Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PENGARUH ANGIN TERHADAP PSIKOLOGI MANUSIA

Disusun Oleh:
Nama : 1. Vivi Livia Yasinta Kaurow (114140027)
2. Rakha Arief Darmawan (114140067)
3. Anisa Mustikasari (114140068)
4. Merry Christina (114140069)
5. Mahesa Tri Panega (114140082)
6. Lanang Galih Gumilang (114140083)
7. Wahyudi Wisaksono (114140087)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN


YOGYAKARTA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi tanaman, hewan, objek
material, dan manusia. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan
ketegangan lingkungan ( evironmental stress ), misalnya, keadaan
ruangan yang akan memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat
cahaya. Jadi pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat
bersifat internal, eksternal, dan transendental.
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan
tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki
tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang
memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Angin
merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas
angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu,
kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin
akan berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika
angin banyak mengandung air maka akan terbentuk awan. Hal ini
terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak
mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat
pula menurunkan suhu udara.
Pengaruh angin secara tidak langsung sangat komplek baik
yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman. Dengan
adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman dan
pembanihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi
penyerbukan silang dan penyebaran benih gulma yang tidak
dikehendaki. Selain itu angin merupakan salah satu penyebar hama dan
patogen yang dapat mempertinggi serangan hama dan penyakit yang
akan sangat merugikan.
Angin sebagai sumber energi yang jumlahnya melimpah
merupakan sumber energi yang terbarukan dan tidak menimbulkan
polusi udara karena tidak menghasilkan gas buang yang dapat
menyebabkan efek rumah kaca. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai lebih
dari 81.290 km dan berada di daerah tropis yang dilewati angin muson
pada tiap musim. Indonesia memiliki potensi energi angin yang sangat
besar yaitu sekitar 9,3 GW dan total kapasitas yang baru terpasang saat
ini sekitar 0,5 MW (Daryanto, 2007).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain :

1. Pengaruh angin terhadap psikologi manusia


2. Pengatuh angin tehadap lingkungan manusia

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Lingkungan serta bertujuan untuk mencari hubungan antara
keadaan psikologi manusia dengan angin yang berkaitan terhadap
lingkungan.

D. MANFAAT
Memberi informasi terkait dengan keadaan alam yang
berpengaruh besar terhadap lingkungan psikologi manusia
BAB II
ISI

Menurut Proshansky, psikologi lingkungan memberi perhatian


terhadap manusia, tempat, serta perilaku dan pengalaman manusia yang
berhubungan dengan setting fisik. Setting fisik disini bukan hanya
berupa rangsangan fisik, tetapi juga termasuk sebuah kompleksitas
yang terdiri dari beberapa setting fisik dimana seseorang tinggal dan
melakukan aktivitasnya. Sehubungan dengan itu, bisa dikatakan pusat
perhatian psikologi lingkungan adalah lingkungan binaan atau built
environment.
Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi tanaman, hewan, objek
material, dan manusia. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan
ketegangan lingkungan ( evironmental stress ), misalnya, keadaan
ruangan yang akan memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat
cahaya. Jadi pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat
bersifat internal, eksternal, dan transendental.
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan
sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena
manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta
mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu contohnya sebagai obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun
autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha
untuk merubah lingkungannya. Contohnya dalam keadaan cuaca panas
individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk.
Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan
usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga
sesuai dengan dirinya.
Angin adalah gerakan udara yang bergerak sejajar dengan
permukaan bumi (Veitch, Arkkelin, 1995). Untuk merasakan angin
dengan bantuan input sensor manusia. Tetapi untuk melihatnya dapat
kita ketahui dari gerakan benda-benda sekitar, ada tiga aspek yaitu
dorongan, intensitas dan frekuensi. Terdapat pengaruh positif dan
negatif dari angin terhadap perilaku adalah orang dapat menyesuaikan
aktivitas sehari-hari dengan angin. Misalnya bila angin bertiup dengan
lembut atau sepoi-sepoi ini akan menguntungkan dimana angin dapat
membantu proses pengeringan pakaian, kita dapat beraktivitas olah
raga dan lain-lain. Tetapi ada juga pengaruh negative dari bertiupnya
angin yang kencang, misalnya dapat mengganggu orang untuk berjalan,
mengganggu pekerjaan, perasaan tidak nyaman dalam menyelesaikan
tugas, sehingga angin dapat mempengaruhi kondisi afektif dan kinerja.
Angin yang kencang dapat menurunkan kondisi afektif seseorang dan
performa kerja (Veitch & Arkkelin, 1995). Misalnya dalam olahraga
voli atau tenis. Tentu orang akan cenderung enggan melakukan
aktivitas tersebut dalam kondisi cuaca yang berangin karena angin
dapat berpengaruh dalam permainan mereka.
Selain angin, tekanan udara juga memiliki pengaruh tersendiri
terhadap diri kita. Sebuah penelitian di Jepang menyebutkan bahwa
individu cenderung lebih mudah lupa pada hari yang memiliki tekanan
udara yang rendah (Proshansky, Ittelson, & Rivlin, 1970). Kelembaban
juga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap psikologis manusia
dalam hal ini justifikasi. Angin kering (kelambaban udara yang rendah)
berpengaruh pada rational judgement yang negatif terhadap seseorang
(Veitch & Arkkelin, 1995). Sehingga jika seseorang berkenalan dengan
orang asing pada kondisi tersebut, orang tersebut akan cenderung
dinilai negatif dibanding ketika berkenalan dalam kondisi kelembaban
yang tinggi.
Komposisi udara lain yang turut berpengaruh pada perilaku
manusia adalah konsentrasi ion. Konsetrasi ion positif dapat
meningkatkan depresi, insomnia, dan migraine. Orang yang berada
dalam kondisi ion positif cenderung memiliki mood yang buruk dan
berperilaku aneh (Veitch & Arkkelin, 1995). Lain halnya dengan
individu yang banyak menghirup ion negatif cenderung dapat
meningkatkan fungsi kognitif, kapasitas kerja, dan efisiensi dalam
bekerja. Konsep yang sama yang diadopsi dalam minuman-minuman
isotonik yang mengandung banyak ion negatif. Tujuannya adalah
meningkatkan konsentrasi dan semangat dalam beraktivitas.
Terlepas dari fakta apakah suhu Bumi ini dipengaruhi oleh
aktivitas manusia ataupun berubah secara alami, yang pasti manusia
selalu mengindrakan suhu di alam sekitarnya. Karena adanya
komponen psikis, hasil pengindraan manusia terhadap suhu lingkungan
tidak identik dengan suhu lingkungan itu sendiri. Pengindraan manusia
terhadap suhu lingkungan merupakan ukuran perbedaan antara suhu
sebelumnya dan suhu sekarang serta keseimbangan antara suhu
lingkungan dan suhu tubuh. Reaksi penyesuaian diri dari satu
lingkungan dengan suhu tertentu ke lingkungan lain yang suhunya
berbeda disebut dengan aklimatisasi (acclimatization). Penyesuaian ini
bukan hanya terhadap suhu lingkungan itu sendiri, melainkan juga
terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengindraan suhu,
seperti tekanan udara, kuatnya angin, dan kelembapan. Dari paparan ini
sebenarnya satu hal yang sangat jelas adalah bahwa keadaan
lingkungan yang tidak nyaman sangatlah mempengaruhi perilaku
manusia. Manusia akan beradaptasi dengan perilakunya disesuaikan
kondisi lingkungan saat itu. Suhu lingkungan memang hanya salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku, namun ada baiknya kita mulai
memikirkan mengatur adaptasi suhu tubuh kita terhadap lingkungan
dalam bentuk adaptasi yang konstruktif, tidak destruktif. Dengan
demikian, andai saja suatu saat kita kepanasan, hindarilah interaksi
sosial yang bisa menimbulkan gesekan yang berujung pada konflik.
Cukup tinggal saja di rumah, pasang kipas angin, dan lakukan aktivitas
positif yang bermanfaat bagi diri kita.
BAB III
KESIMPULAN

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi


terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk
didalamnya adalah belajar. lingkungan juga terkadang sering disebut
patokan utama pembentukan perilaku. Perilaku adalah bentuk
tanggapan, gerakan atau reaksi yang dihasilkan dari dalam diri individu
tersebut atau hasil dari meniru lingkungan setempat, prilaku juga dapat
diartikan sebagai perbuatan dan perilaku yg dapat dilihat adalah
prilaku terbuka, prilaku yang dapat kita amati secara langsung dari apa
yang individu lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

L. Nummenmaa dkk. 2013. Bodily maps of emotions. Proceedings of the


National Academy of Sciences vol. 111, hal. 645-651 (2013):
http://www.pnas.org/content/early/2013/12/26/1321664111.full.pdf
K. Santosa. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Semarang: Unnes Press
S. W. Sarwono. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai