Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

SANITASI

Disusun Oleh
Kelompok 2

1. 'Aisyahtul Mardiah (2211211024)


2. Adinda Syakila Marhamah (2211212038)
3. Dwinda Yoanda (2211212036)
4. Gita Felisha Astra (2211211020)
5. Khairun Nisa (2211213032)
6. Latifah Aulia (2211212054)
7. Fadiyah Khairani (2211213018)
8. Felina Azzahra (2211212068)
9. Sarah Sausan Khalisa (2211213056)
10. Wine Jelita Firdaus (2211212026)
11. Nadia Latifah Zulkarnaen (2211213008)
12. Muwalidyati Amni (2211213044)
13. Khairun Nafsiah (2211213002)
14. Putri Aurani Salbila (2211212020)
15. Muhammad Dzakki Hasan (2211213030)
16. Fazhira Hervi Azzahra (2211212047)

Dosen Pengampu : Azyyati Ridha Alfian, S.K.M, M.K.M


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah STW karena berkat rahmat dan karunia-
Nya serta shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Kesehatan Lingkungan ini,
Makalah dengan pembahasan “Sanitasi” ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Azyyati Ridha Alfian, S.K.M,
M.K.M selaku dosen pengampu dalam mata kuliah ini, yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kepada kami dan juga para pembaca. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan
wawasan yang kami miliki, karena itu kami menerima kritik ataupun saran yang
membangun sehingga makalah ini bisa menjadi bacaan yang dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Padang, 21 Februari 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Definisi air............................................................................................................4
B. Teknik Pengolahan Air Bersih...........................................................................5
C. Prinsip pengelolaan air.......................................................................................6
D. Sarana Air Bersih................................................................................................8
E. Dampak pencemaran air di lingkungan..........................................................10
F. Kebutuhan air bersih........................................................................................12
G. Penanggulangangan Pencemaran Air.............................................................12
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan sumber daya yang sangat utama bagi kehidupan
manusia. Untuk mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat,
kebutuhan akan air bersih adalah sebuah keniscayaan dalam pembangunan.
Ketersediaan air bersih menjadi salah satu faktor pendukung dalam peningkatan
kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya
penyediaan air bersih yang baik, akan menunjang peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang


Pedoman Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Persyaratan teknis penyediaan air bersih untuk penduduk dikatakan baik,
apabila memenuhi tiga syarat yaitu : (1) ketersediaan air dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, (2) kualitas air yang memenuhi standar
(dalam hal ini Peraturan Menteri Kesehatan No.416/PerMenKes/IX/1990 tentang
Pedoman Kualitas Air), serta (3) kontinuitas dalam arti air selalu tersedia ketika
diperlukan. Sedangkan menurut WHO dan UNICEF dalam Asian Development Bank
(2016), sumber air bersih untuk air minum yang terlindungi (improved source) adalah
sumber air bersih yang kontruksi dan proses penyalurannya terpelihara dari bahan
kontaminasi dari luar baik secara fisik, kimia, dan bakteriologis.

Penyediaan air bersih yang tidak optimal dapat mempengaruhi derajat


kesehatan masyarakat, produktifitas ekonomi dan kualitas hidup masyarakat secara
keseluruhan. Penyediaan air bersih yang layak sangat terkait dengan kondisi
lingkungan alam di suatu wilayah dan menjadi komponen kunci pembangunan
manusia yang berkelanjutan. Penyediaan air bersih yang layak berkontribusi terhadap
berkurangnya angka kematian bayi (menekan risiko penyakit diare) dan berhubungan
erat dengan karakteristik sosio-ekonomi lainnya yang menandakan pembangunan
manusia (United Nations Division for Sustainable Development dalam Milman &
Short, 2008).

Air sungai merupakan sumber utama air bersih yang digunakan oleh sebagian
besar penduduk di Indonesia. Namun, berdasarkan laporan dari Direktorat Jenderal
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2015 yang dikutip oleh National Geographic
Indonesia (2016), hampir 65% air sungai di Indonesia tercemar berat (Hasuki, 2016).
Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat kualitas sumber air yang buruk
akan mengancam kondisi kesehatan masyarakat yang menggunakannya. Terkait
pencemaran tersebut, sumber utama pencemaran air sungai di Indonesia justru berasal
dari limbah rumah tangga atau domestik, bukan dari limbah industri. Selain itu,
UNICEF (2022) menyatakan bahwa hampir 70% dari 20.000 sumber air minum
rumah tangga yang diuji di Indonesia terkontaminasi limbah tinja dan berkontribusi
terhadap penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian
balita. Hal ini semakin memperkuat hubungan yang ada antara kualitas air dengan
kualitas sanitasi, di mana kualitas air ditentukan oleh kualitas sanitasi. Jika sanitasi
yang ada termasuk dalam kategori buruk maka kualitas air juga akan buruk.

Jaminan ketersediaan air bersih, pengelolaannya, serta sanitasi yang


berkelanjutan merupakan salah satu dari tujuan Sustainable Development Goals
(SDGs). SDGs terdiri dari berbagai tujuan bersama pada tahun 2030 yang bersifat
universal untuk menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yakni
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ketiga dimensi tersebut diperkuat dalam lima
pondasi utama, antara lain: manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan. Adapun tujuan bersama yang ingin dicapai pada tahun 2030 disusun
dalam 17 tujuan global (Ishartono & Raharjo 2015: 168). Capaian sanitasi termasuk
dalam tujuan keenam SDGs yaitu menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih
dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Artinya, pada tahun 2030, sanitasi

2
layak dapat diakses 100%, air minum layak tersedia 100%, dan kualitas air sungai
dapat meningkat (Suryani, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut:

1. Apa definisi dan apa saja ruang lingkup air?


2. Bagaimana teknik pengelolaan air bersih yang baik dan benar?
3. Apa saja prinsip pengelolaan air?
4. Apa yang dimaksud dengan sarana air bersih?
5. Apa dampak yang ditimbulkan jika terjadinya pencemaran air?
6. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan air bersih?
7. Bagaimana cara penanggulangan pencemaran air yang baik dan benar?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami definisi dan ruang lingkup air


2. Untuk mengetahui teknik pengelolaan air bersih yang baik dan benar
3. Untuk memahami prinsip pengelolaan air
4. Untuk memahami pengertian dari sarana air bersih
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air
6. Untuk memahami pengertian dari kebutuhan air bersih
7. Untuk mengetahui cara penanggulangan pencemaran air yang baik dan benar

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi air
Air Adalah substansi kimia dengan rumus H2O, satu atom oksigen. Air bersifat tidak
Berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. air merupakan bagian
dari kehidupan kita, diantaranya dimanfaatkan untuk Berbagai keperluan rumah
tangga, menjaga kesehatan, dan untuk kelangsungan Hidup. Meskipun sumber daya
air secara geofisik dikatakan melimpah, hanya Sebagian kecil saja yang bisa
dimanfaatkan secara langsung.

1) Ruang lingkup air

Hidrologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani “hydrologia” yang berarti
ilmu air. Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber
daya air. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hidrologi
adalah ilmu tentang air di bawah tanah, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya,
persifatan kimia dan fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya
dengan makhluk hidup.

Ada pun beberapa ruang lingkup hidrologi air yaitu:

1. Air Tanah. Air tanah adalah air di bawah permukaan bumi yang biasanya
dipompa untuk digunakan sebagai air minum. Hidrologi air tanah
(hidrogeologi) mempertimbangkan pengukuran aliran air tanah dan transpor
zat terlarut.
2. Infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah. Sebagian air
diserap, sementara sisanya mengalami perkolasi menuju muka air tanah
3. Kelembapan Tanah. Kelembaban tanah dapat diukur dengan cara probe
kapasitansi, reflektometer domain waktu atau tensiometer. Ada juga metode

4
lain yang dapat digunakan yaitu pengambilan sampel zat terlarut dan metode
geofisika.
4. Kualitas Air. Kajian kualitas air dalam hidrologi berkaitan dengan senyawa
organik dan anorganik, termasuk bahan terlarut maupun sedimen. Selain itu,
kualitas air juga dipengaruhi interaksi oksigen yang terlarut dengan bahan-
bahan anorganik dan berbagai transformasi kimia yang mungkin terjadi.
5. Transportasi hidrologi. Transportasi air merupakan sarana penting untuk
mengangkut material seperti tanah, kerikil, batu besar, atau polutan dari satu
tempat ke tempat lain.

