Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

SANITASI DASAR MASYARAKAT PESISIR KEPULAUAN


DI KEL. BUNGKUTOKO KEC. ABELI

OLEH:

KELOMPOK 4

SUFIANI SANUSI (J1A117338)


WANDA WULANDARI (J1A117345)
WA ODE RISNA JUHANDA S. (J1A117350)
ANISA NINUK MELANIA (J1A118106)
SITI USWATUN HASANAH (J1A118119)
LA ODE REZAMRIN (J1A118122)
SULISTIAWATI ULFI (J1A118137)
SITTI RAHMA (J1A118153)
ANNISA FITRI SALSYABILAH (J1A118171)
LARRA AL FAHRA (J1A118186)
DHIYA RAMADHANI (J1A118189)

DOSEN PENGAMPU
LA ODE AHMAD SAKTIANSYAH, S.K.M., M.P.H.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan laporan ini dari mata kuliah Sanitasi Dasar Masyarakat
Pesisir dan Kepulauan dengan judul “Sanitasi Dasar Masyarakat Pesisir
Kepulauan Kelurahan Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari”.
Kami tentunya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari
pembaca, supaya nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan ini kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik berupa materiil dan non materiil demi tercapainya
pembuatan laporan ini.

Kendari, Oktober 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................3

C. Metode.............................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4

A. Air Bersih........................................................................................................4

B. Jamban Sehat...................................................................................................4

C. Sampah............................................................................................................7

D. Rumah Sehat..................................................................................................10

E. SPAL..............................................................................................................11

F. Sanitasi Makanan............................................................................................12

G. Hama atau Vektor..........................................................................................12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................14

A. Hasil...............................................................................................................14

B. Pembahasan...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

LAMPIRAN...........................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa, maka perlu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Tujuan pembangunan
kesehatan menuju Indonesia Sehat (2015-2025) adalah meningkatkan
kemauan, kesadaran dan kemampuan hidup bagi setiap manusia agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu indikator untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal adalah dengan terwujudnya rumah sehat pada setiap masyarakat.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah harus sehat
dan nyaman agar penghuninya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
aman tanpa adanya resiko/gangguan. Rumah sehat merupakan salah satu
impian bagi semua orang. Rumah tidak hanya sekedar sebagai tempat
berlindung dari hujan dan terik matahari, tetapi juga menjadi simbol status
sosial dan sumber inspirasi bagi pemilik.
Kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan diantaranya
penyakit pada saluran pernafasan, penyakit kulit, penyakit akibat binatang
pengganggu atau vektor penyakit, menyebabkan kecelakaan serta
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan. Di Indonesia masalah yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan perumahan meliputi rumah tangga
dengan akses air minum layak sebanyak (71,14%), rumah tangga kumuh
sebanyak (6,07%), rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
sebesar (67,80%) (Profil Kesehatan Indonesia 2016) (Wulandari, Kartikasari
and Ratri, 2019).
Tidak dapat dipungkiri, proses pembangunan senantiasa bertumpu pada
pengelolaan dan pengolahan sumber-sumber daya (resources). Hampir negara-
negara di dunia mengandalkan potensi sumber daya alam dipergunakan untuk

