Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Pengetahuan
Lingkungan
Konsep Lingkungan Hidup dan
Ekosistem

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Industri 200511001 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa mampu menjelaskan
komponen ekosistem, berkelanjutan mengenai konsep ekosistem serta
sumberdaya dan kualitas lingkungan. relevansinya dengan lingkungan
Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah gabungan semua hal di sekitar kita yang mempengaruhi hidup kita. Suhu
udara yang panas dan lembab membuat kita gerah, sebaliknya suhu udara yang amat dingin
membuat kita menggigil. Bukan hanya suhu, kua  litas udara yang lain, misalnya kandungan
gas dan partikel juga mempengaruhi hidup kita. Udara yang berbau busuk dan berdebu
mengganggu kenyamanan hidup kita. Jadi udara merupakan salah satu unsur lingkungan bagi
kita. Air juga merupakan komponen lingkungan kita karena kualitas dan kuantitas air
mempengaruhi hidup kita. Air yang bersih dapat menjadi minuman yang menyehatkan,
sebaliknya air yang kotor dapat mendatangkan penyakit. Di dalam UndangUndang tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu UU no 32 tahun 2009, diberikan
pengertian tentang lingkungan hidup sebagai berikut:
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Orang awam sering menyamakan istilah
lingkungan dengan istilah eko  sistem. Ini kurang tepat, meskipun tidak sepenuhnya salah.
Ekosistem adalah gabungan antara komunitas biologi (yaitu kumpulan makhluk hidup
berbagai jenis) dengan lingkungan abiotiknya (benda tidak hidup) yang di dalamnya terjadi
interaksi antar komponennya. Ada banyak tipe ekosistem, antara lain hutan dan danau. Di
dalam hutan ada komunitas biologi yaitu tumbuhan, hewan dan organisme lainnya dan
lingkungan abiotik berupa udara, air dan tanah, di mana antar tumbuhan, hewan, udara, tanah
dan air terjadi interaksi.
Lingkungan kita memang merupakan sebuah ekosistem, karena di dalam lingkungan di
sekitar kita terdapat kumpulan makhluk hidup (termasuk manusia) dan bendabenda tak hidup
yang saling berinteraksi, tetapi istilah lingkungan tidak identik dengan ekosistem.
Lingkungan kita adalah semua unsur dan faktor di luar diri kita, sedangkan ekosistem di
mana kita hidup mencakup diri (tubuh) kita, sebagai salah satu komponen hayatinya. Selain
itu, di dalam lingkungan juga terkandung interaksi sosial, budaya, dan hukum, yang tidak
termasuk dalam ekosistem. Kita dapat menggambarkan bahwa lingkungan kita aman, bersih
dan menyenangkan, tetapi kita tidak dapat menggambarkan ekosistem dengan kata sifat
aman, bersih dan menyenangkan. Ekosistem tidak dideskripsikan berdasarkan perasaan
manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan dan hewanhewan yang mati dan tergele  tak di tanah
merupakan fenomena alam yang selalu terjadi, tetapi jika seresah dan bangkai berada di
lingkungan (sekitar) manusia, maka manusia mengang  gapnya sebagai kotoran yang harus
disingkirkan.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


2 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Istilah lain yang artinya agak dekat adalah habitat. Secara sederhana, habitat dapat diartikan
sebagai tempat tinggal suatu jenis makhluk hidup. Istilah habitat ini merujuk kepada jenis
(spesies) tertentu, misalnya habitat harimau Sumatera dan habitat badak Jawa. Karena setiap
jenis organisme tidak hidup sendirian, maka habitat suatu jenis tumpang tindih (overlap)
dengan habitat jenis lainnya. Misalnya habitat harimau Sumatera tumpang tindih dengan
habitat gajah Sumatera. Dengan kata lain kedua jenis tersebut hidup di wilayah yang kurang
lebih sama. Habitat juga merupakan ekosistem. Misalnya habitat harimau Sumatera adalah
hutan dataran rendah dan hutan pegunungan yang merupakan tipe ekosistem. Namun istilah
habitat tidak identik dengan istilah ekosistem. Istilah habitat merujuk pada jenis organisme
tertentu. Kita dapat menyebut suatu wilayah sebagai ekosistem hutan hujan tropis, tetapi tidak
dapat menyebutnya habitat hutan hujan tropis. Sebaliknya kita dapat mengatakan suatu
wilayah sebagai habitat harimau Sumatera, tetapi tidak dapat mengatakannya ekosistem
harimau Sumatera.

Ruang Lingkup Ilmu Lingkungan


Banyak orang seringkali menyamakan ilmu lingkungan dengan ekologi. Ini tidak sepenuhnya
benar. Yang tepat adalah ekologi merupakan dasar dari ilmu lingkungan, atau ilmu
lingkungan merupakan aplikasi dari ekologi.
Ada banyak definisi tentang ekologi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah sebagai
berikut: ekologi adalah studi tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Menurut Krebs (1978), definisi ini terlalu luas, karena semua macam studi
dapat masuk di dalamnya. Dia lebih menyukai definisi Andrewartha yang mendefinisikan
ekologi sebagai studi ilmiah tentang distribusi dan kelimpahan (abundance) organisme.
Menurut Krebs, definisi Andrewartha ini lebih baik, tetapi ada satu kata kunci yang kurang,
yaitu interaksi.
Oleh karena itu Krebs menyempurnakan definisi di atas menjadi: Ekologi adalah studi ilmiah
tentang interaksi yang menentukan distribusi dan kelimpahan organisme. Dengan pendekatan
yang berbeda, tokoh ekologi yang buku teksnya mendominasi pemikiran ekologiwan pada
dasawarsa 1950an sampai 1980an, Odum (1953, 1971, 1983) mendefinisikan ekologi sebagai
studi tentang struktur dan fungsi dari alam. Odum menitikberatkan pendekatan ekosistem,
yaitu kesatuan antara komunitas biologi dan lingkungan abiotiknya. Dengan semakin
berkembangnya riset, ekologi juga berkembang menjadi banyak spesialisasi dan aliran,
seperti ekofisiologi (ecophysiology), modelling ekologi (ecological modelling), ekologi
evolusi (evolutionary ecology), ekologi teoritis (theoretical ecology), dsb.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


3 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Ilmu lingkungan lebih luas dari ekologi. Berikut ini definisi ilmu lingku  ngan dan ruang
lingkupnya dari 3 buku teks. Botkin and Keller (2007) menulis: Ilmu lingkungan adalah
sekelompok ilmuilmu yang mencoba menjelaskan ba  gaimana kehidupan di bumi
dilestarikan, apa yang menyebabkan persoalan lingkungan dan bagaimana persoalan ini dapat
diselesaikan. Menurut mereka banyak disiplin ilmu (sains) penting bagi ilmu lingkungan,
yaitu biologi (khususnya ekologi), geologi, hidrologi, klimatologi, meteorology, oseanologi
(ilmu kelautan) dan ilmu tanah. Mereka juga mengatakan bahwa ilmu lingku  ngan berkaitan
dengan bidang bukan sains, yaitu filsafat dan ekonomi.
Karena ilmu lingkungan merupakan cabang ilmu yang multi disiplin, maka setiap ilmuwan
yang memiliki latar belakang pendidikan tertentu dapat membuat spesifikasi sesuai dengan
latar belakang bidang ilmunya. Ilmuwan yang berlatar belakang ilmu kesehatan
mengembangkan bidang ilmu kesehatan lingkungan yang mempelajari hubungan antara
kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Ilmuwan yang berlatar belakang ilmu kimia,
tertarik mendalami kimia lingkungan, misalnya mengenai pencemaran. Ilmuwan dari latar
belakang rekayasa (enginering) mengembangkan bidang ilmu rekayasa lingkungan untuk
mencegah pencemaran lingkungan. Pemegang kebijakan lingkungan mengembangkan studi
tentang analisis dampak lingkungan yang bertujuan mengidentifikasi dampak penting dari
suatu kegiatan atau usaha yang akan dilakukan, misalnya pendirian sebuah pabrik. Dengan
adanya studi tersebut maka pihak yang berwenang dapat menentukan langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif dari suatu proyek, bahkan dapat
membatalkan proyek jika diperkirakan proyek tersebut akan menimbukan dampak negatif
yang sangat nyata dan luas. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari
pengelolaan lingkungan.
Ilmu lingkungan juga menyangkut aspek agama dan filsafat. Etika lingkungan merupakan
cabang dari filsafat yang mempelajari nilai-nilai tradisonal dan agama mengenai hubungan
antara manusia dan lingkungannya. Ada sebagian kalangan yang membedakan antara ilmu
lingkungan yang membahas aspek fisik dan aspek sosial. Ilmu-ilmu lingkungan yang
mempelajari aspek fisik disebut environmental science sementara ilmu lingkungan yang
membahas aspek sosial disebut environmental studies. Namun ada juga yang menggunakan
istilah environmental sciences untuk kedua aspek tersebut (Miller, 2002). Karena ilmu
lingkungan mencakup bidang yang sangat luas dan dalam aplikasinya, gerakan penyelamatan
lingkungan, tercampur dengan kepentingan  kepentingan politik yang tidak sepenuhnya
berdasarkan data-data ilmiah, maka bahkan ada yang mempertanyakan apakah environmental
science betul-betul science (Allenby, 2007)

‘20 Pengetahuan Lingkungan


4 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Konsep Ekosistem

Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa pakar ekologi.
Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah biocoenosis. Kemudian pada
tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah mikrokosmos. Di Rusia pada
mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah
ekosistem mula-mula diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley,
pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat diterima
secara luas sampai sekarang.

Pengertian dari ekosistem atau arti ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk
karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dari
pengertian kata ekosistem tadi, diketahui bahwa di dalam ekosistem itu sendiri terdapat
komponen komponen biotik (hidup) dan juga komponen komponen abiotik (tidak hidup)
yang berlangsung dalam suatu ekosistem.

Komponen berupa abiotik dan komponen berupa biotik dalam ekosistem ini saling
mempengaruhi antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya, sebagai contoh
hubungan komponen ini yaitu hubungan antara air yang merupakan komponen berupa abiotik
dan hewan yang merupakan komponen berupa biotik. Interaksi antara komponen makhluk
hidup (biotik) dan komponen tidak hidup (abiotik) ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan dalam ekosistem.

Komponen dari ekosistem


Pada pengertian dari ekosistem diatas, sudah kita ketahuai bahwa terdapat dua macam
komponen penyusun ekosistem yaitu komponen abiotik dan biotik. Untuk lebih jelasnya,
mari kita simak ulasan masing-masing komponen pada ekosistem ini:

1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik yaitu komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup
(nonhayati), yang meliputi komponen fisik dan komponen kimia pada suatu
ekosistem. Contoh dari komponen berupa abiotik dalam ekosistem ini seperti tanah,
air, matahari, udara, dan energi.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


5 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup dalam suatu
ekosistem. Ada 2 pembagian komponen biotik dalam suatu ekosistem, yaitu
komponen biotik berupa Organisme Autotrof dan Organisme Heterotrof.

Kelompok satuan makhluk hidup di dalam ekosistem


Satu makhluk hidup disebut juga individu, misalnya seekor ikan. Sedangkan
kumpulan makhluk hidup yang menetap pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan
berkembang biak disebut sebagai populasi. Misalnya saja populasi rusa yang tinggal di
padang rumput dan berkembangbiak. Sedangkan sekumpulan populasi yang tinggal pada
daerah yang sama dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai komunitas. Sebagai contoh
pada padang rumput terdapat populasi rusa, bison, kuda dan lain sebagainya.
Kumpulan dari komunitas tersebut kemudian akan menyebabkan adanya interaksi
interaksi dari makhluk hidup dan disebut sebagai sebuah ekosistem. Misalnya komunitas
populasi rusa, bison dan kuda merupakan ekosistem padang rumput.

Macam macam ekosistem


Terdapat 2 macam ekosistem jika dilihat dari awal terbentuknya, yaitu:

1. Ekosistem alamiah
Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sendirinya tanpa ada campur tangan
dari manusia, oleh karena itu disebut sebagai ekosistem Alamiah. Macam-macam
contohnya ekosistem ini adalah ekosistem laut dan sungai. Pada ekosistem alami ini,
dibagi lagi menjadi 2 macam berdasarkan lingkungannya, yaitu ekosistem lingkungan air
dan ekosistem lingkungan darat.
a) Ekosistem Air
Ekosistem ini juga sering di sebut sebagai ekosistem akuatik, dimana ciri khas ekosistem
ini adalah adanya komponen abiotik berupa air. Sebagai contoh macam ekosistem
aquatik ini adalah:
 Ekosistem dari air tawar.
Ekosistem ini memiliki beberapa ciri khusus jika dilihat dari penyusun abiotiknya.
Ciri ekosistem di daerah ini yaitu memiliki penetrasi dari cahaya yang kurang, variasi
suhunya tidak begitu mencolok, serta sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca dan
iklim. Beberapa contoh tumbuhan yang hidup di ekosistem ini diantaranya ganggang

‘20 Pengetahuan Lingkungan


6 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dan tumbuh-tumbuhan biji. Pada ekosistem ini juga terdapat berbagai macam hewan,
dan diperkirakan hampir semua filum hewan ada di habitat ini.
 Ekosistem air laut.
Ekosistem habitat laut ini juga memiliki beberapa ciri khusus. Beberapa ciri khusus
ekosistem ini diantaranya yaitu adanya perbedaan suhu yang mencolok pada bagian
permukaan laut dan bagian dalam laut. Akibat adanya perbedaan suhu yang tinggi ini,
maka akan terjadi lapisan air panas dan air dingin atau yang dikenal dengan lapisan
termoklin.
Perbedaan suhu lapisan pada air laut ini juga cukup unik. Apabila kalian pernah
berendam di laut saat malam hari, maka air di permukaan akan terasa dingin,
sedangkan air di bagian bawah akan terasa hangat. Begitu juga sebaliknya saat kita
berendam di laut pada siang hari, permukaan air akan terasa hangat akan tetapi bagian
dalam air akan terasa dingin. Sedangkan panas tertinggi permukaan laut biasanya
terjadi pada sore hari, dimana sering kita temukan orang yang tidak terbiasa berendam
di laut pada sore hari ini akan mengalami efek terbakar pada kulit.
Ciri berikutnya dari ekosistem ini yaitu memiliki kadar garam atau salinitas yang
cukup tinggi dengan ion Cl hingga 55% dengan suhu sekitar 25 °C di laut daerah
tropik. Salinitas yang tinggi inilah yang menyebabkan perbedaan suhu antara muka air
dan bagian dalam air. Sebagai contoh di siang hari secara logika suhu akan naik
dikarenakan pancaran dari matahari, akan tetapi pada air laut ini kenaikan suhu akan
terjadi hanya pada permukaan saja, sedangkan perambatan suhu panas menuju bagian
dalam air baru terjadi setelah malam hari dimana suhu di permukaan sudah menjadi
dingin karena efek cuaca di malam hari. Berbeda dengan air tawar yang salinitasnya
kecil atau hampir tidak ada, jika di siang hari permukaan sungai panas maka air
bagian dalampun akan ikut panas/hangat.
 Ekosistem muara.
Ekosistem pada muara ini juga dikenal dengan istilah ekosistem estuari. Ekosistem ini
merupakan tempat bertemunya air tawar (sungai) dan air asin (laut). Ciri dari
ekosistem dari estuari ini yaitu adanya daerah lempengan intertidal lumpur yang
cukup luas. Produktivitas yag terjadi pada ekosistem ini cukup tinggi dan memiliki
nutrisi yang tinggi. Habitat tumbuhan yang hidup pada lingkungan muara ini biasanya
berupa rumput rawa garam, fitoplankton dan ganggang. Sedangkan macam-macam
habitat hewan yang hidup pada lingkungan ini diantaranya kerang, ikan, berbagai
jenis cacing dan juga kepiting.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


7 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 Ekosistem pantai.
Ekosistem dari pantai ini biasanya banyak ditumbuhi habitat tanaman Ipomoea pes
caprae. Ipomoea pes caprae merupakan tanaman pantai yang biasanya tumbuh di atas
gundukan pada pasir pantai. Tanaman ini menjalar, memiliki daun yang tebal serta
bunga berwarna ungu dan biasanya tahan terhadap hempasan gelombang laut serta
angin.
 Ekosistem sungai.
Ekosistem pada sungai memiliki ciri suhu yang bervariasi bergantung pada letak
ketinggian serta garis lintangnya. Aliran pada sungai juga relatif kontan sehingga
airnya banyak mengandung oksigen terlarut. Pada ekosistem ini, biasanya habitat
hewan yang hidup seperti jenis ikan berkumis atau catfish contohnya yaitu lele. Ada
juga jenis kura-kura, gurame, buaya dan ular.
 Ekosistem terumbu karang.
Ekosistem lingkungan ini biasanya berupa coral di dekat area pantai. Pada ekosistem
ini memiliki efisiensi yang cukup tinggi dimana biota atau hewan yang ada di habitat
ini biasanya memakan berbagai organisme mikroskopis serta bahan-bahan sisa
organik lainnya. Ekosistem ini di huni oleh habitat invertebrata, ikan serta
mikroorganisme yang hidup disekitar ganggang dan karang.
 Ekosistem laut dalam.
Ekosistem ini memiliki ciri dengan kedalaman 6000 m lebih. Pada ekosistem ini,
intensitas cahaya yang ada sangat minim. Lingkungan ekosistem ini biasanya di huni
oleh ikan laut yang mampu mengeluarkan cahaya pada organ tubuhnya. Pada
lingkungan ini juga terdapat beberapa produsen bakteri yang bersimbiosis dengan
beberapa jenis karang tertentu.
 Ekosistem lamun.
Ekosistem pada lamun ini juga dikenal dengan nama ekosistem seagrass. Seagrass
sendiri merupakan jenis tumbuhan dengan bunga dimana mampu hidup pada habitat
laut. Biasanya kondisi pantai yang dangkal menjadi tempat habitat hidup seagrass.
Seagrass atau lamun ini biasanya memiliki bunga, buah dan biji serta sistem akar
internal sebagai alat pengangkut zat hara dan gas.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


8 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
b) Ekosistem Darat
Ekosistem di darat ini juga disebut sebagai ekosistem terestrial. Zona terestrial ini
biasanya ditentukan oleh curah hujan dan temperatur. Pola ekosistem daerah darat ini
biasnya tergantung pada adanya gangguan maupu iklim. Sebagai contoh yaitu adanya
gangguan berupa kebakaran, aktivitas manusia maupun petir dapat menyebabkan
perubahan pada ekosistem ini. Sedangkan iklim sangat berpengaruh untuk mengamati pola
ekosistem dari terestrial ini, biasanya iklim tertentu akan menyebabkan pola ekosistem
terestrial di daerah tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak uraian plengdut
mengenai macam-macam ekosistem yang ada di darat ini:
 Hutan hujan tropis.
Ciri khusus dari ekosistem ini yaitu hanya terdapat di daerah darat subtropik dan daerah
darat tropik dengan intensitas curah hujannya 200 hingga 225cm/tahun. Tumbuhan
yang hidup di daerah ini yaitu berbagai macam jenis pohon-pohonan tergantung letak
dari geografis hutan.
Bentuk pohon yang tumbuh di ekosistem ini berukuran besar dengan tinggi 20 hingga
40m serta memiliki daun lebat yang membentuk kanopi atau tudung. Perubahan pada
iklim mikro sering terjadi pada hutan basah ini, iklim mikro ini merupakan iklim yang
terjadi langsung di sekitar organisme. Intensitas cahaya bisa dikatakan cukup pada
daerah tudung ini dengan memiliki variasi dari suhu serta kelembaban tinggi dan
sepanjang harinya suhu berkisar di angka 25°C. Pada ekosistem dari hutan hujan tropis
ini sering ditemukan macam-macam jenis tumbuhan yang khas, seperti contohnya
anggrek yang berperan sebagai epifit dan rotan atau liana. Macam-macam habitat
hewan pada lingkungan ekosistem ini diantaranya yaitu burung hantu, babi hutan,
badak, harimau serta kera.
 Sabana
Ciri ekosistem dari sabana pada daerah darat tropik yaitu memiliki intensitas hujan 40
hingga 60 inchi/tahun. Kelembaban serta temperatur pada lingkungan ekosistem ini
masih bergantung pada musim. Afrika dan Australia merupakan contoh Negara yang
memiliki saban dengan cakupan area terluas. Heyna, singa, dan zebra merupakan
contoh macam-macam jenis hewan mamalia darat yang hidup di daerah ini.
 Padang rumput.
Ekosistem dari padang rumput ini biasanya terdapat pada daerah subtropik dan daerah
tropik. Ciri dari ekosistem ini yaitu memiliki intensitas hujan sekitar 25 hingga
30cm/tahun. Selain itu, hujan yang turun di lingkungan ekosistem ini tidak teratur

‘20 Pengetahuan Lingkungan


9 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dengan tingkat peresapan air yang tinggi serta aliran air atau drainase yang cepat. Jenis
tumbuhan pada ekosistem ini yaitu herbs (terna) serta rumput dimana kedua tumbuhan
ini sangat bergantung dengan kelembaban. Ular, tikus, serangga, kangguru, jerapah,
gajah, serigala, anjing liar, singa, zebra, dan bison merupakan contoh jenis macam-
macam hewan darat yang hidup pada ekosistem ini.
 Gurun
Ekosistem dari gurun biasanya terdapat pada daerah tropik dimana berbatasan dengan
padang rumput. Ekosistem ini memiliki ciri khas yaitu gersang dengan intensitas hujan
rendah, sekitar 25cm per tahunnya. Saat malam hari dan siang hari terjadi perbedaan
suhu yang cukup besar di darat daerah gurun. Beberapa jenis tumbuhan yang ada pada
ekosistem ini diantaranya tumbuh-tumbuhan berukuran kecil yang merupakan
tumbuhan musiman serta jenis tumbuhan berduri seperti kaktus, atau tumbuhan yang
tidak memiliki daun serta berakar panjang dan memiliki jaringan sebagai tempat
menyimpan air. Jenis macam hewan yang hidup pada ekosistem lingkungan ini seperti
kalajengking, katak, kadal, ular, dan jenis nokturnal lainnya.
 Hutan gugur
Daerah dengan empat musim serta beriklim sedang merupakan daerah dari ekosistem
ini. Ekosistem inni juga memiliki ciri intensitas hujan sepanjang tahunnya merata.
Rakun, burung pelatuk, rusa, rubah dan beruang merupakan hewan yang mendiami
ekosistem dari hutan gugur. Sedangkan jenis dari pohon jumlahnya sangat sedikit serta
tumbuhnya tidak rapat. Dalam satu ekosistem biasanya hanya terdapat 10 hingga 20
macam jenis pohon saja.
 Taiga
Ekosistem dari taiga biasanya hanya terdapat pada bumi belahan utara serta pada
pegunungan tropik. Rendahnya suhu pada musim dingin menjadi ciri khas dari
ekosistem ini. Jenis tumbuhan darat yang tumbuh pada hutan taiga ini umumnya hanya
satu spesies tumbuhan saja, misalnya pinus, konifer serta tanaman sejenisnya. Jenis
tumbuhan basah serta semak sangat jarang ditemukan pada ekosistem ini. Beruang
hitam serta burung-burung yang melakukan migrasi ke daerah selatan saat musim gugur
tiba menjadi macam-macam jenis hewan penghuni ekosistem ini.
 Tundra
Ekosistem dari tundra ini biasnya pada belahan darat bumi utara pada lingkaran kutub
utara serta pada puncak-puncak dari gunung tertinggi. Biasanya umur tanaman yang
menempati habitat ekosistem ini hanya berumur sekitar 60 hari. Rumput jenis alang-

‘20 Pengetahuan Lingkungan


10 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
alang, tumbuhan perdu, tumbuhan biji semusim, merupakan jenis tumbuhan yang hidup
pada ekosistem ini.
 Karst
Ekosistem dari karst atau yang kita kenal dengan ekosistem gua darat / batu gamping,
biasanya memiliki ciri tanah yang tidak subur apalagi jika dijadikan lahan pertanian.
Ekosistem ini juga merupakan ekosistem yang rentan terjadi longsor, erosi serta rentan
pada pori-pori aerasi rendah dan memiliki permeabilitas gaya yang lambat serta di
dominsai oleh pori-pori mikro.

Pencemaran Ekosistem

Ekosistem ini sebenarnya memberikan banyak keuntungan dalam kehidupan manusia,


namun banyak dari kita tidak menyadarinya sehingga bertindak hanya demi kepentingan
pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi kehidup anak cucu kita.
Sebagai contoh yaitu ekosistem sungai yang berada di kota-kota besar, hampir semua
ekosistem sungai di kota besar saat ini sudah tercemar dengan sampah. Hal ini tentunya akan
mengurangi jumlah komponen komponen dalam ekosistem yang hidup di dalamnya.
Meskipun ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal setiap gangguan dari
luar untuk menjaga keseimbangannya, tetapi kemampuan tersebut ada batasnya. Manusia
yang sebetulnya merupakan salah satu unsur dalam ekosistem, justru seringkali merupakan
pengganggu yang terbesar terhadap kelangsungan hidup ekosistem itu sendiri. Hal ini terjadi
ketika manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan mereka. Sebagai
contoh akan diberikan gambaran mengenai perilaku manusia terhadap alam sebagai berikut:
1. Kasus penebangan hutan
Penebangan pohon di hutan oleh manusia seringkali melampaui kemampuan hutan
tersebut untuk pulih kembali. Akibatnya hutan menjadi rusak, tidak dapat pulih
kembali, dan akan menjadi ekosistem yang lain atau bahkan menjadi gundul sehingga
terjadi erosi yang berat, banjir di musim hujan, kekeringan di musim kemarau,
hilangnya keanekaragaman hayati, dan lain-lain. Bila hal ini terjadi secara terus-
menerus, akan berdampak negatif yang serius dan dikhawatirkan akan menjadi
padang pasir.
2. Pembuangan limbah dan penggunaan zat-zat kimia
Akhir-akhir ini sudah nampak kasus yang serius bahwa banyak sungai dan laut yang
airnya sudah sangat kotor, kehidupan di dalamnya sudah berubah secara drastis,

‘20 Pengetahuan Lingkungan


11 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
banyak jenis yang langka dan sudah punah, dan lainlain. Perairan yang tadinya banyak
dijumpai berbagai kehidupan juga sudah banyak berubah menjadi hitam, bau, penuh
dengan sampah, dan lain-lain. Sungai yang semula bersih menjadi tercemar karena di
sepanjang aliran sungai tersebut terdapat banyak pabrik, permukiman, pertanian, dan
kegiatan lain yang menghasilkan limbah dan sebagian besar membuang limbah
cairnya ke dalam sungai tersebut. Prinsip homeostatis tentu sudah sulit dicapai, karena
daya tahan ekosistem perairan juga terbatas. Oleh karena itu perlu dipahami kaidah-
kaidah ekosistem dan hal-hal penting yang akan digunakan sebagai dasar pengelolaan
suatu ekosistem

Ekosistem yang Didominasi Manusia


Manusia merupakan salah satu spesies yang paling tersebar luas di muka bumi, di berbagai
tipe ekosistem, dari kutub yang sangat dingin sampai gurun yang sangat panas, dari pantai
sampai ke gunung. Keberhasilan manusia menyebar di berbagai tipe ekosistem ini didukung
oleh kemampuan manusia untuk menciptakan teknologi yang dapat mengubah lingkungan di
sekitarnya. Di gurun yang panas, manusia dapat membuat rumah yang dipasang AC sehingga
suhu di dalamnya menjadi sejuk. Di kutub, manusia dapat memasang pemanas ruangan
sehingga suhu di dalam ruangan hangat. Untuk memenuhi kebutuhan makannya, manusia
mengubah hutan menjadi kebun gandum, kentang, padi atau jagung. Untuk memenuhi
kebutuhan energinya manusia menambang bahan bakar fosil. Manusia merupakan spesies
yang paling banyak mengubah ekosistem. Namun, karena manusia merupakan bagian dari
ekosistem, maka dia juga akan menanggung dampak dari perubahan tersebut.

Agroekosistem
Evolusi Pertanian
Sebelum munculnya budidaya pertanian, manusia memenuhi kebutuhan makannya dengan
berburu hewan dan mencari buah-buahan, daun dan bagian tumbuhan lain yang dapat
dimakan. Zaman ini disebut zaman berburu dan mengumpulkan (hunting and gathering).
Pada saat itu, jumlah manusia relatif sedikit karena ketersediaan pangan terbatas dan
kehidupan nomaden, berpindah-pindah mencari makan, menghambat terbentuknya komunitas
yang besar.
Kirakira 10.000 tahun yang lalu lahirlah evolusi pertanian. Ada yang menyebutnya sebagai
revolusi pertanian, karena dengan lahirnya pertanian dampaknya terhadap peradaban manusia
sangat besar. Namun istilah evolusi mungkin lebih tepat karena perubahan dari budaya

‘20 Pengetahuan Lingkungan


12 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
berburu dan mengumpulkan ke budaya pertanian berlangsung lambat dan tidak serempak.
Ketika sebagian manusia sudah memasuki era pertanian, masih banyak kelompok lain yang
masih men  jalankan budaya berburu dan mengumpulkan. Bahkan beberapa ribu tahun
kemudian, ketika manusia sudah memasuki revolusi industri, budaya berburu dan
mengumpulkan masih banyak ditemukan.
Memasuki budaya pertanian manusia mulai menggunakan alat-alat pertanian untuk
membajak lahan, memanen hasil pertanian, menebang pohon, mengangkut hasil pertanian.
Untuk kebutuhan pangan nabati manusia tidak cukup hanya mengandalkan hasil dari
mengumpulkan tumbuhan dari hutan, tetapi mereka mulai menanam tanaman pangan. Maka
hutan, sabana atau padang rumput diubah menjadi lahan pertanian. Untuk memenuhi
kebutuhan daging, manusia tidak cukup dengan berburu. Maka hewan-hewan liar dijinakkan
dan diternakkan. Manusia di zaman pertanian mengubah ekosistem alam lebih besar lagi
dibandingkan dengan zaman berburu dan mengumpulkan.

