Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori yang Digunakan

1. Konsep Kenyamanan Kelas

a. Pengertian kenyamanan kelas

Kenyamanan dan perasaan nyaman “adalah penilaian komprehensif seseorang

terhadap lingkungannya”(Satwiko, 2009:21). Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu

angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan rangsangan yang masuk ke dalam

dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini

yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau,

suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak

akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidak

nyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21).

Menurut Movalino (2013:14),

Kenyamanan adalah perasaan yang muncul akibat dari minimalnya atau tidak adanya gangguan
pada sensasi tubuh. Lanjutnya, kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti 1) Kebutuhan ketentraman yaitu suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari, 2) Kelegaan yaitu telah terpenuhinya segala
kebutuhan, dan 3) Transenden yaitu keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri.

Simpulkan .......................

Sensasi ketidaknyamanan timbul bila keadaan atau suasana diluar kenormalan,

bisa meningkat mulai dari terasa mengganggu sampai menimbulkan rasa sakit tergantung

dari seberapa jauh keseimbangan terganggu. Sensasi kenyamanan terjaga dengan

meningkatkan metabolisme, merubah level aktivitas otot, atau menggunakan pakaian, bisa

juga dengan memodifikasi lingkungan dengan bantuan alat teknologi. Ketidaknyamanan

dapat menimbulkan perubahan fungsional yang bisa mempengaruhi seluruh tubuh. Panas

berlebih (overheating) menyebabkan kelelahan meningkat, rasa kantuk, performance fisik

menurun dan meningkatkan kemungkinan kesalahan (error). Perbaikan kondisi

9
kenyamanan di dalam ruangan sangat penting untuk kesehatan dan performance secara

maksimal. (Movalino, 2013:17)

b. Syrat-syarat kenyaman kelas

Menurut Karwati (2014:54-55),


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diciptakan sebagai upaya untuk mengkondisikan kelas
yang nyaman adalah dengan menata perabot kelas diantaranya yaitu penempatan papan tulis
seharusnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk di belakang
masih mampu melihat atau membaca tulisan yang ditulis paling bawah. Kemudian, meja kursi
siswa ditata sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan,
ukuran meja dan kursi disesuaikan dengan ukuran badan siswa dan dilengkapi dengan tempat tas
atau buku sehingga siswa menjadi nyaman untukduduk.

Menurut Karwati dan Priansa (2014: 272),

Untuk dapat belajar dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur,
misalnya : 1) Ruang belajar harus bersih, tidak menimbulkan bau yang dapat mengganggu
konsentrasi pikiran; 2) Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata; 3) Ada
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan
sebagainya.

Menurut Rachman (1998:117-118), menjelaskan bahwa“ruang kelas harus

diusahakan memenuhi syarat sebagai berikut :1) Ukuran ruang kelas 8 meter x 7 meter; 2)

Mampu memberikan keleluasaan gerak, komunikasi, pandangan, danpendengaran; 3)

Cukup cahaya dan sirkulasiudara;4) Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan

siswa dapat bergerakleluasa; 5) Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas”.

Menurut Suwardi (2007:119),“lingkungan pembelajaran memiliki pengaruh

terhadap hasil belajar. Oleh sebab itu, guru dalam menata lingkungan pembelajaran perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :1) Penataanlingkungan; 2) Menggunakan alat

bantu pembelajaran yang baik dan relevan; 3) Mengatur mejakursi; 4) Menggunakan

tumbuhan, aroma danlainnya; 5) Menggunakan musik yangmendukung”

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan kelas

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenyamanan belajar siswa di kelas,

diantaranya yaitu kondisi di lingkungan dalam dan luar kelas. Menurut Karwati

(2014:275),

10
Lingkungan sekolah yang nyaman adalah memiliki pepohonan yang rindang, karena ketersediaan
oksigen merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pembentukan kecerdasan siswa.
Kurangnya kadar oksigen bagi siswa akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat,
menyebabkan konsentrasi siswa dalam belajar menjadi terganggu. Maka pepohonan rindang di
sekolah memiliki peran untuk menyuplai kebutuhan oksigen bagi siswa. Semakin rindang pepohonan
yang ada di sekolah atau di sekitar kelas, maka suplai oksigen yang dibutuhkan oleh siswa akan
semakin memadai. Kemudian, bangunan sekolah yang kokoh dan sehat juga akan membuat siswa
merasa nyaman belajar di kelas. Bangunan yang roboh, dibangun dengan asal-asalan tidak layak
digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dinding ruang kelas harus kuat (tidak retak),
lantai ruang kelas seharusnya datar dan tidak licin, dan langit-langit ruang kelas seharusnya tidak
retak(bocor).

Selanjutnya, lingkungan di luar kelas atau di sekitar sekolah juga harus

mendukung proses pembelajaran. Lingkungan sekitar sekolah sangat menentukan

kenyamanan bagi siswa. Lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan

berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang padat dan

berisik, atau bahkan lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat

pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan akibat bau-bau tak sedap, akan sangat mengganggu proses pembelajaran

siswa.

Menurut Hidayat (2010:167) kenyaman kelas tergantung pada sarana dan

prasarana kelas. Adapun sarana dan prasana yang harus ada pada ruang kelas yaitu: a)

Meja;b) Kursi; c) Papan tulis; d) Media pembelajaran; e) Ventilasi ruangan/penyejuk

rangan; f) Alat kebersihan; g) Penunjang belajar lainnya

Hidayat (2010:167) menjelaskan, jika fasilitas-fasilitas itu ada dan dalam keadaan

baik, maka kenyamanan kelas akan terwujud dan proses pembelajaran akan berjalan sesuai

tujuan pembelajaran.

Lingkungan Luar Ruang Kelas. Hidayat (2010:169) berpendapat bahwa

“lingkungan luar kelas juga sangat berpengarus pada kenyaman kelas”. Ada beberapa

faktor lingkungan luar yang mempengaruhi kenyamanan kelas diantaranya: a) Pepohonan

yang rindang. Tumbuh-tumbuhan seperti pepohonan di sekolah sangat berpengaruh besar

terhadap kenyamanan dikelas, semakin banyak pohon yang rindang maka ruangan kelas

11
akan terasa sejuk dan tidak menimbulkan panas; b) Tanaman depan kelas. Ini merupakan

salah satu faktor penyebab nyaman dikelas, meskipun tidak sebesar pepohonan dalam

tingkat pengaruh kenyamanan kelas; c) Tingkat Kebisingan. Sekolah yang jauh dari

keramaian biasanya akan lebih nyaman dan terhindar dari suara-suara bising yang timbul

dari luar kelas. Ada beberapa faktor penyebab adanya suara bising atau mengganggu

diantaranya;(1) Sekolah berada di pinggir jalan; (2) Sekolah sedang melakukan Rehab

Bangunan; (3) hujan yang deras disertai petir;(4) Kegiatan masyarakat lainnya. Hidayat

(2010:169).

c. Jenis Kenyamanan

1) Kenyamanan Thermal (Suhu)

Menurut Sugini (2004:113),

Ada tiga makna kenyamanan suhu; 1). Pendekatan thermophysiological adalah pendekatan
kenyamanan lingkungan suhu sebagai proses pada tinggi dan rendahnya signal dari reseptor suhu yang
berada di kulit menuju ke otak. 2). Pendekatan Heatbalance (keseimbangan panas), kenyamanan suhu
dicapai bila aliran panas dari dan menuju badan manusia seimbang, temperatur kulit dan tingkat
berkeringat badan ada dalam rentang nyaman. 3). Pendekatan psikologis adalah kondisi pikiran yang
mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan suhunya. Pendekatan psikologis
menjadi pemaknaan yang paling banyak digunakan karena bersifat subjektif.

Kenyamanan suhu sebagai kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat

kepuasan seseorang terhadap lingkungan suhunya. Kenyamanan suhu ini berhubungan

dengan aspek fisik, fisiologis dan psikologis. Variabel yang menentukan kenyamanan suhu

dapat dibedakan menjadi : 1) Personal yang meliputi, rerata metabolisme yang terwujud

dalam aktivitas, rerata insulasi pakaian yang diwujudkan dalam cara berpakaian. 2) Iklim

yang meliputi, suhu udara, kelembaban, pergerakan udara atau kecepatan angin.

Kenyamanan dalam melakukan aktivitas di dalam maupun di luar gedung dapat

dilakukan dalam pendekatan iklim lingkungan yang ada. Pendekatan iklim dalam gedung

lebih banyakdipengaruhioleh iklim di luar gedung. Faktor yang mempengaruhi iklim

dalam gedung seperti ruangan, dinding, peralatan, ventilasi dan sebagainya.

12
Tubuh manusia dalam kondisi nyaman berada pada suhu 370C, suhu ini dapat

dipertahankan dengan mengikuti kondisi lingkungan dan pakaian yang digunakannya.

Tubuh merasa kepanasan bila tidak dapat melepaskan panas dalam waktu yang tepat. Panas

tubuh dikeluarkan melalui cara: 1) Radiasi panas ke udara sekeliling yang lebih sejuk

sebesar 40%- 60%. 2) Penyaluran panas secara langsung (konduksi) melalui telapak kaki.

3) Perpindahan kalor 25% - 30% ke udara secara konveksi. 4) Penguapan keringat dan

pernafasan 25% - 30% (Sugini, 2014: 114-116).

2) Kenyamanan Fisikal

Kenyamanan tubuh dipengaruhi oleh Faktor internal maupun eksternal. Faktor

internal terdiri dari tinggi badan, berat badan dan IMT (Indeks Masa Tubuh). Sugini

(2004:120). IMT bisa dihitung dengan persamaan 2.1, sementara hubungan IMT dengan

maknanya terlihat pada Tabel 2.1 :

IMT = BeratBadan(kg) …….…………………….(2.1)


Tinggi badan (m) X Tinggi badan(cm)

Tabel 2.1.
Daftar Nilai IMT
NilaiIMT Makna
18,4kebawah Berat badankurang
18,5–24,9 Berat badanideal
25–29,9 Berat badanlebih
30–39,9 Gemuk
40ke atas Sangatgemuk

Sugini (2004:120)

Faktor kenyamanan suhu yang dapat mempengaruhi tubuh dapat dibedakan

menjadi faktor dari alam dan faktor pilihan manusia. Salah satu faktor alam adalah

kelembaban udara yaitu kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara yang tinggi

mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga mekanisme

pelepasan panas bisa terganggu. Bila kelembaban rendah (30%) orang merasakan efek

keringanya udara, untuk mengatasinya diperlukan tambahan uap air ke dalam udara.

13
Sementara faktor yang lain:

a) Pakaian

Pakaian adalah faktor pilihan yang mudah diterapkan untuk mencapai

kenyamanan suhu tubuh. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis dan model pakaian

yang dikenakan untuk mencapai kenyamanan suhu tubuhnya. Indeks penguapan pakaian

(clothing value = clo ) tiap jenis pakaian bisa digunakan untuk menghitung tingkat

kenyamanan pakaian yang hendak digunakan (Ogulata, 2007:57). Berikut Tabel 2.2

clothing value :

Tabel 2.2
Clothing Value blus baju
Penahananpanas
Uraian Clo m2.oC/W

Baju lengan pendek 0.06 0.009


Baju lengan panjang 0.12 0.019
Blus baju Blus ringan lengan pendek 0.09 0.029
Blus ringan lengan panjang 0.20 0.031
Blus biasa lengan panjang 0.25 0.039
Blus kerah tinggi lengan panjang 0.34 0.053
Baju hangat Baju hangat lengan panjang 0.28 0.043
Clo: Clothing value
b) Aktifitas

Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam tubuh. Semakin

tinggi aktivitas seseorang, semakin cepat metabolisme dalam tubuhnya sehingga semakin

besar energi atau panas yang dihasilkan. Bila faktor alam tidak bisa menyerap panas yang

terjadi (dan harus dilepas demi kenyamanan) maka tubuh merasa tidak nyaman. Jenis

aktivitas dan kecepatan metabolisme dapat dilihat dalam tabel berikut (Ogulata,2007:62).

14
Tabel 2.3
Aktivitas dan Kecepatan Metabolisme

Aktivitas (Met)
Duduk tenang 1.0 58
Berdiri santai 1.2 70
Aktivitas biasa (kantor, sekolah, rumah sakit) 1.2 70
Berdiri aktivitas ringan (belanja, industri ringan) 1.6 93

Dosen, guru, mengajar di depan kelas 1.6 95

Olah raga lari (15km/jam) 9.5 550

Sumber : Ogulata (2007:62)

Prediksi ketidaknyamanan seseorang di dalam ruang (predicted percentage of

dissatisfield= PPD) berhubungan erat dengan indeks clo atau pengatur penguapan

permukaan kulit melalui pakaian dan indeks kegiatan atau terjadinya panas dari aktivitas

kegiatan tubuh(Ogulata,2007:62) . Tolak ukur kenyamanan bagi tubuh manusia adalah:

Pertama, ISO 7734 tahun1994. Sensasi termis yang dialami tubuh manusia

berdasarkan ISO 7734 tahun 1994 terdiri atas faktor iklim dan faktor individu. Faktor

iklim: suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara dan kecepatan angin. Sementara faktor

individu; tingkat aktivitas yang berhubungan langsung dengan tingkat metabolisme tubuh

dan jenis pakaian yangdikenakan.

Kedua, TeoriFanger. Kenyamanan suhu menurut Fanger terdiri dari faktor iklim

yaitu suhu udara (0C), suhu radiasi(0C), kelembaban udara (%), dan kecepatan angin

(m/dt). Faktor individu yaitu kecepatan metabolisme menurut jenis aktivitas (met) dan

jenis pakaian (clo).

d. Indikator kenyamanan kelas

Indikator kenyamanan kelas, mencakup:

15
1) Akustik. Dalam hal ini, seharusnya ruang kelas diatur agar siswa ketika belajar di

dalam kelas dapat mendengarkan penjelasan guru dengan jelas tanpa adanya gangguan

akustik (suara).Kriteria yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas akustik ruang

kelas adalah parameter subjektif dan objektif. Parameter subjektif lebih banyak

ditentukan oleh persepsi individu, berupa penilaian terhadap seorang pembicara oleh

pendengar dengan nilai indeks antara 0 sampai 10. Parameter subjektif meliputi

intimacy, spaciousness atau envelopment, fullness, dan overal impressions yang

biasanya dipakai untuk akustik teater dan concert hall (Siagian, 2011-7)). Paramater

ini memiliki banyak kelemahan karena persepsi masing-masing individu dapat

memberikan penilaian yang berbedabeda sesuai dengan latar belakang individu,

sehingga diperlukan metoda pengukuran yang lebih objektif dan bersifat analitis

seperti bising latar belakang (background noise), distribusi Tingkat Tekanan Bunyi

(TTB), RT (Reverberation Time), EDT (Early Decay Time), D50 (Deutlichkeit), C50,

C80 (Clarity), dan TS (Centre Time).

2) Pencahayaan dan SirkulasiUdara. Cahaya yang masuk ke dalam kelas seharusnya

cukup terang tetapi tidak menyilaukan, cahaya matahari diusahakan tidak secara

langsung masuk ke ruang kelas karena dapat mengganggu siswa ketika belajar di

kelas. Selain itu, cahaya panas yang masuk ke dalam kelas juga dapat mengganggu

belajar siswa. Dalam pengaturan sirkulasi udara, jendela dan lubang jendela yang ada

di kelas harus cukup besar sehingga udara segar dan sejuk dapat masuk ke dalam

ruang kelas.

3) Kebersihan kelas. Apabila ruang kelas bersih dari debu dan tidak ada sampah yang

berserakan di dalam kelas maka dapat membuat siswa merasa lebih nyaman ketika

mengikuti proses pembelajaran di kelas. Kegiatan kebersihan ini harus menjadi

perhatian penting bagi guru dan siswa, karena kebersihan sangat erat kaitannya dengan

16
kesehatan. Disamping jadwal piket yang wajib dibuat dan dilaksanakan guru juga

harus mampu menyadarkan siswanya tentang pentingnya kebersihan di dalam ruangan

kelas.

4) Keamanan kondisi ruangkelas. Kondisi bangunan ruang kelas yang digunakan untuk

belajar seharusnya memiliki kriteria aman yaitu tidak membahayakan siswa ketika

belajar di kelas, seperti lantai kelas seharusnya datar dan tidak licin, dinding ruang

kelas tidak retak (hampir roboh) dan langit-langit ruang kelas tidak retak (bocor).

5) Kondisi dan Pemasangan Media, Perabot. Pemasangan papan tulis seharusnya tidak

terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, kursi dan meja yang digunakan siswa harus

kuat, stabil, mudah dipindahkan, sesuai dengan ukuran badan siswa, dan ada tempat

tas serta buku sehingga membuat siswa merasa lebih nyaman. Fasilitas lainnya juga

harus disediakan untuk siswa yang disabilitas atau cacat secara fisik, karena semua

siswa harus mendapatkan kenyamanan yang sama baik yang disabilitas atau siswa

yang normal.

6) Adanya tumbuhanhijau. Dengan adanya tumbuhan hijau di sekitar ruang kelas maka

akan menghasilkan banyak oksigen sehingga membuat siswa merasa lebih sejuk dan

nyaman. Tidak hanya itu adanya tumbuhan hijau akan membuat siswa bisa belajar

tentang pentingnya manfaat alam terhadap kehidupan manusia dan senantiasa menjaga

alam.

7) Kebisingan. Lingkungan di luar ruang kelas yang digunakan siswa untuk belajar

seharusnya jauh dari suara bising yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Karena apabila mendengar suara bising maka siswa akan mudah merasa lelah selama

proses pembelajaran dan akan sulit berkonsentrasi.

8) Lingkungan sekitar (luar kelas). Lingkungan sekitar kelas seharusnya jauh dari

bauyang dapat mengganggu kenyamanan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran.

17
(Karwati, 2014:275).

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Kata motif diartikan sebagai usaha yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu hal. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertenti demi mencapai sebuah tujuan (Sardiman,

2007:73).

Motivasi adalah “suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu” (Djamarah,

2011:148). Motivasi juga dapat dikatakan “serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka

maka akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut”. Artinya, motivasi

tersebut dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh dari dalam

individu. Motivasi memiliku tiga elemen penting yakni : (1) bahwa motivasi itu mengawali

terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai

dengan munculnya rasa afeksi seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya

tujuan (Sardiman, 2007:73).

Purwanto (2006 : 70-71) berpendapat, bahwa “setiap motif itu bertalian erat dengan

suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat

pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang”.

Guna atau fungsi dari motif-motif ituadalah:

1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi

sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada

seseorang untuk melakukan suatutugas.

2) Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-

18
cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang

harusditempuh.

3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-

perbuatanmanayangharusdilakukan,yangserasi,gunamencapaitujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu (Purwanto, 2006: 70).

Menurut Sardiman (2003: 198), motivasi adalah “perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian ini mengandung tiga elemen penting yaitu; (1)

bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia, (2)motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang, (3)motivasi

akan dirangsang karena adanyatujuan.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi juga

merupakan tenaga yang menggerakan dan mengarahkan seseorang terhadap suatu aktivitas

(Dimyati, 2013:42). Pada intinya motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu sehingga apayang diinginkan terpenuhi.

Sanjaya (2010:249),

Mengatakan bahwa “proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang
kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengarahkan segala kemampuannya. Dalam proses pembelajaran tradisional yang menggunakan
pendekatan ekspositori kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh guru. Guru seakan-akan
memaksakan siswa menerima materi yang disampaikannya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena
siswa tidak dapat belajar secara optimal yang tentunya pencapaian hasil belajar juga tidak optimal.
Pandangan moderen tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek
penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.

Menurut Kompri (2016:229), motivasi adalah “suatu perubahan energi di dalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk

mencapai tujuan”. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan adanya

perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat disadari atau tidak. Menurut Sanjaya,

19
(2010:250) bahwa “suatu motivasi adalah suatu set yang dapat membuat individu

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan”. Dengan demikian motivasi

adalah “dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada

pencapaian suatu tujuan tertentu”. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang

dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motivasi yang dimiliknya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arden (dalam Sanjaya, 2010:250) bahwa kuat

lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan

akan ditentukan oleh kuat lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.

Konsep motivasi berawal dari konsep para ahli filsafat, bahwa tidak semua tingah

laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan yang telah

dilakukan oleh manusia di luar kontrol manusia, maka dari itu lahirlah sebuah pendapat,

bahwa manusia disamping sebagai makhluk rasionalistik, manusia juga sebagai makhluk

mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar (Saleh & Wahab,

2005:54).

Saleh dan Wahab (2005:55),

Mengungkapkan bahwa motivasi yaitu “kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada
sesorang dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan pada tujuan-tujuan tertentu, ada tiga
komponen pokok dalam motivasi yaitu menggerakkan, dimana motivasi menimbulkan kekuatan pada
seseorang untuk bertindak sesuatu, yang kedua adalah mengarahkan, motivasi mengarahkan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu tujuannya, dan motivasi juga menopang, artinya motivasi menjaga
dan menopang tingkah laku, dimana keadaan lingkungan sekitar individu juga harus menguatkan
dorangan dan kekuatan yang ada dalam individu”.

Motivasi adalah “kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi

dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh

motivasi tersebut”(Soemanto, 2006:98). Lanjut Soemanto (2006:98), motivasi dalam

belajarmemandang motivasi dan reward sebagai hal yang kurang penting dalam belajar,

motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons pada individu, dan bila dihubungkan

dengan hasil belajar, motivasi tersebut bukan instrumental dalam belajar.

Menurut Sardiman (2007:16), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai “daya

20
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan

sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi

intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yangtelah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Dalam dunia psikologi ada yang dinamakan teori kebutuhan Maslow, motivasi

sangat berkaitan dengan anggapan bahwa apapun yang dilakukan manusia adalah “dengan

tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan, baik kebutuhan secara fisik maupun psikis”.

Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus

dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi

dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu “aktualisasi diri”. (Saleh dan

Wahab, 2005:70)

Menurut hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam

urutan sebagai berikut:1) Fisiologis, 2) Keamanan, 3) Cinta dan rasamemiliki, 4) Harga

diri, 5) Aktualisasi diri. Kebutuhan dan dorongan / motivasi istilah yang digunakan secara

bergantian dalam psikologi , namun kebutuhan lebih mengacu pada kebutuhan fisiologis

dan dorongan atau motivasi mengacu pada kebutuhan yang bersifat psikologis dari suatu

kebutuhan. (Shaleh dan Wahab, 2005:73)

b. Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan

mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang

definisi belajar. Menurut Sardiman (2003 : 20), memberikan penjelasan bahwa “Belajar

adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

21
Belajar adalah “perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena

latihan dan pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah : (a) suatu

aktivitas atau usaha yang disengaja,(b) aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa

sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa

penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari, (c) perubahan-perubahan itu

meliputi perubahan ketrampilan jasmani, kecepatan perceptual, isi ingatan, abilitas berfikir,

sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang

berkenaan dengan aspek psikis dan fisik), (d) perubahan tersebut relative bersifat

konstan.”(Menurut Mustaqim, 2001 : 34).

MenurutWinarnoSurakmad(1982:74-75),belajardapat diartikan: a) sebagai produk

atau hasil, b) sebagai proses, dan c) sebagai fungsi. Sebagai produk terutama yang dilihat

dalam bentuk akhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif, seperti dalam bentuk

ketrampilan, kosep- konsep dan sikap. Adapun belajar sebagai proses terutama yang dilihat

adalah apa yang terjadi selama siswa menjalani pengalaman edukatif untuksesuatu tujuan,

dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku, selama

pengalaman berlangsung. Sedang belajar sebagai fungsi dapat menyebabkan terjadinya

aspek-aspek yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku di dalam

pengalaman edukatif.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan

yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.Untuk

meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan

eksternal.Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti

kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya.Kondisi eksternal adalah kondisi

yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan

prasaran belajar yangmemadai.

22
Sunarto (2010 : 16),

Belajar adalah “suatu proses perubahan perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk
peningkatan kualitan dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Jadi dalam kegiatan belajar
terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan perubahan-perubahan itu dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung”.

Dalam kegiatan belajar terjadi perubahan perilaku, sebagaimana dikemukakan

oleh Dimyati (2006:18), bahwa “belajar merupakan suatu proses internal yang komplek,

yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif”. Dalam

dimensi afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi dan penyesuaian

perasaan sosial.

Menurut pendapat Whiterington (dalam Kunandar, 2002:45), belajar merupakan

“suatu perbuatan yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Belajar tidak hanya

sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi belajar itu lebih menekankan pada

perubahan individu yang sedang belajar”.

Djamarah (2002:13), mengungkapkan bahwa “seseorang yang sedang belajar

berarti ia melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan yang melibatkan dua

unsur yaitu jiwa dan raganya”. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses

jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan

perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa sebab masuknya kesan-kesan baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa belajar

adalah proses aktif. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu. Tingkah laku sebagai hasil proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor

internal dan eksternal. Berdasarkan hal tersebut perubahan tingkah lakulah yang mnjadi

pokok dari hasil belajar.

c. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Puspitasari (2012:112), motivasi belajar adalah “segala usaha di dalam

23
diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki tercapai”. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.

Motivasi belajar adalah dorongan dari proses belajar dan tujuan dari belajar

adalah mendapatkan manfaat dari proses belajar. Beberapa siswa mengalami masalah

dalam belajar yang berakibat prestasi belajar tidak sesuai dengan ang diharapkan. Untuk

mengatasi masalah yang dialami tersebut perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi hasil

belajar di antaranya adalah motivasi belajar siswa, dimana motivasi belajar merupakan

syarat mutlak untuk belajar, serta sangat memberikan pengaruh besar dalam memberikan

gairah atau semangat dalam belajar (Puspitasari, 2012:112)

Motivasi belajar adalah “sesuatu yang mendorong, menggerakan dan

mengarahkan siswa dalam belajar” (Astuti, 2010 : 67).Motivasi belajar sangat erat sekali

hubungannya dengan prilaku siswa disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan

mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik

membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang

telah dipelajari.

Menurut Soemanto (2006: 77), “ternyata tidak ada obat yang mujarab untuk

menyembuhkan segala penyakit mental yang didapati pada anak- anak yang berada di

dalam lingkungan sekolah yang tidak cocok bagi mereka. Apabila terdapat kesimpulan

penelitian yang kiranya membantu guru, ternyata kemudian tidak diketahui prosedur yang

pasti untuk memotivasi semua murid pada setiap saat”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri siswa untuk melakukan perubahan

perilaku. Dalam kegiatan belajar, siswa akan menganggap belajar adalah sebuah

24
kebutuhan dalam mencapai tujuan.

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa.

Guru selaku pendidik perlu mendorong siswa untuk belajar dalam mencapai tujuan.

Adapun fungsi motivasi adalah:

1) Mendorong siswa untuk beraktivitas. Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan

yang muncul dari dalam yang disebut dengan motivasi. Besar kecilnya semangat seseorang

untuk bekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang tersebut. Semangat siswa

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu dan ingin mendapatkan nilai

yang baik karena siswa memiliki motivasi yang tinggi untukbelajar.

2) Sebagaipengarah. Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan

untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. ( Sanjaya

2010: 251-252).

Menurut Winarsih (2009:111) ada tiga fungsi motivasi yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang dilakukan.
2) Menentukan arah perbuatan kearah yang ingin dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan guna mencapai tujuan.

Fungsi motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena

seseorang melakukan usaha harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah

perbuatannya kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian siswa dapat

menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan yang bermanfaat bagi

tujuan yang hendakdicapainya.

e. Ciri-ciri Motivasi Belajar

25
Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan belajar. Ada

tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses

aktivitas belajar itu sendiri.

Motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat

bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelumselesai). 2)

Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar

untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telahdicapai).3)

Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. (misalnya

masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi,

penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dansebagainya). 4) Lebih senang

bekerjamandiri.Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurangkreatif).

1) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

2) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakiniitu

3) Senang mencari dan memecahkan masalahsoal-soal(Sardiman , 2003 : 83)

Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki

motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam

belajar akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Keinginan mendalamimateri; 2)

Ketekunan dalam mengerjakantugas; 3) Keinginanberprestasi; 4) Keinginan untukmaju

f. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh motivasi yang ada pada dirinya. Indikator kualitas pembelajaran salah satunya adalah

adanya motivasi yang tinggi dari para peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi

belajar yang tinggi terhadap pembelajaran maka mereka akan tergerak atau tergugah untuk

26
memiliki keinginan melakukan sesuatu yang dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.

Menurut Kompri (2016:232) motivasi belajar merupakan “segi kejiwaan yang

mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan

psikologis siswa”. Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu:

1) Cita-cita dan aspirasisiswa.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa baik

intrinsik maupun ekstrinsik.

2) KemampuanSiswa. Keingnan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuaan dan

kecakapan dalam pencapaiannya.

3) Kondisi Siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang

siswa yang sedang sakit akan menggangu perhatian dalam belajar.

4) Kondisi LingkunganSiswa.Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam,

lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupanbermasyarakat.

(dinarasikan)

Selainitu Darsono (2000: 65)menyatakanbahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar antaralain: 1) Cita-cita/aspirasisiswa; 2) Kemampuansiswa; 3) Kondisi

siswa danlingkungan; 4) Unsur-unsur dinamis dalambelajar; 5)Upaya guru dalam

membelajarkan siswa.

Menurut Slameto (1991:57),seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau

motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa

faktor yang mempengaruhi belajar antaralain:

1) Faktor Individual. Seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan,

motivasi, dan faktor pribadi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan,

sikap dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, diantaranya harga diri dan

prestasi, kebutuhan, dan tanggung jawab. Misalnya siswa yang mempunyai motivasi

ingin berprestasi dikelas akan bekerja keras selalu belajar meskipun harus

27
mengurangi waktu bermain dengan teman-temannya. Cita-cita siswa biasanya

menjadi motivasi yang sangat berpengaruh dalam diri siswa. Diperlukan komitmen

dan konsistensi siswa dalam mempertahankan motivasi siswa. Disinilah peran guru

dan orang tua untuk mengetahui motivasi siswa, untuk mengarahkan dan

membimbing arah belajar, proses serta asas manfaat dari pembelajaran siswa.

2) Faktor sosial. Seperti keluaga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara

mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial. Orang tua salah satu faktor

penting dalam memotivasi siswa, karena oran tua adalah pendidikan pertama siswa.

Orang tua tidak hanya dituntut sebagai contoh untuk anak-anaknya tetapi harus bisa

memberikan motivasi yang lebih kepada anak agar anaknya bisa semangat dan

konsisten dalam belajar. Motivasi belajar dari orang tua merupakan salah satu bentuk

nyata pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Menurut

Menurut Slameto (1991:61), motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat

intelektual yang mempunyai peran menumbuhkan gairah merasa senang dan semangat untuk

belajarpada anak. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memotivasi

siswa adalah: a) mengetahui hasil, b) memberikan hadiah dan hukuman, c) pemberian

penghargaan, d) pemberian perhatian, e) menyediakan alat atau fasilitas yang dibutuhkan

oleh anak.

Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dengan demikian

motivasi belajar pada diri siswa sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari luar

dirinya serta kemauan yang muncul pada diri sendiri. Motivasi belajar yang datang dari

luar dirinya akan memberikan pengaruh besar terhadap munculnya motivasi instrinsik pada

diri siswa.

g. Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.

Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada

28
kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi

dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas

belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian

berikut:

1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitasbelajar. Seseorang

melakukan aktivitas belajar karena motivasi belum menunjukkan aktivitas yang nyata

ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong

seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada

tataran motivasi belum menunjukkan aktivitas yang nyata. Minat merupakan

kecendrungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan

kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi

psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.

2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalambelajar. Efek yang

tidak diharapakan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan

ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang

percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh

karena itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar.

3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripadahukuman. Setiap orang senang dihargai

dan tidak disuka dihukum dalam bentuk apapun. Memuji orang lain berarti

memberikan pengahargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini memberikan

semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi

pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat.

Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.

4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalambelajar. Dalam dunia pendidikan,

anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan

29
dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa

percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dohormati

oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya

merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik, semuanya dapat memberikan

motivasi bagi anak didik dalam belajar.

5) Motivasi dapat memupuk optimisdalambelajar. Anak didik yang mempunyai

motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang

dilakukan. Dia yakin belajar bukanlahkegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan

berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

6) Motivasi melahirkan prestasi dalambelajar. Dari berbagai hasil penelitian selalu

menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya

motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak

didik. Tanpa disadari ada proses terbentuknya motivasi yang seringkali di abaikan

oleh setiap orang. Proses inilah yang harus menjadi perhatian, apalagi transisi siswa

dari awal belum termotivasi sampai akhirnya termotivasi. Hal inilah yang harus

diperhatikan lebiholeh guru serta orang tua dalam belajar. (Djamarah, 2011:45).

h. Aspek Motivasi Belajar

Aspek-aspek motivasi belajar menurut Sardiman (2011: 120) meliputi:

1) Menimbulkan kegiatanbelajar. Keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar di sekolah dan
diluar sekolah. Waktu belajar di sekolah terbatas bagi siswa, siswa lebih banyak menghabiskan
waktunya diluar sekolah anatara lain di rumah dan di lingkungannya tempat ia bermain. Oleh sebab
itu sekolah harus menjadi tempat motivasi yang baik buat siswa agar mereka bisa belajar di luar
sekolah, setidaknya bisa memperaktikan apa yang telah didapat di sekolah dan di ruang belajar.
2) Menjamin kelangsunganbelajar. Kemauan siswa untuk mempertahankan kegiatan belajar pada setiap
pelajaran yang diajarkan disekolah.
3) Mengarahkan kegiatanbelajar. Kemauan siswa untuk mengarahkan kegiatan belajarnya dalam setiap
pelajaran yang diajarkan demi mencapai suatu tujuan tertentu dalambelajar.

i. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut sardiman (2011:145), ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang

berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu

30
guru harus dapat menggarahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis,

memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang

tercapainya pengajaran. Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu:

1) Menggairahkan Peserta Didik. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru

harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak

didiknya.

2) Memberikan harapanrealistis. Seorang guru harus memelihara harapan-harapan anak

didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak

realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu.

3) Memberikaninsentif. Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan

memberikan hadiah kepada naka didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan

sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anakdidik terdoronguntuk melakukan

usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

4) Mengarahkan perilaku anakdidik. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah

dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang

mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan

baik. Hal yang terpenting lainnya dalah menjadi Uswah Hasanah atau menjadi suri

tauladan yang baik. Guru senantiasa menjadi contoh terhadap perilaku siswa dari

mulai hal terkecil sampai hal terbesar.

Para ahli lainnya seperti Gage dan Berliner (1979), French dan Raven (1959)

dalam Sardiman (2011:147) menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak

didik tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran, antara lain: 1)

Menggunakan pujianverbal; 2) Pergunakan tes dan nilai secarabijaksana; 3)

Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrateksplorasi; 4) Melakukan hal yang luarbiasa; 5)

31
Merangsang hasrat anak didik; 6) Memanfaatkan apersepsi anakdidik; 7) Menerapkan

konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luarbiasa; 8) Meminta

anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya; 9)

Menggunakan simulasi danpermainan; 10) Memperkecil daya tarik sistem motivasi

yangbertentangan; 11) Memperkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidakmenyenangkan.

j. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Motivasi intrinsik, motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada

paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinsik

adalah hal yang menjadi landasan setiap individu untuk melakukan sesuatu dalam

mencapai keinginan atau tujuannya dan didasari berkat adanya dorongan (rangsangan)

dari dalam dirinya. Jenis motivasi ini pada dasarnya terjadi karena adanya gejolakdari

dalam diri tiap individu tanpa menghiraukan hal-hal yang bisa mempengaruhi gejolak

tersebut dari luar dirinya seperti lingkungan dan lain sebagainya. Contoh motivasi

intrinsik ini biasanya dialami oleh seseorang ketika mempunyai banyak pertanyaan

eputar apa yang akan dilakukan. Kemudian tanpa sadar mulai mempelajarinya dengan

tekun dan penuh ketelitian. Tipe motivasi ini juga cenderung untuk melakukan

kegiatan mempelajari sesuatu dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain. Motivasi

seperti ini memang sangat diperlukan bagi peserta didik atau lainnya karena bisa

belajar mandiri. Salah satu yang termasuk motivasi intrinsik adalah keinginan, dimana

keinginan adalah segala sesuatu yang akan direalisasikan oleh si pelaku. Sehingga bila

ia telah terealisasi, keinginan itu akan hilang atau berganti dengan keinginan yang

baru.

2) Motivasi ekstrinsik, motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.

apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari oang lain sehingga keadaan

32
demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ini merupakan motif

individu yang didasari oleh dorogan dari luar dirinya untuk melakukan sesuatu, seperti

belajar dan lainnya. Motivasi belajar dikatakan motivasi ekstrinsik bila siswa

menempatkan tujuan belajar diluar faktor-faktor situasi belajar. Siswa belajar hendak

mencapai tujuan tertentu yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Salah satu

contoh motivasi ekstrinsik adalah harapan, dimana harapan adalah dorongan yang

didapatkan seseorang untuk mengharapkan sesuatu. Misalnya, untuk mencapai angka

tinggi, meraih gelar, kehormatan dan sebagainya. Jenis motivasi ini juga sangat perlu

untuk perkembangan para peserta didik selain dengan adanya unsur dari dalam.

Karena seseorang yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan selalu belajar dari

lingkungannya, pengalaman, dan dari pengetahuan orang lainnya. (Hamalik, 2013:

162).

Bagi siswa yang memang sudah memiliki motivasi belajar akan memperhatikan

dan bersemangat ketika pembelajaran. Akan berbeda bila ada siswa yang tidak memiliki

motivasi belajar, maka motivasi ekstrinsik berupa dorongan dari luar itu sangat diperlukan.

Menurut Uno (2013: 23), indikator atau unsur dalam motivasi belajar

menjadi dua bagian yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsikdiantaranya:1) Adanyahasratkeinginanberhasil; 2) Adanyadorongan

dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan.

Motivasi ekstrinsik yaitu:1) Adanya penghargaan dalam belajar; 2)

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 3) Adanya lingkungan belajar

yang kondusif. POIN BARU

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat motivasi belajar

merupakan dorongan internal (dorongan dari dalam diri individu) dan eksternal

(dorongan dari luar diri individu) pada siswa, yang sedang belajar untuk mengadakan

33
perubahan tingkah laku yang didukung oleh beberapa indikator atau unsur tertentu.

Indikator atau unsur tersebut mempunyai peranan besar atas keberhasilan seseorang

dalam proses belajar.

3. Hubungan Kenyamanan Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa

Suasana atau kondisi lingkungan belajar di kelas yang kondusif akan

berpengaruh pada motivasi belajar siswa di sekolah. Menurut Uno (2013: 33) motivasi

untuk belajar dengan baik dapat dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui belajar

dan latihan melalui pengaruh lingkungan. Artinya, lingkungan belajar yang baik

cenderung mendorong anak untuk belajar dengan tenang, nyaman dan konsentrasi.

Saat berada di sekolah, siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka

di dalam kelas karena seperti yang kita ketahui, hampir semua kegiatan pembelajaran

di Sekolah Menengah dihabiskan di dalam ruangan kelas. Keadaan kelas yang pengap,

padat, kurang pertukaran udara, sehingga siswa tidak leluasa bernafas, menyebabkan

kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga

motivasi siswa untuk belajar semakin menurun. Apalagi dari pagi hingga siang siswa

kurang gerak dan duduk belama-lama di kursi dengan waktu istirahat yang

lebihsedikit.

Uno (2013: 36) menyatakan bahwa “kenyamanan dan suasana lingkungan

sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa”. Oleh karena itu,

apabila kelas tidak ditata dengan baik, maka motivasi belajar anak akan menurun

bahkan tidak mustahil siswa akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal

ini berakibat menggangu jalannya proses pembelajaran di kelas. Tentunya suasana

lingkungan belajar yang kondusif akan meningkatkan motivasi belajar siswa dikelas.

34
B. Hipotesis

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga

alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat

dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan

untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari

konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan

ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah

alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat

keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar

atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan

mengujinya.

Menurut Arikunto (2010: 110), hipotesis diartikan sebagai “jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul”. Sugiyono (2012: 96), menyatakan bahwa hipotesis merupakan

“jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan”. Dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun yang

menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Dari uraian di atas dapat, mqkq hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ho : tidak ada pengaruh positif antara tingkat kenyamanan kelas terhadap motivasi

belajar siswa SMK Miftahussalam Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis tahun

2019.

35
2. Ha : terdapat pengaruh positif antara tingkat kenyamanan kelas terhadap motivasi

belajar siswa SMK Miftahussalam Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis tahun

2019.

36

Anda mungkin juga menyukai