1
meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi memunculkan persoalan sanitasi
yang merusak keberadaan ekosistem. Selain itu, etika negatif masyarakat
terhadap lingkungan seringkali merusak ekosistem yang ada. Salah satu
diantaranya yaitu air merupakan sumber daya yang urgen bagi kehidupan
manusia. Banyak kegiatan manusia bergantung dengan ketersediaannya, baik
ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun, semakin
bertambahnya jumlah penduduk ancaman terhadap kualitas dan kuantitas
sumber daya air semakin meningkat bahkan menjadi persoalan lingkungan.
Penyediaan air bersih memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan lingkungan, yakni berperan dalam menurunkan
kerusakan lingkungan, khususnya yang berhubungan dengan air serta berperan
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Upaya yang mesti dilakukan
adalah pendekatan yang berbasis masyarakat, berorientasi pencegahan, kerja
sama dengan stakeholder, melibatkan masyarakat, serta pengorganisasian.
Berbasis masyarakat adalah upaya bersama-sama menyadarkan masyarakat
tentang pentingnya menjaga sanitasi lingkungan, mengupayakan perbaikan
terhadap lingkungan yang rusak dan menyediakan model baru untuk mengatasi
persoalan yang ada. Selain itu, upaya kesehatan masyarakat harus diterapkan
pada kelompok masyarakat tanpa membedakan faktor umur, ras, agama, jenis
kelamin atau jenis pengelompokan lainnya, baik dalam satu wilayah RT dan
RW bahkan suatu
negara, semua harus memiliki kesamaan untuk dilindungi secara adil tanpa
membedakan (Yefni and Haris, 2019).
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia, akan
tetapi makanan juga sangat mungkin menjadi penyebab terjadinya gangguan
dalam tubuh. Salah satu cara untuk memelihara kesehatan adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu memastikan bahwa makanan
tersebut tidak kontaminasi. Kontaminasi dapat menyebabkan makanan tersebut
menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan
yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned disease).

2
WHO memperkirakan 1 dari 10 orang terkena penyakit bawaan
makanan dan sebagai akibatnya 420.000 orang meninggal setiap tahun. Afrika
dan Asia Tenggara merupakan wilayah dengan insiden dan tingkat kematian
tertinggi. Statistik penyakit bawaan makanan yang ada di berbagai negara
industri saat ini menunjukkan bahwa 60% dari kasus yang ada disebabkan oleh
buruknya teknik penanganan makanan, dan terjadi kontaminasi pada saat
disajikan di Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). Kebersihan penjamah
makanan atau higienis penjamah makanan dan sanitasi merupakan kunci
keberhasilan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Hygiene
penjamah adalah usaha penjamah makanan dalam menjaga kebersihan tangan,
pakaian kerja, kebersihan rambut, dan kesehatan diri. Sanitasi adalah usaha
kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Suryani and Astuti, 2019).

B. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan sanitasi lingkungan,
sanitasi makanan, serta pengendalian vector yang ada di masyarakat wilayah
pesisir Kecamatan Abeli, Kelurahan Bungkutoko, Kota Kendari.

C. Metode
Jenis penelitiaan ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan
faktor kesehatan lingkungan masyarakat di Kecamatan Abeli, Kelurahan
Bungkutoko, Kota Kendari Tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada 23
Oktober 2019. Penelitian ini mengambil sampel yaitu Kepala keluarga atau
anggota keluarga yg ditemui saat pengambilan data di Kecamatan Abeli,
Kelurahan Bungkutoko, Kota Kendari yang berjumlah 31 responden. Sumber
data yang digunakan yaitu data primer, yang diperoleh dengan melakukan
wawancara dan observasi langsung di setiap rumah responden. Data primer
yang ingin didapatkan adalah mengenai sanitasi lingkungan, yaitu air bersih,
jamban, pengolahan sampah, SPAL, dan status rumah sehat, sanitasi makanan,
serta pengendalian vektor.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Air Bersih
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2014 tentang Kesehatan Lingkungan, kualitas lingkungan yang sehat
ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan. Air merupakan salah satu media
lingkungan yang harus ditetapkan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan.
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI
No.416/Menkes/PER/IX/1990adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Pengertian lain mengenai air
minum menurut Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat
langsung diminum (Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990).
Syarat-syarat air bersih Indikator kualitas air bersih, antara lain dari
aspek persyaratan fisik, kimia dan mikrobiologis. Persyaratan fisik air bersih
antara lai jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mengandung padatan, temperatur normal (29°C). Persyaratan kimia air bersih
antara lain, pH netral (6,8-9,0), tidak mengandung kimia beracun, tidak
mengandung garam atau ion-ion logam berbahaya, kesadahan rendah, dan
tidak mengandung bahan organic.

