Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN RISIKO

KESELAMATAN PASIEN

Yuni Dwi Hastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

YuniDwiHastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

MANAJEMEN RISIKO
KESELAMATAN PASIEN
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan
tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.

Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi


dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada
pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri
(The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO).
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Insiden keselamatan pasien (IKP) adalah setiap kejadian yg
tidak disengaja & kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yg dapat dicegah pada
pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC).
JENIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera


pada pasien.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yg sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
1.MENGIDENTIFIKASI KONTEKS/KONDISI

✔Identifikasi faktor eksternal dan

internal ✔Menetapkan tujuan


✔Menetapkan Risk Appetite (RISIKO yang
bisa diterima)
2.PENILAIAN RISIKO
Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu
organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol
frekuensi dan dampak risiko risiko
RS harus punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni
Risk Register:
1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
2. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi
eksternal & internal, external assessments dan Akreditasi
3. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan Root Cause
Analysis&Failure Mode and Effect Analysis)

PENILAIAN RISIKO
Penilaian risiko harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak
yang terlibat termasuk Pasien dan publik dapat terlibat bila
memungkinkan.

Area yang dinilai:


❖Operasional

❖Finansial

❖Sumber daya manusia


❖Strategik

❖Hukum/Regulasi Teknologi

IDENTIFIKASI RISIKO EVALUASI RISIKO


RISIKO
PENILAIAN
ANALISIS RISIKO
IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara
finansial. Identifikasi akan membantu langkah langkah yang
akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.

RISIKO

POTENSIAL AKTUAL
INSTRUMEN/SUMBER DATA
1. Laporan Kejadian-Kejadian
(KTD+KNC+KPC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain)
1. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa
dan mencari penyimpangan-penyimpangan pada praktik
dan prosedur)
2. Pengaduan (Complaint) pelanggan
3. Survey/Self Assesment, dan lain-lain
Pendekatan dalam Identifikasi Risiko
✔Brainstorming

✔Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling


dan menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada
setiap lokasi.

✔Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai


umpan balik
TULISAN RESEP TAK JELAS
HAZZARD atau RISK ?
HAZARD VS
RISK
Tulisan resep
yang tidak jelas
itu
hazard/bahaya
Obat salah
diberikan kepada pasien itu risiko.
Tulisan resep yang tidak jelas (bahaya) dapat menyebabkan
(risiko) salah pemberian obat
OBAT LASA DILETAKKAN
BERDEKATAN TANPA LABEL ?

HAZZARD atau RISK


Risiko di Rumah Sakit
• Risiko Klinis :
–Semua hal yang dapat berdampak terhadap pencapaian
pelayanan pasien yang bermutu, aman dan efektif.

•Risiko Nonklinis / Corporate Risk :


–Semua hal yang dapat berdampak terhadap tercapainya
tugas pokok dan kewajiban hukum dari RS sebagai
korporasi bias terkait finansial, legal, reputational dan
hazardous material risk
Kategori Risiko di Rumah Sakit
( Categories of Risk )

1. Patient care-related risks


2. Medical staff-related risks
3. Employee-related risks
4. Property-related risks
5. Financial risks
6. Other risks
GRADING RISIKO
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus
ditentukan peringkatnya (grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan
(consequence)
TINGKAT FREKUENSI
RISIKO 1 Jarang (1 KALI/>5 TAHUN )

2 Kadang-kadang (1 KALI/3-5 TAHUN)


3 Mungkin (1 KALI/1-2 TAHUN)
4 Mungkin sekali (BEBERAPA KALI/TAHUN)
5 Hampir pasti (TIAP MINGGU/BULAN)
ANALISIS RISIKO

SKOR RISIKO= DAMPAK X PELUANG


TABEL ASSESMEN RISIKO
KESIMPULAN ANALISIS
Untuk risiko / insiden dengan kategori hijau dan kuning maka
evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk
kategori ungu dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih
mendalam dengan metode RCA (root cause analysis – reaktif /
responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect
analysis – proaktif)
3.PENGELOLAAN RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap
selanjutnya adalah pengelolaan risiko atau insiden dengan
target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level
terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian
yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
Hierarki Pengendalian RISIKO
Eliminasi
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga
tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari RISIKO, namun
demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan
ekonomis.
Contohnya: RISIKO bahaya kimia akibat proses reuse hollow fiber HD dapat di
eliminasi ketika hollow fiber tidak perlu reuse lagi atau single use.

Hierarki Pengendalian RISIKO


Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini menurunkan bahaya dan RISIKO minimal melalui disain sistem
ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin
untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator,
menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi
kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang
menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
Hierarki Pengendalian
RISIKO
Rekayasa/Enginering
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya
dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau
peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal pemasangan shield
/sekat Pb pada pesawat fluoroscopy (X-Ray), dan lain-lain.

Hierarki Pengendalian RISIKO


Administratif
Kontrol administratif ditujukan pengendalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan metode kerja diharapkan
orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain
seleksi karyawan, adanya standar operasional Prosedur (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi perilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, dan lain-lain.

Hierarki Pengendalian RISIKO


Alat Pelindung Diri (APD)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam
pengendalian bahaya. APD hanya dipergunakan oleh pekerja yang akan berhadapan langsung dengan RISIKO
bahaya dengan memperhatikan jarak dan waktu kontak dengan RISIKO bahaya tersebut. Semakin jauh
dengan RISIKO bahaya maka RISIKO yang didapat semakin kecil, begitu juga semakin singkat kontak dengan
RISIKO bahaya RISIKO yang didapat juga semakin kecil.
Penggunaan beberapa APD kadang memiliki dampak negatif pada pekerja seperti kurang leluasa dalam
bekerja, keterbatasan komunikasi dengan pekerja lain, alergi terhadap APD tertentu, dan lain-lain. Beberpa
pekeerja yang kurang faham terhadap dampak RISIKO bahaya dari pekerjaan yang dilakukan kadang
kepatuhan dalam penggunaan APD juga menjadi rendah. APD reuse memerlukan perawatan dan
penyimpanan yang baik sehingga kualitas perlindungan dari APD tersebut tetap optimal.

Anda mungkin juga menyukai