Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

“Penyediaan Air Bersih, Air Minum dan Makanan Pasca


Bencana”

Disusun oleh Kelompok 6 :


1. ATI SAKINAH 2016031016
2. M. RUSLI 2016031064
3. OPIK JAJULI 2016031074
4. ST. HANA HERLINA 2016031090

PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

SERANG – BANTEN 2018


DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i

Kata Pengantaran.................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Penyediaan Air Bersih.....................................................................3

2.1.1 Pengertian Air Bersih............................................................5

2.1.2 Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Bencana.......................4

2.1.3 Standar Minimal Penyediaan Air Bersih...............................9

2.1.4 Standar Minumum Kebutuhan Pasca Bencana...................13

2.1.5 Kondisi Makanan Saat Terjadi Bencana.............................15

BAB III : PENUTUP.........................................................................................19

3.1 Kesimpulan....................................................................................19

3.2 Saran..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan makalah dengan judul “Penilaian Dampak Bencana”. Makalah ini


dibuat un

tuk menambah wawasan dan penulis dalam  penanggulan bencana di Indonesia.


Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,  penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan
referensi yang bermakna bagi para pembaca.

Serang , 09 maret 2018

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat


penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya
yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.

Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini
belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai
saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.

Di Negara kita ini masalah lainnya yang perlu di pikirkan adalah tentang samapah.
Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan
manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa
dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat.
Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola
dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan Pada daerah bencana, khususnya bencana gempa, tsunami


dan banjir, kebutuhan utama yang sulit dicari adalah air. Hal itu disebabkan
karena terputusnya saluran PDAM, tergenangnya sumber air oleh banjir dan
rusaknya sarana dan prasarana jalan untuk mendistribusikan air bersih ke daerah
bencana. Selain untuk keperluar air minum, air bersih juga digunakan untuk
sanitasi. Kebersihan fasilitas sanitasi dapat menghindari para pengungsi terkena
penyakit seperti disentri, tifus dan penyakit kulit. Oleh karenanya, penyediaan air
layak minum sangat mutlak diperlukan di daerah yang terkena bencana alam.
Penyediaan dapat dilakukan dengan fasilitas filtrasi air yang ada disekitar wilayah
atau dapat juga dengan mobile unit yaitu unit pengolahan air yang dapat
dipindahkan kemana saja.

1.3 Tujuan

1. Agar mengetahui tentang bagaimana penyediaan air bersih.


2. Agar menegtahui tentang bagaimana cara pembuangan sampah.
3. Agar mampu menganalisa bagaimana pengaruh penyediaan air berih dan
pembuangan sampah bagi kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyediaan Air Bersih

2.1.1 Pengertian air bersih

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum.

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.

4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk


memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.

3
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum.

6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,


memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,


melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik
penyediaan air minum.

8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut


Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

2.1.2 Penyediaan Air Bersih Dan Saniatsi Dalam Kondisi Bencana

A. Definisi Bencana Alam

Bencana Alam adalah kejadian yang tentu saja tidak kita kehendaki untuk
terjadi, namun kejadian ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, sebagai
contoh kejadian Gempa Bumi yang disertai Tsunami di Jepang yang baru saja
terjadi (Maret 2011)

Selain menimbulkan korban jiwa , rusaknya berbagai infrastruktur, bencana juga


menghasilkan Pengungsi sebagai calon korban kedua, hal ini disebabkan karena
dalam keadaan bencana akses terhadap unsur unsur penopang kehidupan
(makanan, air bersih) sangatlah terbatas bahkan hilang sama sekali, selain itu
keadaan lingkungan sanitasi yang buruk dan serba terbatas juga merupakan

4
ancaman bagi kelangsungan kelangsungan hidup karena dapat menimbulkan
berbagai penyakit.
Pada tahap awal dari suatu bencana orang yang terkena bencana pada umumnya
lebih mudah menjadi sakit dan meninggal, karena penyakit pada umumnya
berhubungan dengan sanitasi yang tidak memadai, kekurangan penyediaan air,
dan buruknya kebersihan.
Penyakit-penyakit yang paling banyak terjadi adalah penyakit yang ditularkan
melaui tinja kemulut seperti penyakit diare, dan penyakit yang disebabkan oleh
vektor (hama pembawa penyakit) yang berhubungan dengan sampah dan air.
Sasaran utama kegiatan Penyediaan air bersih dan sanitasi pada keadaan bencana
adalah untuk mengurangi penularan penyakit-penyakit tinja ke mulut dan
mengurangi penjangkitan oleh vektor dengan melaksanakan penyuluhan peraktek
kebersihan yang baik, penyediaan air minum yang aman dan pengurangan
kesehatan lingkungan dengan mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan
orang-orang untuk hidup dengan kesehatan, martabat, kenyamanan, dan kemanan
yang memadai.
Mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan pelayanan air dan sanitasi fase
darurat Pada fase bencana hal yang sering kita temukan seperti banyak memakan
korban dengan banyak temukan mayat-mayat dan terjadinya kerusakan
infrastruktur, salah kerusakan yang ditimbulkan adalah kerusakan fasilitas air dan
sanitasi seperti : jaringan PDAM rusak, sumur-sumur terkubur reruntuhan atau
lumpur, jalur akses sumber air terputus, banyak puing-puing, sampah-sampah
serta kondisi drainase yang rusak sehingga banyak air tergenang, didukung
perilaku kesehatan yang buruk dari masyarakat korban.
Akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit. Apa yang
harus dilakukan dalam kegiatan Air dan Sanitasi pada fase Bencana? Untuk
mengurangi resiko dari bencana yang ditimbulkan.

5
B. Hal yang dilakukan dalam kegiatan bencana alam adalah :

1. Pasokan/penyediaan air bersih


Dalam kondisi bencana pasokan/penyediaan air sangat penting, hal ini
dikarenakan merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk
menjaga kelangsungan hidup, banyak kasus ditemukan ketika bencana
sering terjadi kekurangan air dikarenakan akses yang terputus sehingga
kuantitas tidak memadai ataupun ada kualitas airnya tidak memenuhi
syarat kesehatan, akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan
terhadap penyakit.
Untuk itu didalam pasokan/penyediaan air bersih kita harus memperhatikan :
Kuantitas air (Jumlah air) : Jumlah air dapat diperoleh jika kita mengetahui jenis
sumber air.
● Jenis Sumber Air - air tanah :
Sumur, Mata air - air permukaan :kolam, sungai, telaga - air hujan Kualitas Air
Selain dari kuantitas yang cukup, juga kita harus memperhatikan kualitasnya,
sehingga air yang dikonsumsi tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan.
Yang perlu diperhatikan untuk bisa memenuhi kualitas air adalah :
● Pemeriksaan kualitas air Ada tiga cara dalam pemeriksaan kualitas air :
a. Pemeriksaan secara fisik (warna, rasa, dan bau)
b. Pemeriksaan secara biologi ( pemeriksaan bakteri pathogen ; E-Coli, yang
disebabkan oleh tercemarnya air oleh kotoran tinja).
c. Pemeriksaan secara kimia (chlor, Ph,Ni,Na,Fe, dan lainnya) Sarana dan
piranti air Masyarakat mempunyai sarana dan piranti yang mencukupi
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan air untuk minum,
memasakan, dan kebersihan pribadi, dan memastikan air minum tetap
aman sampai pada waktu dikonsumsi.
2. Pembuangan tinja
Pembuangan tinja yang aman dapat mengurangi resiko penyakit yang
ditimbulkan baik langsung atau tidak langsung, penyediaan saran yang
tepat adalah satu dari beberapa respon kedaruratan yang paling penting

6
untuk menjamin martabat, kemanan, kesehatan, dan kesejahteraan
penduduk.

Didalam pembuangan tinja, hal yang harus diperhatikan adalah : Jumlah dan akses
ke jamban Masyarakat berhak mendapat jumlah jamban yang memadai, cukup
dekat dengan tempat tinggal, untuk mengkinkan akses yang cepat, aman, dan
pantas baik siang maupun malam.

● Didalam membangun jamban, yang harus diperhatikan adalah :

- Pemisahan jamban berdasarkan jenis kelamin

- Tempat buang air besar Dalam kondisi bencana kadang tindakan dalam
membuat jamban harus segara dilakukan, untuk itu jamban lubang (pit Latrines)
adalah alternatif yang bisa dilakukan.

3. Pemeliharaan Dilokasi pengungsian jamban yang dibangun, tentunya


merupakan jamban umum, yang harus diperhatikan memberikan kesadaran
dan membuat pertemuan dengan sesama pengungsi untuk memnentukan
bentuk pemeliharaan jamban, sebaiknya didalam jamban umum disediakan
sabun, pembalut, dan jarak jamban.
● Pengendalian vektor
Vektor adalah suatu agent/penyebab pembawa penyakit, dan salah satu penyakit
yang ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol.
● Contoh Vektor/hama dan Jenis penyakit yang ditimbulkan : Nyamuk, biasanya
hidup dan berkembang biak di tempat yang banyak terdapat genangan air,
merupakan vektor penyakit Malaria, Demam Berdarah Lalat/ kecoak, biasanya
hidup ditempat yang banyak menyediakan makan dan berbau (Tempat sampah),
merupakan vektor penyakit perut (diare dan sejenisnya) Kutu/ Mites, biasanya
terdapat di Handuk, air yang kotor, tempat tidur yang kotor ada juga sih yang
hidup di tubuh manusia, penyebab Scabies Tikus, biasanya hidup di tempat
Sanpah, merupakan vektor penyakit Salmonella, leptospirosis.

7
4. Manajemen Sampah
Pada saat bencana sering dijumpai kondisi sanitasi yang buruk, seperti :
sering ditemukannya puing-puing, sampah-sampah dan jenis limbah
lainnya yang berserakan akibat bencana yang ditimbulkan. Hal tersebut
akan menjadi masalah kesehatan.
Pengertian Sampah : Sampah adalah semua benda yang sudah tidak terpakai lagi
baik yang berasal dari rumah maupun, proses industri, sampah rumah sakit.
●Sampah digolongkan menjadi dua :
- Sisa makanan yang mudah membusuk (Organik)
- Sisa barang yang yidak dapat membusuk (an-Organik)
Hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah :
◙ Pengumpulan : - Pembuatan Tempat Sampah (Tong Sampah, lubang sampah)
- Pembuatan TPS (Tempat Pembuang Sampah Sementara)
- Pembuatan TPA (Tempat Pembuatan Sampah Akhir)
◙ Pengangkutan : - Gerobak - Mobil Sampah
◙ Pengolahan : - Dibuang pada tahan galian/tempat rendah
- Dikubur pada tanha galian
- Dibakar

C. Drainase pada situasi bencana

Salah satu masalah bidang sanitasi adalah pada Drainase/saluran air yang
rusak atau tidak diperhatikan, hal ini bisa dilihat dari tercemarnya air permukaan
di lokasi pengungsi yang berasal dari limbah rumah tangga atau titik-titik
distribusi air, kebocoran jamban, got, air hujan ait banjir.

D. Pengertian drainase

Drainase adalah saluran air, tujuannya mengalirkan air dengan membuat


saluran untuk menghindari genangan yang merupakan sarang pekembangbiakan
veltor/pembawa penyakit.

Perlunya drainase pada kondisi bencana Supaya tidak mencemari air permukaan :
sumur, sungai atau danau Tidak menjadi perkembangbiakan nyamuk, lalat, kecoa,

8
dan lipas o Tidak mengganggu pemandangan Cara pemeliharaan drainase o
Periksa lubang saluran. Bila ada kotoran yang tersangkut, ambil dan buang
ketempat sampah o Sesekali siram dengan air agar terjadi penyumbatan oleh tanah
yang terbawa air.

2.1.3 Standar Minimal Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi di Daerah

BencanaBencana selalu menimbulkan permasalahan. Salah satunya bidang


kesehatan. Timbulnya masalah ini berawal dari kurangnya air bersih yang
berakibat pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Akibatnya
berbagai jenis penyakit menular muncul. Penanggulangan masalah kesehatan
merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca
bencana disertai pengungsian. Saat ini sudah ada standar minimal dalam
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penganan pengungsi.
Standar ini mengacu pada standar internasional. Kendati begitu di lapangan, para
pelaksana tetap diberi keleluasaan untuk melakukan penyesuaian sesuai kondisi
keadaan di lapangan.

Beberapa standar minimal yang harus dipenuhi dalam menangani korban


bencana khususnya di pengungsian dalam hal lingkungan adalah:

a. Pengadaan Air
Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup,
dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling
mendesak. Namun biasanya problema-problema kesehatan yang berkaitan dengan
air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah
tercemar sampai tingkat tertentu. Tolok ukur kunci ;
1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit-dikitnya 15 liter perorang
perhari
2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
4. 1 (satu) kran air untuk 80-100 orang

9
b. Kualitas Air
Air di sumber-sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk
keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan
rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko-risiko besar terhadap
kesehatan akibat penyakit-penyakit maupun pencemaran kimiawi atu radiologis
dari penggunaan jangka pendek.
●Sumber Air:
1. Di sumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan
bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100
mili liter
2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahwa resiko pencemaran semacam
itu sangat rendah.
3. Untuk air yang disalurkan melalui pipa-pipa kepada penduduk yang jumlahnya
lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu ada resiko atau
sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih
dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni
residu klorin pada kran air 0,2 – 0,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5
NTU)
4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
5. Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna
air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka pendek,
atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah
direncanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar
endapan bahan-bahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri.

Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup besar
untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.

10
c. Prasarana dan Perlengkapan:
1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10– 20
liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat-alat ini sebaiknya
berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup
banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam-jam
tertentu. Pisahkan petak-petak untuk perempuan dari yang untuk laki-laki. Bila
harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum,
satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.

d. Pembuangan Kotoran Manusia Jumlah Jamban dan Akses


Masyarakat
korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan jaraknya tidak
jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses secara mudah dan cepat kapan
saja diperlukan, siang ataupun malam.
Penggunaa Jamban:
1. Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
2. Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis
kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban laki-laki dan jamban
perempuan)
3. Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di
kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban hanya
memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki.
4. Jamban umum tersedia di tempat-tempat seperti pasar, titik-titik pembagian
sembako, pusat-pusat layanan kesehatan dsb.
5. Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang-kurangnya berjarak 30
meter dari sumber air bawah tanah.
Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah. Pembuangan
limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun, baik sumur
maupun mata air, suangai, dan sebagainya

11
6. 1 (satu) Latrin/jaga untuk 6 -10 orang

e. Pengelolaan Limbah Padat Pengumpulan dan Pembuangan Limbah


Pada Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari
pencemaran akibat limbah padat, termasuk limbah medis:
1. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum
sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
2. Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik bekas
pakai, perban-perban kotor, obat-obatan kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman
atau tempat-tempat umum.
3. Dalam batas-batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat
pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara
benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam.
4. Terdapat lubang-lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat-tempat
khusus untukmembuang sampah di pasar-pasar dan pejagalan, dengan system
pengumpulan sampah secara harian.
5. Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu
sedemikian rupa sehingga problema-problema kesehatan dan lingkungan hidup
dapat terhindarkan.
6. 2 (dua) drum sampah untuk 80-100 orang Tempat/Lubang Sampah Padat
Masyarakat memiliki cara-cara untuk membuang limbah rumah tangga sehari-hari
secara nyaman dan efektif:
a. Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah
bak sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar
lubang sampah umum.
b. Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah
rumah tangga sehari-hari tidak dikubur ditempat.

12
f. Pengelolaan Limbah Cair Sistem Pengeringan

Masyarakat memiliki lingkungan hidup sehari-hari yang cukup bebas dari risiko
pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumber-
sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasarana-prasarana
medis.

●Hal-hal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan


pengelolaan limbah cair :
1.Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik-titik pengambilan/sumber air
untuk keperluan sehari-hari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman
2.Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan
air.
3.Tempat tinggal, jalan-jalan setapak, serta prasana-prasana pengadaan air dan
sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.  

2.1.4 Standar Minimum Kebutuhan Pasca Bencana


A. Jenis Kebutuhan Dalam Penanggulangan Bencana:

1. Partisipasi

Semua masyarakat yang terkena dampak harus berpartisipasi dalam membuat,


menilai, melaksanakan, monitoring dan evaluasi program bantuan.

2. Penilaian awal

Penilaian memberikan pemahaman tentang situasi bencana dengan jelas,


analisis ancaman terhadap kehidupan, martabat, kesehatan dan mata
pencarian.

3. Respon

Suatu respon kemanusiaan diperlukan dalam situasi dimana pihak berwenang


tidak mampu dan atau tidak mau menanggapi kebutuhan akan perlindungan
dan kebutuhan penduduk.

13
4. Penargetan

Bantuan kemanusian untuk layanan yang disediakan secara adil dan tidak
memihak berdasarkan keterlambatan dan kebutuhan individu dan kelompok
yang pengaruhi oleh bencana.

5. Monitoring

Efektifas program dalam menanggapi masalah yang diidentifikasikan dan


pantau terus dengan maksud meningkatkan program.

6. Evaluasi

Untuk meningkatkan kebijakan dan akunbalitas

7. Kompetensi relawan

Relawan harus memiliki kuanlifikasi yang tepat, sikap dan pengalaman untuk
merencanakan dan melaksanakan program secara efektif.

8. Pengawasan, manajement dan support personil

Relawan harus mau menerima pengawasan dan dukungan untuk memastikan


pelaksaan program bantuan kemanusiaan yang efektif.

B. Standar Pokok Minuman Kebutuhan Pada Situasi Bencana

1. Air, sanitasi, dan promosi kesehatan

2. Ketahanan pangan, gizi

3. Bantuan pangan

4. Shelter, pemukiman dan produk non makanan

5. Pelayanan kesehatan

14
2.1.5 Konsumsi Makanan Darurat Saat Terjadi Bencana

Bencana alam merupakan hal yang wajar terjadi. Jenis bencana ada yang
mengikuti siklus hingga ratusan tahun, ribuan, bahkan jutaan tahun. Namun ada
juga yang secara mendadak terjadi dan tidak kita sadari. Bencana alam bisa
berupa gunung meletus, banjir, tanah longsor, tsunami dan lain sebagainya.
Bencana adalah kehendak Allah SWT yang tidak bisa kita hindari.
Bencana apapun bentuknya pasti merugikan, baik kerugian materi maupun psikis.
Meski demikian, di balik itu semua tentu akan banyak hikmah, pelajaran dan
peringatan kepada manusia agar manusia bisa lebih baik lagi.
Evakuasi korban bencana oleh pemerintah setempat atau organisasi sosial
harus memiliki planning yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
korban bencana, baik pakaian, makanan, dan pendidikan. Selain bencana alam,
adapula kondisi darurat lainnya yang butuh perhatian, misalnya saja kasus darurat
Brexit (Brebes Exit), tersasar di hutan saat mendaki gunung, kondisi perang, dan
lainnya.
Pemenuhan gizi pada korban bencana di Indonesia saat ini masih menjadi
masalah, baik dari segi jenis makanan (sering mengonsumsi mie instan), makanan
yang kadaluarsa, atau dari higienitas dapur umum. Hal ini terjadi karena sulitnya
penyediaan makan secara massal karena korban bencana jumlahnya bisa ribuan
bahkan lebih. 
Relawan harus membuka dapur umum terlebih dahulu, mengajak
masyarakat untuk terlibat dalam proses belanja bahan makanan, memasak dan
mendistribusikannya. Segala persiapan yang serba mendadak, seringkali
mengakibatkan kekacauan dan keterlambatan penyediaan makanan, sementara
perut lapar para korban bencana jelas tak bisa menunggu dan bisa menambah
penderitaan mereka.

15
A. Beberapa jenis makanan ini bisa membantu memenuhi gizi korban
bencana dalam kondisi darurat:

1. Air Kemasan

Hal yang harus selalu ada dalam kehidupan meski dalam keadaan bencana
adalah air. Namun, dalam kondisi bencana seringkali sumber air tidak
memadai, dan tidak layak minum. Oleh karena itu air kemasan harus ada jika
tidak ada sumber air yang layak minum.

2. Kurma

Buah ini ternyata bukan hanya harus ada saat berbuka puasa lho, tapi juga
dalam kondisi darurat. Buah kurma selain memiliki kandungan karbohidrat,
kurma juga kaya akan vitamin, mineral, dan serat. Buah kurma yang lezat ini
mengandung minyak, kalsium, sulfur, zat besi, potassium, fosfor, mangan,
tembaga, dan magnesium yang bermanfaat bagi kesehatan. Kurma juga bisa
menjadi obat bagi korban bencana yang terkena diare karena kurma banyak
mengandung potasium.

3. Buah Pisang

Buah berwarna kuning yang satu ini ternyata bisa menjadi makanan darurat
(jika memungkinkan ketersediaannya). Pisang termasuk jenis tanaman yang
sangat mudah tumbuh di Indonesia. Buah pisang selain buah yang bisa
langsung ‘lep’, merupakan buah dengan kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi, sumber energi yang cepat dan mudah dicerna. Selain itu manfaat lain
pada pisang (bisa menjadi media pengobatan) yaitu melancarkan peredaran
darah, membantu fungsi pencernaan, menormalkan fungsi jantung, dan
lainnya.

16
4. Gula Merah dan Gula Kelapa

Dibandingkan dengan permen, gula merah dan gula kelapa lebih cocok
sebagai makanan darurat. Selain kandungan karbohidrat yang tinggi –yang
menjadi sumber tenaga-, gula merah ternyata bagus untuk pengobatan luka
pada kulit. 

Dalam kondisi darurat jika tidak ada antiseptik, gula merah dapat
membantu sembuhkan luka kecil serta sebagai obat anti inflamasi dan anti
mikroba yang dapat mencegah infeksi. Gula merah juga bisa diberikan sebagai
makanan bagi korban yang menderita gangguan pencernaan. Kepingan gula
merah sudah terkenal di kalangan pendaki gunung, mereka biasa membawa
gula merah setiap kali mendaki sebagai makanan penambah tenaga dan
makanan darurat.

1. Kacang-kacangan
Camilan sehat yang satu ini memang bisa diandalkan untuk kebutuhan energi
dan protein dikala darurat. Kacang-kacangan juga mengandung sejumlah
vitamin dan mineral yang dapat membantu proses metabolisme tubuh.
2. Biskuit
Biskuit merupakan jenis camilan yang terbuat dari tepung-tepungan (terutama
tepung terigu atau gandum). Biskuit bisa menjadi makanan (camilan) darurat
yang mudah untuk didistribusikan.

3. Susu

Ketersedian susu di posko pengungsian sangat dibutuhkan, terutama bagi


anak-anak dan balita. Susu mengandung kalsium dan vitamin D yang baik
untuk pertumbuhan.

4. Emergency Food

Di zaman modern saat ini, banyak peneliti dan inovator yang membuat inovasi
makanan darurat dalam bentuk ransum yang siap makan dan tinggi gizi.

17
Beberapa hasil karya anak bangsa yang bisa dijadikan alternatif ketersediaan
makanan darurat yaitu:

a. ImunoYoi: ImunoYoi merupakan pangan darurat buatan inovator BPPT.


ImunoYoi, sumber karbohidrat dan protein yang mengandung zat aktif untuk
meningkatkan kekebalan tubuh dan telah diuji di laboratorium secara in-vitro.
Produk ini dibuat untuk menghadapi situasi dimana memasak tidak
dimungkinkan dan air bersih tidak tersedia.

b. Makanan iradiasi: Makanan ini merupakan buah cipta para relawan ACT
(Aksi Cepat Tanggap). Penemuan teknologi pengawetan makanan melalui
proses iradiasi menjadi solusi efektif penyediaan makanan secara instan untuk
korban bencana. Makanan yang telah melalui proses iradiasi bisa dikonsumsi
secara aman, dan tetap awet hingga 1,5 tahun (18 bulan).

c. Buras steril: Lontong atau buras yang biasa kita kenal tidak awet, ternyata
oleh mahasiswa IPB dijadikan makanan darurat yang cocok untuk korban
bencana di Indonesia. Selain rasanya yang mudah diterima oleh kebanyakan
masyarakat Indonesia, buras steril ini ternyata bisa bertahan hingga 5 tahun
dengan menggunakan teknologi sterilisasi dan vacum sealing. Lontong
dibungkus dengan aluminium foil dan bisa dimakan tanpa bantuan alat apa
pun. Menurut sang inovator, dengan mengonsumsi dua buras steril, akan
mencukupi kebutuhan kalori per hari.

Selain 8 makanan di atas, pangan lokal juga perlu dipertimbangkan


ketersediaan dan pemanfaatanya dalam kondisi darurat, karena pangan lokal
biasanya berasal dari tanaman yang mudah tumbuh dan mudah didapat sesuai
kondisi daerah. 

Nah, demikian 8 makanan darurat untuk korban bencana yang bisa pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan organisasi sosial siapkan jika terjadi bencana.
Semoga penanganan bencana di Indonesia semakin baik di masa depan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan Pemenuhan kebutuhan air bersih dan layak minum di daerah bencana
merupakan hal yang pertama dilakukan dalam tahap tanggap bencana. Hal itu
termasuk pembangunan kawasan pengungsian, sanitasi dan pusat pengobatan.
Gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lain-lain
merupakan bencana alam yang mengakibatkan dampak yang ditimbulkan sangat
dirasakan oleh masyarakat setempat dan mempengaruhi tingkat kehidupan dan
kesehatan masyarakat, serta menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks,
musnahnya atau rusaknya sarana prasarana air minum.Tidak memadainya pasokan
air menyebabkan penularan penyakit yang menular melalui jalur kotoran dan
mulut manusia seperti penyakit diare dan penyakit-penyakit lain yang
berkembang-biak. Hal ini diperburuk kondisi kebersihan, serta pencemaran
pasokan-pasokan air.

3.2. Saran

Situasi darurat bencana alam merupakan situasi yang membutuhkan kesiagaan dan
kesiapan berbagai elemen dalam suatu negara. Bila berkaca pada 2004 dimana
Indonesia belum mampu mengatasi situasi darurat seperti pengolahan air bersih
untuk para pengungsi maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
dan Basarnas diharapkan dapat bergerak cepat dalam mengatasi bencana.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://ekwadothomas676.blogspot.co.id/2013/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Diakses Tanggal 09 Oktober 2016 Pukul 10.22 WIB
http://francescomiswary.blogspot.co.id/2015/07/makalah-perilaku-
kesehatan.html
Diakses Tanggal 09 Oktober 2016 Pukul 10.34 WIB
http://anggelinaninny.blogspot.co.id/2013/12/makalah-konsep-perilaku-sehat-
dan-sakit.html
Diakses Tanggal 09 Oktober 2016 Pukul 10.41 WIB
http://ryamarya.blogspot.co.id/2013/03/makalah-perilaku-sehat-sakit-
masyarakat.html
Diakses Tanggal 09 Oktober 2016 Pukul 10.55 WIB
http://whpe.blogspot.co.id/2011/12/penyediaan-air-bersih-dan-
sanitasi.html
http://www.academia.edu/6723622/Standar_Minimal_Penyediaan_Air_B
ersih_dan_Sanitasi_di_Daerah_Bencana
http://www.academia.edu/6723622/Standar_Minimal_Penyediaan_Air_B
ersih_dan_Sanitasi_di_Daerah_Bencana

20

Anda mungkin juga menyukai