Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI & KEAMANAN PANGAN

UJI SANITASI UDARA & PERSONAL HYGIENE (RAMBUT,


TELAPAK TANGAN DAN BAJU)

Disusun oleh :
Kelompok IV
Nina Hastuti 2015340015
Pradita Nada Sari 2015340016
Jihan Dhiar Winanti 2015340017
Meidina Rahmawati 2015340023
Tias Oktaviani 2015340018
Irfan Rahmawan 2015340060
Michael M Ferza 2015340075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Uji Sanitasi Meja dan
Lantai“.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai


pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.

Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun
penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4


A. Latar Belakang ............................................................................... 4
B. Tujuan Percobaan ........................................................................... 8
BAB II METODE DAN PENELITIAN .......................................................... 9
A. Alat dan Bahan ............................................................................... 9
B. Prosedur Percobaan ........................................................................ 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 11
A. Hasil ............................................................................................... 11
B. Hasil Pengamatan Tiap Kelompok................................................. 13
C. Pembahasan .................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 20
A. Kesimpulan .................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri
pangan sebab sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu
pangan dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een,
2011). Selain itu, tindakan sanitasi ini ditetapkan untuk mencegah terjadinya
perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan
baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman
untuk dikonsumsi.
Tujuan dilakukannya sanitasi adalah agar setiap lingkungan dapat menjadi
lingkungan yang kondusif dan terwujudnya keadaan sehat, bebas dari polusi udara,
terbentuknya pemukiman yang bersih dan sehat, serta tersedianya air bersih. UU
No. 25/2000 tentang program pembangunan nasional mengarahkan pentingnya
pelayanan sanitasi sebagai bagian dari pembangunan bidang kesehatan baik
diperkotaan maupun pedesaan.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara.
Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari
lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme,
misalnya debu, air, proses aerasi dari penderita yang mengalami infeksi saluran
pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme
yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau
terdapat dalam droplet air (Volkdan Whleer, 1984). Selain itu, setiapaktivitas
manusia juga dapat menimbulkan mikroba di udara. Jumlah dan
macammikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan
lokasi,kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada di tempat tersebut.
Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme
atmosfer yang tinggi. Mikroorganisme udara di dalam suatu ruangan dapat diuji
secara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama

4
beberapa waktu tertentu di dalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metode
Cawan Terbuka (Riani et al, 2010).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan
langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.
Sedangkanlantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai
yang terkenalimbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan
dengan baik dapatmenjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga.
Dinding dan langit-langityang kasar dapat membawa bakteri seperti
Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang konstruksinya
buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akantetapi, struktur yang licin pun
dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkanbila tidakdibersihkan dan
dipelihara secara teratur dan efektif.
Hygiene Perorangan Mencakup semua segi kebersihan dan pribadi karyawan
(penjamah makanan tersebut). Menjaga hygiene perorangan berarti menjaga
kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebiasaan hidup bersih dan menjaga
kebersihan seluruh anggota tubuh.
Kebiasaan-kebiasaan yang perlu diperhatikan untuk mencapai hygiene
perorangan meliputi :
a. Tangan
 Cucilah tangan sebelum mulai bekerja dan setelah kembali dari toilet.
 Kuku harus dijaga dan dipotong sependek mungkin.
 Perhiasan seperti cincin, gelang, dan jam tangan tidak boleh digunakan pada
waktu bekerja.
 Luka pada tangan harus ditutupi dengan kain pembalut seteril.
 Jangan meraba-raba hidup, mulut, rambut dan bagian tubuh lainnya saat
mengolah makanan.
 Jangan merokok selama bekerja di dapur, karena tangan akan memindahkan
bakteri dari mulut ke makanan.

