Anda di halaman 1dari 11

Makalah pengendalian vektor

http://apriliasakari.blogspot.com/2014/04/makalah-pengendalian-vektor.html
MAKALAH
KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG
PENGGANGGU
Diajukan sebagai salah satu Syarat mengikuti Pelajaran Pengendalian Vektor dan
Binatang Pengganggu-B
POLTEKKES KEMENKES Tanjung Pinang

Di Susun Oleh:
KELAS II.B KESLING
Apriliasari Ekasaputri

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2014

KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ucapkan

puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan makalah


yang berjudul KONSEP DAN METODE PENGENDALIAN VEKTOR DAN
BINATANG PENGGANGGU ini dengan semaksimal mungkin.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak drh.Iwan Berri Prima
2. Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi
menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh sempurna, baik dari segi isi, bahasa
maupun penyajiannya. Tapi penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini dan juga untuk menambah nilai penulis dalam mata kuliah
ini. Oleh karena itu segala saran, kritik, dan ide-ide yang membangun sangat penulis
harapkan agar pembuatan tugas ini dapat lebih baik di masa yang akan datang. Amiin.

Tanjungpinang, Maret 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak
aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat
dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis
adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang)
akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari
bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan
tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari
kesehatan masyarakat.
Moeller (1992), menyatakan In it broadsense, environmental health is the segment of
public health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of
people on their environment and the impacts of the environment on them. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak
manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika
hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan
komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya.
Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara
umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain :
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan
dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah
penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa :
1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secra luas oleh
masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas
beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan penyebab terjadinya
perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industry,
rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan menjadi rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara
memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untu perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan
lingkungan.
Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda.
pengendalian terhadap arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada
manusia dapat terjadi melalui perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan
pengendalian dan pemberantasan terhadap vektor penyakit.
B. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu.
C. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang pengendalian vektor penyakit
dan binatang pengganggu.
2. Sebagai referensi bagi pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pengendalian
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat
diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang
disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama
untuk penyakit parasiter
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas
penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal
ditetapkannya

Hari

Kesehatan

Nasional),

ditandai

dengan

dimulainya

kegiatan

pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh
rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk
secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja
yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang
keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut
keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak
dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.

Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada
nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan
kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis
Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia
jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate
yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan
racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga
dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis
racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik
terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant
dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).
2. Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jarring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,
jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan
binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu
neon).
3. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab
penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang
paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini
apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga
steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih
perlu dikaji.
B. Pemantauan
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian
itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian
vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor
sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic
penyakit yang ada.
Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.
Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,
ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter
pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan
terjadinya kejadian luar biasa/wabah.
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat
2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal

3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container,
indeks rumah, dan/atau indeks Breteau
Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan
dikhawatirkan akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :
1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran
dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.
2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara
kebersihan lingkungan masing-masing
3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji
resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
2. Pengendalian Fisika-Mekanika
3. Pengendalian Biologis
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian
itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian
vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor
sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic
penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu
menjadi sangat penting.
B.Saran
Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk
jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu.

DAFTAR PUSTAKA
http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf
di akses pada tanggal 1 April 2011 8:51 pm
http://files.artikelkesehatan.webnode.com/200000024-11b8012b1b/Commnicable
%20Disease.pdf di akses pada tanggal 1 april 2011 8:40 pm
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai