Anda di halaman 1dari 17

PENGATURAN RUANG KELAS DAN PENCIPTAAN IKLIM KELAS

Kelompok 4

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Kelas

Dosen Pengampu: Dr. Agus Sujarwanta, M. Pd dan Dra. HRA Mulyani, M. TA

Oleh:

Desmita Tyas Suryati 20320004

Devi Kusumaningrum 20320005

Dhani Sakhiri 20320011

Vincencia Ambar Cahyaningsih 20320023

Emilia Kartika Sari 20320027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.Disini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya yaitu :

1 Bapak Dr. Agus Sujarwanta, M.Pd dan Ibu Dra. HRA Mulyani, M.TA selaku
Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas
2 Teman-teman yang selalu mengingatkan untuk menyelesaikan tugas ini serta
segala sumber referensi yang telah kami gunakan.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata


sempurna, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang telah membaca makalah ini sehingga dalam
pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi.

Metro, 29 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
a. Latar belakang........................................................................................... 1
b. Rumusan masalah..................................................................................... 1
c. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
a. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar............................................. 2
b. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif..... 6
c. Kondisi so-emosional ............................................................................... 8
d. Cara mengembangkan komunikasi dikelas............................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................ 12
a. Kesimpulan................................................................................................ 12
b. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR LITERATUR..................................................................................... 14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat dimengerti bahwa kondisi atau suasana belajar berpengaruh
terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk
pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal.
Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung efektif.
Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan
menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa
benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar, tindakan lain
dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang
dan merusak kondisi optimal terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Tindakan pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur
lingkungan belajar, mengatur siswa, mengatur peralatan dan lingkungan sosio-
emosional. Pengaturan ruang kelas yang efektif dapat memberikan dampak
besar terhadap iklim belajar di sekolah. Faktanya, ruang kelas yang dirancang
dengan baik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk
belajar, berinteraksi, dan berpartisipasi. Hal ini berpengaruh pada motivasi
belajar, konsentrasi, dan kesejahteraan siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar?
2. Kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang kondusif?
3. Apa yang di maksud dengan kondisi sosio-emosional?
4. Bagaimana cara mengembangkan komunikasi dikelas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim
belajar.
2. Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang
kondusif
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kondisi sosio-emosional
4. Untuk mengetahui cara mengembangkan komunikasi dikelas.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Kondisi Kelas dan Iklim Belajar


Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan
belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan
akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam
proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.
Harjali (2019: 10-11) menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang
memperhatikan keberagaman siswa dalam berpikir akan menumbuhkan
kesadaran pada diri siswa bahwa learning is fun. Kelas menjadi identik dengan
ajang persaingan berpikir yang sehat sehingga inti pembelajaran dapat
disampaikan dengan baik.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai
berikut;
1 Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2 Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3 Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4 Penetapan strategi pembelajaran dan
5 Pemanfaatan media dan sumber belajar
6 Penilaian hasil belajar.
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain
sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenagkan dan dapat
menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti:
pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya
siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di
iringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan
atau nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa. Design ruang
kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan
memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan
ruang kelas yang baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling
menghormati dan menghargai pendapat masing-masing.
3

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:

a. Visibility (Keleluasaan Pandangan)


Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas
tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula
guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.

b. Accesibility (Mudah Dicapai)


Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau
mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain
itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa
dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang
bekerja.

c. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan
yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat
duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.

d. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas.

e. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang
indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan
anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk
membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan
ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu:
1) Ukuran bentuk kelas
2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja
3) Jumlah siswa dalam kelas
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
4

5) Jumlah kelompok dalam kelas


6) Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang
pandai, pria dan wanita).
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di
sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa,
bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar,
persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan
merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk
siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran
yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik
individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa
itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat
duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.

1. Pengaturan meja-kursi
Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling
berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk
melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan,
dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur
sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing.
Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat
dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam
proses pembelajaran.

a. Model huruf U
Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan.
Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat
melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa
saling berhadapan langsung.

b. Model Corak Tim


Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau
oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi
dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi
mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga
5

dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat
guru atau papan tulis.

c. Model Meja Konferensi


Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi
dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.

d. Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model
lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.

e. Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk
menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok.
Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru
juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-
kursi pada sisi luar.

f. Model Breakout groupings


Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-
meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan
aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-
pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling
mengganggu.

2. Pemajangan Gambar dan Warna


Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan
saran-saran berikut.
a. Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan
yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat
gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh
tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.
b. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang
sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-
poster tersebut.
6

c. Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa


sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih
siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa lain.

3. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya


Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena
sudah ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang
nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

4. Pengaturan Penyimpanan Barang-barang


Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah
dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan
belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di
ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan
sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga
sangat penting dan secara periodik harus dicek dan recek. Hal lainnya adalah
pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-
barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan
kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan
mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.

B. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif


Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan
kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan
metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses
belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian
rupa dalam proses pembelajaran.
Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang
kondusif adalah penciptaan suasana pembelajaran yaitu
7

1. Menyenangkan dan mengasyikkan


Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan.
Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat
mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang
disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Rancangan
pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang kontekstual harus
dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk keperluan itu
guru-guru dilatih:
a. Bersikap ramah
b. Membiasakan diri selalu tersenyum
c. Berkomunikasi dengan santun dan patut
d. Adil terhadap semua siswa
e. Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik
yang dekat dengan kehidupan siswa.

2. Mencerdaskan dan Menguatkan


Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan
juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata
pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang
merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill).
Oleh karena itu, guru dilatih:
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar
berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran,
karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang
diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan
mereka sebagai pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan
keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh
anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus
diselimuti rasa bersalah.
8

Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good practice)


dikemukakan berikut ini.
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman
guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan
dan kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang
membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya
menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama
agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan
pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa
saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi
setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa
mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya
atau mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan
merasa tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah.

C. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas
tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi:
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara
demokratis, laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak
kepada peserta didik. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang
melakat pada guru ketika berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika
guru melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas.
Apakah gaya otoriter segala sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan
siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya
demokrasi dimana terjadi proses timbal balik antara guru dan murid sesuai
dengan peranannya masing-masing.
9

2. Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa
tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci,
bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan
hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak.
Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya
sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya. sikap yang
diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan
mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau
malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak,
orang dewasa yang memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik
diperlihatkan

3. Suara Guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi
dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa
tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan
mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran
cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas
dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan
mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara
hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.

4. Pembinaan Hubungan Baik


Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah
dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya. Pembinaan
hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun
berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas,
akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan
dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman
berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.
10

5. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas
maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.
Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan
kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan
menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di
samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh
disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut
anatar lain:
a. Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus
disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang
memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa dengan
siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri pelajaran
guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan
apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.
b. Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan
terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari
terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa
seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan
kerusakan pada fasilitaskelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi
dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
c. Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi
emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru
harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami
keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik
diantaranya.
d. Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan
berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan
upacara bendera.
e. Kegiatan lain, kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari
sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan
rekreasi dan social.
11

D. Cara Mengembangkan Komunikasi Dikelas


Beberapa cara untuk mengembangkan komunikasi di dalam kelas adalah
sebagai berikut.
1. Menjadi komunikator yang andal: Guru harus mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik dan menjadi contoh sekaligus sosok inspiratif bagi
peserta didiknya. