PENGGANGGU – B
PRINSIP DASAR PENGENDALIAN VEKTOR
Dosen Pengampu :
Drs, Pangestu, M.Kes
Dini Syafitri SKM, MKM
Beben Saiful Bahri, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
KELAS 3 D4 B
Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Drs.Pangestu,M.Kes, Bapak Beben Saiful Bahri,SKM,MKM, Ibu Dini Syafitri SKM, MKM
Pada Prodi D4 Sanitasi Lingkungan, mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu - B. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Prinsip Dasar Pengendalian Vektor.” bagi para pembaca dan jugabagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relatif baru. Awalnya orang
berpikir tentang pembasmian vektor. Pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari
segi ekologis, oleh karenanya pengendalian vektor saat ini hanya ditujukan untuk mengurangi dan
mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial-ekonomi yang ada
serta keadaan endemi penyakit yang ada (Soemirat, 2007). Kesehatan lingkungan berhubungan
dengan seluruh faktor fisik, kimia, dan biologis eksternal terhadap orang, dan semua faktor yang
berkaitan yang berdampak terhadap perilaku, meliputi penetapan dan pengendalian faktorfaktor
lingkungan tersebut yang dapat berpotensi merugikan kesehatan. Hal ini ditargetkan pada
pencegahan penyakit dan menciptakan lingkungan yang sehat (Budiman dan Suyono, 2011).
Menurut Budiman dan Suyono (2011), pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah
upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan
maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan oleh vektor dan
binatang penggangu tersebut. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara kimia, fisik-mekanik,
fisiologi, biologi, dan perbaikan lingkungan. Pengendalian serangga dengan cara fisik dan
mekanik ini ditujukan langsung untuk membinasakan hama sasaran. Keduanya aman, tidak
mencemari lingkungan dan kompatibel dengan taktik-taktik pengendalian yang lain. Agar
penerapanya dapat efektif, biologi, dan ekologi hama sasaran harus diketahui terlebih dahulu
(Nyoman, 2005).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengendalian vektor?
2. Apa saja upaya atau jenis pengendalian vektor?
3. Apa saja faktor penghambat pengendalian vektor?
4. Apa saja manfaat pengendalian vektor?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami pengertian pengendalian vektor.
2. Agar mahasiswa mampu memahami upaya atau jenis pengendalian vektor
3. Agar mahasiswa mampu memahami faktor penghambat pengendalian vektor
4. Agar mahasiswa mampu memahami manfaat pengendalian vektor
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan ataumenekan populasi
atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yangditularkan vektor atau gangguan
gangguan yang di akibatkan oleh vektor (Sumantri,2010)
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Tujuan
upaya pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan
penyakit tular vektor di suatu wilayah, sehingga penyakit tersebut dapat dicegah dan
dikendalikan. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik
atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat
perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan
dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif. Upaya penyelenggaraan pengendalian
vektor dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau pihak swasta dengan
menggunakan metode pendekatan pengendalian vektor terpadu (PVT). Upaya pengendalian
vektor dan binatang pembawa penyakit sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan:
b. Intervensi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan metode fisik, biologi, kimia,
dan terpadu
3
2.2 Upaya atau Jenis Pengendalian Vektor
Terdapat dua jenis pengendalian vektor, adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian vektor secara alami
• Lautan, gunung, danau dan sungai yang luas, dapat menghalangi penyebaran serangga
• Tidak mempunyai beberapa spesies, serangga hidup di daerah yang tinggi dari
permukaan laut
• Perubahan musim yang merupakan gangguan bagi kelestarian hidup vektor, seperti
musim, iklim, angin dan curah hujan
Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya- upaya untuk mencegah,
mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara
fisik dan mekanik. Contohnya: modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat
perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengalihan/
drainase, dll), pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan
hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier), pemasangan kawat.
Pengendalian secara biologi yitu pemanfaatan predator yang menjadi musuh vektor
dan bioteknologi sebagai alat untuk mengendalikan vektor. Misalnya, predator
pemakan jentik (ikan, mina padi,dan lain sebagainya), pemanfaatan bakteri, virus,
fungi, manipulasi gen ( penggunaan vektor jantan mandul dan lain sebagainya).
Pengawasan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari dua macam cara, yakni cara
fisik dan cara biologik :
4
1. Menangkap binatang tersebut, biasanya jenis jantan (secara fisik),
o Pengendalian terpadu
Artinya digunakan kombinasi dari berbagai cara yang disebutkan diatas sehingga
kelemahan yang ada pada suatu cara dapat saling dikurangi dibedakan macam
artropoda dan rodentia yang akan diawasi.
o Pengendalian legislatif
Mencegah tersebarnya serangga berbahaya antar daerah, pulau maupun negara melalui
peraturan.Pencegahan dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida di bandara,
pelabuhan, stasiun, terminal dsb. dan disediakan karantina.
o Pengendalian Lingkungan
• pembungan sampah
• membersihkan tanaman air yang mengapung seperti ganggang dan lumut sehingga
menyulitkan perkembangan Anopheles sundaicus.
• Mengatur kadar garam di laguna sehingga menekan populasi An. subpictus dan An.
sundaicus,
• Membuang atau mencabut tumbuhan air di kolam atau rawa sehingga menekan
populasi Mansonia spp.
• Melancarkan air got agar tidak jadi tempat perindukan Culex spp.
Organisme vektor, seperti nyamuk dan kutu, dapat mengembangkan resistensi terhadap
pestisida yang digunakan untuk mengendalikan mereka. Hal ini dapat mengurangi efektivitas
pestisida dan membuat pengendalian vektor lebih sulit.
Terkadang, sumber daya terbatas, seperti anggaran dan personel, dapat menjadi faktor
penghambat. Kurangnya dana dan tenaga kerja dapat menghambat upaya pengendalian vektor
yang efektif.
3) Perubahan Lingkungan
6
Perubahan iklim dan perubahan lingkungan dapat memengaruhi distribusi dan perilaku vektor.
Peningkatan suhu, curah hujan yang berfluktuasi, dan perubahan habitat dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mengendalikan populasi vektor.
Perjalanan manusia dan perdagangan barang dapat memindahkan vektor dan penyakit yang
mereka bawa dari satu tempat ke tempat lain. Ini dapat menghambat upaya pengendalian vektor
karena vektor dapat kembali dengan cepat setelah diendalikan.
5) Kepatuhan Masyarakat
6) Perubahan Genetik
Vektor: Beberapa vektor dapat mengalami perubahan genetik yang membuat mereka lebih
tahan terhadap upaya pengendalian, seperti mengembangkan resistensi terhadap insektisida.
Faktor penghambat lainnya adalah ketidakpastian dalam pergerakan vektor dan penyebaran
penyakit. Prediksi pergerakan vektor dan penyakit tidak selalu akurat, dan hal ini dapat
membuat pengendalian sulit dilakukan.
banyak tantangan untuk melakukan pengendalian vektor, dilaporkan oleh 47% (39) responden,
diikuti oleh kurangnya informasi 38.6% (n=32). Keterbatasan ekonomi, kurangnya informasi,
keterbatasan waktu dan perubahan peran dari tenaga kesehatan/ kader dan stake holder menjadi
faktor yang menghambat pengendalian vektor (Harapan et al., 2018, Harapan et al., 2021).
7
2.4 Tujuan dan Manfaat Pengendalian Vektor
Tujuan Pengendalian Vektor
Tujuan pengendalian vektor menurut Permenkes RI NOMOR : 374/MENKES/PER/III/2010
diantaranya :
1. Tujuan upaya pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya
penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah, sehingga penyakit tersebut dapat
dicegah dan dikendalikan.
2. Menurunkan kepadatan vektor,
3. Menghambat proses penularan penyakit,
4. Mengurangi kontak manusia dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dikendalikan secara lebih rasional, efektif dan efisien
5. Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu.
.
.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian vektor adalah suatu proses yang memerlukan pemantauan dan penelitian
berkelanjutan untuk memahami perubahan dalam populasi vektor dan dampak dari upaya
pengendalian yang diterapkan.
Identifikasi dan pemahaman yang baik tentang organisme vektor, siklus hidupnya, serta
peranannya dalam penyebaran penyakit adalah langkah awal yang penting dalam perencanaan
pengendalian vektor. Pengurangan habitat vektor, termasuk pengendalian lingkungan dan
tempat-tempat pembiakan vektor, merupakan strategi efektif untuk mengurangi populasi
vektor.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas. Dan disarankan kepada pembaca untuk lebih banyak lagi
mencari – cari sumber atau bacaan mengenai Pengertian vektor dan binatang pengganggu.
9
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Kuat dan Syamsuddin. 2019. Buku Ajar Pengendalian Vektor dan Tikus. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Indonesia
https://id.scribd.com/document/346407424/Makalah-Kesling-pengendalian-vektor
Permenkes RI NOMOR : 374/MENKES/PER/III/2010
http://slideplayer.info/
http://bhuanajaya.desa.id/
10