Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENYEDIAAN AIR BERSIH

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

Dosen Pengampu

Dr. Jasmine Ambas, M.Kes

Oleh:

Indah Dwi Puspita

210304500012

Kelas A

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang
selalu memberikan kesehatan kepada seluruh penyusun makalah ini sehingga
dapat terselesaikan pada waktu yang tepat. Tak lupa pula kita kirimkan salam
serta salawat kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw karena beliaulah
yang berhasil merobek benderah kekafiran dan mengibarkan bendera keislaman.

Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Dasar Kesehatan
Lingkungan yang diampuh oleh bapak Dr. Jasmine Ambas, M.Kes Penyusunan
makalah ini diharapkan mampu bermanfaat bagi pembaca dan menambah
wawasan. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan kedepannya.

Makassar, 2022

Indah Dwi Puspita

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1

BAB I ......................................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................ 4

BAB II........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4

A. Pengertian Air Bersih ...................................................................................................... 4

1. Definisi Air Bersih ...................................................................................................... 4

2. Sumber Air Bersih ....................................................................................................... 5

B. Penyediaan Air Bersih .................................................................................................... 6

1. Standar Kualitas Air Baku........................................................................................... 6

2. Sistem Penyediaan Air Bersih ..................................................................................... 7

C. Kebutuhan Air Bersih ..................................................................................................... 8

1. Kebutuhan Air Bersih Penduduk................................................................................. 8

2. Penyediaan Air Bersih Penduduk ................................................................................ 9

3. Permasalahan Air Bersih Penduduk .......................................................................... 10

BAB III .................................................................................................................................... 13

PENUTUP................................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13

B. SARAN ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan
manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur utama. Kebutuhan
manusia akan air selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, bukan saja
karena dari meningkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,
melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan
air. Di lain pihak, air yang tersedia di dalam alam yang secara potensial dapat
dimanfaatkan manusia adalah tetap saja jumlahnya, jika tidak dapat dikatakan
cenderung menurun .

Air bersih adalah salah satu kebutuhan penting manusia. Kelangkaan air bersih
banyak dialami penduduk di belahan dunia, tak terkecuali tanah air kita. Meskipun
Indonesia dikarunia banyak air dengan curah hujan yang relatif tinggi, namun
kelangkaan air tetap terjadi di berbagai daerah. Banyak warga yang kesulitan
mengakses air bersih. Air bersih menjadi kebutuhan mendasar yang tak
terpisahkan dari hidup dan kehidupan manusia

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai
peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.

Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini
belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai
saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.

B. Rumusan Masalah

2
1. Apa pengertian dari air bersih?
2. Bagaimana pengelolaan sumber air bersih?
3. Bagaimana sistem kebutuhan air bersih di penduduk?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mampu memahami apa itu air bersih


2. Dapat mengetahui proses pengelolaan sumber air bersih
3. Mampu menjelaskan bagaimana sistem kebutuhan air bersih di penduduk

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Bersih

1. Definisi Air Bersih

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.
6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
4
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air
minum.
8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

2. Sumber Air Bersih

Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu perihal


Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa
sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah:

1. Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya
sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa
lama.
2. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter.
3. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter.
4. Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku
yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan
untuk tercemar polutan sangat besar.
5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air
dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun
tampungan dari air hujan.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal,
1999):

1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami


pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi,
5
muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di
daerah yang bertopografi rendah.

Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air
yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum, namun
memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kualitasnya.
Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu
banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang membuat sumber air
jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai.

Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan atas:

a. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial


treatment)
b. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).

B. Penyediaan Air Bersih

1. Standar Kualitas Air Baku

Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat
yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan
mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan
kontaminan yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut
tidak begitu besar.

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih,
maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di
Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun
1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan
SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi
dalam tiga bagian yaitu:

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.


2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka


kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Syarat fisik, antara lain:
✓ Air harus bersih dan tidak keruh.
6
✓ Tidak berwarna
✓ Tidak berasa
✓ Tidak berbau
✓ Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain:
✓ Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
✓ Cukup yodium.
✓ pH air antara 6,5 – 9,2.
3. Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya.
Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk
membayar harga jual air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus
memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
1. Aman dan higienis.
2. Baik dan layak minum
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar
masyarakat.

Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar


kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan
tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No.
173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):
1. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
2. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
3. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

2. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain:
unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi.

1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih
yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil
dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan
yang diperlukan.

7
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi
manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran
gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang
mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan
disesuaikan dengan sumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air
bersih atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah
konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan
konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap
bulannya.

C. Kebutuhan Air Bersih

1. Kebutuhan Air Bersih Penduduk

Kebutuhan/permintaan air adalah jumlah air yang diperlukan untuk


menunjang segala kegiatan manusia. Kebutuhan air penduduk meliputi kebutuhan
air bersih domestik dan non domestik (Kodoatie, 2003).

Air domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi
perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar
perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan kecenderungan
laju pertumbuhan. Pertumbuhan ini juga tergantung dari rencana pengembangan
dari tata ruang wilayah. Daerah permukiman di perkotaan dengan daerah
permukiman dipedesaan dalam kebutuhan airnya sangat berbeda karena
mempunyai karakterstik yang berbeda. Dalam pedoman tentang kualitas air
minum, WHO mendefinisikan air domestik sebagai air yang digunakan untuk
8
semua keperluan domestik termasuk konsumsi, mandi, dan persiapan makanan
(WHO dalam howard dan bartram, 2003). Ini berarti bahwa kebutuhan akan
kecukupan air digunakan untuk semua kebutuhan dan tidak semata-mata untuk
konsumsi air saja. Air merupakan nutrisi dasar dari tubuh manusia dan berperan
penting bagi kehidupan manusia yang mendukung dalam proses pencernaan
makanan, adsorpsi, transportasi, dan lain-lain dalam tubuh manusia. Air juga
berperan penting dalam persiapan pangan dan makanan, yang semuanya itu
termasuk dalam kebutuhan konsumsi. Dengan mempertimbangkan kebutuhan
minum dan memasak, maka sekitar 7,5 liter per hari dapat dikalkulasi sebagai
dasar minimum air yang diperlukan (Howard & Bartram, 2003).

Di dalam lingkungan rumah tangga peranan air dibutuhkan untuk


kelangsungan hidup secara fisik, higienis, dan kenyamanan. Bila kepentingan
untuk fisik dan higienis terpenuhi, maka fungsi air untuk kenyamanan kemudian
berkembang sejalan dengan cara hidup dan sulit untuk menyatakan ukuran
kebutuhan air untuk kenyamanan tersebut. Dalam memperkirakan jumlah
kebutuhan air untuk rumah tangga sehari-hari dihitung berdasarkan standar
kebutuhan minimum penduduk yang meliputi kebutuhan air untuk makan, minum,
mandi, kebersihan rumah dan menyiram tanaman.

Air non domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan perkantoran,
pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial serta tempat komersil dan umum lainnya.
Kebutuhan air komersil untuk suatu daerah cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan penduduk dan perubahan tataguna lahan. Kebutuhan air ini dapat
mencapai 20 persen sampai dengan 25 persen dari total suplai (produksi) air.
Kebutuhan air bersih untuk saat ini dapat diidentifikasi namun untuk untuk
kebutuhan industri yang akan datang cukup sulit untuk diperkirakan karena
kesulitan mendapat data yang akurat (Kodoatie, 2003).

2. Penyediaan Air Bersih Penduduk

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum bahwa

9
penyediaan air bersih dilakukan dengan 2 (dua) tipe yaitu air bersih dengan
perpipaan dan non-perpipaan dimana kedua tipe ini merupakan ketentuan yang
menggambarkan kondisi yang layak dalam penyediaan air bersih penduduk.
Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan terdiri atas sambungan rumah
tangga atau perkantoran, hidran/kran umum dan hidran kebakaran. Dalam buku
penjelasan Program Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota (PLPK) diterangkan
bahwa standar untuk pelayanan hidran umum yaitu: Setiap kampung terdiri dari 3-
10 unit hidran untuk melayani masyarakat antara 30-50 ltr/org/hr. Jarak antar
kran 100 s.d 150 m disesuaikan kondisi, satu kran umum/ ha dapat melayani 300-
400 orang (DJCK PU dalam Eda, 2007). Sedangkan untuk sistem bukan
perpipaan, penyediaan air bersih penduduk berupa sumur gali, sumur bor, bak
penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan perlindungan mata air.

Sebagai indikator dalam perencanaan pembangunan air bersih, WHO


menetapkan kategori sumber air bersih penduduk ke dalam 2 (dua) kategori
(WHO/UNICEF, 2005) yaitu sumber yang terpelihara/terjaga (Improved Water
Source) dan sumber yang tidak terjaga (Not Improved Water Source). Kategori
sumber air yang terjaga diartikan sebagai sumber air bersih yang karena kontruksi
dan proses penyalurannya terpelihara dari bahan kontaminasi dari luar baik secara
fisik, kimia, dan bakteriologis.

3. Permasalahan Air Bersih Penduduk

Air bersih bagi penduduk di suatu wilayah merupakan suatu prasarana


yang sangat penting untuk menunjang keberlangsungan daerah tersebut untuk
berkembang. Sejalan dengan meningkatnya populasi penduduk, maka kebutuhan
untuk air bersih pun meningkat, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Air bukan
lagi sebagai barang yang tersedia secara melimpah dan bebas digunakan,
melainkan telah menjadi komoditi ekonomi yang makin langka, sehingga
diperlukan pengelolaan yang tepat (Kodoatie & Robert, 2002). Oleh karena itu
penyediaan prasarana air bersih merupakan sesuatu yang harus direncanakan dan
dipersiapkan dengan matang. Air bersih di permukiman harus selalu tersedia
dengan volume yang sesuai kebutuhan, jarak pengambilan dan waktu

10
pengambilan yang mudah diakses oleh semua penduduk serta harga yang
terjangkau.

Kekurangan air bersih oleh masyarakat akan menimbulkan masalah pada


beberapa aspek yang akibatnya dapat terasa secara langsung atau tidak langsung
oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang
baik dapat memenuhi air bersih dengan membeli air dari bersih tangki yang dijual
atau membeli air kemasan isi ulang. Sedangkan masyarakat miskin, dimana
mereka sudah memiliki uang terbatas cara untuk memenuhi kebutuhan air bersih
dengan cara mengurangi jumlah konsumsi air bersih atau memakai air apa saja
yang tidak jelas kualitasnya. Seperti ini terjadi pada masyarakat yang ada di
sebagian wilayah Kabupaten Agam, mereka banyak memakai air sungai, danau,
air sumur yang tidak layak untuk keperluan sehari-harinya.

Dengan mengurangi jumlah konsumsi air dibawah standar dan sumber air
bersih yang digunakan tidak memenuhi kualitas air bersih berpengaruh pada
menurunnya tingkat kesehatan. Masyarakat yang kurang sehat tidak dapat
mengikuti pendidikan dengan baik dan tingkat produktivitasnya akan menurun
karena sering sakit, pendapatan berkurang sedangkan pengeluaran bertambah
karena harus membeli air bersih. Disini terlihat sekali pentingnya masyarakat
mempunyai akses terhadap air bersih agar mereka dapat lebih sejahtera
dikemudian hari.

Menurut Johnstone dan Wood dalam Mungkasa (2006) menerangkan


bahwa masyarakat yang tidak dapat mengakses air bersih harus menanggung
konsekuensi berupa:
1. Tingginya biaya untuk memperoleh air bagi masyarakat yang tidak
punya akses. Masyarakat menghabiskan sekitar 10-40% dari
penghasilannya atau mungkin 10-100 kali lipat harga air tarif rata-rata
(Black dalam Mungkasa, 2004). Sedangkan air minum dianggap mahal
jika pengeluaran melampaui 3 persen dari pendapatan rata-rata
penduduk (Water Academy dalam Mungkasa, 2004).
2. Konsumsi air bersih menurun. Dengan tingginya biaya, jauh jarak dan
waktu yang lama untuk mendapatkan air bersih menjadikan
11
masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan standar air bersih.Hilangnya
pendapatan karena turunnya produktivitas dan bertambahnya biaya kesehatan.
Dengan tidak adanya akses ke air bersih berpengaruh langsung atau tidak
langsung pada pendapatan dan kesehatan karena banyak masyarakat yang
terkena penyakit.

Menurut Bappenas(2007) dalam Subagyo et al, (2013) akses terhadap air


bersih meliputi 5 (lima) indikator yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas,
kehandalan layanan, keterjangkauan (jarak, waktu, dan harga). Capaian dari
sasaran pembangunan sektor air bersih sesuai dengan target MDG’s
dikendalikan dengan indikator pemantauan berupa proporsi/jumlah penduduk
yang menggunakan sumber air bersih yang terjaga/improved water source
(UNESCO-International Hydrological Programme, 2015)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Air merupakan salah satu kebutuhan primer, karena dapat menunjang segala aktivitas
manusia. Sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk setiap wilayah, maka
kebutuhan terhadap air bersih juga semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya, Namun saat ini air bukan lagi sesuatu yang tersedia secara melimpah
dan bebas digunakan, maka untuk itu diperlukan pengelolaan yang tepat. Pemerintah
telah melakukan pengelolaan air bersih dengan cara menyediakan melalui dua tipe
yaitu perpipaan dan non-perpipaan.

B. SARAN

Pada makalah Penyediaan air bersih ini telah dijelaskan mengenai peranan air bersih
sebagai kebutuhan penting bagi penduduk dan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat jadi diharapkan para pembaca ataupun prnulis sendiri mampu memahami
konsep dari penyediaan air bersih. Pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Penyusun berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, P. P. R. (2005). Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor, 16.

Sinulingga, B. D. (1999). Pembangunan kota: tinjauan regional dan lokal. Pustaka Sinar
Harapan.

Permenkes, R. I. (1990). Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia RI No, 416.

Howard, G., Bartram, J., Air, S., & Organisasi Kesehatan Dunia. (2003). Kuantitas air
domestik, tingkat pelayanan dan kesehatan (No.
WHO/SDE/WSH/03.02). Organisasi Kesehatan Dunia.

Penyediaan Air Bersama WHO/UNICEF, Program Pemantauan Sanitasi, Organisasi


Kesehatan Dunia, Program Pemantauan Bersama WHO/UNICEF untuk Penyediaan
Air, & UNICEF. (2005). Air untuk kehidupan: mewujudkannya . Organisasi
Kesehatan Dunia.

KODOATIE, Robert J. Hidrolika Terapan; Aliran Pada Saluran Terbuka Dan Pipa.(2002).

Mungkasa, O. (2006). Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan. Jurnal Percik, Oktober,
18-20.

Mungkasa, O. (2004). Sekilas Kondisi Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Media Percik.

UNESCO, GWP (2011). Program Hidrologi Internasional. Pedoman kualitas air minum,
edisi ke-4, WHO .

14

Anda mungkin juga menyukai