5
b. Kuku
Kotoran yang biasanya berada diantara kuku yang panjang dan kulit adalah
tempat ydng biak bagi bakteri.kuman yang akan berkembangbiak. Dengan
demikian maka :
 Kuku harus dipotong pendek dan dibersihkan.
 Kuku sebaiknya tidak dicat/dikutek.
c. Rambut
 Hendaknya selalu rapi dan tidak boleh panjang.
 Biasanya selalu mencuci teratur agar selalu bersih.
 Gunakan topi yang cocok pada waktu bekerja/memasak.
 Potongan rambut yang terdapat pada makanan adalah sangat mengerikan
bagi pelanggan, betapa joroknya juru masak tersebut dan itu berarti pula
makanan tidak sehat.
d. Wajah
Wajah dirias seperlunya dan untuk menjaga kesehatan, maka :
 Jangan menggunakan kosmetik yang berlebihan.
 Jangan menyeka wajah dengan tangan pada waktu mengolah makanan,
pergunakan sapu tangan/tissu.
e. Hidung
 Jangan memegang hidup saat bekerja, sebab pada lubang hidung terdapat
kotoran yang dapat menimbulkan penyakit
 Pada waktu bersin hendaknya jangan menghadap ke makanan, gunakan
sapu tangan untuk menutupinya.
 Bagi yang sedang sakit batuk/pilek harus menggunakan sapu tangan.
f. Mulut
 Jagalah kesehatan mulut dan gigi denagn baik, biasakan menyikat gigi
sehabis makan secara teratur.
 Jangan merokok selama di dapur.

6
 Jangan batuk, berludah di dekat makanan dan tutuplah dengan sapu tangan
pada saat batuk.
 Mencicipi makanan harus menggunakan alat yang bersih seperti;
sendok/piring kecil.
g. Telinga
 Hendaknya dibersihkan secara teratur agar selalu dalam keadaan bersih dan
jangan pegang-pegang telinga selama bekerja di dapu.
h. Kaki
 Gunakan sepatu yang bertumit pendek.
 Gunakan kaos kaki yang bersih.
 Kuku harus dipotong pendek.
 Kesegaran Jasmani

Mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri dimana angka kuman adalah kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas
dari kuman pathogen dengan suhu18 – 280C dan kelembaban 40 – 60.
Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan beberapa jenis media biakan, yaitu
media NA (Nutrient Agar), dan PDA (Potato Dextrose Agar). Masing-masing
media tersebut memiliki komposisi penyusun yang berbeda-beda. NA (Nutrient
Agar), media ini merupakan jenis media umum yang digunakan untuk
menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun
atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef extract. Media ini mengandung
komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein sehingga cenderung untuk
ditumbuhi oleh bakteri. PDA (Potato Dextrose Agar), media ini merupakan jenis
media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis
mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bacto agar,
dan potato. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kayaakan
karbohidrat dan gula sehingga lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapang dan
khamir.

7
B. Tujuan Percobaan
Melalui praktikum ini diharapkan dapat menerapkan pengujian swab dan cawan
papar dengan baik dan benar, sebagai suatu cara untuk mengetahui jumlah suatu
mikroba, baik yang berada di udara, ruangan dan dari tubuh pekerja sendiri, dengan
pengujian terhadap jumlah Mikroba ini, merupakan suatu Indikasi kita agar selalu
menjaga kebersihan baik diri sendiri, lingkungan dan sekitarnya. Praktikum ini,
bertujuan untuk mengedukasi peserta untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
dengan menerapkan sanitasi yang baik, terutama pada produksi makanan dan obat.

8
BAB II
METODE DAN PENELITIAN

A. Alat, Bahan & Lokasi


Alat :
Uji Sanitasi Personal Hygiene
 12 cawan petri steril
 Lampu spirtus
 Kapas swab steril
 Tabung reaksi

Uji Sanitasi Udara


 4 cawan petri steril
 bunsen
Bahan :
 Media NA
 Media PDA
 Buffer phosphate (untuk uji sanitasi personal hygiene)
 Sabun antiseptic (untuk uji sanitasi personal hygiene)
 Alcohol (untuk uji sanitasi personal hygiene)

Lokasi : Kantin (untuk Uji Sanitasi Udara)

9
B. Prosedur Percobaan
a. Uji Personal Hygiene (rambut, telapak tangan, baju)

Gunakan kapas swab steril untuk


menyeka telapak tangan / rambut / baju
pada luasan 10 x 10 cm2 dengan cara
zigzag.

Celupkan kapas swab tersebut ke dalam


larutan buffer phosphate steril yang ada di
dalam tabung reaksi. Homogenkan.

Ambil sampel poin 2 sebanyak masing-masing 1


ml dan masukkan ke dalam cawan petri. Tuang
media NA dan PDA ke dalam cawan petri yang
sudah berisi sampel.

Setelah semua agar dalam cawan petri


membeku, inkubasikan cawan-cawan petri
tersebut (posisi cawan terbalik) pada suhu
30°C selama 48 jam.

b. Uji Sanitasi Udara

Isi setiap cawan petri dengan media yang


sesuai dan biarkan hingga membeku,
sehingga diperoleh 2 jenis agar cawan
yaitu cawan NA dan PDA

Letakkan masing-masing cawan tersebut


secara terpisah pada ruangan yang telah
ditentukan (kantin), dan biarkan terbuka
selama 30 menit

Setelah cawan ditutup, inkubasikan cawan


tersebut pada suhu 30°C (posisi cawan
terbalik selama 2 hari)

Amati dan tentukan densitas


mikroba/jam/m2

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Perhitungan Jumlah koloni/cm2
1. Sanitasi Udara
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 10000 𝑐𝑚2
Jumlah koloni = Rata-rata koloni dari 2 agar cawan x 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛

2. Sanitasi Pekerja (Swab Rambut, Tangan, Baju)


1
Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x Luas Permukaan Cawan Petri ∗

Keterangan :

Luas permukaan cawan petri = 3.14 x 4,52 cm = 63,59 cm2

Sanitasi Udara Kantin

Hasil (koloni/cm2)
Lokasi
NA PDA
17.480,31 koloni/jam/m2 9.120,93 koloni/jam/m2

Kantin

11
Sanitasi Pekerja (Swab Rambut)
Hasil (koloni/cm2)
Lokasi
NA PDA
3,77 koloni/cm2 TBUD

Rambut

Sanitasi Pekerja (Swab Tangan Alkohol)


Hasil (koloni/cm2)
Lokasi
PDA NA
1,26 koloni/cm2 TBUD

Tangan Alkohol

12
Sanitasi Pekerja (Swab Baju)
Hasil (koloni/cm2)
Lokasi
PDA NA
1,10 koloni/cm2 3,93 koloni/cm2

Baju

B. Hasil Pengamatan Tiap Kelompok


a. Kelompok 1
Sanitasi Udara : Laboraturium Pengolahan Pangan
 NA : 17456,94 CFU/jam/m2
 PDA : 16513,329 CFU/jam/m2
Personal Hygiene
Tangan : Tanpa Cuci Tangan
 NA : TBUD
 PDA : TBUD
Baju
 NA : 572 CFU/cm2
 PDA : 216 CFU/cm2
Rambut
 NA : 520 CFU/cm2

13
 PDA : < 10’1 CFU/cm2

b. Kelompok 2
Sanitasi Udara : Laboraturium Mikro
 NA : TBUD
 PDA : TBUD
Personal Hygiene
Tangan : Air Keran
 NA : TBUD
 PDA : TBUD
Baju
 NA : TBUD
 PDA : 0,3 CFU/cm2
Rambut
 NA : 0,25 CFU/cm2
 PDA : TBUD

c. Kelompok 3
Sanitasi Udara : Ruang Steril
 NA : 3,556 CFU/jam/m2
 PDA : 508 CFU/jam/m2
Personal Hygiene
Tangan : Air Keran
 NA : 6 CFU/cm2
 PDA : 0 CFU/cm2
Baju
 NA : 0 CFU/cm2
 PDA : 0 CFU/cm2
Rambut : Berhijab

14
 NA : 0 CFU/cm2
 PDA : 2 CFU/cm2

d. Kelompok 5
Sanitasi Udara : Ruang Dosen
 NA : 5605,09 CFU/jam/m2
 PDA : 1528,66 CFU/jam/m2
Personal Hygiene
Tangan : Sabun Antisaptik 2
 NA : 1,05 CFU/cm2
 PDA : 1,5 CFU/cm2
Baju
 NA : 0,4 CFU/cm2
 PDA : 0,35 CFU/cm2
Rambut : Berhijab
 NA : 0,25 CFU/cm2
 PDA : 0,2 CFU/cm2

C. Pembahasan
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang
diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan
yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar, 1995).
Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit
pada manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi
makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan

15
berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang
dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan manusia.
Mikroorganisme udara didalam ruang, dapat diuji secara kuantitatif
menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu
didalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka. Jenis
mikroorganisme yang sering terdapat diudara pada umumnya bakteri batang
pembentuk spora baik yang bersipat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki,
bakteri gram negatif, kapang dan khamir.
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari
Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21%, dan gas lainnya 1%.Walaupun udara bukan
medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya
mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik
dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus
subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1986).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan
langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.
Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai
yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan
dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga.
Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus
aureus. Lantai, dinding, danlangit-langit yang konsturksinya buruk, jauh lebih sulit
untuk dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur yang licin pun dapat menjadi sumber
kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara
teratur dan efektif.
Dalam pengamatan praktikum, dilakukan uji sanitasi terhadap udara, ruangan
dan pekerja. Uji sanitasi udara dilakukan dengan dua media, yaitu NA dan PDA,
hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat di udara.

16
1. Pengujian udara
Pengujian dilakukan dengan membuat media agar pada cawan petri
kemudian media tersebut dibiarkan dalam kondisitertutup hingga membeku,
barulah tutup cawan petri dibuka dan dibiarkan di udara terbuka selama 30
menit pada lab mikro belakang. Setelah 30 menit cawan petri ditutup kembali
dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari, lalu diamati dengan mendapatkan
hasil pada medium Na dan medium PDA menghasilkan 17.480,31
koloni/jam/m2 dan 9.120,93 koloni/jam/m2. Adanya mikroorganisme yang
tumbuh di masing-masing cawan menandakan bahwa udara di tempat tersebut
tidak selamanya bebas dari kontaminasi mikrooganisme dan dengan adanya
pengujian ini membuktikan bahwa adanya aktifitas di setiap tempat
menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di tempat tersebut.

2. Pegujian pekerja (Rambut)


Sanitasi pekeja dilakukan dengan dua media yaitu NA dan PDA dengan
metode swab pada rambut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi
pada rambut pekerja. Pengujian dlakukan dengan kapas steril yang di swab
pada rambut pekerja lalu kapas steril diperas dan di masukkan kedalam tabung
reaksi yg berisi larutan pengencer, kemudian dipipet satu ml kedalam cawan
petri steril lalu di diamkan sampai media membeku dan diinkubasi pada suhu
30oC selama 2 hari.lalu diamati dengan menggunakan rumus :
1
Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x Luas Permukaan Cawan Petri ∗

Dengan hasil pada medium NA sebesar 3,77 koloni/cm2 dan pada medium PDA
adalah TBUD. dari hasil tabel dapat dilihat bahwa kontaminasi tidak hanya dari
udara dan meja kerja, kontaminasi juga dapat terjadi dari lingkungan seperti hal
nya dari rambut pekerja atau rambut analis.

3. Pegujian pekerja (Tangan Alkohol)


Alkohol konsentrasi 70-90% dapat mengkoagulasikan protein mikroba dan
melarutkan membran mikroba sehingga mikroba bisa mati. Namun konsentrasi

17
yang kecil akan menyebabkan kerja desinfektan kurang optimal. Praktikum
yang dilakukan pada pencucian menggunakan alkohol tidak efektif karena
ditumbuhi banyak mikroorganisme jenis kapang, jamur dan bakteri.
Kemungkinan alkohol yang digunakan mengandung konsentrasi yang rendah
yang tidak mampu lagi membunuh mikroorganisme atau alkohol tersebut sudah
terkontaminasi. Tangan kanan banyak digunakan untuk melakukan aktivitas,
oleh karena itu tangan kanan lebih rentan terkena bakteri dibandingkan tangan
kiri walaupun tidak menutup kemungkinan tangan kiri juga mengandung
bakteri. Pada saat pengamatan, tangan kanan banyak. Tangan kanan
mengandung mikroorganisme jenis salmonela thypi yang menyebabkan
penyakit tifus. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifoid (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi
demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.

Tangan kanan seharusnya mengandung mikroorganisme lebih banyak


karena tangan kanan lebih banyak melakukan aktifitas. Ini terjadi karena pada
tangan yang ditumbuhkan pada media adalah jenis kapang dan jamur yang
menggunakan karbohidrat untuk pertumbuhannya. Tangan kiri mengandung
banyak mikroorganisme jenis bakteri karena media pertumbuhannya yang
digunakan yaitu NA. Terdapatnya mikroorganisme pada tangan mungkin
terbawa saat tangan menyentuh benda-benda yang kotor, makanan yang telah
terkontaminasi, pakaian atau daerah tubuh lainnya. Food handler seharusnya
menggunakan alkohol saat mencuci tangan guna mengurangi mikroba. Sarung
tangan plastik juga merupakan salah satu cara guna mencegah transfer bakteri
patogen dari jari dan tangan ke makanan serta memberikan efek psikologi yang
baik. Seharusnya tangan yang tidak dicuci mengandung mikroorganisme lebih
banyak, namun ini mikroorganisme yang diperoleh hanya sedikit. Hal ini dapat
disebabkan tangan tersebut tidak digunakan untuk melakukan aktivitas yang

18
memungkinkan terjadinya kontaminasi sebelum dilakukan pengujian atau
tangan tersebut terawat kebersihannya. Pada praktikum didapatkan hasil pada
medium NA sebesar TBUD dan pada medium PDA adalah 1,26 koloni/cm2.
Dari hasil tabel dapat dilihat bahwa kontaminasi tidak hanya dari udara dan
meja kerja, kontaminasi juga dapat terjadi dari lingkungan seperti hal nya
tangan.

4. Pegujian pekerja (Baju)


Sanitasi pekeja dilakukan dengan dua media yaitu NA dan PDA dengan
metode swab pada rambut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi
pada baju pekerja. Pengujian dlakukan dengan kapas steril yang di swab pada
baju pekerja lalu kapas steril diperas dan di masukkan kedalam tabung reaksi
yg berisi larutan pengencer, kemudian dipipet satu ml kedalam cawan petri
steril lalu di diamkan sampai media membeku dan diinkubasi pada suhu 30oC
selama 2 hari.lalu diamati dengan menggunakan rumus :
1
Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x Luas Permukaan Cawan Petri ∗

Dengan hasil pada medium NA sebesar 3,93 koloni/cm2dan pada medium


PDA adalah 1,10 koloni/cm2. dari hasil tabel dapat dilihat bahwa kontaminasi
tidak hanya dari udara dan meja kerja, kontaminasi juga dapat terjadi dari
lingkungan seperti hal nya dari baju.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktkum yang telah dilakukan, didapatkan pertumbuhan mikroba dalam
jumlah sangat banyak baik pasa media NA maupun PCA. Hasil ini diperoleh
berdasarkan metode pengujian swab test pada pekerja dan alat, serta uji cawan
papar untuk menetukan jumlah bakteri di udara.
Mikroba yang tumbuh pada swab test meja kerja, kemungkinan berasal dari
kontaminasi silang dari udara dan pakaian pekerja. Hal ini mungkin terjadi karena
ruangan penuh dengan praktikan pada saat dilakukan pengujian. swab test pada
rambut berhijab juga memberikan hasil jumlah bakteri yang sangat banya, hal ini
dapat terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan rambut. Penggunaan hijab atau
kerudung mengakibatkan kulit kepala menjadi lembab dan mempercepat
pertumbuhan mikroba. Karenanya, rambut dan kain kerudung harus dijaga
kebersihannya.
Pada pengujian udara di bagian kantin, maupun personal hygiene pertumbuhan
bakteri pada media sangat banyak hingga tidak mmungkinkan untuk dihitung. Hal
ini dapat terjadi karena kebersihan ruangan yang kurang terjaga, serta dari
kontaminasi silang praktikan yang hadir di ruangan kantin pada saat penggujian
dilakukan.
Selain kemungkinan yang telah disebutkan, pertumbuhan bakteri yang sangat
banyak pada setiap pengujian juga dapat terjadi akibat kesalahan pada saat
pengerjaan yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada media. Kontaminasi
media juga dapat terjadi akibat sterilisasi yang kurang sempurna, atau kondisi
ruangan inkubasi yang kurang steril.

20
DAFTAR PUSTAKA

Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri
Pangan,Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.

Dwidjoseputro. 1994. Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta. xx + 315 hlm.

Hadioetomo. 1991. MikrobiologiDasar. RinekaCipta. Bandung. ix + 224 hlm.

Pelczar, M & Chan. 2008. Dasar-dasarMikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.


viii + 433 hlm.

Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World.Prenticel Hall.Inc. EigleWood. New


Jersey.

Waluyo, Lud. 2007. MikrobiologiUmum. Erlangga. Jakarta. xx + 349 hlm.

21

Anda mungkin juga menyukai