BAB II
STUDI PUSTAKA
L2A0 01 122
L2A0 01 176
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum
Pengendalian banjir pada umumnya meliputi kegiatan perencanaan,
2.2
Hidrologi
Faktor-faktor
hidrologi
yang
mempengaruhi
dalam
perencanaan
Metode poligon thiessen dipakai apabila daerah pengaruh dan curah hujan
rata-rata tiap stasiun berbeda-beda. Metode Thiessen ditentukan dengan cara
membuat polygon antar pos hujan pada suatu wilayah DAS, kemudian tinggi hujan
rata-rata dihitung dari jumlah perkalian antara tiap-tiap luas polygon dan tinggi
hujannya dibagi dengan luas seluruh DAS.
n
Rumus : R =
i =1
AixRi
A
(2.1)
Di mana :
(2.2)
Di mana :
Rt = curah hujan rencana (mm).
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm).
Sd = standard deviasi
10
=
z
1
( x x ) 2
n 1
b. Metode Gumbel
Rumus : Rtr = R + S .Kr
(2.3)
Di mana :
Rtr = curah hujan dengan periode ulang t tahun (mm).
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm).
S = standard deviasi
=
1
( x x ) 2
n 1
Sd
n 1
= angka yang didapat dari Cs
Sd
k
(2.4)
Cs
n ( xi x )
i =1
(n 1)(n 2)Sd 3
(2.5)
11
Ck =
n 2 (xi x )
i =1
(2.6)
Sd
x
(2.7)
(Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis data jilid I)
a.
P=
m
n +1
(2.8)
Di mana :
P
= jumlah data
12
Setelah plotting data selesai maka dibuat garis yang memotong daerah rata-rata
titik tersebut, nilai titik-titik merupakan nilai frekuensi yang terbaca (Of), dan
nilai pada garis adalah frekuensi yang diharapkan (Ef)
Menentukan parameter uji Chi Kuadrat hasil plotting data dengan rumus :
n
(O f E f )
Ef
X2 =
(2.9)
(2.10)
K = jumlah data
P = probabilitas
(CD. Soemarto, Ir, 1987, Hidrologi Teknik.)
Metode Smirnov-Kolmogorof
Dikenal dengan uji kecocokan non parametric karena pengujiannya tidak
Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan peluangnya dari
masing-masing data tersebut.
(X X )
S
(2.11)
Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih antara pengamatan dan peluang
teoritis.
D maks
(2.12)
13
Tabel 2.2.1 Wilayah Luas di bawah Kurva Normal Uji Smirnov-Kolmogorov untuk
= 0,05
= 0,05
t
-3,4
-3,3
-3,2
-3,1
-3,0
-2,9
-2,8
-2,7
-2,6
-2,5
-2,4
-2,3
-2,2
-2,1
0,0003
0,0004
0,0006
0,0008
0,0011
0,0016
0,0022
0,0030
0,0040
0,0054
0,0071
0,0094
0,0122
0,0158
t
-1,4
-1,3
-1,2
-1,1
-1,0
-0,9
-0,8
-0,7
-0,6
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
= 0,05
= 0,05
0,0735
0,0885
0,1056
0,1251
0,1469
0,1711
0,1977
0,2266
0,2578
0,2912
0,3264
0,3632
0,4013
0,4404
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
0,7088
0,7422
0,7734
0,8023
0,8289
0,8591
0,8749
0,8944
0,9115
0,9265
0,9394
0,9505
0,959
0,9678
= 0,05
t
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0
3,1
3,2
3,3
3,4
0,9946
0,9960
0,9970
0,9978
0,9984
0,9989
0,9992
0,9994
0,9996
0,9997
0,2
0,45
0,32
0,27
0,23
0,1
0,51
0,37
0,3
0,26
0,05
0,546
0,41
0,34
0,29
0,01
0,67
0,49
0,4
0,36
14
(2.13)
Di mana :
I
Metode Rasional
= Q=
Rumus
C.I . A
= 0,278.C.I . A
3,6
(2.14)
Di mana :
Q
= intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air
berkonsentrasi. (mm)
15
2)
Harga C
0,75-0,90
0,70-0,80
0,50-0,75
0,45-0,60
0,70-0,80
Sungai bergunung
0,75-0,85
Sungai dataran
0,45-0,75
(2.15)
Di mana :
= koefisien reduksi
= 1 (4,1 / (q+7))
= (1+0,0172.A0,7)/(1+0,075.A0,7)
16
Koefisien reduksi ()
Koefisien ini diperlukan untuk mendapatkan hujan rata-rata dari hujan
maksimum.
Melchior : A
Weduwen :
Hasper
= 1+
Tc + 3,7 x10 0, 41 A3 / 4
x
Tc 2 + 15
12
Di mana
Tc = 1000 .
L
.V
3600
: Tc
(Joesron Loebis, Ir, M.Eng, 1984, Banjir Rencana Untuk Bangunan Air)
3)
MSL
PBAR
LAKE
ARF
= PBAR x ARF
17
SIMS
(2.16)
(DPU Pengairan, 1985, Pedoman Pengantar petunjuk untuk Desain Banjir Jawa dan
Sumatra)
ARF
1-10
0,99
10-30
0,97
30-30.000
1,152 - 0,1233.log.(AREA)
Variasi
Reduksi
Y
1,50
2,25
2,97
3,90
4,60
5,30
6,21
6,91
300
1,27
1,54
1,84
2,30
2,72
3,20
3,92
4,58
600
900
1200
>1500
1,24
1,48
1,75
2,18
2,57
3,01
3,70
4,32
1,22
1,44
1,70
2,10
2,47
2,89
3,56
4,16
1,19
1,41
1,64
2,03
2,37
3,78
3,41
4,01
1,17
1,37
1,59
1,96
2,27
2,66
3,27
3,85
Debit andalan merupakan debit minimum sungai yang dapat dipakai untuk
keperluan irigasi dengan kemungkinan 80% terpenuhi. Perhitungan debit andalan
bertujuan untuk menentukan areal persawahan yang dapat diairi.
Adapun data serta perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Data Hujan
18
(1 in 5 dry) dengan kemungkinan 5 tahun sekali tidak terpenuhi. Analisis data curah
hujan tahunan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran hujan tahunan yang
mewakili pada suatu tahun tertentu hasil analisis data curah hujan tersebut.
Curah hujan andalan 20% kering :
n
R(1/5) = + 1
5
(2.17)
Dimana :
R(1/5)
19
Prinsip perhitungan ini adalah bahwa hujan jatuh di atas tanah (presipitasi)
sebagian akan hilang karena penguapan (evaporasi), sebagian akan hilang menjadi
aliran permukaan (direct run off) dan sebagian akan massuk tanah (infiltrasi).
Infiltrasi mula-mula menjenuhkan permukaan tanah (top soil) yang kemudian
perkolasi dan akhirnya keluar sampai ke sungai sebagai base flow.
Rumus : Q = { D9ro) + B(n)}.A
(2.18)
Di mana :
Q
D(ro)
B(n)
= 1 dV(n)
Ws
dVn
Etl
= Eto - dE
(2.19)
Di mana :
dE
Eto
20
Eto
Etl
= Rs Etc
(2.20)
SMC(n)
= SMC(n-1) + IS(n)
(2.21)
WS
= S IS
(2.22)
Di mana :
S
Rs
Etl
IS
IS(n)
SMC
SMC(n)
SMC(n-1)
WS
d. Limpasan (run off) dan tampunga air tanah (ground water storage)
V(n)
(2.23)
dVn
= V(n) V(n-1)
(2.24)
Di mana :
V(n)
V(n-1)
21
Harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti pada kondisi
geologi lapisan bawah yang sangat lulus air.
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositasi tanah dan
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang porus mempunyai infiltrasi lebih
tinggi dibanding tanah lempung berat. Lahan yang terjal menyebabkan air
tidak sempat berinfiltrasi ke dalam tanah sehingga koefisien infiltrasi akan
kecil.
e. Aliran sungai.
Aliran Dasar adalah infiltrasi dikurangi perubahan volume air dalam tanah.
B(n) = I dV(n)
(2.25)
(2.26)
(aliransungai ) x(luasDAS )
( satu )bulan(det ik )
(2.27)
(2.28)
2.3
Analisis Hidrolis
22
V = k .R 2 / 3 .S 1 / 2
(2.29)
Q = A *V
(2.30)
A = (B + m.h )h
(2.31)
P = B + 2h m 2 + 1
(2.32)
R=
A
P
(2.33)
Dimana :
V
= kemiringan energi
= debit (m3/dt)
= koefisien kekasaran
= keliling basah
= jari-jari hidrolik
23
Bendung tetap merupakan bendung yang terdiri dari ambang tetap sehingga
muka air banjir tidak dapat diatur elevasinya. Penampang melintang tubuhnya
mempunyai bidang vertikal atau mendekati vertikal pada lereng hulunya, tetapi lereng
hilirnya landai dan memenuhi persyaratan stabilitas mekanis serta direncanakan
sedemikian rupa sehingga aman terhadap guling dan gelincir.
Adanya pembuatan bendung tetap akan mengakibatkan kenaikan muka air
di hulu sungai, untuk itu perlu dilakukan analisis agar bagian hulu sungai dapat
menampung air akibat back water. Kondisi sungai setelah bendung perlu ditinjau agar
tidak menimbulkan dampak yang negatif seperti banjir di bagian hulu.
1. Lebar Bendung
Lebar bendung tetap adalah jarak antara tembok tegak pangkal disatu sisi
dengan tembok tegak pangkal sisi yang lain. Lebar bendung diambil sama dengan
lebar rata-rata sungai pada bagian yang lurus dan stabil.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran
per satuan lebar dibatasi sampai dengan 12 14 m3/dt.m, yang memberikan tinggi
energi maksimum sebesar 3,5 4,5 m. (KP. 02 hal 38)
Rumus untuk lebar bendung:
B = 1,2 x Bn
(2.34)
Di mana :
B
Bn
2. Elevasi Mercu
24
bendung sama dengan tinggi muka air sawah tertinggi ditambah kehilangan energi
yang terjadi.
Standar perhitungan elevasi mercu bendung:
a. Elevasi sawah tertinggi (m).
b. Tinggi muka air sawah (genangan) (m).
c. Jumlah kehilangan tinggi energi :
Kehilangan tinggi energi pada pengambilan
Kehilangan tinggi energi pada alat ukur
Kehilangan tinggi energi pada pengendap lumpur/pasir
Kehilangan tinggi energi pada bangunan pembilas
Q = cd .2 / 3. 2 / 3 g .Be.H1
(2.35)
Dimana :
Q
= debit (m3/dt)
Cd
= koefisien debit
= gravitasi (m/dt2)
Be
H1
25
v/2g
H1
hd
p
h
elevasi dasar
hilir
(2.36)
A = (b + m.h )h
P = b + 2h m 2 + 1 ,
R=
A
P
Dimana :
V
= kemiringan energi
= koefisien kekasaran
= keliling basah
= jari-jari hidrolik
= koefisien (K=40)
5. Mercu Bendung
Untuk tipe mercu bendung di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe
yaitu tipe Ogee dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai untuk
26
konstruksi beton maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya. Hal
ini dikarenakan :
Mempunyai bentuk mercu yang besar, sehingga lebih tahan terhadap benturan
batu bongkah
Tahan terhadap goresan arau abrasi karena mercu bendung diperkuat oleh
pasangan batu kali
Jari-jari mercu bendung pasangan batu harus memenuhi syarat minimum yaitu
0,3H1<R<0,7H2
H1
hd 0.175hd
0.292hd
asal koordinat
X^1.85=2.0 hd^0.85 y
x
R=0.2hd
R=0.5hd
sumbu mercu
diundurkan
Tegak lurus
2,000
1,850
3: 1
1,936
1,836
3:2
1,939
1,810
3:3
1,873
1,776
27
6. Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu bangunan berupa kolam di hilir bendung yang
berfungsi untuk meredam energi yang timbul di dalam aliran air super kritis yang
melewati pelimpah.
Ada beberapa tipe kolam olak, antara lain Vlughter, Schotlich dan tipe
USBR. Kolam olak yang akan digunakan dalam perhitungan penanggulangan banjir
adalah kolam olak tipe Vlughter.
Bentuk hidrolik kolam olak tipe Vlughter merupakan pertemuan suatu
penampang miring, penampang melengkung dan penampang lurus. Tipe ini tidak
banyak digunakan karena mempunyai dasar aluvial dan tidak banyak membawa
sedimen yang berdiameter besar.
1) Bentuk hidrolis :
Untuk :
4 z
<
< 10
3 H
Maka : D = R = L = 1,1z + H
a = 0,15 H
Untuk :
H
z
1 z 4
<
<
3 H 3
H
z
H = h1 + k1
z = E1 E2
2) Batasan
D<6m
Z<6m
28
Di mana :
h1
k1
29
sehingga akan memotong muka air banjir di hulu. Proyeksi titik perpotongan tersebut
ke arah horisontal (lantai hulu bendung) adalah titik ujung dari panjang lanatai depan
minimum.
Rumus :
Lw = Lv + 1/3 Lh
Di mana :
(2.37)
Lw
Lv
Lh
Lw
Hw
Cw > C (aman)
8,5
Pasir halus
Pasir sedang
Pasir kasar
Kerikil halus
Kerikil sedang
3,5
2,5
Lempung lunak
Lempung sedang
Lempung keras
1,8
1,6
30
8. Back Water
Pada pengendalian banjir perlu memperhatikan muka air pada waktu banjir di
sepanjang sungai dan muka air akibat pengempangan back water. Back water
adalah indentik dengan aliran air yang berlawanan arah dengan aliran yang
sebenarnya (aslinya). Peninjauan back water yang harus diperhatikan adalah :
Back water akibat bangunan yang ada di sepanjang sungai
Back water akibat adanya ambang alam di dasar sungai
Back water akibat penyempitan alur sungai
Back water akibat pasang surut di muara sungai
(Robert Kodotie, Ir, dan Sugiyanto, Ir, 2002, Banjir Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perpestif Lingkungan)
y
= S S
o
f
(2.38)
Energi spesific
E = h+
v2
2g
(2.39)
31
v2
v
+ h2 + So .x = 1 + h1 + S f .x
2g
2g
(2.40)
E2 + So .x = E1 + S f .x
(2.41)
Sf =
x =
Sf1 + Sf 2
(2.42)
2
E2 E1
S f So
(2.43)
n2 * Q2
(Manning)
A2 * R 4 / 3
(2.44)
Dimana :
Sf =
V1/2g
hf
V1/2g
h1
h2
z = So x
So
x
Gambar 2.3.5 Definisi perhitungan Profil Muka Air dengan Metode Tahapan
Langsung
32
Merupakan bendung yang dapat mengatur muka air di sungai dengan pintupintunya. Bendung gerak dibangun pada daerah-daerah aluvial yang datar, di mana
meningginya muka air di sungai mempunyai konsekuensi yang luas seperti tanggul
banjir yang panjang. Karena menggunakan bagian-bagian yang bergerak seperti pintu
dengan peralatan angkatnya, maka bendung tipe ini merupakan konstruksi yang
mahal dan membutuhkan eksploitasi yang lebih teliti.
1. Lebar Bendung
Q
V
(2.45)
B=
A
h
(2.46)
Dimana :
A
v
h
h
B
(2.47)
33
Di mana :
Be
= jumlah pilar
Kp
Ka
H1
Macam konstruksi
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudutsudut yang dibulatkan pada jari-jari yang hampir
sama dengan 0,1 dari tebal pilar
Untuk pilar berujung bulat
Untuk pilar berujung runcing
Kp
0,02
0,01
0,00
Macam konstruksi
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok
hulu pada 90o ke arah aliran
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu
pada 90o ke arah aliran dengan 0,5 H1>r>0,15H1
Untuk pangkal tembok bulat di mana r>0,5 H1 dan
tembok hulu tidak lebih dari 45o ke arah
Ka
0,20
0,10
0,00
(2.48)
Dimana :
Q
B1
= B + mh
34
= gravitasi (m/dt2)
3. Pintu Bendung
Pintu bendung berfungsi untuk mengatur tinggi muka air sungai dan
mengatur masuk keluar debit banjir pada sungai yang dibendung.
Perencanaan pintu bendung :
Pintu Klep
Pintu klep adalah salah satu jenis pintu air yang dapat bergerak secara
otomatis, berdasarkan tekanan air dengan ketinggian tertentu. Pintu dipasang
melintang di sungai dengan elevasi lantai dasarnya 0,50 m di atas elevasi dasar
sungai rata-rata. Pintu ini dilengkapi dengan beban penyeimbang yang
memungkinkan pintu dapat membuka dan menutup sendiri sesuai dengan muka
air yang terjadi.