B. Teknik Pengolahan Air Bersih


a. Koagulasi

Koagulasi adalah proses penetralan partikel-partikel yang berada di dalam dengan


cara penambahan senyawa kimia seperti Tawas (koagulan) ke dalam air. Setelah
bahan kimia ini dimasukkan, dilakukan pengadukan secara cepat (rapid mixing) agar
partikel pengotornya mampu diendapkan. Hasil reaksi kimia dari proses koagulasi
disebut flok, yaitu partikel bukan koloid yang sangat halus.

b. Flokulasi

Setelah koagulasi, dilakukan proses flokulasi. Pada proses ini partikel-partikel halus
yang terbentuk dari proses koagulasi akan membentuk suatu gumpalan yang besar
sehingga akan lebih mudah mengendap. Berbeda dengan koagulasi, proses ini
dilakukan dengan pengadukan lambat (slow mixing).

c. Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan/ mengendapkan


zat-zat padat atau suspense non-koloidal dalam air. Pengendapan dalam proses ini
umumnya memanfaatkan gaya gravitasi. Setelah flok mengendap, air yang jernih
dapat dipisahkan dari padatan yang tersuspensi di dalamnya

5
d. Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemurnian air yang mengandung limbah dengan cara
melewatkan air yang mengandung limbah itu ke lapisan berpori sehingga partikel
yang tersuspensi itu akan tertahan.

Ada beberapa pembagian filtrasi berdasarkan ukuran pori-pori membran/lapisan


berpori, yaitu: ultrafiltrasi, mikrofiltrasi, nanofiltrasi, dan reserve osmosis.

e. Flotasi

Flotasi adalah teknologi pemisahan material berharga dari kotoran dan bekerja
berdasarkan sifat permukaaan material yaitu hidrophobik (takut air) dan hidrophilik
(suka air).

f. Aerasi adalah suatu yang dilakukan dengan cara penambahan oksigen ke


dalam air, sehingga oksigen terlarut di dalam air akan semakin tinggi sehingga
mengakibatkan.

1. Zat-zat mudah menguap seperti hydrogen sulfida dan metana yang


mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan.

2. Kandungan karbondioksida air akan berkurang.

3. Mineral larut seperti besi dan mangan akan teroksidasi membentuk endapan
yang dapat dihilangkan dengan proses pemisahan.

C. Prinsip pengelolaan air


1. Pengertian

Pengelolaan sumberdaya air secara terpadu adalah suatu proses yang mengedepankan
pembangunan dan pengelolaan sumberdaya terkait lainnya secara terkoordinasi dalam
rangka memaksimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa
mengorbankan

6
kelanjutan (sustainability) ekosistem yang vital.

2. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (IWRM)

Prinsip-prinsip pengelolaan air secara terpadu ini dikembangkan sebagai respon


terhadap pola pengelolaan sumberdaya air yang diterapkan selama ini yang
cenderung terpisah-pisah sehingga menimbulkan berbagai persoalan seperti banjir,
intrusi air laut karena pengambilan air tanah yang berlebihan, pencemaran, dan
sebagainya. Keterpaduan ini mencakup dua komponen besar, yaitu keterpaduan pada
system alam dan keterpaduan pada sistem manusia. Pada komponen system alam
(natural system), setidaknya ada enam aspek keterpaduan yang diperlukan, yaitu:

1) Keterpaduan berbagai kepentingan yang berkaitan dengan air diantaranya daerah


hulu dan hilir; 2) Keterpaduan diantara pengelolaan kuantitas dan kualitas;

3) Keterpaduan diantara pengelolaan air permukaan dan air bawah tanah;

4) Keterpaduan diantara penggunaan lahan dan pengelolaan air (berkaitan dengan


siklus hidrologi);

5) Keterpaduan diantara pengelolaan “green water” (air yang digunakan untuk


evapotranspirasi) dan “blue water” (air yang mengalir di sungai atau air di akuifer);

6) Keterpaduan diantara pengelolaan air tawar dengan pengelolaan daerah pantai.

Pada komponen system manusia (human system) setidaknya ada empat aspek
keterpaduan yang diperlukan, yaitu:

1) Keterpaduan antara sector dalam pembuatan kebijakan nasional (cross-sectorral


integration in national policy development). Kebijakan sumberdaya air perlulah
terintregasi baik dengan kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, maupun kebijakan
pembangunan sektoral. Sebaliknya kebijakan ekonomi dan social perlulah
memperhitungkan implikasinya terhadap sumberdaya air; 2) Keterpaduan semua

7
stakeholders dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, Keterpaduan dalam
aspek ini merupakan elemen kunci dalam menciptakan keseimbangan dan
keberlanjutan penggunaan air. Realitasnya adalah bahwa masing-masing stakeholders
mempunyai kepentingan yang berbeda dan sering bertentangan (konflik) satu sama
lain;

3) Keterpaduan diantara pengelolaan air dan air limbah. Aspek penting disini adalah
bagaimana air limbah bias menjadi penambahan yang bermanfaat terhadap aliran air
atau suplai air. Tanpa pengelolaan yang terkoordinasi aliran air kimbah akan
mencemari air tawar dan mengurangi suplai efektif yang tersedia. (Butudoka, 2018)

Prinsip pengelolaan air dalam UU SDA

Pengelolaan air dalam UU SDA didasarkan atas 4 (empat) prinsip yaitu, pertama
Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan
umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas (Pasal 2 UU SDA). Kedua, Sumber daya air dikelola secara
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat (Pasal 3 UU SDA). Ketiga, Sumber daya air mempunyai fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras
(Pasal 4 UU SDA). Keempat, Setiap pengelolaan harus ada jaminan dari negara
kepada setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-
hari dalam rangka melanjutkan kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif (Pasal
5 UU SDA). (Azil Maskur, 2019)

D. Sarana Air Bersih


1. Sarana Air Bersih Sumur Gali

Sumur gali harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

8
a. Jaraknya paling sedikit 10 meter dari sumber pencemaran (TPS, tempat
penampungan tinja, tempat tergenangnya air kotoran)

b. Dinding sumur sedalam 3 meter dari permukaan tanah harus di tembok atau kedap
air.

c. Harus ada saluran pembuangan air limbah.

d. Lantai harus kedap air dengan radius 1 meter dari dinding sumur

e. Mempunyai dinding sumur setinggi ± 80 cm

f. Tali dan timba tidak terletak di lantai.

2. Sarana Air Bersih Sumur Pompa Tangan (SPT)

Sumur pompa ini masih cukup banyak dipergunakan oleh masyarakat, walaupun
trend jumlah pemakainya cenderung menurun.Persyaratan sumur pompa tangan
sebagai berikut : a. Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan
tanah yang mengandung air.

b. Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan sekurang-kurang
3 m.

c. Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan lebarnya
± 1½ m sekeliling pompa.

d. Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m


panjangnya. e. Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa
listrik.

3. Sarana Air Bersih PDAM

9
Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku
mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

a. Persyaratan kualitas air untuk air minum.

b. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.

c. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.

E. Dampak pencemaran air di lingkungan


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan
danau, Nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan
tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini
menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh
hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati,
dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan
mati, dan aktivitas bakteri menurun. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi
atas 4 kelompok, yaitu:

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

3. Dampak terhadap kesehatan

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

10
Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat
matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat. Panas dari industri juga akan membawa
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih
dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi
dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta.
Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

3. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

• Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,

• Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,

• Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak
dapat membersihkan diri,

• Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

11
F. Kebutuhan air bersih.
Manusia dan makluk hidup lain di alam ini memerlukan air untuk proses-proses
psikologi

yang dibedakan antara lain:

a. Kebutuhan domestik, adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan


sehari hari atau rumah tangga seperti: untuk minum, memasak, kesehatan individu
(mandi cuci dan sebagainya, menyiram tanaman, halalan, pengangkutan air buangan
(buangan dapur dan toilet). b. Kebutuhan Non Domestik, adalah kebutuhan air bersih
yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti:

-Kebutuhan institusional Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perkantoran


dan tempat Pendidikan atau sekolah.

-Kebutuhan komersial dan industri. Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan
hotel, pasar, pertokoan, restoran Sedangkan kebutuhan air bersih untuk industri
biasanya digunakan untuk ai pendingin, air pada boiler untuk pemanas, bahan baku
proses.

-Kebutuhan fasilitas umum Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-
tempat ibadah, rekreasi terminal. (Tiwery & Hully, 2021)

G. Penanggulangangan Pencemaran Air


Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air
baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan
Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih
(PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair
khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta
dilakukan secara beertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-

12
sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran
sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu


penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-
teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri
terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola
limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula
mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.

Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena
saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat
kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai
sampah seperti makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan
sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap
oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil
atau berjalan kaki, turut menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam
atmosfir yang akhirnya berdampak pada siklus air alam.

13
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan
air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik,
mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Air merupakan bagian dari kehidupan kita, diantaranya dimanfaatkan untuk


Berbagai keperluan rumah tangga, menjaga kesehatan, dan untuk kelangsungan
Hidup. Meskipun sumber daya air secara geofisik dikatakan melimpah, hanya
Sebagian kecil saja yang bisa dimanfaatkan secara langsung. Sehingga sangat penting
untuk mengetahui prinsip pengolahan air bersih seperti koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, flotasi dan aerasi agar air sumber air yang dibutuhkan tidak
mengalami pencemaran. Namun, beberapa daerah di Indonesia telah mengalami
pencemaran yang cukup parah yang berdampak pada berbagai sektor baik dari segi
kesehatan maupun lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan adanya penanggulangan
pencemaran air dengan merealisasikan program-program dari pemerintah, contohnya
Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan harapan dapat meminimalisir adanya
pencemaran air di setiap daerah di Indonesia.

B. Saran

Membiasakan hidup bersih dengan menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS) agar lingkungan sekitar dapat terjaga kebersihannya serta menjalankan
prinsip-prinsip pengelolaan air sehingga air di lingkungan sekitar terhindar dari
pencemaran. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menjaga kebersihan
lingkungan terutama kebersihan air yang merupakan sumber daya utama dalam
menjalankan kehidupan sehingga dapat meningkatkan angka kesehatan masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Hasuki, I. (2016, Mei 2) ‘Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat’, National
Geographic Indonesia. https://nationalgeographic.grid.id/read/13305060/air-
sungai-di-indonesiatercemar-berat
Ishartono & Raharjo, T. R. (2015) ‘Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan’, Share Social Work Journal. 6(2), pp. 159–167.
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13198
Suryani, A. S. (2020) ‘Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-
19’,Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(2), pp. 199–214.
https://doi.org/10.46807/aspirasi.v11i2.1757

Azil Maskur, M. (2019). Kebijakan Pengelolaan Air Pasca Putusan Mahkamah


Konstitusi tentang Undang-Undang Sumber Daya Air. Jurnal Konstitusi, 16(3),
510. https://doi.org/10.31078/jk1634
Butudoka, M. A. (2018). Keterpaduan dan Keberlanjutan Pengelolaan Sumber Daya
Air di Indonesia. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Serpong, 27, 1–6.
Haloho, F. (2014). Gambaran Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih di Kelurahan Parak
Laweh Pulau Air Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung Tahun 2014.
Program Studi D-III Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang, 1–56.
Tiwery, C. J., & Hully, A. (2021). Analisa Sistem Distribusi Air Bersih Tahun 2020-
2040 Di Desa Negeri Lama Kecamatan Baguala, Kota Ambon, (Studi Kasus
RT 01, 02/RW 01 Dan RT 09/RW 04). JURNAL MANUMATA, 7(1), 12–26.
Warlina, L. (2004). Pencemaran air : sumber, dampak dan penanggulangannya.
Makalah Pribadi, 1–26.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai