Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DI INDUSTRI FARMASI

AREA WAREHOUSE (GUDANG PENYIMPANAN) MENGGUNAKAN


METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND
DETERMINATION CONTROL (HIRADC)

Astri Sri Astuti, Rafidah Salma Diyani, Rival Muhammad, Sena Serana
Teknik Lingkungan
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

ABSTRAK
HIRADC merupakan suatu proses untuk mengetahui adanya potensi bahaya disetiap pekerjaan,
kemudian menghitung besarnya suatu resiko dan menetapkan apakah resiko tersebut dapat
diterima atau tidak. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi bahaya, penilaian
resiko, dan penentuan kontrol di area warehouse salah satu industri farmasi di Padalarang. Data
primer didapatkan dari hasil observasi dan wawancara langung yang kemudian data disajikan
dalam bentuk tabel lalu dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa di area
warehouse terdapat 28 potensi bahaya dengan 4 jenis resiko berkategori very high risk¸ 13 jenis
resiko berkategori high risk, dan 11 jenis resiko berkategori medium risk. Saran dari penelitian ini
adalah agar perusahaan dan karyawan senantiasa mau untuk meningkatkan kesadaran tentang
keselamatan pada setiap pekerjaan agar mengurangi terciptanya unsafe action dan unsafe
condition. Dan perlengkapan APD dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Kata kunci: HIRADC, hazard identification, risk assessment, warehouse.
ABSTRACT
HIRADC is a process to determine the potential danger in each job, then calculate the amount of
a risk and determine whether the risk is acceptable or not. The purpose of this study is to conduct
hazard identification, risk assessment, and determination of control in the warehouse area of a
pharmaceutical industry at Padalarang. Primary data is obtained from the results of observations
and direct interviews, then the data is presented in table form and then analyzed descriptively. The
results showed that in the warehouse area there were 28 potential hazards with 4 types of risk
categorized as very high risk - 13 types of high-risk categories, and 11 types of risks as medium
risk categories. Suggestions from this research are that companies and employees always want to
raise awareness about safety at every job in order to reduce the creation of unsafe actions and
unsafe conditions. And PPE equipment can be adjusted to the type of work performed.
Keywords: HIRADC, hazard identification, risk assessment, warehouse.
I. PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya dalam mengelola bahaya
yang dapat berpotensi menimbulkan risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam setiap
melakukan pekerjaannya dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Oleh
karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang terdapat pekerja
didalamnya dan resiko terjadinya bahaya wajib memberikan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerjanya.

OHSAS 18001 merupakan elemen salah satu sistem manajemen K3 yang banyak
diterapkan diberbagai organisasi industri di dunia. Sesuai persyaratan yang disebutkan oleh
OHSAS 18001 bahwa setiap organisasi harus menetapkan prosedur dan mengidentifikasi
bahaya (Hazard Identification), penilaian resiko (Risk Assessment), dan pengendalian
risiko (Determination Control) atau lebih dikenal dengan singkatan HIRADC.

Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat direncanakan, dilakukan dan


dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya
pencegahan dan penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling tepat.
Analisa tentang kecelakaan dan risikonya dilakukan atas dasar pengenalan atau
identifikasi bahaya di lingkungan kerja dan pengukuran bahaya di tempat kerja. Secara
garis besar ada empat faktor utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu alat-alat
mekanik, lingkungan dan kepada manusianya sendiri. (Suma'mur, 2014)

HIRADC merupakan salah satu elemen penting dalam sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja karena berkaitan lansung dengan upaya pencegahan dan pengendalian
bahaya yang digunakan untuk menentukan objektif dan rencana K3. Sistem manajemen
K3 yang ditetapkan di Indonesia dan wajib diterapkan oleh beberapa industri adalah Sistem
Manajemen K3 berdasarkan peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam peraturan tersebut disebutkan
bahwa identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalaian resiko K3 harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan strategi rencana K3 menyatakan perlu diadakan
identifikasi sumber bahaya, analisis dan pengendalian risiko oleh petugas yang kompeten.

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode Haxard Identification, Risk
Assessment, and Determination Control (HIRADC) di Industri Farmasi di area warehouse.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS 18001,
2007). Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan
menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard) merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada timbulnya kecelakan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian,
serta kerusakan properti perusahaan, jenis bahaya keselamatan antara lain : Bahaya
mekanik, bahaya elektrik, bahaya kebakaran, dan bahaya peledakan.
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard) merupakan jenis bahaya yang berdampak
pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Jenis
bahaya kesehatan antara lain: bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya ergonomi, bahaya
biologi, dan bahaya psikologi.
Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang munculnya
suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek. Risiko diukur
berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah peristiwa) dan consequence
(dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut). Risiko dapat dinilai secara kualitatif,
semi-kualitatif atau kuantitatif.
Tahapan manajemen bahaya kerja merupakan langkah awal dalam mengembangkan
manajemen K3, antara lain:
1. Identifikasi bahaya kerja
2. Evaluasi bahaya kerja
3. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja
4. Pengendalian dan pemantauan bahaya kerja (strategi manajemen bahaya kerja)
Penilaian potensi bahaya yang diidentifikasi bahaya risiko melalui analisa dan
evaluasi bahaya risiko yang dimaksudkan untuk menentukan besarnya risiko dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadi dan besar akibat yang ditimbulkan. Dari hasil
analisa dapat diditentukan peringkat nilai risiko sehingga dapat di lakukan penilaian
risiko yang memiliki dampak penting terhadap perusahaan dan risiko tidak penting.

Berikut ini matrik yang digunakan untuk penilaian dalam jurnal penyusunan
HIRADC
Tabel 1. Skala Tingkat Keparahan (severity)

Tingkat Deskripsi Dampak Keselamatan Dampak Kesehatan


1 Insignificant Tidak ada kerugian Kecelakaan tidak membutuhkan
pertolongan pertama
2 Minor Cedera ringan Membutuhkan pertolongan
pertama
3 Moderate Berdampak pada Membutuhkan pertolongan
performa kerja, medis
pembatasan kerja
4 Major Cacat Permanen dan Membutuhkan perawatan
pengaruh performa kerja dirumah sakit
dalam waktu yang lama
5 Severe Menyebabkan kematian Kematian
dan kematian banyak
orang

Tabel 2. Skala Tingkat Kemungkinan (likelihood)

Level Kriteria Keterangan Frekuensi


Sangat Kejadiannya muncul hanya dalam Kurang dari sekali dalam
1
Jarang keadaan tertentu 10 tahun
Pernah terjadi atau pernah paling sedikit sekali dalam
2 Jarang
terdengar terjadi 10 tahun
paling sedikit sekali dalam
3 Moderat Pernah terjadi kejadian
5 tahun
kejadiannya mungkin muncul paling sedikit sekali dalam
4 Sering
pada kebanyakan situasi 1 tahun
Sangat lebih dari satu kali dalam
5 Umum atau sering terjadi
Sering setahun
Tabel 3. Skala "Risk Matrix"

Severity
Likelihood
1 2 3 4 5

1 1 2 3 4 5

2 2 4 6 8 10

3 3 6 9 12 15

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Very High
: 15-25
Risk
High Risk : 8-12
Medium
: 4-6
Risk
Low Risk : 1-3

Hasil dari risk assessment akan dijadikan dasar untuk melakukan risk control.
Kendali (kontrol) terhadap bahaya di lingkungan kerja adalah tindakan yang diambil
untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja melalui eliminasi,
subtitusi engginering control warning system administrative control dan alat pelindung
diri.
Terdapat 4 (empat) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja dari ILO dalam Modul K3 di Tempat Kerja, yaitu untuk:
a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada; dan
d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil.
Hierarki pengendalian merupakan proses, peratiran, alat, pelaksanaan, atau tindakan
yang berfungsi untuk memimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang postif
(AS/NZS 4360:2004). Berikut urutannya:
1. Eliminasi. Hirarki teratas adalah eliminasi dimana menghilangkan pekerjaan yang
berbahaya, alat, proses, mesin atau zat dengan tujuan untuk melindungi pekerja.
Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya
mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari risiko, namun demikian
penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.
Contoh : bahaya jatuh, bahaya ergonomic, bahaya confined space, bahaya bising,
bahaya kimia. Semua ini harus dieliminasikan jika berpotensi berbahaya.
2. Subtitusi. Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,
operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
Dengan pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem ulang
maupun desain ulang. Contoh : system otomatisasi pada mesin untuk mengurangi
interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih
kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau
bersih.
3. Pengendalian Engineering. Tipe pengendalian ini merupakan yang paling umum
digunakan. Karena memiliki kemampuan untuk merubah jalur transmisi bahaya atau
mengisolasi pekerja dari bahaya.
4. Warning System. engendalian bahaya yang dilakukan dengan memberikan
peringatan, intruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya
bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan
memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka
dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya.
Aplikasi didunia industri untuk pengendalian jenis ini antara lain berupa Alarm
system, detector, asap, tanda peringatan.
5. Administrative Control. Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan,
pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.
6. Alat Pelindung Diri. Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahaya
di lingkungan kerjaserta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat. Adapun
langkah-langkah keselamatan APD antara lain :
a. Selalu gunakan APD
b. Bicarakanlah, apabila peralatan pelindung pribadi yang digunakan tidak tepat untuk
pekerjaan, atau tidak nyaman atau tidak sesuai sebagaimana mestinya dengan
mengatakan kepada rekan-rekan kerja atau kepada supervisor.
c. Tetap selalu diberitahukan pastikan lingkungan kerja selalu terinformasi tentang
sifat dari bahaya atau risiko yang mungkin dijumpai.
d. Perhatikan APD yang digunakan, dengan tidak merusak atau merubah kemampuan
APD menjadi berkurang kegunaanya. Karena kondisi APD menentukan manfaat
perlindungan yang diberikannya
e. Lindungi keluarga, jangan sampai membawa kontaminasi bahaya dari tempat kerja
ke keluarga atau teman-teman anda dirumah, tinggalkan APD ditempat kerja.

III. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


a. Metode
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan cara observasi, dimana
petugas mengamati langsung dari aktivitas karyawan yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Berdasarkan waktu penelitian ini bersifat cross sectional, karena pengumpulan data
dikumpukan pada waktu yang sama. Penelitain ini termasuk penilitian deskriptif yaitu
menggambarkan proses tanpa melakukan analisis variable.
Lokasi penelitian yaitu di salah satu industri farmasi di Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat, departemen warehouse (gudang penyimpanan). Dilaksanakan pada bulan
Oktober 2018. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah aktivitas pekerjaan di
warehouse (gudang penyimpanan), hazard, identifikasi bahaya, analisis risiko, penilaian
pengendalian, dan residual risk.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer didapat melalui hasil wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan
pekerja dan Koordinator safety setempat . Observasi dilakukan untuk mendapat tentang
proses kerja, lingkungan kerja, kondisi kerja, bahaya dan risiko yang ada di area kerja
warehouse (gudang penyimpanan). Data sekunder diperoleh dari data yang ada di
Industrial Safety Department (ISD). Data hasil wawancara dan observasi disajikan dalam
bentuk narasi dan tabel. Hasil dari analisis data secara deskriptif digunakan untuk menarik
kesimpulan.
b. Hasil Identifikasi
Aktivitas kerja pada departemen gudang terbagi jadi beberapa aktivitas antara lain :
1. Penerimaan bahan baku dan bahan kemas
2. Aktivitas area kerja gudang solid
3. Aktivitas area kerja gudang liquid
4. Aktivitas area kerja gudang api
Berikut identifikasi bahaya pada tiap aktivitas kerja pada area gudang. Berdasarkan
hasil identifikasi bahaya diperoleh potensi bahaya ada 28 potensi bahaya yang terdapat dari
semua aktivitas kerja yang dapat menimbulkan 28 risiko. Setelah dilakukan identifikasi
bahaya pada area kerja gudang langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko atau
risk assessment. Dalam melakukkan risk assessment terdapat dua tahap yakni analisis dan
evaluasi risiko. Risk assessment yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis risiko semikuantitatif Fine yang terdiri dari tiga aspek penilaian. Tiga aspek yang
dinilai dan di evaluasi dalam metode analisis risiko semikuantitatif tersebut meliputi
likelihood, exposure dan consequence.
FORMULIR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN
PENGENDALIAN

Aktifitas : Gudang Solid dan Gudang Liquid Tanggal : 1 Oktober 2018


Disusun oleh: Rafidah Salma, Sena S., Astri
Departmen: SCM
S., Rival M.
Identifikasi yang mungkin terkena resiko dari aktifitas terkait: Personil Gudang Solid dan Gudang
Liquid
Nilai Resiko
-
Jumlah
No Aktivitas Pekerjaan Bahaya Resiko pengendalian
Karyawan
saat ini
S L RL
1 PENERIMAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN KEMAS
Menabrak Cedera/luka 3 4 2 8
Kesulitan
Menghalangi keluar saat
Memarkirkan
1.1 pintu emergency keadaan
Kendaraan Truck 50 4 4 16
produksi liquid, darurat dan
PHC menimbulkan
cedera
Forklift menabrak Cedera/luka 2 3 3 9
Forklift terguling
di jalur menuju Cedera/luka 1 5 1 5
kantin
Forklift terguling
saat Kerusakan
menarik/mengirim properti dan 1 5 3 15
1.2 Menggunakan forklift bahan/produk ke luka
gudang PHC2
Kerusakan
Jalan menuju
properti N/A 5 2 10
PHC2 tidak rata
(forklift)
Jalan aspal tidak
Kerusakan
rata N/A 5 2 10
produk
(bergelombang)
Menggunakan hand
1.3 Terjepit, terlindas Cedera/luka 2 2 2 4
pallet
Electric steker
Menggunakan Electric
1.4 terjatuh dari Cedera/luka 2 4 2 8
staker
pinggir gudang
Uap beracun,
Mengisi daya batre Keracunan,
1.5 korosif dan 1 2 2 4
forklift Iritan
mudah terbakar
Menyimpan sementara
1.6 bahan baku dan bahan Tertimpa barang Cedera/luka 3 2 2 4
kemas di luar gudang
2 GUDANG SOLID
2.1 Terjepit, terlindas Cedera/luka 2 4 2 8
Electric steker Kerusakan
N/A 4 2 8
menabrak properti
Menggunakan elektrik
2.2 steker Menabrak
personil yang
Cedera/luka 2 4 3 12
lewat saat keluar
gedung
Kejatuhan barang Cedera/luka 2 3 2 6
Pencahayaan Gangguan
Menggunakan bahan 5 3 3 9
2.3 kurang penglihatan
baku
Rak rubuh dan
Cedera/luka 5 4 2 8
menimpa orang
Percikan api dari
gesekan kipas
Menyimpan bahan
2.4 mengenai bahan Kebakaran 20 5 3 15
kemas
kemas mudah
terbakar
Melakukan pekerjaan
Jatuh dari
2.5 diketinggian dengan Cedera/luka 1 4 2 8
ketinggian
stacker
3 GUDANG LIQUID
Terjepit, terlindas Cedera/luka 2 3 2 6
Menggunakan elektrik
3.1 Elektrik steker Kerusakan
steker N/A 3 2 6
menabrak properti
Menyimpan bahan baku Terhirup bahan Gangguan
3.2 5 3 2 6
di ruang dingin kimia pernafasan
Kerusakan
N/A 4 2 8
3.3 Menggunakan lift Rumah Lift jatuh properti
Cedera 1 5 2 10
Melakukan aktifitas
3.4 Ergonomi Cedera 1 3 2 6
manual handling
Melakukan Pekerjaan
Jatuh dari
3.5 diketinggian dengan Cedera/luka 1 4 2 8
ketinggian
stacker
4 GUDANG API
Akumulasi
uap/gas mudah
4.1 Menyimpan bahan baku Kebakaran 3 5 1 5
terbakar dari
kemasan bocor
4.2 Memindahan kemasan Terjepit Cedera/luka 3 3 2 6

Grafik Penilaian Resiko


Medium Risk High Risk Very High Risk

14%

39%

47%

Gambar 1 Persentasi Risk

Pengendalian risiko secara hirarki dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Hindari risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau penggunaan
proses, bahan, alat yang berbahaya
2. Mengurangi kemungkinan terjadi (Reduce Likehood)
3. Mengurangi konsekuensi kejadian (Risk Transfer)
4. Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin menjamin risiko atau
bahaya hilang semuanya, sehingga masih ada sisa risiko (Residual Risk) yang harus
ditanggung perusahaan.

IV. KESIMPULAN

Hasil identifikasi terdapat 28 bahaya risiko dari 11 proses kegiatan dan risk assessment
terdapat 26 risiko bahaya dalam tindakan perawatan. Kontrol dimulai dari bahaya yang
mempunyai risiko tinggi kemudian yang lebih rendah tingkat bahayanya sehingga
prosesnya menjadi aman. Nilai risiko tindakan perawatan dan perbaikan infastuktur untuk
risiko bahaya sedang 39%, bahaya tinggi 57%, dan extrim 14%.

V. DAFTAR PUSTAKA
Rovins, J.E. Wilson, T.M., Hayes J, Jensen SJ, Dohaney, J Mitchell, J, Johnston DM, Davies, A.
2015. Risk Assessment Handbook. GNS Science Miscellaneous Series. ISBN 978-0-908349-36-4.

Peraturan Menteri No. PER-05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Jakarta: Departemen Tenaga Kerja.

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: PT.
Dian Rakyat

OHSAS 18001:2007. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

MURDIYONO. 2016. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI BENGKEL


PENGELASAN SMK N 2 PENGASIH. TUGAS AKHIR SKRIPSI UNY.

Australia Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360:2004) Risk Management Guidelines

Supriyadi, Fauzi Ramdan. 2017. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Pada Divisi Boiler Menggunakan
Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (Hirarc). No.Issn Online : 2541-5727

DRM Software Review

Anda mungkin juga menyukai