DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (I D III A)
KESEHATAN LINGKUNGAN
4. Hefin Febriantari
DOSEN
2018
KEBUTUHAN PENDUDUK DI BIDANG SOSIAL BUDAYA
Sesuai dengan Propenas 2000–2004, pembangunan sosial dan budaya merupakan bagian
integral dari prioritas pembangunan nasional keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat,
meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya.
Secara garis besar arah kebijakan pembangunan sosial dan budaya adalah sebagai berikut.
1. Di bidang kesehatan
Peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat, serta peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan.
2. Di bidang kesejahteraan sosial
meliputi pengembangan ketahanan sosial, peningkatan apresiasi terhadap penduduk lanjut usia
dan veteran, peningkatan kepedulian terhadap penyandang masalah sosial, serta peningkatan
aksesibilitas fisik dan nonfisik bagi penyandang cacat.
3. Di bidang kependudukan dan keluarga berencana
peningkatan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian,
peningkatan kualitas program keluarga berencana serta pengembangan dan keserasian kebijakan
kependudukan dengan memperhatikan aspek kependudukan dan lingkungan sebagai sentral
pembangunan.
4. Di bidang kebudayaan dan pariwisata
pengembangan dan pembinaan kebudayaan nasional, perumusan nilai-nilai budaya Indonesia,
pengembangan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya, pengembangan kebebasan berkreasi
dalam berkesenian, pelestarian apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional.
5. Di bidang kedudukan dan peranan perempuan
peningkatan kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan
peningkatan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan.
6. Di bidang pemuda dan olahraga
penumbuhan budaya olahraga, peningkatan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi,
pengembangan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda, dan pelindungan
bagi generasi muda dari narkoba.
POLA PENYAKIT PENCEMARAN LINGKUNGAN
Kesejahteraan masyarakat juga mempengaruhi peningkatan kondisi rumah dan status gizi
keluarga. Sejalan dengan itu, kemampuan masyarakat untuk membaca juga semakin meningkat.
Kepenuh sesakan anggota keluarga yang tidur di satu kamar juga semakin berkurang. Kondisi
seperti ini mampu mencegah penularan penyakit TBC di dalam keluarga dan kelompok-
kelompok masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Konsumsi makanan yang bertambah baik dan
bertambahnya informasi yang diterima oleh keluarga sangat membantu upaya pencegahan
kematian penduduk pada usia dini. Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat juga
mpeningkatkan level imunitas ibu hamil dan bayi melawan penyakit infeksi yang sebelumnya
sangat tinggi kejadiannya pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini juga mampu menurunkan tingkat
keganasan penyakit penyebab kematian.
Masalah kesehatan bukan sekedar masalah sakit atau tidak sakit serta
penanggulangannya, tetapi lebih luas dan majemuk dari yang diperkirakan dari segi
penanggulangan maupun dari segi pencegahan. Meskipun telah banyak pengamatan dan
penanggulangan masalah kesehatan yang dilakukan oleh para ahli, namun hanya sebagian kecil
yang dapat ditanggulangi. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa hanya sebagian kecil, masalah
kesehatan yang muncul ke permukaan jangkauan manusia. Walaupun dengan pertumbuhan
teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sekarang ini, masalah kesehatan dengan
segala kemajemukannya tidak akan mampu ditangani hanya dengan monopoli ilmu kedokteran,
tanpa adanya keterlibatan disiplin ilmu lainnya.
Pola penyakit yang terjadi di Indonesia mengalami beberapa perubahan akibat pengaruh
ekologi. Dahulu pola penyakit yang ada di indonesia banyak yang hanya berorientasi karena
kemiskinan, keturunan dan pola hidup. Namun kebanyakan karena kemiskinan. Hal ini tampak
jelas apabila ditelaah keadaan penyakit di berbagai negara, ternyata “negara yang tergolong
‘miskin’ banyak menderita penyakit menular, sedangkan negara yang tergolong ‘kaya’ banyak
menderita penyakit tidak menular”. Keadaan seperti ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Negara/masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan gizinya rendah,
pengetahuannya tentang kesehatannya pun rendah, sehingga kesehatan lingkungannya
buruk dan status kesehatannya buruk. Di dalam masyarakat sedemikian akan mudah
terjadi penularan penyakit, terutama anak–anak yang merupakan golongan peka terhadap
penyakit menular. Sebagai akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia
harapan hidupnya pendek. Keadaan ini juga mendukung tingginya angka kelahiran,
sehingga terdapat populasi yang muda; jadi tergolong populasi dengan risiko tinggi
terhadap penyakit menular, sehingga penyakit menular terus–menerus ada, dengan
demikian siklus penyakit menular menjadi lengkap.
2. Siklus penyakit tidak menular, yaitu terdapat banyak pada masyarakat dengan status
sosial ekonomi tinggi, sehingga berstatus gizi tinggi, keadaan kesehatan lingkungan baik,
penyakit menular rendah, angka kematian rendah, angka kematian bayi rendah, dan usia
harapan hidupnya tinggi.
3. Perkembangan ekonomi diikuti dengan turunnya penyakit menular dan disertai dengan
naiknya penyakit tidak menular.
https://putraprabu.wordpress.com/tag/teori-simpul/
https://www.bappenas.go.id/files/1913/5185/0857/01--narasi-bid-sosial-dan-
budaya__20090202214635__1761__8.doc