Dosen Pengampu:
Syarifuddin, SKM., M.Kes.
Zulfiah Maharani, ST., M.SI
Agus Dwi Pramono, AMKL
Imam Sidiq F, S.STRKes
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Alfia Febriyana (P21345119003)
i
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayat-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas menyusun makalah yang berjudul “Mekanisme
Penyebaran Penyakit Melalui Kotoran” tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan
maksimal sesuai dengan referensi yang kami dapatkan, sehingga dapat membantu kita semua
untuk dapat memahami isi materi dari makalah ini dengan sebaik-sebaiknya.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan
wawasan semua orang. Kami mohon maaf jika terdapat kesahan dalam penulisan kalimat dan
kata-kata yang kurang berkenan.
(KELOMPOK 5)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah ini akan dibahas bagaimana pengaruh tinja terhadap kesehatan dan
lingkungan, bagaimana rantai penulara penyakit melalui tinja dan bagaimana pola
pencemaran bakteri dan kimia dalam tanah. Untuk itu diharapkan makalah ini dapat berguna
dan menjadi lebih mudah dalam mendapatkan pengetahuan mengenai pokok materi yang
dibahas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan pembuangan tinja dan limbah cair dengan kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari contoh yang diberikan oleh Fair & Geyer (dalam Wagner &
Lanoix,1958,hlm.10) yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan angka kematian
karena penyakit tifus dan paratifus sampai menjadi sepertiga dari angka semula, dan
bahkan sampai 0, pada saat dilaksanakan program pembangunan Jamban di daerah ah
West Virginia,As. Menurut Okun & Ponghis (1975,hlm.4) pembuangan limbah cair yang
saniter akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi penyakit amoebiasis,
ascariasis,kolera, penyakit cacing tambang, leptospirosis, shigellosis, strongyloidiasis,
tetanus, trichuriasis dan tifus.
2
lingkungannya. Keseimbangan ekosistem tanah, air dan udara dapat terganggu karena
pencemaran ekosistem itu oleh berbagai jenis bahan pencemar biologis, kimiawi, maupun
fisik yang terdapat pada tinja dan limbah cair. Daya dukung lingkungan akan menurun
sampai tingkat yang sangat kritis, akibat pencemaran tinja dan limbah cair pad ekosistem.
Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan dengan semestinya, secara aman
dan saniter, akan mencegah pencemaran lingkungan. Hal ini jelas sangat mendukung
pelestarian lingkungan.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru
dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu,
serta sayuran. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan
memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkan faktor keempat dari enam
faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier) kuman penyakit untuk
berpindah dari tinja ke inang yang potensial.
3
Pembuangan tinja dan limbah cair yang saniter sebagai penghalang pemindahan kuman
penyakit dari tinja ke pejamu yang potensial
Informasi tentang pola pencemaran tanah dan air tanah oleh tinja sangat bermanfaat
dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, terutama dalam penentuan lokasi sumber air
minum. Setelah tinja ditampung dalam lubang di dalam tanah, bakteri tidak dapat berpindah
jauh dengan sendirinya. Bakteri akan berpindah secara horizontal dan vertikal ke bawah
bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri dengan
cara itu bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang terpenting adalah
porositas tanah. Perpindahan horizontal melalui tanah dengan cara itu biasanya kurang dari
90 cm dan ke bawah kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap air hujan, dan
biasanya kurang dari 60 cm pada tanah berpori.
Gottas dkk (dalam Wagner & Lanoix, 1958, hlm. 28 - 33) pembuat limbah akuifer di
negara bagian California,AS, menemukan bahwa bakteri dapat dipindahkan sampai jarak 30
meter dari titik pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu, terdapat penurunan cepat
jumlah bakteri sepanjang jarak itu karena terjadi filtrasi yang efektif dan kematian bakteri.
Mereka juga menemukan bahwa pencemaran kimiawi berjalan 2 kali lebih cepat. Peneliti lain
yang meneliti pencemaran air tanah di Alaska mencatat bahwa bakteri dapat dilacak sampai
jarak 15 m dari sumur tempat dimasukkannya bakteri yang dicoba. Lebar jalan yang dilewati
bakteri bervariasi antara 45 dan 120 cm. Kemudian terjadi penurunan jumlah organisme, Dan
setelah 1 tahun hanya lubang tempat pemasukannya saja yang dinyatakan positif
mengandung organisme. Penelitian menegaskan temuan para ahli lain yang menyatakan
bahwa kontaminasi dari sistem pembuangan tinja cenderung berjalan menurun ke bawah
sampai mencapai permukaan air. Selanjutnya, organisme bergerak bersama aliran air tanah
menyilang jalan yang semakin lebar sampai batas tertentu sebelum hilang secara berangsur-
angsur.
4
Pada tanah kering gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit.Gerakan ke samping
praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan (tidak biasa terjadi pada jamban atau
tangki pembusukan) pesan ke bawah secara vertikal hanya sekitar 3 meter. Apabila tidak
terjadi kontaminasi air tanah praktis tidak ada bahaya kontaminasi sumber air.
Gerakan pencemaran pada tanah yang kering (Wagner & Lanoix, 1958, hlm.29)
Sumber kontaminasi dalam penelitian ini adalah tinja manusia yang ditempatkan
dalam lubang yang menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme koliform di
dapatkan segera pada jarak antara 4 dan 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah
kontaminasi melebar keluar sampai kira-kira 2 meter pada titik yang berjarak sekitar 5 m
dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak bergerak melawan
arah aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami
penyumbatan (clogging) , dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2
5
sampai 3 meter dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit.
Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis,
hanya jarak jangkauannya lebih jauh.
Dari sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak perpindahan
Maximum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah
dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat bahwa air yang
berada dalam lingkaran pengaruh sumur akan mengalir menuju ke sumur itu. Tidak boleh
ada bagian daerah kontaminasi kimiawi ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak
jangkau lingkaran pengaruh sumur.
6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter merupakan salah satu
kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Dalam rangka menyehatkan lingkungan,
pembuangan tinja dan limbah cair tidak berdiri sendiri, tetapi bersama-sama dengan berbagai
upaya penyehatan lingkungan yang lain. Dengan demikian, menurut kejadian penyakit diare,
yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan program perbaikan sistem pembuangan tinja dan
limbah cair, mungkin pula merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan
yang lain yang dilaksanakan pada saat yang sama.
Tinja dan limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya dapat menimbulkan
dampak negatif pada manusia dan lingkungannya. Keseimbangan ekosistem tanah, air dan
udara dapat terganggu karena pencemaran ekosistem itu oleh berbagai jenis bahan pencemar
biologis, kimiawi, maupun fisik yang terdapat pada tinja dan limbah cair. Daya dukung
lingkungan akan menurun sampai tingkat yang sangat kritis, akibat pencemaran tinja dan
limbah cair pad ekosistem. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan dengan
semestinya, secara aman dan saniter, akan mencegah pencemaran lingkungan. Hal ini jelas
sangat mendukung pelestarian lingkungan.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru
dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu,
serta sayuran. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan
memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkan faktor keempat dari enam
faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier) kuman penyakit untuk
berpindah dari tinja ke inang yang potensial.
Informasi tentang pola pencemaran tanah dan air tanah oleh tinja sangat bermanfaat
dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, terutama dalam penentuan lokasi sumber air
minum. Setelah tinja ditampung dalam lubang di dalam tanah, bakteri tidak dapat berpindah
jauh dengan sendirinya. Bakteri akan berpindah secara horizontal dan vertikal ke bawah
bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri dengan
cara itu bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang terpenting adalah
porositas tanah.
7
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman,dkk 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Diambil pada 22 Februari 2021.
Sujono, dkk. 2010. Serial Buku Ajar Kesehatan Lingkungan : Penyehatan Air dan
Pengelolaan Limbah Cair-C. Jakarta : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Jakarta II. Diambil pada 22 Februari 2021.