Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SANITASI TEMPAT – TEMPAT UMUM TENTANG

PENGAMATAN KECOA / PENGENDALIAN KECOA


(Masjid An – Nur Dua Kubah)

Disusun Oleh :
Tiara Ika Pratiwi
P0 5160018 042

Dosen Pengampu :
Yusmidiarti,SKM,MPH

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Pengamatan
Kecoa/Pengendalian Kecoa Di Masjid An – Nur Dua Kubah. Makalah ini
diajukan, guna memenuhi tugas mata kuliah Sanitasi Tempat – Tempat Umum.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa kesehatan
lingkungan dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Bengkulu, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
RINGKASAN.........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Tujuan........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................7
A. Pengertian Kecoa.......................................................................................7
B. Pengendalian Kecoa..................................................................................8
BAB III PENGAWASAN KESEHATAN LINGKUNGAN DIMASJID........12
A. Pengawasan Kesehatan Lingkungan.......................................................12
B. Instrumen Pengawasan............................................................................13
C. Pembahasan.............................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

3
RINGKASAN
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga
memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood ( 1969 ) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu
familinya Blattidae; Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa
kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria; sedangkan para ahli
serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo
Blattaria dan famili Blattidae.
Kecoa menyenangi tempat – tempat yang kotor dan tempat – tempat yang
banyak terdapat makanan yang mereka gemari. Kecoa berfungsi sebagai vektor
mekanis dari berbagai penyakit, tempat hidup kecoa biasanya pada tempat –
tempat yang lembab, seperti kamar mandi, WC, Tempat pencucian alat – alat
dapur serta tempat – tempat kotor lainnya. Jika populasinya sudah terlalu banyak
maka akan terlihat diseluruh ruangan atau bangunan yang dihinggapi. Untuk
keberadaan atau kepadatan populasi kecoa di tempat – tempat umum (TTU),
dilakukan dengan melihat tanda – tanda sebagai berikut :
1. Terdapatnya kotoran dan kapsul telur (ootheca) kecoa
2. Terdapatnya kecoa dewasa (mati/hidup) diseluruh ruagan yang diperiksa
Pengawasan kesehatan lingkungan adalah upaya untuk mengetahui tingkat
risiko pencemaran dan atau penyimpangan terhadap standar, parameter kualitas
persyaratan, kriteria kesehtan suatu media lingkungan/sarana kesehatan
lingkungan. Teknik pelaksanaan kegiatannya meliputi :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Pelaporan
5. Persentasi hasil

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat
umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna
melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan
suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini
pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu
untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan
dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya
peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan
mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada
waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep
masjid berkubah berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat
merancang masjid, desain akustik tidak boleh dikesampingkan karena
berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar diakibatkan dari
suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di
dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian
suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah agama.
Kecoa atau disebut juga lipas banyak terdapat di sekitar manusia, dan
pada umumnya tinggal di rumah – rumah atau tempat – tempat tersembunyi
serta memakan hampir segala macam makanan. Baunya yang tidak sedap
ditambah kotoran dan kuman yang ditinggalkan disetiap tempat yang
dihinggapinya membuat manusia menyebutnya sebagai binatang yang sangat
menjijikkan. Keberadaan kecoa dapat dijadikan sebagai indikator sanitasi yang
buruk. Beberapa ahli berpendapat bahwa kecoa sudah ada dipermukaan bumi
ini sejak 300 juta tahun silam. Diperkirakan jumlah kecoa saat ini mencapai
5000 spesies. Jenis kecoa yang sering dijumpai didaerah pemukiman adalah

5
Periplanetaamericana (kecoa amerika) Blatta orientalis, Blatella germanica,
dan Suppella longipalpa. Kecoa kebanyakan hidup didaerah tropis yang
kemudian menyebar ke daerah tropis, bahkan sampai ke daerah dingin.
Serangga yang hidupnya mengalami metamorfosis tidak sempurna ini
memang sangat menyukai tempat – tempat yang kotor dan bau. Hidup dengan
kotoran dan bau tidak menjadikan kecoa rentan terhadap penyakit. Sebaliknya
serangga ini justru termasuk serangga yang mampu bertahan hidup dalam
kondisi ekstrem dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang sangat baik.
Pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin, sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu
wilayah. Cara pengendalian vektor antara lain usaha pencegahan (prevention),
usaha penekanan (suppression), dan usaha pembasmian (eradication). Upaya
pengendalian vektor perlu ditingkatkan karena penyakit yang ditularkan
melalui vektor merupakan penyakit endemis yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan masyarakat bahkan wabah atau Kejadian Luar Biasa
(KLB). Masalah yang dihadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia
antara lain kondisi geografi dan demografi, belum teridentifikasinya spesies
vektor pada semua wilayah endemis, peningkatan populasi vektor yang
resisten terhadap insektisida tertentu, keterbatasan sumber daya serta
kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor (Kemenkes, 2010).
Pengendalian vektor yang tidak efektif dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kondisi kesehatan masyarakat karena vektor dapat menularkan
penyakit kepada manusia. Salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit
yaitu dengan upaya pengendalian faktor risiko, yakni dengan meningkatkan
sanitasi yang dipengaruhi oleh perilaku manusia.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara pengendalian vektor khususnya kecoa serta untuk mengetahui
bagaimana cara pengawasan atau pengamatan kesehatan lingkungan di tempat
– tempat umum.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kecoa
Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan
atau menjadi sumber penularan penyakit terhadap manusia. Penyakit tular
vektor merupakan penyakit yang menular melalui hewan perantara seperti
nyamuk, lalat, kecoa serta binatang pengganggu lainnya. Beberapa faktor yang
menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara
lain adanya perubahan ikllim, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat. Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang
buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk
yang non-imun ke daerah endemis. Tempat – tempat umum yang merupakan
tempat berkumpulnya orang – orang menjadi salah satu tempat yang
berpotensi untuk terjadinya perpindahan penyakit tular vektor, oleh sebab itu
pengawasan terhadap vektor dan binatang pengganggu di tempat – tempat
umum penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
bawaaan vektor.
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga
memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood ( 1969 ) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah
satu familinya Blattidae; Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa
kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria; sedangkan para ahli
serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo
Blattaria dan famili Blattidae.
Menurut Depkes RI (2002), kecoa merupakan serangga yang hidup di
dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor,
perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan
manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat
makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti
di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor.
Umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan

7
sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini dikatakan pengganggu karena
mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan
cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai peranan yang cukup
penting dalam penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain :
a) Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b) Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
c) Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-
gatal dan pembengkakan pada kelopak mata.
Menurut Aryatie (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui
bakteri atau kuman penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa
makanan, dimana kuman tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh
lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, selanjutnya kuman
penyakit tersebut mengkontaminasi makanan. Pada umumnya kecoa
merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam
lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan
dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan
hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan
berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi.
Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat
mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya,
sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman
penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat
yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi.
B. Pengendalian Kecoa
Kecoa menyenangi tempat – tempat yang kotor dan tempat – tempat
yang banyak terdapat makanan yang mereka gemari. Kecoa berfungsi sebagai
vektor mekanis dari berbagai penyakit, tempat hidup kecoa biasanya pada
tempat – tempat yang lembab, seperti kamar mandi, WC, Tempat pencucian
alat – alat dapur serta tempat – tempat kotor lainnya. Jika populasinya sudah
terlalu banyak maka akan terlihat diseluruh ruangan atau bangunan yang

8
dihinggapi. Untuk keberadaan atau kepadatan populasi kecoa di tempat –
tempat umum (TTU), dilakukan dengan melihat tanda – tanda sebagai
berikut :
3. Terdapatnya kotoran dan kapsul telur (ootheca) kecoa
4. Terdapatnya kecoa dewasa (mati/hidup) diseluruh ruagan yang diperiksa
Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002), ditujukan
terhadap kapsul telur dan kecoa:
1. Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara: Mekanis yaitu
mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-
celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan
membakar/dihancurkan. 
2. Pemberantasan kecoa Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik
dan kimia. Secara fisik atau mekanis dengan: (a) Membunuh langsung
kecoa dengan alat pemukul atau tangan, (b) Menyiram tempat perindukkan
dengan air panas, (c) Menutup celah-celah dinding. Secara Kimiawi: (a)
Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray
(pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam
pemberantasan kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti
sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik dan intervensi
kimiawi (insektisida, repellent, attractan). Strategi pengendalian kecoa ada
4 cara (Depkes RI, 2002):
1. Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-
barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta
menutup semua celah-celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang
bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan
jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi pipa sanitasi.
2. Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat
tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa

9
makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah
dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi
persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor,
furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup
kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor,
membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel.
Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan
membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak
menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
3. Trapping
Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat
membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat
monitoring. Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-
sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di
dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
4. Pengendalian dengan insektisida
Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa
antara lain: Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan
organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel.
Penggunaan bahan kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di
atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil.
Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian
insektisida dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan,
sanitasi, trapping) dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah
melakukan sama sekali. Celah-celah atau lobanglobang dinding, lantai dan
lain-lain merupakan tempat persembunyian yang baik. Lobang-lobang
yang demikian hendaknya ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti
Natrium Fluoride (beracun bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan
Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa
akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya. Tempat-tempat
tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila infestasinya sudah

10
sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan
fumigasi.
5. Fumigasi
Teknik lain yang lebih praktis untuk pengendalian kecoa ini,
adalah dengan teknik fumigasi menggunakan gas Metil Bromida,
Phostoxin dan Sulfuril Fluorida. Fumigasi dapat membunuh secara merata
pada stadium larva dan dewasa. Untuk selanjutnya, ketika dilakukan
pelepasan gas tidak ada lagi efek residunya sehingga re-infestasi dapat
terjadi. Dengan demikian, fumigasi ini dapat dilakukan secara crash
program di awal treatment, dan selanjutnya dilakukan dengan teknik
pengendalian biasa (chemical), tetapi sekarang sudah jarang dipakai oleh
jasa pest control.

11
BAB III
PENGAWASAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI MASJID
A. Pengawasan Kesehatan Lingkungan
Pengawasan kesehatan lingkungan adalah upaya untuk mengetahui
tingkat risiko pencemaran dan atau penyimpangan terhadap standar, parameter
kualitas persyaratan, kriteria kesehtan suatu media lingkungan/sarana
kesehatan lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya. Teknik pelaksanaan kegiatannya meliputi :
1. Perencanaan
Hal yang harus di persiapkan antara lain :
a. Persiapan kebutuhan alat dan bahan yang diperlukan seperti formulir
pengamatan kecoa, alat tulis, alat untuk dokumentasi, dan yang lain
bila di perlukan.
b. Menentukan target / sasaran kajian
c. Menentukan metode pelaksanaanya
d. Persiapan formulir pemeriksaan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan harus sesuai dengan standar operasional prosedur
yang telah ditetapkan untuk masing – masing kegiatan.
a. Pemberitahuan ke pimpinan atau penanggung jawab di tempat –
tempat umum
b. Petugas melakukan kunjungan lapangan ke lokasi pengawasan disertai
surat tugas
c. Melakukan pemeriksaan atau inspeksi sanitasi di temapt – tempat
umum
d. Pengukuran kualitas lingkungan dan sampling

12
e. Melakukan pengukuran sesuai dengan parameter yang diinginkan
f. Analisis hasil pemeriksaan dan pengukuran kualitas lingkungan
g. Rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengukuran kualitas lingkungan
h. Hasil yang memenuhi syarat diberikan sertifikat
i. Hasil yang tidak memenuhi syarat diberikan saran perbaikan untuk
ditindaklanjuti
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kegiatan
4. Pelaporan
Setiap permasalahan yang didapat dari pemeriksaan dan pengawasan
tempat – tempat umum perlu dibuat catatan guna penilaian kembali pada
pemeriksaan atau pengawasan berikutnya.
B. Instrumen Pengawasan
Formulir Pengamatan Kecoa
Lokasi :Masjid An – Nur Dua Kubah Sungai Kahayan
Tanggal :Rabu, 18 Maret 2020
Tanda Keberadaan Kecoa
No Ruangan Keterangan
Kapsul/Telur Kotoran Dewasa
1. Ruang Sholat - - -
2. Ruang Imam - - -
3. Ruang TPA - √ √
4. Ruang Alat √ √ √
5. Tempat Wudhu - √ -
6. Gudang √ √ √
7.
Keterangan :
Jika di temukan tanda – tanda keberadaan kecoa, beri tanda + (plus) pada kolom.
Jika tidak ditemukan tanda – tandakeberadaan kecoa beri tanda - (minus) pada
kolom.
C. Pembahasan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa di Masjid An – Nur Dua
Kubah tepatnya di ruang sholat, ruang imam, ruang TPA, dan tempat wudhu
tidak ditemukan kapsul atau telur dari kecoa. Sedangkan di ruang TPA dan
gudang ditemuakan beberapa ekor kecoa.

13
Diruang sholat dan ruang imam tidak ditemukan kotoran kecoa, namun
di ruang TPA, ruang alat, ruang gudang, tempat wudhu, dan gudang
ditemukan kecoa. Untuk kecoa dewasa ditemukan diruang TPA, ruang alat,
dan gudang. Sedangkan di ruang sholat, ruang imam, dan tempat wudhu tidak
ditemukan kecoa dewasa.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga
memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood ( 1969 ) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah
satu familinya Blattidae; Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa
kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria; sedangkan para ahli
serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo
Blattaria dan famili Blattidae.
Serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat
angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat
hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan
banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada
malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-
saluran air kotor. Umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di
tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah.
B. Saran
Langkah langkah pengendalian dan pencegahan merupakan tahap awal
yang sangat penting bagi binatang antropoda ini, semoga kita dapat
melakukannya dengan semaksimal mungkin. Untuk menghindari adanya
kecoa di rumah atau lingkungan ada baiknya kita mencegah atau
mengantisipasi dengan cara menjaga hygiene sanitasi, lingkungan, menyimpan
makanan dengan baik dsb. Jika dirumah atau lingkungan sudah ada kecoa
apalagi bila kepadatannya tinggi maka perlu dilakukan pemberantasan, ada
beberapa cara pemberantasan salah satunya adalah dengan menggunakan
insektisida, bila sudah dilakukan pemberantasan maka langkah selanjutnya
adalah menjaga dan memlihara hygiene sanitasi lingkungan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aryatie. 2005. Pentingnya Pemeliharaan Kebersihan dan Kesehatan dari Vektor
Kecoa. Jakarta: SHE-C Division.
https://skmtugsnrisepraman.blogspot.com/2013/09/contoh-tugas-makalah-sttu-
sanitasi.html
https://www.scribd.com/doc/310554074/makalah-Kecoa
Sofia, Syahril.2019.Kesehatan Lingkungan Teori dan Aplikasi.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

16

Anda mungkin juga menyukai