Perubahan Struktur Ekosistem


Di zaman teknologi komunikasi abad ke 21 ini, ketika banyak wilayah tum   buh menjadi
perkotaan yang dicirikan dengan gedung-gedung tinggi, wilayah pertanian atau
agroekosistem di pedesaan mungkin terkesan alami, namun sebenarnya budidaya pertanian
telah menyebabkan perubahan yang besar4. Perubahan pertama yang dilakukan petani adalah
membatasi jenis flora dan fauna di lahan pertanian.
Pada pertanian tradisional, perubahan tersebut tidak sebesar daripada pertanian modern
(konvensional). Contoh pertanian tradisional adalah perladangan berpindah. Pada
perladangan berpindah-pindah, ladang ditinggalkan untuk sementara waktu menjadi hutan
kembali. Ciri-ciri pertanian tradisional antara lain, jenis tanaman tidak hanya satu, biasanya
terdiri dari banyak jenis dan bahkan tanaman pertanian dan kehutanan dicampur, contohnya
tanah pekarangan. Dalam pertanian tradisional penggunaan pupuk inorganik dan zat kimia
sintetis untuk pestisida dan herbisida tidak terlalu banyak. Hewan ternak dalam pertanian
tradisional biasanya dipelihara secara integral dengan pemeliharaan tanaman. Hewan tidak
dikandang terus menerus, tetapi dalam sebagian waktu dibiarkan merumput. Kotoran ternak
biasanya dikembalikan ke tanah sebagai pupuk kandang atau dicampur dengan sisa tanaman
menjadi kompos.
Sebaliknya, di lahan pertanian modern hanya terdapat sedikit jenis tanaman dan hewan. Ciri-
ciri pertanian modern adalah monokultur, pengolahan tanah intensif, pengairan, penggunaan
mesin, penggunaan pupuk inorganik dan senyawa kimia sintetis untuk pestisida dan

‘20 Pengetahuan Lingkungan


13 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
herbisida. Pertanian modern yang menekankan keseragaman ini merupakan akibat dari
industrialisasi dan komersialisasi pertanian. Pertanian modern sangat menurunkan keragaman
jenis tumbuhan dan hewan. Dalam pertanian modern hanya jenis tanaman dan hewan yang
disukai petani yang dibiarkan hidup. Tumbuhan yang tidak disukai dan bersaing dengan
tanaman pertanian dinamai gulma dan dimatikan. Hewan yang mengganggu disebut hama
dan dibunuh. Jadi, dari seluruh komponen biologi dalam ekosistem, yang tersisa dalam lahan
pertanian monokultur hanyalah produsen, itupun hanya satu jenis. Kalaupun ada tumbuhan
lain dan hewan, jumlahnya sangat sedikit.
Pada pertanian tradisional, input energi dari luar sistem dalam bentuk energi fosil relatif
sedikit. Sebaliknya dalam pertanian modern input tersebut sangat besar. Penambahan input
energi ke lahan pertanian memang telah meningkatkan hasil panen. Namun jika dilihat dari
efisiensi pemanfaatan energi sebenarnya pertanian intensif yang menggunakan banyak energi
kalah efisien dengan pertanian tradisional yang mengandalkan energi matahari.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, beban sektor pertanian untuk
meningkatkan produksi pangan akan semakin besar. Penggunaan zat kimia inorganik untuk
pemupukan dan sintetis untuk pemberantasan hama dan penyakit akan semakin banyak.
Pencemaran lingkungan akan semakin besar, jika tidak dilakukan perubahan dalam budidaya
pertanian. Untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat pertanian, dalam beberapa
dasawarsa terakhir muncul gagasan untuk menerapkan pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture)

Daftar Pustaka

1. Wiryono. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu : Pertelon Media, 2013


2. Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 237.
3. Indonesia, P.R. and Nusantara, W., 1997. Undang Undang No. 23 Tahun 1997
Tentang: Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekretariat Negara, Jakarta.
4. Utomo, S.W., Si, M., Sutriyono, I. and Rizal, R., 2012. Pengertian, Ruang Lingkup
Ekologi dan Ekosistem.

‘20 Pengetahuan Lingkungan


14 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai