Pangan Dengan
Menerapkan HACCP
Kelompok 6 – 2 STr A
Anggota Kelompok
Adinda Nugrahani
01 P21335122004
Gheffa Yudha P.
04 P21335122032
2
1 3
Bahaya Kimia
Prinsip II
Identifikasi dan Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP) di dalam Proses Produksi. Titik
kendali kritis (CCP) didefinisikan sebagai suatu titik lokasi, setiap langkah/tahap dalam
proses, atau prosedur, apabila tidak terkendali (terawasi) dengan baik, kemungkinan dapat
menimbulkan tidak amannya makanan, kerusakan (spoilage), dan resiko kerugian ekonomi.
CCP ini ditentukan setelah diagram alir proses produksi yang sudah teridentifikasi potensi
bahaya pada setiap tahap produksi dengan menjawab pertanyaan ”Apakah
pengawasan/pengendalian kritis dari bahaya (hazard) terjadi pada tahap ini atau yang lain,
apabila pengawasan/pengendalian pada tahap tertentu gagal apakah langsung menghasilkan
bahaya yang tak diinginkan,kerusakan dan kerugian secara ekonomi”.
Harus diperhatikan titik kendali (CP) tidaklah
sama dengan titik kendali kritis (CCP).
Secara sistematis untuk mengidentifikasi dan
mengenali setiap titik kendali kritis (CCP)
dapat dilakukan dengan metode alur
keputusan atau CCP Decission Tree seperti
terlihat pada Gambar 1.
Prinsip III
Penetapan Batas Kritis (Critical Limits) Terhadap Setiap CCP yang telah
Teridentifikasi. Setelah semua CCP dan parameter pengendali yang berkaitan dengan setiap
CCP teridentifikasi, tim HACCP harus menetapkan batas kritis untuk setiap CCP. Biasanya
batas kritis untuk bahaya biologis/mikrobiologis, kimia dan fisika untuk setiap jenis produk
berbeda satu sama lainnya. Batas kritis didefinisikan sebagai batas toleransi yang dapat
diterima untuk mengamankan bahaya, sehingga titik kendali dapat mengendalikan bahaya
kesehatan secara cermat dan efektif. Batas kritis yang sudah ditetapkan ini tidak boleh
dilanggar atau dilampaui nilainya, karena bila suatu nilai batas kritis yang dilanggar dan
kemudian titik kendali kritisnya lepas dari kendali, maka dapat menyebabkan terjadinya
bahaya terhadap kesehatan konsumen.
Prinsip IV
Penyusunan Prosedur Pemantauan dan Persyaratannya Untuk Memonitor
CCP-nya. Setelah prinsip III dilengkapi dengan penetapan batas kritis untuk
semua CCP, tim HACCP harus menetapkan persyaratan monitoring untuk setiap
CCP-nya. Monitoring merupakan rencana pengawasan dan pengukuran
berkesinambungan untuk mengetahui apakah suatu CCP dalam keadaan terkendali
dan menghasilkan catatan (record) yang tepat untuk digunakan dalam verifikasi
nantinya
Kegiatan Monitoring
1 3
Mendeskripsikan Produk
2
Tahap Persiapan dan Pelaksanaan HACCP
5
Menyusun Diagram AIr
Mengkonfirmasi Alur
Proses di Lapang
4
Tahap Analisis Pelaksanaan HACCP
1. Menyusun Daftar
2. Menentukan Titik-titik Pengendalian Kritis (CCP)
3. Menentukan Batas-batas Kritis Untuk Masing-masing
CCP
4. Menentukan Sistem Pengawasan CCP
5. Menentukan Upaya-upaya Perbaikan
6. Menyusun Prosedur Verifikasi
7. Menyusun Dokumentasi dan Penyimpanan Pencatatan
Kesimpulan
Bagan alir yang disusun telah mencakup dari semua tahapan mulai dari penerimaan bahan makanan
dari vendor, sampai pada proses penyajian makanan pada tamu. Hyatt Regency Yogyakarta memiliki 2 (dua) bagan
alir dalam HACCP Plan yaitu Hot Process dan Cold Process. Prinsip pertama pada HACCP yaitu analisis bahaya
telah dilakukan dengan baik dan telah mencakup 3 (tiga) kriteria bahaya yaitu bahaya biologi, kimia, dan fisik dan
juga telah menentukan tingkatan bahaya dari bahan makanan yang digunakan. HACCP tidak mengatasi timbulnya
masalah, tetapi mencegahnya. Upaya pencegahan dapat dilihat dari pemisahan antara bahan baku dengan produk
akhir selama penyimpanan, penggunaan sumber air yang bersertifikat, kalibrasi timbangan dan penggunaan truk
yang memiliki fasilitas pendingin. Dengan penerapan HACCP memungkinkan memprediksi potensi bahaya dan
mencegahnya sebelum terjadi. Potensi bahaya tidak boleh ditentukan berdasarkan hanya dari hasil pemeriksaan
rutin pada bagian tertentu dan mengontrol potensi bahaya
Daftar Pustaka
1. Crocker, O. L. and Leung Chiu, J. S., 1984, Quality Circles, A Guide to Participation and Productivity, Methuen,
Toronto.
2. Fardiaz, S. (2017). Prinsip dan Praktek Pengendalian Mutu Pangan. Bogor: Penebar Swadaya.
3. Hicks, Philips E., 1994, Industrial Engineering and Management, A New Perspective, 2nd ed., McGraw-Hill Book
Co., Singapore.
4. Implementasi GMP dan HACCP dalam Menunjang Quality Assurance Industri Pangan (A. Tjahjanto Prasetyono).
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Umum Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik
Kritis (HACCP) pada Industri Makanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Lien Maulina Cartwright, D. L. (n.d.). HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) SEBAGAI.
Studi Pada Perkuliahan Pastry di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
7. Riyadi, R., & Widowati, E. (2019). Penerapan Sistem HACCP dalam Industri Pangan. Yogyakarta: Deepublish.
8. Stebbing, Lionel, 1993, Quality Assurance, The Route to Efficiency and Competitiveness, 3rd ed., Ellis Horwood,
London.
9. Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (2015). Teknologi Pengolahan Pangan: Prinsip dan Praktek. Jakarta:
Penerbit UI Press.
10. Sutardi, T., & Yuwono, S. S. (2016). Implementasi Sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) pada
Industri Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
11. Taguchi, G., Elsayed, E. A and Hsiang, T. C., Quality Engineering in Production Systems, McGraw Hill Book Co.,
Singapore
THANK YOU!
Kelompok 6