Anda di halaman 1dari 21

Kondisi Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi di Desa Cidugaleun

Kabupaten Tasikmalaya dalam Rangka Sustainable Development Goals


(SDGs) 

    

Oleh:

Kelompok 9 TPB PKN 119

Zakia Nurushobah         130104200008

Ahmad Ghifari Prasetia      140410200097

Nazhiifah Nawaal Idztihar  190110200149

Rizki Awaludin            200110200144

Bagus Firmansyah               230110200126

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kondisi Ketersediaan Air
Bersih dan Sanitasi di Desa Cidugaleun Kabupaten Tasikmalaya dalam Rangka Sustainable
Development Goals (SDGs) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Drs.
Sri Suryaningsih, M.I.L pada Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Suistainable Develompment
Goals (SDGs) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Drs. Sri Suryaningsih, M.I.L. selaku
Dosen mata kuliah Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jatinangor, 11 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………….
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………
1.3 Tujuan
Pembahasan…………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air
Bersih……………………………………………………………………………….
2.2
Sanitasi………………………………………………………………………………….
2.3……………………………………………..
2.4 Pentingnya Air Untuk
Kehidupan……………………………………………………....
2.5 Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat……………………………………………………….
2.6 Pendidikan Anti Korupsi

BAB III PEMBAHASAN


3.1  Keadaan Umum Kecamatan Cipayung………………………………………....
3.2  Kondisi Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi di Kecamatan
Cipayung……………… 
3.3 Keterkaitan dengan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Anti
Korupsi…………………………………………………………………………………
….
3.4Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan dalam Rangka
SDGs…………………………………………..
3.5 ………………………………………………………………………….
3.6
Solusi…………………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………..
4.2
Saran…………………………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air adalah sumber bagi seluruh kehidupan dan tingkat ketersediaan air bersih erat
kaitannya dengan kesehatan suatu masyarakat. Meskipun bumi sebagian besar diisi oleh
lautan, hanya terdapat 2,5% air tawar, dan sebagian besar masih berbentuk es di kutub bumi
atau berada di bawah tanah. Sungai dan danau hanya sebagian kecil dari jumlah air tawar
yang ada. Air tawar memiliki peran besar dalam kehidupan makhluk hidup yang ada di muka
bumi. Air bersih merupakan air yang sehat dan layak untuk dipergunakan dalam kegiatan
manusia. Indikator air bersih tersebut harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit dan
bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air juga merupakan
zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi
terjaminnya kesehatan .
Sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya pedesaan, menggunakan air tanah untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Peningkatan kebutuhan rumah tangga
berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional oleh Badan Pusat Statistik mencatat bahwa
pada tahun 2012 hanya 65,05% rumah tangga memiliki akses terhadap sumber air minum
layak. Pada tahun 2014, sebanyak 68,11% rumah tangga mempunyai akses
tersebut . Berdasarkan capaian pembangunan 2015-2019, pada aspek perumahan dan
pemukiman, persentase rumah tangga yang telah memiliki akses sanitasi layak sebesar 74,6%
dan akses air minum layak sebesar 87,8%. Sedangkan, dalam penyediaan akses air minum
layak dan aman pada saat ini diperkirakan baru 6,8% rumah tangga yang memenuhi
kriteria . Berdasarkan data tersebut, maka ada 33,4 juta penduduk Indonesia yang kekurangan
Air Bersih dan 99,7 juta jiwa kekurangan akses untuk ke fasilitas sanitasi yang baik .
Kurangnya persediaan air bersih dan rendahnya sanitasi merupakan masalah yang sangat
besar di dunia, termasuk di Indonesia. Penduduk Indonesia hanya sekitar 74% yang memiliki
akses terhadap air bersih. Selain perkotaan, pedesaan merupakan wilayah yang banyak
mengalami sulitnya mendapatkan akses air bersih. Penyakit menular seperti diare yang
menyerang anak-anak menjadi indikasi kurangnya air bersih yang menyebabkan masalah
sanitasi yang buruk . Warga desa sangat sulit mendapatkan air bersih dan harus berjalan kaki
puluhan kilometer membawa galon dan jerigen. Belum lagi, jika di sekitar desa tersebut tidak
terdapat air, mereka harus menunggu datangnya bantuan pemerintah berupa dropping air
bersih .
Peralihan fungsi lahan pun mengambil peran besar dalam penyebab ketidaktersediaan air
bersih, khususnya saat kemarau panjang melanda. Ketika memasuki musim kemarau, pada
beberapa tahun terakhir memberikan dampak kerugian yang tidak main-main. Di berbagai
daerah di Indonesia mengalami kekeringan yang sangat memprihatinkan. Pada tahun
2017, data sementara yang diperoleh dari Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana , ada sekitar 105 kota/kabupaten, 715 Kecamatan, dan 2.726
desa/kelurahan di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara yang mengalami kekeringan sepanjang
musim kemarau pada tahu tersebut .
1.2 Identifikasi Masalah 
1.2.1 Bagaimana kondisi ketersediaan air bersih dan sanitasi di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana ketersediaan air bersih dan sanitasi di Desa Cidugaleun?
1.2.3 Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih di Desa Cidugaleun?
1.2.5 Apa solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi permasalahan ini dalam rangka
SDGs?

1.3 Maksud dan Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan penulisan ini adalah mengetahui kondisi suatu wilayah di


Indonesia yang dapat dijadikan sampel mengenai beberapa masalah yang harus ditangani
pemerintah dalam mengupayakan realisasi poin 16 SDGs, yaitu Air Bersih dan Sanitasi.
Selain itu, ada beberapa tujuan lain dalam penulisan ini, diantaranya:

1.3.1 Mengetahui  kondisi ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak bagi masyarakat
Indonesia
1.3.2 Mengetahui  kondisi ketersediaan air bersih dan sanitasi di Desa Cidugaleun
1.3.5Mengetahui solusi yang dapat dilakukan pemerintah dalam  menghadapi permasalahan
air bersih dan rendahnya sanitasi di Indonesia dalam rangka SDGs

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Bersih

Air bersih merupakan air sehat yang dipergunakan buat aktivitas manusia serta wajib
bebas dari kuman-kuman pemicu penyakit, bebas dari bahan- bahan kimia yang bisa
mencemari air bersih tersebut. Air ialah zat yang absolut untuk tiap makhluk hidup dan
kebersihan air merupakan ketentuan utama untuk terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro,
1981).

Air buat Keperluan Higiene Sanitasi

Air buat Keperluan Higiene Sanitasi merupakan air dengan mutu tertentu yang
digunakan buat keperluan tiap hari yang kualitasnya berbeda dengan air minum . Akhir akhir
ini susah mendapatkan air bersih. Pemicu sulit memperoleh air bersih merupakan terdapatnya
pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah industri, rumah tangga, limbah pertanian. Tidak
hanya itu terdapatnya pembangunan serta penjarahan hutan ialah pemicu berkurangnya mutu
mata air dari pegunungan sebab banyak bercampur dengan lumpur yang terkikis terbawa
aliran air sungai. Dampaknya, air bersih terkadang jadi benda sangat jarang
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan warga, penyediaan sumber air bersih wajib bisa penuhi
kebutuhan warga sebab penyediaan air bersih yang terbatas mempermudah munculnya
penyakit di warga. Air dinyatakan tercemar apabila memiliki bibit penyakit, parasit, bahan-
bahan kimia beresiko, serta sampah ataupun limbah industri. Air yang terletak dari
permukaan bumi ini bisa berasal dari bermacam sumber. Bersumber pada letak
sumbernya, air bisa dipecah jadi air angkasa , air permukaan, serta air tanah
Air Angkasa Air angkasa ataupun air hujan ialah sumber air utama di bumi. Walaupun pada
dikala pretisipasi ialah air yang sangat bersih, air tersebut cenderung hadapi pencemaran kala
terletak di suasana. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu bisa diakibatkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, serta gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen, serta amonia.
Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan- badan air semacam
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, serta sumur permukaan, sebagian besar berasal
dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut setelah itu hendak hadapi
pencemaran baik oleh tanah, sampah, ataupun yang lain.
Persyaratan Kuantitas serta Mutu Air Watak raga air bisa dianalisa secara visual dengan
pancaindra. Misalnya, air keruh ataupun bercorak bisa dilihat, air berbau bisa
dicium. Evaluasi tersebut pastinya bertabiat kualitatif. Misalnya, apabila tercium bau
berbeda, rasa air juga hendak berbeda, rasa air juga berbeda ataupun apabila air bercorak
merah, bau yang hendak tercium juga tentu telah bisa ditebak. Metode ini bisa digunakan
buat menganalisis air secara simpel sebab sifat- sifat air silih berkaitan .
Terdapat sebagian persyaratan utama yang wajib dipadati dalam sistem penyediaan air
bersih. Persyaratan tersebut meliputi hal- hal bagaikan berikut Ketentuan Fisik Secara fisik
air bersih wajib jernih, tidak bercorak, tidak berbau serta tidak berasa Ketentuan Kimia Air
bersih tidak boleh memiliki bahan- bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batasan.Air
yang digunakan tiap hari semacam minum, memasak, mandi serta yang lain wajib dalam
kondisi bersih sehingga kita bisa bebas dari penyakit yang diakibatkan sebab mutu air kurang
baik. Dengan memakai air bersih kita bisa bebas dari penyakit semacam diare, kolera,
disentri, tipus, cacingan, penyakit kulit sampai keracunan. Untuk itu wajib bagi seluruh
anggota keluarga dalam memakai air bersih tiap hari serta melindungi mutu air senantiasa
bersih di lingkungannya.

 Berikut terdapat sebagian panduan dalam melindungi mutu air bersih di area.

1. 1. Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban serta tempat pembuangan sampah
minimal 10 meter
2. 2. Sumber mata air wajib dilindungi dari bahan pencemar
3. 3. Sumur gali, sumur pompa, kran universal serta mata air wajib dilindungi
bangunannya agar tidak rusak
4. 4. Lantai sumur hendaknya kedap air (diplester) serta tidak retak, bibir sumur serta
bilik sumur wajib diplester serta sumur ditutup;
5. 5. Ember penampung air dilengkapi dengan penutup serta gayung bertangkai,
dilindungi kebersihannya.

2.2 Sanitasi
Sanitasi adalah lingkungan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama
lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sanitasi adalah sebuah perilaku yang disengaja
untuk membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk mencegah manusia
bersentuhan secara langsung dengan bahan bahan kotor dan berbahaya yang mana perilaku
ini menjadi usaha yang diharapkan bisa menjaga serta meningkatkan kesehatan manusia.
Jadi, dengan kata lain pengertian dari sanitasi ini merupakan upaya yang dilakukan demi
menjamin dan mewujudkan kondisi yang sudah memenuhi syarat kesehatan (Rocket, 2017).

Sanitasi berhubungan dengan fasilitas serta pelayanan pembuangan limbah kotoran


manusia, dan pemeliharaan keadaan higienis lewat pengelolaan sampah serta limbah cair.

A. sebagian perihal yang tercantum dalam ruang lingkup sanitasi merupakan sebagai
berikut:
1. Penyediaan air bersih/ air minum( water supply): ini meliputi pengawasan terhadap
mutu, kuantitas, serta pemanfaatan air.
2.  Pengolahan sampah( refuse disposal): ini meliputi metode pembuangan sampah,
perlengkapan pembuangan sampah serta metode penggunaannya.
3. Pengolahan santapan serta minuman( food sanitation): ini meliputi pengadaan,
penyimpanan, pengolahan, serta penyajian santapan.
4. Pengawasan/ pengendalian serangga serta binatang pengerat( insect and rodent
control): ini meliputi metode pengendalian serbuan serta binatang pengerat.
5. Kesehatan serta keselamatan kerja: melaksanakan aktivitas K3( baca: penafsiran K3)
meliputi ruang kerja( misalnya dapur), pekerjaan, metode kerja, serta tenaga kerja.

 
   Pada dasarnya sanitasi bertujuan untuk menjamin kebersihan area manusia sehingga
terwujud suatu keadaan yang cocok dengan persyaratan kesehatan. Tidak hanya itu, sanitas
pula bertujuan buat mengembalikan, membetulkan, serta mempertahankan kesehatan
manusia.

   Dengan terwujudnya keadaan area yang penuhi ketentuan kesehatan hingga proses
penciptaan hendak terus menjadi baik serta menciptakan produk yang sehat serta nyaman
untuk manusia. Secara universal, berikut ini merupakan contoh aksi sanitasi area:

1. Membuat serta mengendalikan saluran pembuangan air hujan di pinggir jalur.


2. Membuat serta mengendalikan saluran pembuangan limbah rumah tangga( dapur serta
kamar mandi).
3. Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.
4. Penyediaan sarana wc universal yang bersih serta terpelihara.
5. Pengelolaan limbah/ sampah dengan baik, tertib, serta berkesinambungan. Misalnya
dengan memilah sampah plastik, kertas, organik, kaca, serta logam.
6. Untuk Membetulkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan yang baik
pada manusia.
7. Supaya lebih Efisiensi penciptaan bisa dioptimalkan.
8. Dapat menciptakan produk yang nyaman serta sehat dari pengaruh hazard yang bisa
menimbulkan penyakit untuk manusia.
9. Mampu membudayakan hidup bersih supaya warga tidak berhubungan langsung
dengan limbah. 

   Sanitasi membagikan banyak khasiat untuk lingkungan manusia, spesialnya area raga;
tanah, air, serta hawa. Secara pendek, berikut ini merupakan sebagian khasiat sanitasi untuk
kehidupan manusia:

1. Terciptanya keadaan area yang lebih bersih, sehat, serta aman untuk manusia.
2. Mencegah munculnya penyakit- penyakit meluas.
3. Mencegah ataupun meminimalisir mungkin terbentuknya musibah.
4. Mencegah ataupun kurangi mungkin terbentuknya polusi hawa, misalnya bau tidak
nikmat.
5. Menghindari pencemaran area.
6. Mengurangi jumlah persentase orang sakit di suatu daerah
7. Mencegah ataupun meminimalisir mungkin terbentuknya musibah.
8. Mencegah munculnya penyakit menular
9. Mencegah ataupun kurangi mungkin terbentuknya polusi hawa, misalnya bau tidak
nikmat.
10.  Menghindari pencemaran
11. Mengurangi jumlah presentase sakit
12. Terciptanya keadaan area yang lebih bersih, sehat, serta aman untuk manusia.

Berikut merupakan jenis- jenis sanitasi area antara lain adalah:


1. Sanitasi air: Ini merupakan penjagaan kebersihan air dalam kebutuhan air mineral,
aktivitas rumah tangga, serta industri.
2. Sanitasi pengolahan sampah: Sanitasi ini bisa dicoba dengan pembelahan tipe sampah
yang terdapat.
3. Sanitasi santapan: Ini bisa dilihat dari metode penyimpanan serta tumbuhnya kuman
yang terdapat dan bahan kimia yang digunakan apakah hendak berdampak kurang
baik bila disantap. 

C. Contoh Sanitasi
Ada pula Contoh dari sanitasi yang bisa dicoba antara lain bagaikan berikut:
1. Membuat serta mengendalikan saluran pembuangan air hujan di pinggir jalur.
2. Membuat serta mengendalikan saluran pembuangan limbah rumah tangga“ dapur
serta kamar mandi”.
3. Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.
4. Pengelolaan limbah/ sampah dengan baik, tertib serta berkesinambungan, misalnya
dengan memilah sampah plastik, kertas, organik, kaca serta logam.
5. Pengolahan santapan serta minuman( food sanitation), meliputi pengadaan,
penyimpanan, pengolahan, serta penyajian makan

2.3 Pentingnya Air Untuk Kehidupan

         Air merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting yang menjadi prioritas bagi
makhluk hidup mencakup manusia, hewan dan tumbuhan. Air bisa dikatakan komponen
utama dalam kehidupan manusia karena dengan adanya air manusia bisa bertahan hidup dan
memenuhi semua kebutuhannya. Di kehidupan, manusia tentunya membutuhkan air seperti
mencuci, memasak bahkan mandi pun memerlukan air. Karena air sangat penting air yang
baik ada 3 standar yaitu tidak berbau, berwarna dan beracun.

         Komponen utama yaitu air untuk kehidupan manusia, maka perlu ketersediaan air
bersih yang layak minum untuk memenuhi kebutuhan manusia atau asupan cairan dalam
tubuh. Air yang bersih juga bisa menjaga kesehatan dan terhindar dari permasalahan
kesehatan dan penyakit lainnya. Oleh karena itu, penting bagi manusia menggunakan air
bersih itu untuk menjaga kesehatannya contohnya terhindar dari penyakit diare.

         Air juga sangat penting membantu manusia yang memiliki lahan pertanian,
perkebunan karena untuk hasil panen yang itu ketersediaan air untuk lahan tercukupi. Dengan
ketersediaan air yang cukup maka hasil produksi akan semakin baik dan kesuburan tanah
akan terjaga. Karena salah satu faktor keberhasilan petani ketersediaan air yang cukup.

         Dengan adanya ketersediaan air dapat memberikan manfaat bagi kehidupan makhluk
hidup. Selain bagi manusia, hewan dan tumbuhan pun dapat merasakan manfaat dan
pentingnya air untuk kehidupan. Terbayang jika kehidupan ini tanpa adanya air maka semua
kehidupan di dunia akan terhambat. Dan penting untuk menjaga lingkungan terutama
meminimalisasi pencemaran air yang saat ini terus meningkat.
2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku yang dilakukan dengan sadar adalah perilaku mementingkan aspek kesehatan
dengan tujuan pencegahan penyakit dan infeksi serta menjaga kesehatan tubuh. Perilaku
hidup bersih dan sehat itu sebagai upaya untuk mengajak baik itu masyarakat agar
menerapkan pola hidup sehat dengan menggunakan berbagai media sebagai alat komunikasi
yang berguna untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pola hidup sehat. Hidup bersih serta sehat ini sebagai kegiatan sosial yang
tujuannya menjadikan masyarakat sebagai target agen untuk perubahan agar bisa terjadi
peningkatan kesadaran masyarakat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
ini.Ada tatanan perilaku hidup bersih dan sehat:
1.   PHBS di rumah tangga
Penerapan PHBS di rumah tangga ini sangat penting karena dapat meminimalisasi
permasalahan kesehatan di lingkungan keluarga nya sendiri. Dengan adanya PHBS akan 
tercipta keluarga sehat yang terhindar dari infeksi dan penyakit. Manfaat adanya PHBS di
rumah tangga bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga, terhindar dari infeksi dan penyakit
dan produktivitas keluarga tidak terganggu. Oleh karena itu sangat diterapkan pola hidup
sehat dan memperhatikan kecukupan gizi sehingga keluarga sehat.
Indikator yang bisa dilakukan:
a. Persalinan yang harus ditangani tenaga medis.
Persalinan harus ditangani oleh tenaga medis karena dikhawatirkan terjadi
infeksi bila tidak ditangani baik yang dapat mengancam keselamatan ibu dan anak.
b.   Pemberian ASI eksklusif 
Pemberian ASI harus diberikan bagi anak yang berusia 0 bulan - 6 bulan
karena ini merupakan hal yang penting untuk kepentingan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam PBHS
di tingkatan rumah tangga.
c. Menimbang anak secara rutin
Penimbangan anak harus dilakukan secara rutin di Posyandu, dimana
posyandu ini sebagai tempat pemantauan pertumbuhan dan perkmbangan anak
sehingga anak tidak mengalami dari gizi buruk ataupun kelaianan yang menghambat
proses tumbuh dan berkembang.
d. Mencuci tangan memakai air bersih serta sabun.
Mencuci tangan ini ialah sesuatu langkah ataupun upaya yang dicoba untuk
menghindari ataupun mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan
supaya menghindari penularan bermacam-macam penyakit oleh sebab itu, mencuci
tangan wajib memakai sabun

e.    Pemakaian air bersih.


Penggunaan air bersih ini sangat berarti sebab air ialah komponen utama yang
penuhi kebutuhan manusia. Oleh sebab supaya bebas dari bermacam penyakit wajib
menggunakan air yang bersih.
f.    Menggunakan jamban yang sehat
Jamban itu tempat pembuangan kotoran atau air yang kotor. Oleh karena itu
harus diperhatikan segi kebersihannya karena bisa menurlarkan berbagai penyakit.
g.   Membersihkan jentik nyamuk.
Dimana memutuskan siklus hidup nyamuk agar tidak terjadi
perkembangbiakan sehingga terhindar dari sakit atau penyakit lainnya contohnya
Demam Berdarah.
h. Konsumsi buah dan sayur
Mengkonsumsi makanan yang baik seperti buah dan sayur yang dibutuhkan
tubuh bisa meningkatkan imun tubuh agar lebih kebal terhadap penyakit.
i. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga
Kegiatan olahraga ini sangat penting karena bisa meningkatkan imunitas tubuh
dan sehat.
j. Tidak merokok
Merokok ini sangat tidak baik bagi tubuh dan lingkungan sekitar karena bisa
menyebabkan berbagai penyakit saluran pernafasan dan sangat berbahaya juga bagi
penghirup asap rokok.

2)  PBHS di sekolah
Suatu kegiatan dengan target dalam menerapkan PBHS di sekolah yaitu guru,
siswa dan masyarakat dilingkungan sekolah itu sendiri dengan tujuan untuk
menerapkan pola hidup sehat untuk menciptkan sekolah yang sehat , bersih dan
proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari berbagai
penyakit dan infeksi. 
Hal yang bisa dilakukan agar PBHS dapat diterapkan dengan baik dan
membentuk sebuah pola hidup sehat yaitu, selalu mencuci tangan dengan sabun baik
sesuadah makan dana sebelum makan. jajan jajanan yang sehat, menggunakan jamban
yang bersih, olahraga yang teratur, tidak merokok di lingkungan sekolah, membuang
pada tong sampah, dan rutin melaksanakan kerja bakti. Hal -hal diatas dapat
diterapkan agar lingkungan sekolah nyaman, bersih dan sehat. 

3) PBHS di tempat kerja


Kegiatan yang dilakukan agar para pekerja mengetahui dan bisa menerapkan
pola hidup sehat dan bersih sehingga menciptakan tempat kerja yang sehat, bersih
serta nyaman dan terhindar dari berbagi penyakit dan para pekerja nya kesehatan tidak
mudah terganngu. Dengan lingkungan yang bersih dan sehat adanya peningkatan
produkstivitas dan lingkungan membawa dampak yang positif.
4) PBHS di sarana kesehatan 
Upaya yang dilakukan kepada pasien, pengunjung dan petugas supaya
menerapkan perilaku hidup sehat agar mencegah penyebaran penyakit.
Adapun indikator yang digunakan dalam menilai:
1.      Selalu menggunakan air bersih
2.      Penggunaan jamban yang bersih
3.      Membuang sampah pada tempatnya
4.      Tidak merokok di lingkungan intuisi kesehatan
5.      Tidak boleh meludah sembarang tempat
6.      Pemberantasan jentik nyamuk
 
5) PBHS di  tempat umum
Upaya yang dilakukan untuk memberdayakan pengunjung maupun pengelola
tempat umum agar tahu dan sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat dan menjaga
kebersihan.

Dengan menerapkan PHBS dapat membantu kesadaran masyarakat terhadap Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat  serta dapat meningkatkan sanitasi lingkungan yang baik, mencegah 
penyebaran penyakit , pencemaran lingkungan,  karena kurangnya kesadaran akan pentingnya
kesehatan.

 2.6 Pendidikan Anti Korupsi

Korupsi dipandang sebagai kejahatan yang luar biasa. Sebab, tidak mudah untuk
memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi tidak hanya menindak, melainkan juga
mencegah terjadinya korupsi. Upaya ini memerlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat
dan tidak hanya terfokus pada pemerintah itu sendiri. Mahasiswa sebagai agen perubahan
yang dianggap sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat dan merupakan pewaris
masa depan diharapkan terlibat aktif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Peran aktif
mahasiswa difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya
antikorupsi di Indonesia. Dalam menunjang peran aktif mahasiswa, perlu dibekali dengan
pengetahuan korupsi yang cukup dan cara pemberantasannya. Selain itu, mahasiswa dituntut
untuk dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari
(KPK, 2017).
Oleh karena itu, mahasiswa dinyatakan mampu menjadi agent of change  atau agen
perubahan karena diakui telah menempuh pendidikan dengan bekal yang cukup. Mahasiswa
dianggap mampu membawa pengaruh pengetahuan ke dunia luar kampus karena dinilai
memiliki moral yang baik dalam artian dapat melakukan social control dalam suatu
komponen masyarakat. Pendidikan antikorupsi menjadi komponen penting dalam
pembekalan mahasiswa dalam kompetensi pemberhentian perilaku korupsi dan mahasiswa
dianggap mampu dalam menyuarakan kampanye antikorupsi di masyarakat
BAB III

PEMBAHASAN 
3.1 Keadaan Umum Objek Observasi

         Letak geografis Kabupaten Tasikmalaya ialah 7°02'29" - 7°49'08" Lintang Selatan
dan 107°54'10" - 108°26'42" Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Tasikmalaya
memiliki batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya, dan Kab. Ciamis

  Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut; dan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis.

         Sumberdaya air tanah yang dimiliki Kota Depok tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi, melainkan wilayah aliran air tanah yang disebut basin. Basin air di Wilayah
Kota Depok merupakan kesatuan dengan basin air tanah Jabodetabek sehingga mempunyai
area yang secara penampakan langsung mengikuti 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
mengalir ke kawasan Jakarta dan sekitarnya. Sumber aliran air tanah apabila ditelusuri dari
hulu, dimulai dari lereng Gunung Pangrango, Gunung Gede, Gunung salak, dan Gunung
Halimun yang merupakan sumber mata air dan kawasan resapan air utama yang meresap ke
dalam tanah. Setelah itu, oleh akuifer dialirkan air resapan tersebut ke arah hilir selatan yang
mengakibatkan air tanah dangkal (air tanah bebas) dan air tanah dalam (air tanah artesis). Air
tersebut setelah mencapai kawasan utara, yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kota
Depok, sebagian Kabupaten dan Kota Tangerang, sebagian Kabupaten dan Kota Bekasi, dan
utamanya Provinsi DKI Jakarta, lapisan tanah pembawa air tanah (akuifer) ini terbagi
menjadi beberapa lapisan yang semakin kompleks dan sangat lokal (BPPT, 2010).

         Kota Depok memiliki dua sumber air yang utama. Dikutip dari Depok.go.id (2019),
“Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum
sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua Satuan Wilayah Sungai besar, yaitu
sungai Ciliwung dan Cisadane. Selanjutnya sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan
Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu,
Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan
sungai Caringin. Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat dan
Tengah. Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun 2005 adalah
seluas 169,68 Ha), atau sekitar 0,84 % luas Kota Depok. Kedalaman situ-situ bervariasi
antara 1 sampai 4 meter, dengan kualitas air yang paling buruk terdapat pada Situ Gadog dan
Rawa Besar. Selain penurunan kualitas air, kawasan situ juga mengalami degradasi luasan.
Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalah yang sama dengan
pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitan lahan air kolam. Berdasarkan data tahun 2005,
luas areal air kolam adalah 242,21 ha dibandingkan pada tahun 2000 seluas 290,54 ha.”

         Kecamatan Cipayung sebagai salah satu kecamatan di Kota Depok memiliki
perbatasan dengan kecamatan lainnya. Batas utara berbatasan dengan Kecamatan Pancoran
Mas, Batas Selatan dengan Kabupaten Bogor, Batas Barat berbatasan dengan Kecamatan
Cilodong, dan batas selatan dengan Kecamatan Sawangan. Di Kecamatan Cipayung terdiri
atas 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Cipayung, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Cipayung Jaya,
Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya (Cipayung.depok.go.id,
2017). Kecamatan Cipayung memiliki aliran air utama, yaitu sungai Kali Baru, dan Situ
Citayam.

Sungai Kali Baru di Kecamatan Cipayung termasuk aliran Kali Baru Timur yang
mengalir di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta dan menjadi bagian dari pengendalian
Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane. Kali Baru sebagai saluran irigasi berupa
sungai buatan yang dibangun berbarengan dengan pintu air Katulampa yang dibangun untuk
mengalirkan sebagian air Sungai Ciliwung dari Bogor bagian timur menuju Jakarta. Muara
dari Kali Baru berada di Pelabuhan Tanjung Priuk (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI
Jakarta, 2019).

Besarnya Aliran air Sungai Ciliwung Bogor, khususnya saat musim hujan,
mengakibatkan perlu dilakukan pemecahan sungai tersebut menjadi beberapa aliran sungai.
Pemecahan ini tidak hanya menjadi aliran sungai yang lebih kecil, tetapi beberapa dipecah
menuju Situ. Di Kecamatan Cipayung terdapat Situ Citayam, Situ tersebut merupakan
kawasan resapan air di Kelurahan Bojong dan sekitarnya, serta biasa dimanfaatkan oleh
warga setempat sebagai tempat budidaya ikan. Akan tetapi, Situ tersebut pernah mengalami
pendangkalan akibat alih fungsi menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga sehingga
pada tahun 2009, pemerintah Kota Depok melakukan revitalisasi dengan dilakukannya
pengerukan dan pembersihan untuk memulihkan keadaan lingkungan danau (Mugi, 2013).

         Kecamatan Cipayung memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.


Walaupun, saat ini kondisinya  Overcapacity. Pengelolaan sampah kota merupakan hal yang
penting disebabkan oleh berbagai alasan, seperti lahan TPA yang menjadi sumbar daya
langka di berbagai negara (Thomas & Helen, 1998 dalam Zahra, 2011). Menurut Seik (1997)
dalam Zahra (2011), pengelolaan sampah yang kurang efektif dapat berakibat fatal terhadap
kesehatan lingkungan dan memiliki dampak negatif yang mungkin dapat melampaui batas-
batas geografis suatu kota atau kotamadya.

Pemerintah Kota Depok dalam mengelola sampah masih menggunakan pendekatan


akhir, yaitu dengan melakukan pengumpulan sampah, pengangkutan, dan dibuang ke TPA
tanpa adanya upaya dari sumber secara maksimal. Hal ini berakibat pada beban TPA dengan
lahan yang terbatas, tetapi pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan peningkatan jumlah
sampah yang dihasilkan semakin tidak terkendali (Zahra, 2011).

Menurut Kepala Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) TPA Cipayung, Ardan
kurniawan mengatakan bahwa penyebab tingginya timbunan sampah di TPA Cipayung
adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengurangi produksi sampah melalui
pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Timbunan  di TPA Cipayung sudah melebihi
kapasitas bahkan pada awal tahun 2020 mencapai ketinggian 23 Meter (MI, 2020).

3.2 Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi di Kecamatan Cipayung

         Masyarakat Cipayung mayoritas menggunakan sumber mata air tanah yang berasal
dari sumur bor. Namun, ketika musim kemarau datang, beberapa daerah di Kecamatan
Cipayung mengalami kekeringan sumber air dan kesulitan terhadap akses air bersih akibat
jaringan PDAM yang belum merata.
         Seorang warga di wilayah Rawa Geni, Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung
mengaku memiliki sumur dengan kedalaman 17 meter. Namun, tidak ada air yang keluar.
Seorang ketua RW daerah tersebut menuturkan bahwa hampir 50% warga di wilayah tersebut
mengalami masalah kekeringan. Sumur warga di wilayah ini memiliki kedalaman rata-rata 12
meter. Namun, ketika kekeringan datang, sumur tersebut harus dibor lagi hingga kedalaman
16-18 meter (Sutrisno, 2018).

         Warga Cipayung banyak yang membuang aliran limbah rumah tangga secara
langsung ke aliran sungai, baik drainase maupun Kali tanpa diolah terlebih dahulu ataupun
dibuang ke septic tank. Selain warga, Industri rumahan berperan dalam pembuangan limbah
ke sektor irigasi di Kecamatan Cipayung. Di sepanjang Kali Baru juga umum ditemukan
tumpukan sampah yang menumpuk di tepian sungai. Tumpukan sampah ini sebagian sudah
memasuki aliran sungai yang mengakibatkan sungai menjadi jorok, kotor, dan sampah-
sampah ini juga mengakibatkan banjir apabila dibiarkan menumpuk di aliran sungai
(Alamsyah, 2019).

         Situ Citayam yang sudah direvitalisasi pun masih termasuk ke tujuh situ kategori
tercemar sedang-berat. Berdasarkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota
Depok, ada 20 situ aktif yang setiap tahun dikaji dan menghasilkan tujuh situ yang termasuk
ke dalam kategori tersebut. Hasil tersebut diperoleh dengan pengkajian rutin dengan
persentase DTBP kisaran 60-80%.  Kajian DTPB dilakukan untuk melihat seberapa besar
pencemaran yang terjadi di suatu situ dengan menggunakan alat ukur air, perilaku
masyarakat, dan kegiatan di sekitar situ. Apabila suatu situ padat penduduk, kontribusi
masyarakat dalam menghasilkan limbah pun semakin besar sehingga kualitas air dapat rusak
oleh limbah domestik yang masuk secara langsung ke situ (Radardepok, 2019).

         TPA Cipayung yang memiliki kawasan seluas 10,8 ha tidak mampu menampung
sampah Kota Depok. Kondisi ideal suatu TPA adalah tumpukan sampah tidak melebihi 30
meter. Di TPA Cipayung memiliki 3 zona, seluruh zona tersebut telah melebihi batas
tumpukan sampah yang lebih dari 30 meter. Akibat kodnisi ini, sampah terpaksa ditumpuk di
area selain area penampungan, seperti di jalan dalam kawasan TPA. Produksi sampah harian
kota depok mencapai 750-800 ton sampah. Padahal, pihak TPA telah memberdayakan warga
dalam mengelola sampah secara mandiri yang dimulai dengan unit pengelolaan sampah
(UPS) tingkat kecamatan demi berkurangnya sampah yang dibuang di TPA. Pemilahan
sampah tersebut meliputi pemisahan sampah organik, anorganik, dan Limbah B-3. Adapun
alur pemilahan tersebut sebagai berikut:

1)      Sampah organik dikumpulkan di tingkat RT, kemudian diolah di UPS setelah pengangkutan
dilakukan

2)      Sampah anorganik dan B3 diangkut pada hari yang ditentukan, walaupun belum di semua
wilayah

Upaya ini belum berjalan maksimal akibat baru ada sebagian yang menerapkan
pemilahan sampah dan pengelolaan sampah organik secara khusus di UPS (MI, 2018).

 Akibat kelebihan kapasitas ini, sampah-sampah menjadi berserakan, menghambat laju air
kali, dan lingkungan Cipayung menjadi kotor, kumuh, jorok, dan bau. Meskipun, PemKot
Depok telah mengajukan pemindahan TPA Cipayung ke Lulut-Nambo akibat kondisi TPA
ini telah berada di ambang kelebihan kapasitas dan semakin sulit menampung timbunan
sampah. Hal ini berdampak pada sanitasi Kecamatan Cipayung yang menurun.
   Pengakuan warga sekitar TPA Cipayung mengeluhkan air tanah yang berada di
rumahnya tercemar akibat air dari tumpukan sampah terserap sehingga mengakibatkan air
tanah lokasi tersebut tercemar. Kondisi air sumur tersebut yang semula sumber air bersih
menjadi bau, berminyak, dan lengket mengakibatkan warga sekitar TPA titu kesulitan untuk
mandi, mencuci, dan memasak (Muntinanto, 2018).

3.3 Keterkaitan dengan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Anti


Korupsi

Pada dasarnya seluruh sistem pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menciptakan


generasi yang berlandaskan hukum berlaku guna tercetaknya warga negara yang baik. Oleh
karena itu, pemerintah memberikan pelayanan pendidikan dengan adanya mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai bentuk penanaman paling dasar
mengenai pengetahuan kenegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memberikan
pengetahuan hukum-hukum mendasar mengenai hak dan kewajiban yang dilakukan suatu
individu. Hak dan kewajiban ini diatur dalam perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum negara. Hukum yang berdiri mengatur hal-hal yang menjadi batasan perilaku yang
dilakukan masyarakat berdasarkan moral yang berlaku dalam suatu negara.

Hukum tidak hanya mengatur hal- hal yang dilarang, tetapi hukum mengatur tentang
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya hukum, masyarakat akan terjamin dan
terlindungi sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hukum juga memberikan
serta melindungi ketertiban di lingkungan dan mencegah perbuatan yang merugikan banyak
orang

…… Melanggar pancasila yaitu sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Sila ini menunjukan bahwa masyarakat harus sadar akan hak nya untuk
menciptakan keadilan dan ketertiban di masyarakat. Karena, ini bertentangan dengan sila ke 5
dimana ditekankan  pada ketertiban dan kesalahan masyarakat yaitu membuang sampah
sembarangan yang dampaknya merugikan orang banyak.

Penyediaan air bersih di Indonesia dijamin dalam Pasal 33 UUD 1945 ayat (3) yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Juga, dipertegas dalam UU
No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa pemenuhan air bersih bagi masyarakat
merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sebagai bagian dari
pelayanan publik yang harus dipenuhi.

Dalam meningkatkan sanitasi di Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesadaran setinggi-tingginya. Pemerintah mengupayakan terciptanya
lingkungan yang bersih dan terhindar dari pencemaran sampah dengan mengatur dalam perda
Nomor 8 Tahun 2007. Pasal 21 huruf b perda tersebut berbunyi,  "Setiap orang atau badan
dilarang membuang dan menumpuk sampah di jalan, jalur hijau, taman, sungai dan tempat-
tempat lain yang dapat merusak keindahan dan kebersihan lingkungan." pasal ini kemudian
didukung oleh Pasal 61 Ayat 1 perda tersebut memuat ketentuan pidana bagi orang atau
badan yang melanggar sejumlah pasal, termasuk Pasal 21 huruf b. Sanksi yang diatur dalam
61 Ayat 1 yakni ancaman pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 60 hari
atau denda paling sedikit Rp100.000 dan paling banyak Rp20 juta.

Korupsi ini adalah tindakan yang bentuknya merugikan. Upaya yang bisa dilakukan melalui
pendidikan hingga ke masyarakat. Perlu diwujudkan dengan usaha sadar untuk mewujudkan
nilai anti korupsi. Pendidikan anti korupsi bisa dimulai dari hal hal yang kecil seperti
membuang sampah pada tempatnya dengan menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.
Dikaitkan dengan anti korupsi, maka membuang sampah sembarangan merupakan hal yang
jangan dianggap sepele. Bagaimana bisa memberantas korupsi apabila hal hal yang berkaitan
dengan lingkungan masih saja di acuhkan. Menanamkan sikap selalu membuang sampah
pada tempatnya walaupun ini merupakan hal kecil, ini merupakan bentuk kejujuran dan rasa
tanggung jawab.

Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila juga anti korupsi menjadi komponen
penting dalam pembentukan karakter mahasiswa. Pada tingkat inilah mahasiswa
mendapatkan ilmu pengetahuan tingkat lanjutan yang akan membawa pengaruh ke dalam
maupun luar perguruan tinggi. Maka, sebagai bentuk penanaman pematangan sikap kognitif
dan afektif mahasiswa digencarkan dalam pembentukan karakter yang disosialisasikan
dengan penekanan yang berskala. Wujud ini sebagai pencegahan krisis moral yang menjadi
permasalahan masa kini. 

 3.4 Solusi untuk Mengatasi Permasalahan dalam Rangka SDGs

Fungsionalitas perwujudan akses air bersih dan sanitasi dalam komponen SDGs
penerapannya di Kecamatan Cipayung sudah diselenggarakan baik melalui institusi
pemerintah maupun non pemerintah. Namun, kesiapan lingkungan dan sosial yang terjadi
pada penyelenggaraan pengelolaan air bersih dan sanitasi mengalami kendala  berupa
perilaku dari pelaku maupun kegiatan yang dilakukan pelaku dalam komponen masyarakat.
Jika ditinjau dalam target yang diterbitkan dalam wawasan SDGs tercapainya akses air bersih
dan sanitasi secara menyeluruh ke berbagai komponen masyarakat. 

Perubahan yang cukup krusial dalam penanganan air bersih dan sanitasi memacu
kepada dorongan produksi teknologi, produk, pendidikan, penerapan hukum, dan perubahan
perilaku (Kementerian PPN Bappenas, n.d.). Rancangan terperinci dalam SDGs menurut
(Bappeda Jogja, n.d.) yaitu : 

6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang
aman dan terjangkau bagi semua.

6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai
dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka,
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat
rentan.

6.3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan pembuangan,  dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia
berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan secara signifikan
meningkatkan daur ulang,  serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara
global.
6.4. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di
semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita
akibat kelangkaan air.

6.5 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di semua
tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang tepat.

6.6 Pada tahun 2030, melindungi dan merestorasi ekosistem terkait sumber daya air,
termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah, dan danau.

6.7 Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan dukungan internasional dalam hal
pembangunan kapasitas bagi negara-negara berkembang, dalam program dan kegiatan terkait
air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, daur
ulang dan teknologi daur ulang.

6.8 Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan


pengelolaan air dan sanitasi.

Untuk mendukung perencanaan sinergi SDGs diatas diperlukan kerjasama dari


seluruh komponen masyarakat, pemerintah, maupun non pemerintah atau swasta. Dengan
koordinasi seluruh pihak efektivitas dan efisiensi diharapkan dapat meningkat secara baik.

Adapun beberapa solusi yang dapat kami tawarkan dalam mendukung program
pemerintah mensukseskan program SDGs poin 16 di antaranya:

1. Tingkat Individu
a. Membiasakan diri untuk menghemat air bersih
b. Tidak membuang sampah sembarangan
c. Menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak mencemarinya
d. Mengajak individu lain untuk menjaga kebersihan lingkungan

2) Tingkat Keluarga

a. Menyediakan jamban keluarga, tidak membuang BAB sembarangan


b. Memilah sampah berdasarkan jenisnya 
c. Tidak membuang limbah rumah tangga secara sembarangan atau ke sumber aliran air
(sungai/got/drainase)
d. Membiasakan anggota keluarga untuk membiasakan diri hidup bersih
e. Membuat lubang biopori di pekarangan rumah

3)  Tingkat Masyarakat

a. Mengadakan sosialisasi masyarakat tentang bahaya membuang limbah rumah tangga


secara langsung ke sumber aliran air dan hukum apabila membuang sampah
sembarangan
b. Mengadakan gotong-royong dalam membersihkan area RT/RW dalam rangka
memberantas sumber penyakit dan menjaga kebersihan lingkungan bersama
c. Membuat sumur resapan bersama yang digunakan untuk menampung air hujan
d. Membuat biopori di sepanjang drainase air untuk penyerapan air yang lebih maksimal
ke tanah
e. Membiasakan masyarakat untuk gemar hidup bersih melalui program PHBS yang
disosialisasikan oleh Kader suatu lingkungan

4) Tingkat Pemerintah

a. Memperluas jaringan PDAM/PAM ke berbagai daerah, tidak hanya terfokus pada


pusat kota, melainkan hingga ke pemukiman padat penduduk
b. Melakukan rehabilitasi sungai, perbaikan sektor irigasi di berbagai daerah
c. Melakukan penghijauan di perkotaan dengan dibuatkan taman kota, kebun raya,
dengan memfungsikannya sebagai daerah resapan air
d. Mensterilkan penduduk yang tinggal di pinggir area aliran air dengan
memindahkannya ke tempat yang lebih layak
e. Meningkatkan produksi air dan mendistribusikannya secara menyeluruh
f. Melakukan penataan kota dan mengatur aliran air 
g. Menindak tegas pelaku yang tidak bertanggung jawab

Program ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi setiap pihak dan komponen dari
individu sampai dengan pemerintah. 

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan keterkaitan antara penyelenggaraan efektivitas pengelolaan air bersih dan


sanitasi di Kecamatan Cipayung dengan rancangan SDGs belum berkorelasi satu sama lain
ditambah dengan pemenuhan kualitas air yang belum memenuhi standar Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Sebagian besar poin belum terlaksana dalam penanganan nya di
Kecamatan Cipayung. Pada poin 6.1 mengenai pencapaian akses universal dan merata
terhadap air bersih dan sanitasi yang aman dan terjangkau bagi semua sudah cukup terpenuhi
dibuktikan dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai sarana pencegahan
pencemaran limbah rumah tangga pada drainase maupun aliran air bermuara. Pada poin
berikutnya 6.2 sampai dengan 6.7 belum terpenuhi secara keseluruhan dilihat dari belum
adanya gerakan pemilahan sumber limbah berasal sehingga menyebabkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

4.2 Saran

Berdasarkan analisis pada kesimpulan, berikut beberapa poin rekomendasi berdasarkan


rancangan SDGs yang disesuaikan dengan kondisi daerah sebagai berikut :

1. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian perlu direnungkan, diresapi, dihayati,


dan diperdalam sehingga aksi yang dilakukan di lapangan dapat berjalan sesuai
harapan dan mencegah kerugian yang melibatkan banyak pihak. Perwakilan rakyat
dalam lembaga daerah menjadi komponen penting dalam menyuarakan suara rakyat
agar realisasi kemakmuran daerah tercapai.
2. Belum terpenuhinya poin 6.2 mengenai pencapaian akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang
air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum
perempuan, serta kelompok masyarakat rentan. Maka diperlukan sosialisasi terbuka
terhadap masyarakat oleh ahli agar saran yang diberikan adalah solusi yang teruji. 
3. Belum terpenuhinya poin 6.3 mengenai peningkatan kualitas air dengan mengurangi
polusi, menghilangkan pembuangan,  dan meminimalkan pelepasan material dan
bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah,
dan secara signifikan meningkatkan daur ulang,  serta penggunaan kembali barang
daur ulang yang aman secara global. Maka perlu dilakukan pelestarian hutan kota,
rehabilitasi aliran sungai akibat limbah yang didahului dengan pemilahan sampah dari
sumber limbah, sosialisasi hukum terkait kesehatan lingkungan guna memberikan
penegasan terhadap kesadaran akan lingkungan juga kampanye penghematan air
rumah tangga dan industri.
4. Belum terpenuhinya poin 6.4 mengenai peningkatan efisiensi penggunaan air di
semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan
untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumlah orang yang
menderita akibat kelangkaan air. Maka perlu dilakukan adanya gerakan membuat
biopori di depan rumah masing-masing warga sebagai solusi bagi penyerapan air,
kerja bakti antar Rukun Tetangga guna mensterilisasi drainase daerah setempat.
Penanaman tanaman berbasis pot dapat dilakukan bagi kawasan perumahan dengan
kawasan terbatas.
5. Peran masyarakat dalam membenahi permasalahan ini terus berkaitan erat dengan
hukum yang berlaku, maka dengan adanya bentuk penghargaan yang pemerintah
berikan dapat menjadi pemicu semangat dalam mempertahankan lingkungan asri yang
masyarakat jaga.

Dengan adanya penanaman dan saran pada masyarakat diharapkan dapat terwujudnya
pola hidup bersih dan sehat di kawasan Kecamatan Cipayung. Pemberian rekomendasi diatas
bersifat fakta sehingga dapat dilaksanakan penerapannya karena berdasarkan peninjauan
terhadap kawasan lain yang sudah menerapkan poin SDGs dengan skala hampir menyeluruh
terlaksana, sehingga diharapkan saran yang diajukan dapat berguna dan bermanfaat bagi
masyarakat sebagai bahan peninjauan daerah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Jogja. (n.d.). Akses Air Bersih dan Sanitasi. Dataku.


http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/sdgs/detail/6-akses-air-bersih-dan-sanitasi

BPPT. 2010. Buku Air Tanah Buatan. Jakarta: BPPT Press.  


Dharmawan, d. 2020. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kelurahan Sungai Siring
Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Jurnal Mahasiswa, 2.
http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/TEK/article/viewFile/4570/4414

Gerintya, S. 2018. Bagaimana Mutu dan Akses Air Bersih di Indonesia. Tirto.id.
https://tirto.id/bagaimana-mutu-dan-akses-air-bersih-di-indonesia-cGrk

Ika. 2018. Potret Sulitnya Air Bersih Picu Diare dan Masalah Sanitasi. Jawapos.com. Ika.
(2018). “Potret Sulitnya Air Bersih Picu Diare dan Masalah
Sanitasi”.https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/23/11/2018/potret-
sulitnya-air-bersih-picu-diare-dan-masalah-sanitasi/.

Indonesia.go.id. 2019. Mengejar Pencapaian Akses 100% di 2019. Portal Informasi


Indonesia. Retrieved November 26, 2020, from
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/mengejar-pencapaian-
akses-100-di-2019

Jabarprov. 2017. “Kabupaten Tasikmalaya” https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1046

Kementrian PPN Bappenas. (n.d.). Air Bersih dan Sanitasi Layak. sdgs bappenas.
http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-6/

KPK. 2020. “Pendidikan Antikorupsi Untuk Perguruan Tinggi”.


https://acch.kpk.go.id/id/berkas/buku-antikorupsi/perguruan-tinggi/pendidikan-
antikorupsi-untuk-perguruan-tinggi

PDAM Tirta Benteng. (2020, April 15). Kondisi Air Bersih di Indonesia. Retrieved
November 26, 2020, from http://www.pdamtirtabenteng.co.id/berita/kondisi-air-
bersih-di-indonesia#:~:text=Berdasarkan%20capaian%20pembangunan%20tahun
%202015,layak%20sebesar%2087%2C8%25.

Rossa, V., & Nodia, F. (2018, November 23). Ada 33,4 Juta Penduduk Indonesia Kekurangan
Air Bersih. Suara.com. https://www.suara.com/health/2018/11/23/162639/ada-334-
juta-penduduk-indonesia-kekurangan-air-bersih?page=all#:~:text=Penduduk
%20Indonesia%20kekurangan%20air%20bersih.&text=Data%20Badan%20Pusat
%20Statistik%20(BPS,SDGs)%20yakni%20sebesar%20100%20persen.

Sihombing, P. O. 2020. Analisa Kebutuhan Air Bersih Pada Kota Binjai Sumatera Utara. 2-3.
http://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4034/Parto%20Oktavianus
%20Sihombing.pdf?sequence=1

Synergisolusi. (n.d.). Akses Air Bersih Belum Merata di Indonesia. Synergisolusi. Retrieved
November 26, 2020, from https://www.synergysolusi.com/berita/berita-terbaru/akses-
air-bersih-belum-merata-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai