Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN RESIKO

KLINIS

No. Dokumen :
PAN No. Revisi :
DUA Tanggal Terbit :
N Halaman : 1/2

Drg. KARTIKA LISTYOWATI


PUSKESMAS
NIP. 19770601200907 2 001
KARANGGETAS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

I. DEFINISI
Manajemen risiko adalah proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh. Manejemen risiko dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya risiko yang bisa terjadi dalam setiap kegiatan.
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan
dan menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan
keselamatan pasien dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu
puskesmas.Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan
meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan
kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai
luaran klinis yang optimum.
Manajemen Risiko: merupakan upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan risiko(grading) dan mengendalikan / mengelola risiko
tersebut baik secara proakti frisiko yang mungkin terjadi maupun reaktif
terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negative
seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu puskesmas.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan(KTD), KejadianNyaris Cedera (KNC),Kejadian Tidak Cedera
(KTC)dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD):adalah insiden yang mengakibatkan
cidera pada pasien.
2. Kejadian Nyaris Cidera (KNC):adalah insiden yang berpotensi
menimbulkan cidera pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke
pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC):adalah insiden yang berpotensi
mengakibatkan cidera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien,
tetapi ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC):adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi
II. RUANG LINGKUP
Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi,
menilai, mencegah dan
mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pasien, pegawai,
properti/sarpras/fasilitasi, kepatuhan terhadap peraturan/prosedur dan
kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan. Keselamatan (safety)
telah menjadi isu global termasuk keselamatan di puskesmas. Ada lima
isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan/staff medis, keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” puskesmas yang
terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
puskesmas, yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan
terintegrasi.
Ruang lingkup manajemen risiko meliputi :
a. Risiko terhadap pelayanan pasien
b. Risiko terhadap staf medis/klinis dalam bekerja
c. Risiko terhadap staf lain/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana /fasilitas/ asset puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko2 lain
a. Risiko terhadap pasien
1) Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
2) Kesalahan pemberian obat
3) Pasien cedera/ jatuh
4) Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
5) Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
6) Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
7) Pasien diberitahu tentang risiko
8) Pengobatan yang non diskriminatif.
9) Perlindungan barang pasien dari kerugian atau kerusakan
10) Inform consent/persetujuan tindakan dan layanan klinis
b. Risiko terkait staf medis.
1) Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
2) Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku ?
3) Apakah pasien dikelola dengan benar?
4) Apakah ada resiko tertular infeksi?
5) Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
c. Risiko terkait pegawai.
1) Menjaga lingkungan yang aman.
2) Kebijakan kesehatan pegawai.
3) Mengurangi risiko penyakit akibat pekerjaan
d. Risiko terkait property.
1) Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
2) Catatan rekam medik pasien non-elektronik atau elektronik,
catatan bisnis dan catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan
atau perusakan.
3) Prosedur untuk menangani uang tunai dan menjaga barang-
barang berharga
e. Risiko terkait keuangan.
1) Prosedur untuk menangani uang tunai dan menjaga barang-
barang berharga
2) Meningkatnya suku bunga
3) Penyalahgunaan asset
4) Penyalahgunaan laporan keuangan
5) Ketidak disiplinan dalam pencatatan keuangan
f. Risiko lain-lain:
1) Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, bahan
biologis/specimen menular, manajemen limbah.
2) Risiko terkait hukum dan peraturan
3) Kecelakaan Ambulance
III. TATA LAKSANA
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Identifikasi risiko.
2. Analisis risiko.
3. Evaluasi risiko.
4. Pengelolaan risiko.
A. TAHAPAN MANAGEMEN RESIKO
1. IDENTIFIKASI RESIKO
Adalah usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi situasi
yang dapat menyebabkan cerdera, tuntutan atau kerugian.
Instrumen yang yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko
antara lain:
a. Laporan kejadian ( KTD, KNC,KPC, sentinel event dll )
b. Review Rekam Medis
c. Pengaduan pelanggan
d. Survey
e. Seft assessment
2. ANALISIS RESIKO
Dalam tahapan ini dilakukan secara rinci dan pencatatana
selengkap mungkin segala sesuatu tentang segala resiko yang
teridentifikasi, meliputi bagaimana itu bisa terjadi, akibat yang
timbul, tingkat keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya
atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut. Salah satu
tool yang digunakan di Puskesmas BUTUH untuk menganalisis
suatu resiko adalah Analisis Modus Dampak dan Kegagalan atau
Failure Mode Effect Analysis ( FMEA )
3. EVALUASI RESIKO
Dalam tahapan ini dilakukan prediksi tingkat resiko dan
menentukan prioritas resiko dengan menggunakan penilaian
matriks resiko. Penilaian matriks resiko adalah suatu suatu metode
analisa kualitatif untuk menentukan derajat resiko suatu insiden
berdasarkan DAMPAK dan PROBABILITAS
4. PENGELOLAAN RESIKO
Setelah dilakukan penilaian resiko langkah selanjutnya adalah
menentukan tindakan pengelolaan resiko sebagai berikut ;
a. Risk retenston : dilakukan pada resiko yang tingkatannya rendah
( probability dan Dampak yang rendah ), misalnya kerusakan
pada peralatan yang tidak membahayakan. Resiko umumnya
dalam hali ini bisa dikelola atau diatasi oleh puskesmas
b. Risk Transfer : dilakukan pada resiko yang jarang terjadi tapai
bisa berakibat serius ( probabilitas rendah tapi dampaknya
tinggi ). Dalam keadaan ini dilakukan pengalihan resiko agar
pihak lain ikut menanggung melalui kontrak, kerjasama atau
asuransi.
c. Risk Reduction : dilakukan pada resiko yang sering terjadi, tetapi
akibatnya tidak membahayakan ( probability tinggi tapi
dampaknya rendah ), misalnya kecelakaan kerja yang berakibat
cedera ringan. Dalam keadaan ini dilakukan upaya-upaya untuk
mengurangi resiko dengan penerapan teknologi pengendalian.
d. Risk avoidance : dilakukan pada resiko yang sering terjadi dan
berdampak tinggi ( probability dan dampak tinggi ) misalnya
kecelakaan kerja yang sering terjadi dan berakibat fatal. Dalam
keadaan ini kegiatan yang menimbulkan resiko tersebut sebisa
mungkin dihindari atau tidak dilaksanakan.
Dalam melaksanakan tindakan pengelolaan resiko, dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Perencanaan ( Plan )
b. Pelaksanaan ( Do )
c. Pemeriksaan Berkala ( Check )
d. Perbaikan dan tindakan ( Action )
B. MONITORING DAN REVIEW
Monitoring dan review meliputi kegiatan pemantauan dampak
resiko, pengkajian efektifitas kegiatan yang dilakukan dan perubahan
prioritas resiko bila diperlukan pada setiap tahapan mangemen resiko.
C. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI
Pada setiap tahapan kegiatan dilakukan komunikasi dan
konsultasi pada semua pihak baik internal maupun eksternal. Hal ini
dilakukan agar ada peran dari masing pihak yang terlbat dalam
managemen resiko.
IV. DOKUMENTASI
Seluruh proses kegiatan managemen resiko mulai tahapan
Identifikasi risiko, Analisis risiko, Evaluasi risiko dan Pengelolaan risiko
dilakukan pendokumentasian di setiap unit pelayanan dan dilaporkan
kepada Penanggungjawab Managemen Mutu Puskesmas. Dokumentasi
yang harus dibuat dan dilaporkan meliputi : Kejadian sentinel, Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD ), Kejadian Tidak Cedera ( KTC ), Kejadian Nyaris
Cedera ( KNC ), Kejadian Potensial Cedera ( KPC ). Contoh laporan
sebagaimana terlampir.

Ditetapkan di : Karanggetas
pada tanggal :

KEPALA UPT PUSKESMAS KARANGGETAS

Drg. KARTIKA LISTYOWATI


NIP. 19770601200907 2 001
Lampiran : 3 Risk Grading Matrix Patient Safety

PROBABILITAS/FREKUENSI/LIKELIHOOD
Level Frekuensi Kejadian aktual
Sangat
1 Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
jarang
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2- 5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1- 2 tahun
Dapat terjadi beberapa kali dalam
4 Sering
setahun
Sangat
5 Terjadi dalam minggu/bulan
sering

DAMPAK KLINIS/CONSEQUENCES/SEVERITY
Level Deskripsi Contoh Deskripsi
1 Insignificant Tidak ada cedera
 Cedera ringan
2 Minor  Dapat diatasi dengan pertolongan
pertama
 Cedera sedang
 Berkurangnya fungsi motorik
/sensorik/psikologis atau intelektual
3 Moderat secara reversible dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasari
 Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4 Mayor  Cedera luas/berat
 Kehilangan fungsi utama permanent
(motorik, sensorik, psikologis,
intelektual)/ irreversible, tidak
berhubungan dengan penyakit yang
mendasari
Kematian yang tidak berhubungan
5 Cathastropic dengan perjalanan penyakit yang
mendasarinya
RISK GRADING MATRIX

Potencial Concequences
Frekuensi/
Insignificant Minor Moderate Major Cathastropic
Likelihood
1 2 3 4 5
Sangat sering
Terjadi
(tiap Moderate Moderate High Extreme Extreme
mggu/bulan)
5
Sering Terjadi
(bbrp x/thn) Moderate Moderate High Extreme Extreme
4
Mungkin
Terjadi
Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn)
3
Jarang Terjadi
(2- 5 thn) Low Low Moderate High Extreme
2
Sangat
JarangTerjadi
Low Low Moderate High Extreme
(> 5 thn)
1

 Grade biru :Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal


1 minggu.
 Gradehijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2minggu
 Grade kuning : Investigaasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA
oleh Tim KP di Puskesmas, waktu maksimal 45 hari
 Grade merah :Investigasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA
oleh Tim KP di Puskesmas, waktu maksimal 45 hari.

Anda mungkin juga menyukai