35
z
H
G1
Pintu Sorong
36
4. Kolam Olak
Kolam olak berguna untuk meredam energi air yang jatuh di hilir bangunana
pintu sehingga tidak merusak lantai sungai di bagian hilir bendung. Tipe kolam olak
di sebelah hilir bangunan tergantung pada energi yang masuk, yang dinyatakan
dengan bilangan Froud dan pada bahan konstruksi kolam olak itu sendiri.
Berdasarkan bilangan Froud tipe kolam olak dikelompokkan menjadi :
a
Untuk Fru 1,7 tidak diperlukan kolam olak tetapi di bagian hilir untuk saluran
tanah harus dilindungi agar tidak erosi, sedangkan untuk saluran dengan pasangan
batu atau beton tidak diperlukan perlindungan khusus.
b Untuk 1,7 < Fru 2,5, maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif dan menggunakan kolam olak dengan ambang ujung.
c
Untuk 2,5 < Fru 4,5 dipakai kolam olak USBR tipe IV
(2.49)
(2.50)
q
V
(2.51)
Q
Bef
(2.52)
Y1 =
q=
V
g .Y 1
Y 2 = 1 / 2 xY1 1 + 8.Fr 2 1
(2.53)
(2.54)
Dimana :
Q
Bef
37
= kecepatan (m/dt)
Y1
= gravitasi (m/dt2)
Y2
Lj
pintu
Y1
Y2
Lj
Gambar 2.3.9 Panjang kolam Olak
38
6. Back Water
Bendung gerak juga perlu ditinjau terhadap back water, untuk perhitungan
back water juga menggunakan metode tahapan langsung.
(2.55)
Q = v.a.b
(2.56)
Dimana :
Q = debit = 1,2 Q pengambilan (m3/dt)
m = koefisien debit (=0,8 pengambilan tenggelam)
a
= kehilangan energi
(__, 1986, Bagian Penunjang untuk Standar Perencanaan Irigasi)
39
Panjang kantung lumpur ditetapkan sedemikian rupa sehingga cukup waktu bagi
butiran untuk mengendap.
w
hn
hs
b
(2.57)
Qn = Vn x An
(2.58)
An = ( B + mh)hn
(2.59)
in =
vn 2
(k * Rn )
2/3 2
(2.60)
Di mana :
Vn
40
= Koefesien kekasaran = 45
Rn
in
= Kemiringan energi
Qn
An
= Luas basah ( m2 )
Rumus :
(2.61)
Dimana :
L = panjang kantong lumpur (m)
hn = tinggi saluran kantong lumpur (m)
w = kecepatan endapan partikel rencana diambil 0,004 m/dt
3. Perhitungan kemiringan dan keadaan kosong saluran kantong lumpur
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, maka kecepatan aliran harus tetap
superkritis dimana Fr >1.
Rumus :
Kedalaman kritis hcr = 3
dimana q =
Qs
B
q2
g
(2.62)
, Qs = 1,2Qn
vcr =
g * hcr
(2.63)
Fr =
vcr
g * hcr
(2.64)
Qs = 1,2Qn
Vs = Ks x Rn2/3 x is1/2
(2.65)
Ps = b+2h
(2.66)
is =
vs 2
(ks * Rs )
2/3 2
(2.67)
41
Di mana :
Vs
Ks
= Koefesien kekasaran = 45
Rs
is
= Kemiringan energi
Qs
As
= Luas basah ( m2 )
2.4
(2.68)
Dimana :
qw
42
H
q
M max
<
W
(2.69)
Perhitungan dimensi dengan cara coba-coba memakai salah satu profil baja
yang memenuhi syarat.
Kontrol terhadap lendutan
5.q.L4
1
=
< =
.L
6
384.2,1.10 I x
250
(2.70)
H
q
a
B
Gambar 2.4.2 Perletakan Balok Horisontal
Mx = 0.0244. q. a2
(2.71)
My = 0.0332. q. a2
(2.72)
43
M max
<
W
Perhitungan dimensi dengan cara coba-coba memakai salah satu profil baja
yang memenuhi syarat.
Kontrol terhadap lendutan
5.q.L4
1
< =
.L
6
384.2,1.10 I x
250
(2.73)
Mlap = 1/12. q. L2
(2.74)
Perhitungan dimensi dengan cara coba-coba memakai salah satu profil baja
yang memenuhi syarat.
Kontrol terhadap lendutan
5.q.L4
1
< =
.L
6
384.2,1.10 I x
250
44
(2.75)
(2.76)
S
G
Is , S =
2
1 / 4. .d
2
(2.77)
s =
S
s
d .t
(2.78)
Dimana :
45
Is
Pengangkatan pintu :
P = G + (f.H)
(2.79)
H = 1 / 2.w.H 2 .B
Dimana :
= berat pintu
= faktor gesekan
= gaya hidrostatis
(2.80)
(2.81)
Gp int u
< baja = 1400kg / cm 2
Fs tan g
(2.82)
46
MAB
MAN
P
Elv dasar
Gambar 2.4.5 Pintu Sorong
2.5
= 1,76 Dm0,5
(2.83)
(2.84)
Di mana :
R
47
Hw
.Lx
L
Px Wx
pas
(2.85)
(2.86)
Di mana :
dx
Px
Wx
Lx
Hx
Hw
pas
Sf
48
Hw
1
4
2
5
6
Lx
9
10
15
12
11
14
13
13
12
10
Hx
8
6
15
14
11
9
4
2 3
Gaya gempa
Rumus : Ad = n (ac x z)m
E = ad/g
(2.87)
(2.88)
Di mana :
Ad
n.m
ac
= koefisien gempa.
Dari koefisien gempa di atas, kemudian dicari besarnya gaya gempa dan
momen akibat gempa dengan rumus :
Gaya gempa :
49
=ExG
(2.89)
= K x jarak (m)
(2.90)
Di mana :
E
Jenis
Batu
2,76
0,71
Diluvial
0,87
1,05
Aluvial
1,56
0,89
Aluvial lunak
0,29
1,32
Ac (cm/det2)
20
85
50
113,125
100
160
500
225
1000
275
s xh 2 1 Sin
2 1 + Sin
(2. 91)
Di mana :
Ps
= gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang
bekerja secara horisontal (ton).
50
c Tekanan Hidrostatis
Rumus : Ph = 0.50 x w x hw2
(2.92)
Di mana :
Ph
= tekanan hidrostatis
hw
(2.93)
(2.94)
(2.95)
Di mana :
Pa = tekanan tanah aktif (ton).
Pp = tekanan tanah pasif (ton).
= sudut geser dalam = 21o
g = gravitasi bumi = 9,8 m/det2
H = kedalaman tanah aktif dan pasif (m)
s = berat jenis tanah (ton/m3)
w = berat jenis air (ton/m3)
(Braja M. Das, Mekanika Tanah jilid I)
2. Gaya Vertikal
(2.96)
51
Di mana :
V
= volume (m3)
pas
(2.97)
= Hx (Lx x Hw/L)
Dimana :
Px
Lx
Hw
Hx
K
Wh
G
Pa
Pp
U
= gaya gempa
= gaya angkat
Wh
= gaya hidrostatis
52
Pa
Pp
pintu
Wh
Pa
Wh
Pp
G
U
MV
MH
> 1,5
(2.98)
Di mana :
Sf
= faktor keamanan
MV
MH
2. Terhadap Geser
Sf = f x
RV
RH
> 1,5
(2.99)
Di mana :
Sf
= faktor keamanan
RV
53
RH
(2.100)
Di mana :
jin = tegangan ijin pasangan batu kali (ton/m2)
yt = tegangan yang timbul (ton/m2)
P
4. Terhadap exsentrisitas
d=
MV MH
V
(2.101)
B
B
e = d <
6
2
(2.102)
Dimana :
E
= eksentristas
MH
MV
(1 + a / )
hs
>2
(2.103)
54
Di mana :
Sf
= faktor keamanan
hs
qult
Sf
Kontrol :
RV 6.e
< ijin
=
x 1
L
L
Keterangan :
(2.104)
(2.105)
(2.106)
Sf = faktor keamanan
RV = gaya vertikal (ton)
L = panjang bendung (m)
ijin= tegangan ijin (ton/m2)
= tegangan yang timbul (ton/m2)
(Braja M. Das, Mekanika Tanah jilid I)
55