan (R)
2. Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada
tenaga medis, tenaga kesehatan, seluruh
karyawan puskesmas, pasien dan keluarga
pasien (D,W)
3. Prosedur mencuci tangan dan desinfeksi
tangan diterapkan sesuai dengan kebijakan
dan panduan kebersihan tangan (O,S)

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 39


IPSG 5 Menurunkan risiko infeksi akibat
pelayanan rumah sakit
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 41
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 42
SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh
O Cedera dapat terjadi karena jatuh di fasilitas kesehatan.
O Risiko jatuh pada pasien termasuk :
O riwayat jatuh,
O penggunaan obat,
O minum minuman beralkohol,
O gangguan keseimbangan,
O gangguan visus,
O gangguan mental, dan
O sebab yang lain
O Penapisan (screening) secara umum dapat dilakukan dengan :
O Pertanyaan sederhana dengan jawaban ya / tidak misalnya :
O apakah pasien pernah jatuh dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir,
O apakah pasien mengalami vertigo, apakah pasien mengkonsumsi obat yang
mengganggu keseimbangan,
O apakah pasien perlu bantuan ketika berdiri/berjalan,
O observasi dengan skor yang diberikan berdasarkan respons pasien. Misalnya
modified time up and go
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 43
SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh
O Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan
mempertimbangkan kriteria :
O Kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadsran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol
O Diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
O Situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah
baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari
ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
O Lokasi : hasil identifikasi area-area di puskesmas yang berisiko terjadi pasien
jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau mempunyai
barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi, tangga.
O Puskesmas harus melakukan penapisan risiko jatuh pada pasien. Kriteria penapisan
risiko jatuh harus ditetapkan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau
meminimalkan kejadian jatuh.

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 44


Elemen Penilaian
1. Ditetapkan kebijakan dan prosedur penapisan
pasien dengan risiko jatuh berdasarkan kondisi,
diagnosis, situasi dan lokasi (R)
2. Dilakukan penapisan pasien dengan risiko jatuh
sesuai dengan kebijakan dan prosedur (D,O,W)
3. Dilakukan upaya mengurangi risiko jatuh pada
pasien dari hasil penapisan yang dapat
mengakibatkan pasien jatuh (O,W,S)
4. Dilakukan analisis dan tindak lanjut untuk
mengurangi risiko terhadap situasi dan lokasi yang
diidentifikasi berisiko terjadi pasien jatuh (D, O,
W).
arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 45
6 Menurunkan risiko cedera karena pasien
jatuh
O Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko
jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan terjadi
perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
O Penilaian risiko jatuh pada Pasien Dewasa dengan Skala
Jatuh Morse
O Penilaian risiko jatuh pada Pasien Anak dengan Skala
Humpty Dumpty

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 46


arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 47
Safety begins with you
Don’t wait for someone else

arjaty/ SKP FKTP/2019 02/16/2021 48

Anda mungkin juga menyukai