B. Jamban Sehat
Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan
dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas
pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Proverawati, 2012).
Selain itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang

4
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
kakus.
Menurut Kusnoputranto (2005), jamban adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran
tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan.
Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari
kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangbiaknya
berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola
dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik dan sembarangan
dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi,
dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang
tergolong water bornedisease seperti diare, kolera, dan kulit akan mudah
berjangkit (Chandra, 2007).
1. Jenis-Jenis Jamban
Jenis-Jenis Jamban Jamban yang didirikan mempunyai beberapa
pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau,
dan memiliki kebutuhan air yang tercukupi. Menurut Chayatin (2009),
jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara
menggunakannya yaitu:
a. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban
cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya
diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat
dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau
beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena
baunya.
b. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang
dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan
kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di

5
atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit
lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena
baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.
c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan
kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan
adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara
30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air
tanah.

2. Syarat-Syarat Jamban Sehat


Menurut Depkes RI (2004), jamban keluarga sehat adalah jamban
yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna.
f. Cukup penerangan
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi cukup baik
i. Tersedia air dan alat pembersih

C. Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat (UU No 18 Pengelolaan sampah Tahun 2008). Sampah

6
adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia, termasuk yang dilakukan industry tetapi yang bukan biologis karena
human wastes tidak termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena
air bekas tidak termasuk di dalamnya. (Azwar, 1995:6).
Sedangkan menurut widiwijoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan
yang telah mengalami perlakuan baik yang telah diambil bagian utamanya,
telah mengalami pengolahan, dan sudh tidak bermanfaat, dari segi ekonomi
sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian alam.
1. Jenis Sampah
American Public Work Association berdasarkan karakteristiknya,
membagi sampah menjadi :
a. Sampah basah (garbage) Yaitu sampah basah yang dihasilkan
dalam proses pengolahan makanan sampah jenis ini bisa dihasilkan
pada tempat pemukiman penduduk, rumah makan atau warung,
rumah sakit, pasar dsb.
a. Sampah kering (rubbish) Yaitu jenis sampah yang dapat terbakar
ataupun tidak dapat terbakar yang dihasilan oleh rumah tangga,
kantor, perdagangan seperti kertas, plastik, tekstil, karet, kulit,
kayu, daun-daun kering, kaca, kaleng.
b. Sampah abu (Ashes)Yaitu benda yang tertinggal dari pembakaran
kayu, arang, dan benda-benda lain yang terbakar.
c. Sampah jalan (Street Sweeping)Yaitu sampah yang berasal dari
jalan, biasanya berupa sampah daun-daunan dan pembungkus.
d. Sampahbangkai binatang (dead animal)Yaitu sampah biologis
berupa bangkai binatang kecil dan binatang peliharaan.
e. Rongsokan kendaraan (abandoned vehicles)Yaitu bekas-bekas
kendaraan milik umum dan pribadi, seperti bak mobil, becak, dan
lain-lain

7
f. Sampah industry (industrial wastes)Yaitu sampah padat sebagai
hasil buangan industry.
g. Sampah dari bangunan (demolition wastes).Yaitu sampah yang
terjadi karena penghancuran atau pembangunan suatu gedung.
Sering kali diklasifikasikan dalam sampah kering misalnya, batu,
beton, batu merah, papan, sisa pipa-pipa dan sebagainya.
h. Sampah khusus atau berbahaya (hazardous wastes)Yaitu sampah
kimia beracun, pestisida, pupuk radioaktif biologi, dan rumah sakit
yang dapat membahayakan manusia.
i. Sampah pengolahan air minum atau air kotor (water treatment
residu) Yaitu sampah yang berupa lumpur dari perusahaan air
minum atau pengolahan air kotor, dapat diklasifikasikan dalam
jenis tersendiri.

2. Sumber Sampah
Sumber dari sampah umumnya berhubungan erat dengan penggunan
tanah dan pembagian daerah untuk berbagai kegunaan.Menurut Depkes RI
Tentang pembuangan sampah (1987) sumber sampah dapat diklasifikasikan
dalam berbagai kategori yaitu :
a. Pemukiman penduduk pada tempat pemukiman biasanya sampah
dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa keluarga yang
tinggal dalam suatu bangunan atau asrama biasanya terdapat dikota
atau daerah sub urban.Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa
makanan, dan bahan-bahan sisa sari pengolahan makanan atau
sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish) abu dan sampah-
sampah khusus.
a. Tempat-tempat umum dan tempat-tempat perdagangan. Tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk tempat-tempat
perdagangan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam menghasilkan sampah.

8
3. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Manusia yang hidup dilingkungan, tidak akan terhindar oleh adanya
sampah yang hadir dilingkungan.Pengaruh sampah terhadap kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Yang
dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah tersebut. Efek tidak langsung yaitu dapat
dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan
pembuangan sampah.

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan


sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, tikus dan anjing
yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus


yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur airminum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing
pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira
40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang
dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.

9
D. Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan. Rumah berfungsi sebagai tempat
untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara
anggota keluarga serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang
berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang sosial (Mukono,
2000).
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air
minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan (Kepmenkes No
829/Menkes/SK/VII/1999).
1. Syarat Rumah Sehat
Syarat Rumah Sehat Persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah
sebagai berikut :
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti :a.Debu total tidak lebih dari
150 μg m3.b.Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jamc.Timah
hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Kriteria Rumah Sehat
Menurut Depkes RI (2002) dan menurut Winslow dan APHA
(American Public Health Association), rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.

10
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

E. SPAL
Sesuai dengan konsep dan defnisi MDGs, disebut akses sanitasi layak
apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama,
jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septic atau Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.

11
F. Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam
proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana
makanan dan minuman tersebut siap untuk dikomsumsikan kepada masyarakat
atau konsumen (Depkes RI, 2004).
Menurut Kusnoputranto (2005)sanitasi makanan ini bertujuan untuk :
1. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan.
2. Mencegah konsumen dari penyakit.
3. Mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli.
4. Mengurangi kerusakan/pemborosan makanan.

Menurut Chandra (2007), didalam upaya sanitasi makanan, terdapat


beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.
2. Kebersihan individu dalam pengolahan makanan.
3. Keamanan terhadap penyediaan air.
4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses
pengolahan, penyajian dan penyimpanan.
6. Pencucian dan pembersihan peralatan dan perlengkapan.

G. Hama atau Vektor


Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit
menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit) untuk
memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam
pengendalian vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat
perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.

12
Upaya pengendalian vektor dengan menggunakan bahan kimia ternyata
tidak cukup aman, karena walaupun dapat menurunkan populasi vektor dengan
segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga mempunyai dampak
yang merugikan terhadap lingkungan, yaitu menurunnya kualitas lingkungan.
Selain menggunakan bahan kimia, pengendalian vektor juga bisa
dilakukan dengan pengubahan lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan sosial,ekonomi, dan budaya.
Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat
berkembangbiak, istirahat, ataupun menggigit. Misalnya dengan Pembersihan
Sarang Nyamuk (PSN) untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang terkenal dengan sebutan 3M yaitu Menguras Tempat
Penampungan Air (TPA), Menutup TPA dan Menimbun barang-barang yang
dapat menampung air hujan yang bisa menjadi tempat berkembangbiak
nyamuk Aedes aegypti. Contoh lain yaitu dengan membersihkan saluran air
menggenang yang dapat menjadi tempat berkembangbiak nyamuk penular
penyakit kaki gajah (filariasis).
Pengubahan lingkungan sosial,ekonomi, dan budaya yaitu dengan
mengubah perilaku masyarakat agar tidak terjadi kontak antara manusia dan
vektor,misalkan dengan memasang kawat kasa pada ventilasi rumah agar
nyamuk tidak masuk ke dalam rumah, atau memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk.
Selama ini sebenarnya sebagian masyarakat sudah mengetahui cara
pengendalian vektor penyakit dengan pengubahan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun demikian perlu
kiranya peningkatan upaya-upaya tersebut agar pengendalian vektor sebagai
salah satu cara pengendalian penyakit menular dapat berhasil dengan baik.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait agar peran
serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan dengan
baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di masyarakat.

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data yang kami peroleh berasal dari Kelurahan Bungkutoko Kecamatan
Abeli dengan total responden sebanyak 31 responden.
1. Data Umun Responden
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan lokasi tempat tinggal, jenis
kelamin, umur, dan tingkat pendidikan.
Variabel Kategori n %
RT 01 7 22,58%
RT 02 7 22,58%
Lokasi Tempat Tinggal RT 03 10 32,26%
RT 12 7 22,58%
Total 31 100%
Laki-laki 5 16,13%
Jenis Kelamin Perempuan 26 83,87%
Total 31 100%
20-29 6 19,35%
30-39 6 19,35%
40-49 14 45,16%
Umur
50-59 3 9,68%
>60 2 6,45%
Total 31 100%
Tidak sekolah 1 3,22%
SD 5 16,13%
SMP 13 41,93%
Tingkat Pendidikan SMA/SMK 7 22,58%
D3 1 3,22%
S1 4 12,90%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel lokasi tempat tinggal, terdapat
responden terbanyak di RT 03 dengan jumlah 10 dari 31 responden. Untuk
variabel jenis kelamin, terdapat 5 responden berjenis kelamin laki-laki dan
26 responden berjenis kelamin perempuan. Untuk variabel umur, terdapat
paling banyak responden berumur 40-49 tahun dengan jumlah 14
responden. Dan untuk variabel tingkat pendidikan, terdapat pendidikan
yang paling tinggi yaitu S1 serta terdapat responden terbanyak pada
jenjang SMP dengan jumlah 13 dari 31 responden.

14
2. Air Bersih
Tabel 2. distribusi responden berdasarkan sumber air bersih, sumber air
minum, dan cara pengolahan air minum.
Variabel Kategori n %
Sumber Air Sumur Gali 26 83,87%
Sumur Bor 3 9,68%
Bersih
Air Ledeng PDAM 2 6,45%
Total 31 100%
Sumber Air Sumur Gali 3 9,68%
Air Ledeng PDAM 2 6,45%
Minum
Air isi ulang/Galon 26 83,87%
Total 31 100%
Cara Pengolahan Dimasak 17 54,84%
Tidak dimasak 14 45,16%
Air Minum
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel sumber air bersih, responden
paling banyak menggunakan sumur gali dengan jumlah 26 dari 31
responden. Untuk variabel sumber air minum, kebanyakan responden
mengkonsumsi air isi ulang/gallon dengan jumlah 26 dari 31 responden.
Dan untuk variabel cara pengolahan air minum, kebanyakan responden
memasak air untuk minum dengan jumlah 17 dari 31 responden.
3. Jamban
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan jamban dan
jenis jamban.
Variabel Kategori n %
Status Kepemilikan Memiliki 21 67,74%
Tidak Memiliki 10 32,26%
Jamban
Jamban / di laut
Total 31 100%
Jenis Jamban Cemplung 10 32,26%
Leher Angsa 11 35,47%
Tidak Memiliki 10 32,26%
Jamban / di laut
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel status kepemilikan jamban,
kebanyakan responden sudah memiliki jamban dengan jumlah 21 dari 31

15
responden. Dan untuk variabel jenis jamban, kebanyakan responden
menggunakan jamban berjenis leher angsa sebanyak 11 dari 31 responden.

4. Sampah
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan tempat
sampah dan cara pengolahan sampah.
Variabel Kategori n %
Status Kepemilikan Ya 12 38,71%
Tidak 19 61,29%
Tempat Sampah
Total 31 100%
Cara Pengolahan Dibakar 23 74,20%
Dibuang ke laut 6 19,35%
Sampah
Dipekarangan 0%
rumah tanpa di -
olah
Dikumpulkan dan 6,45%
buang di TPS 2
terdekat
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel status kepemilikan tempat
sampah kebanyakan responden tidak mempunyai tempat sampah dengan
jumlah 19 dari 31 responden. Dan untuk variabel cara pengolahan sampah,
kebanyakan responden membakar sampahnya dengan jumlah 23 dari 31
responden.

5. SPAL
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan SPAL.
Variabel Kategori n %
Status Kepemilikan Ya 18 58,07%
Tidak 13 41,93%
SPAL
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas, kebanyakan responden mempunyai SPAL
dengan jumlah 18 dari 31 responden.

6. Rumah Sehat
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan status rumah sehat.
Variabel Kategori n %

16
Status Rumah Sehat Memenuhi Syarat - 0%
Tidak Memenuhi 100%
31
Syarat
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas, semua responden memilikii rumah sehat
yang tidak memenuhi syarat sebanyak 31 responden.

7. Sanitasi Makanan
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan cara pengolahan makanan.
n %
Variabel Kategori Total Total
Ya Tidak Ya Tidak
Cara Cuci
Pengolah tangan 93,
an sebelum 29 2 31 55 6,45% 100%
Makanan mengolah %
makanan
Menggun
akan alat
bantu 48,
51,61
(Sarung 15 16 31 39 100%
%
tangan/Pe %
njepit
makanan)
12,
Memakai 87,10
4 27 31 90 100%
Celemek %
%
Menggun 29,
70,97
akan 9 22 31 03 100%
%
perhiasan %
Berdasarkan tabel diatas untuk kategori cuci tangan sebelum
mengolah makanan, terbanyak responden mencuci tangan sebelum
mengolah makanan dengan jumlah 29 dari 31 responden. Untuk kategori
menggunakan alat bantu dalam mengolah makanan (sarung

17
tangan/penjepit makanan), terbanyak responden tidak menggunakan alat
bantu (sarung tangan/penjepit makanan) dengan jumlah 16 dari 31
responden. Untuk kategori memakai celemek dalam mengolah makanan,
terbanyak responden tidak memakai celemek dengan jumlah 27 dari 31
responden. Dan untuk kategori menggunakan perhiasan dalam mengolah
makanan, terbanyak responden tidak menggunakan perhiasan dengan
jumlah 22 dari 31 responden.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan penggunaan garam beryodium.


Variabel Kategori n %
Penggunaan Dicampur dengan bahan 4 12,90%
Garam makanan sebelum dimasak
Dicampur dengan bahan 21 67,74%
Beryodium
makanan saat dimasak
Dicampur dengan bahan 6 19,35%
makanan setelah dimasak
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas dalam penggunaan garam beryodium,
responden terbanyak mencampur garam beryodium dengan bahan
makanan saat dimasak dengan jumlah 21 dari 31 responden.

8. Pengendalian Vektor/Hama
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan jenis vektor/hama yang sulit
ditangani dan cara mengendalikan vektor/hama.
Variabel Kategori n %
Jenis vektor/hama Rayap, semut 2 6,45%
Nyamuk, lalat, 16,13%
yang sulit ditangani 5
kecoa
Tikus 17 54,83%
Tidak Tahu 7 22,58%
Total 31 100%
Cara mengendalikan Membunuh 13 41,93%
Vektor/hama menggunakan
perangkap/alat

18
Memperhatikan
kebersihan saluran
4 12,90%
pembuangan air
limbah
Menyemprot
5 16,13%
dengan pestisida
Tidak Tahu 9 29,02%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel jenis vektor/hama yang
sulit ditangani, kebanyakan responden sulit menangani vektor/hama tikus
dengan jumlah 17 dari 31 responden. Dan untuk variabel cara
mengendalikan vektor/hama, kebanyakan responden mengendalikan
vektor/hama dengan membunuh menggunakan perangkap/alat dengan
jumlah 13 dari 31 responden.

B. Pembahasan
1. Air Bersih
Berdasarkan data primer yang ada menunjukkan bahwa sumber air
bersih masyarakat di kelurahan Bungkutoko sebagian besar berasal dari
sumur gali, namun ada juga yang berasal dari sumur bor maupun air PDAM.
Masyarakat menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari. Adapun
kualitas airnya bila ditinjau dari segi fisiknya airnya jernih. Untuk keperluan
air minum, rata-rata masyarakat menggunakan air isi ulang/air galon.
Sebagian besar air yang digunakan oleh masyarakat kelurahan Bungkutoko
telah memenuhi syarat, hal ini disebabkan karena masyarakat sudah
memiliki kesadaran tentang pentingnya sarana air bersih untuk digunakan
keluarga. Namun, untuk pengolahan air minum itu sendiri hanya 17 dari 31
responden yang memasak air sebelum diminum, dan masih ada 14 dari 31
responden yang tidak memasak air sebelum diminum. Masyarakat yang
memasak air adalah mereka yang menggunakan air bersumber dari sumur
gali dan sumur bor, tetapi ada juga mereka memasak air minum isi
ulang/galon sebelum diminum.

19
2. Jamban
Berdasarkan data primer yang ada mengenai kepemilikan jamban
masyarakat di kelurahan Bungkutoko sebagian besar sudah memiliki
jamban, namun dengan jenis yang berbeda, yaitu ada yang menggunakan
jamban cemplung, jamban leher angsa, dan ada pula yang tidak memiliki
jamban dan membuang kotoran(feses) langsung di laut. Hal tersebut
dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
menggunakan jamban sehat, dan disebabkan oleh tingkat pendidikan
masyarakat setempat, sehingga masih ada masyarakat yang membuang
kotoran (feses) di laut tanpa memikirkan akibat dari perilaku mereka yang
dapat menimbulkan pencemaran laut serta penyakit-penyakit lainnya.

3. Sampah
Berdasarkan data primer yang ada menunjukkan bahwa kepemilikan
tempat sampah oleh masyarakat di Kelurahan Bungkutoko sebagian besar
tidak memiliki tempat sampah, tetapi ada juga sebagian yang sudah
memiliki tempat sampah. Adapun cara pengelolahan sampah yang dilakukan
masyarakat setempat dengan cara dibakar,dibuang ke laut, dan dikumpulkan
kemudian dibuang ke TPS terdekat. Namun dari beberapa cara pengelolahan
sampah, masyarakat setempat kebanyakan mengelolah sampah dengan cara
dibakar, itu dikarenakan tidak ada petugas kebersihan yang datang ke daerah
tersebut untuk mengangkut sampah lalu dibawa ke TPA. Sehingga membuat
masyarakat di kelurahan bungkutoko lebih memilih membakar sampahnya
atau dibuang ke laut, dibandingkan menampung disekitar rumah yang dapat
menimbulkan pencemaran.

4. SPAL
Berdasarkan data primer yang ada menunjukkan bahwa kepemilikan
SPAL oleh masyarakat di Kelurahan Bungkutoko sebagian besar sudah
memiliki dan sebagian masyarakat ada juga yang belum memiliki SPAL,
namun semua saluran pembuangan air limbah yang digunakan masyarakat

20
dialirkan langsung ke laut. Jenis SPAL yang digunakan oleh masyarakat ada
yang tertutup dan terbuka, namun masyarakat banyak yang menggunakan
SPAL terbuka itu dikarenakan mungkin kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap dampak dari SPAL terbuka, yang biasanya menimbulkan bau yang
mencemari udara.

5. Rumah Sehat
Berdasarkan data primer yang ada menunjukkan bahwa kepemilikan
rumah sehat oleh masyarakat di Kelurahan Bungkutoko sebagian besar tidak
memenuhi syarat rumah sehat karena masyarakat setempat tidak mengetahui
tentang apa itu rumah sehat. Masyarakat tidak mengetahui tentang rumah
sehat, dikarenakan tingkat pendidikan dari responden masih rendah,
sehingga tidak mengetahui apa saja yang menjadi syarat dari rumah sehat.

6. Sanitasi Makanan
Berdasarkan data primer yang ada menunjukkan bahwa sanitasi
makanan oleh masyarakat di Kelurahan Bungkutoko dalam pengelolahan
makanan terdiri dari beberapa kategori, yang pertama mencuci tangan
sebelum mengolah makanan, kebanyakan masyarakat mencuci tangan
karena meraka sadar pentingnya kebersihan tangan sebelum menyentuh
makanan, yang kedua menggunakan alat bantu seperti penjepit makanan,
banyak masyarakat yang tidak menggunakan namun sebagian ada juga yang
menggunakan, kategori yang ketiga yaitu memakai celemek, kebanyakan
tidak menggunakan karena masyarakat merasa bahwa itu tidak memiliki
pengaruh apapun dalam mengolah makanan, dan yang terakhir
menggunakan perhiasan kebanyakan tidak menggunakan, disebabkan
masyarakat merasa tidak perlu memakai perhiasan dalam mengolah
makanan, karena mereka hanya memakai perhiasan disaat-saat tertentu.

7. Pengendalian Vektor/Hama

21
Berdasarkan data primer yang ada di Kelurahan Bungkutoko,
masyarakat mengatakan jenis vector/hama yang sulit ditangani kebanyakan
adalah tikus. Adapun cara pengendalian vector /hama kebanyakan dengan
cara membunuh menggunakan perangkap/alat. Adapun yang menjawab
tidak tahu karena sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang apa itu
vector/ hama.

22
DAFTAR PUSTAKA
Aboejoewono, A.,Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan
Permasalahannya, Jakarta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus,
1985.
Achmadi U. F., 2001. Peranan Air dalam Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat. Disampaikan dalam Peringatan Hari Air Sedunia No. 4
Tahun XXVIII 2001 . Jakarta: Departemen Kimpraswil.
Ade Harjo (2003) Hubungan SPAL Rumah Tangga dengan Penyakit Diare
Agnesa, A. 2011. Makalah Pengendalian Vektor Aedes aegypti.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public
health(Diakses pada 22 November 2013 pukul 23:55)
Buchari Lapau(2012).Seminar MDGs STIKes HangtuahPekanbaru.
Chandra,B (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menggunakan Jamban Sehat. In:
Kesehatan PP, editor. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
2009.
Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942.
Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI. 2009. Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
Jakarta: Depkes RI Sub Direktorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan
Dhahono DA. 2010. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta Dalam Mengawasi
Kualitas Depo Air Minum Isi Ulang. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UNS.
Hadiwiyoto, S.,Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Jakarta: Yayasan Idayu,
1983
Mentari Kesehatan Republik Indonesia No.829/menkes/SK/VII Tahun
1999tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Departement
Kesehatan Republik Indonesia.
Mulyana, Rachmat (2013).Merancang Permukiman Sehat dan
BerwawasanLingkungan. Medan: Unimed Press.

23
Soleh M. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Jamban
Keluarga Keluarga Proyek APBD Kabupaten Jepara [Tesis]. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2011
Sukamto (2004).Rumah dan Lingkungan Sehat. Yogjakarta: Yayasan
GriyaMandiri.
Suryani, D. and Astuti, F. D. (2019) ‘Higiene dan Sanitasi pada Pedagang
Angkringan di Kawasan Malioboro Yogyakarta’, Kedokteran dan
Kesehatan, 15(1). Available at: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK.
World Bank Offi ce Jakarta. Water and Sanitation Program East Asia and The
Pacific (WSP-EAP). Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta2009
Wulandari, W., Kartikasari, D. A. and Ratri, L. P. (2019) ‘Peran Petugas
Kesehatan Terhadap Sanitasi Rumah Di Kelurahan Semanggi Kota
Surakarta’, Kesehatan, 12(1).
Yefni and Haris, M. (2019) ‘Pemberdayaan Lingkungan Melalui Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
Desa Padang Mutung Kampar’, Masyarakat Madani, 4(1), pp. 10–20.

24
LAMPIRAN

Foto Bersama Responden

25
Foto Jamban

26
Foto Sumber Air

Foto Rumah

27

Anda mungkin juga menyukai