Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kelompok 1 - 2D4B
KESEHATAN LINGKUNGAN
I
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah penyehatan tanah dan pengelolaan sampah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST.,
MKM. dan Bapak Tugiyo, SKM, M, Si. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta
memberikan ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam pada mata kuliah penyehatan tanah
dan pengelolaan sampah.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik
serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Penyusun
Daftar Isi
II
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………I
Daftar Isi………………………………………………………………………………………II
a. Warna ....................................................................................................................... 1
b. Tekstur ..................................................................................................................... 3
c. Struktur .................................................................................................................... 4
d. Konsistensi ............................................................................................................... 5
e. Suhu ......................................................................................................................... 5
b. Kelembaban ............................................................................................................. 6
d. Faktor Pemadatan..................................................................................................... 7
III
A. Pengertian dan Peranan Sifat Fisik Tanah
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,
cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk
oleh hasil interaksi antara iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk yang dipengaruhi
oleh relief tempatnya terbentuk dan waktu. Tanah merupakan materi alami yang dikenal
sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran penting yaitu: media tumbuh tanaman, tempat
penyimpanan air, media penyedia dan purifikasi air, dan merupakan habitat bagi banyak
organisme. (Arsyad, 2006).
Fisika tanah adalah penerapan konsep dan hukum-hukum fisika pada kontinum tanah-
tanaman-atmosfer. Sifat fisik tanah berperan penting dalam mendukung pertumbuhan
tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi dan kekuatan tanah sudah lama dikenal
sebagai parameter utama dalam menilai keberhasilan teknik pengolahantanah (Afandi,
2005).
Sifat fisik tanah juga sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain dalam hubungannya
dengan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan kemampuan tanah
untuk menyimpan air. Walaupun sifat fisika tanah telah lama dan secara luas dipahami
sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan tanaman, sampai dewasa
ini perhatian terhadap kepentingan menjaga dan memperbaiki sifat fisik tanah masih
sangat terbatas (Utomo, 1994,dalam Damayani 2008).
1
a. Warna
Warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol sehingga
mudah terlihat dan lebih sering digunakan dalam memberikan gambaran tanah
daripada ciri tanah lain. Warna merupakan petunjuk untuk bebrapa sifat tanah,
karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah
tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
semakin gelap.
Di lapisan bawah dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah
banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat. Di daerah
ber drainase buruk yaitu daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna
abu – abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi (Fe2+). Pada tanah
yang ber drainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat
dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (Hematit) yang
berwarna merah atau Fe2O3 . 3H2O (limonit) yang berwarna kuning coklat. Bila
tanah kadang – kadang basah dan kadang – kadang kering maka disamping warna
abu – abu (daerah yang tereduksi) di dapat pula bercak – bercak karatan merah atau
kuning yaitu ditempat – tempat dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi
besi di tempat tersebut. Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan
warna tanah menjadi lebih terang.
Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika sering
tidak sejalan dengan di daerah beriklim sedang (Amerika, Eropa). Tanah – tanah
merah di Indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik lebih dari
1%, sama dengan kandungan bahan organik tanah hitam di daerah beriklim sedang.
Warna tanh ditentukan dengan menggunakan warna – warna baku yang terdapat
dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini waran disusun oleh tiga
variabel yaitu hue, value dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna
2
(kecerahan tanah), sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma
menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum (hue).
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga dalam
menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah,
lembab atau kering.
b. Tekstur
3
Menurut Hardjowigeno (2007), kelas tekstur tanah menunjukkan perbandingan
butir-butir pasir (0,005—2 mm), debu (0,002─0,005 mm), dan liat (< 0,002 mm)
di dalam fraksi tanah halus. Tekstur menentukan tata air, tata udara, kemudahan
pengelolaan, dan struktur tanah. Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan
kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan tanah,
perkembangan akar tanaman, dan pengelolaan tanah. Berdasarkan persentase
perbandingan fraksi–fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus tekstur tanah
mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun karena berkurangnya
kemampuan tanah dalam menghisap air.
Tanah lempung dan debu memiliki ciri-ciri berukuran halus, biasanya berbentuk
seperti mika dan liat bila lembab dan memiliki daya serap (air, gas, hara, dan
garam laut) tinggi. Selain itu, lempung dan debu dalam tanah menentukan
kehalusan teksturnya serta gerakan air dan udara.
Hubungan tekstur tanah dengan daya menahan air dan ketersediaan hara tanah
yaitu tanah dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi,
sebaliknya tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertesktur halus
lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hadjowigeno
2007).
c. Struktur
4
1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya
diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang
dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu
vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya
membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya
dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6
sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah
berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut
kolumner.
d. Konsistensi
5
Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah untuk menempel pada objek lain dan
kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah. Konsistensi
diukur dengan 3 kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan basah.
Konsistensi tanah bergantung pada tingkat banyaknya tanah liat.
e. Suhu
Tanah memiliki suhu yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim -20
derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius. Suhu
tanah penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar tanaman serta
menyediakan nutrisi bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada 50 cm dibawah
permukaan cenderung memiliki suhu atau temperatur yang lebih tinggi sekitar
1,8 derajat celcius.
a. Berat Jenis
Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3 atau kg/m3).
Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total sampah yang
harus dikelola.
6
- Komposisi sampah
- Musim
- Lamanya penyimpanan.
b. Kelembaban
Menentukan kelembapan dalam sampah dapat digunakan dua cara yaitu dengan ukuran
berat basah dan berat kering. Ukuran kelembapan yang umum digunakan dalam
manajemen persampahan adalah % berat basah (wet weight). Data kelembapan sampah
berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi pengumpulan, dan desain sistem
pengolahan.
Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk menentukan jenis
fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan partikel besar dengan
partikel kecil. Ukuran komponen ratarata yang ditemukan dalam sampah kota berkisar
antara 7-8 inchi. Dengan ukuran partikel sampah yang relatif seragam diharapkan
proses pembuatan kompos akan berjalan sempurna dalam waktu yang relatif sama.
7
d. Faktor Pemadatan
Faktor pemadatan atau angka kompaksi merupakan perbandingan volume akhir dan
volume awal sampah, faktor pemadatan ini diperlukan untuk menentukan besarnya
timbulan sampah dalam satuan volume.
Analisis sifat fisik tanah memerlukan contoh tanah yang berbeda, tergantung tujuannya.
Ada beberapa jenis contoh tanah, diantaranya contoh tanah utuh (undisturbed soil
sample), agregat utuh (undisturbed soil aggregate), dan contoh tanah tidak utuh (disturbed
soil sample) yang peruntukan analisisnya berbeda.
(i) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengambil contoh tanah berbeda sesuai dengan macam
contoh tanah yang akan diambil. Jenis peralatan yang digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Macam contoh tanah dan alat yang diperlukan untuk pengambilannya
8
Jenis contoh tanah Jenis alat
Contoh tanah utuh dapat diambil menggunakan tabung logam yang terbuat dari tembaga,
kuningan, dan besi. Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor
menggunakan tabung tembaga yang mempunyai ukuran tinggi 4 cm, diameter dalam 7,63
cm, dan diameter luar 7,93 cm. Tabung tersebut ditutup dengan plastik di kedua
ujungnya.
Tabung (ring) tembaga Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari
lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka
berat volume (berat isi, bulk density).
9
(iii) Teknik pengambilan contoh tanah
10
E. Pengambilan Sampel Sampah Untuk Pemeriksaan Fisik Sampah
Prosedur kerja pengambilan sampel sampah cair untuk pemeriksaan kualitas fisika:
11
Lokasi pengambilan sampel
Jenis sampel : Padatan / sampah / tanah
Jenis pemeriksaan : Fisik / kimia / mikrobiologi dan parasitology
Nama petugas
Tanda Tangan
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya masa tanah yang telah
tererosi dari jalur-jalur aliran permukaan tanah di suatu lahan. Penetapan tebal lapisan
tanah di jalur aliran permukaan tanah yang telah tererosi dilakukan berdasarkan
perbesaan ketinggian antara titik pengamatan di dasar alur erosi. Penetapan tebal
lapisan tanah disekitar pohon yang telah tererosi dilakukan berdasarkan perbedaan
ketinggian antar titik pengamatan di lokasi yang searah dengan pangkal akar pohon
dengan beberapa titik pengamatan di permukaan tanah yang terpampang saat ini
(Effendi 1996).
Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering
ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam
12
tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya. Seperti sifat tanah yang
lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan temporal (waktu).
Nilai berat volume, Db, bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan
oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur
tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai Dbsangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang
dilakukan terhadap tanah. Nilai Db terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah
sesudah pengolahan tanah. Bagian tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan
jauh lebih tinggi berat volumenya dibandingkan dengan bagian tanah lainnya.
Pada tanah yang mudah mengembang dan mengerut, Dbberubah-ubah seiring dengan
berubahnya kadar air tanah. Oleh sebab itu, untuk tanah yang mengembang mengerut,
nilai Db perlu disertai dengan data kadar air. Tanah dengan bahan organik yang tinggi
mempunyai berat volume relatif rendah. Tanah dengan ruang pori total tinggi, seperti
tanah liat, cenderung mempunyai berat volume lebih rendah. Sebaliknya, tanah dengan
tekstur kasar, walaupun ukuran porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih
kecil, mempunyai berat volume yang lebih tinggi. Komposisi mineral tanah, seperti
dominannya mineral dengan berat jenis partikel tinggi di dalam tanah, menyebabkan
berat volume tanah menjadi lebih tinggi pula (Grossman dan Reinsch, 2002).
Berat volume tanah mineral berkisar antara 0,6 - 1,4 g cm-3. Tanah Andisols
mempunyai berat volume yang rendah (0,6 - 0,9 g cm-3), sedangkan tanah mineral
lainnya mempunyai berat volume antara 0,8 - 1,4 g cm-3. Tanah gambut mempunyai
berat volume yang rendah (0,4 - 0,6 g cm-3).
Berat volume didefinisikan sebagai masa fase padat tanah, Ms dibagi dengan volume
total tanah, Vt.
13
Volume total tanah adalah jumlah volume dari fase padat, cair dan gas di dalam tanah.
Nilai Db yang umum untuk tanah pasir adalah sekitar 1,4 - 1,7 g cm-3 sedangkan
untuk tanah liat adalah antara 0,95 - 1,2 g cm-3.
Daftar Pustaka
Puspawati, Catur, Fitri Andayani dan Tugiyo. 2012 Buku Ajar “Penyehatan Tanah dan
Pengelolaan Sampah Padat (A)”. Poltekkes Jakarta II: Jakarta.
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/sifat-fisik-tanah
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya: Malang
https://bannuntahtoh.wordpress.com/2013/09/15/pengambilan-sampah-uji-fisik-kimia-bio/
14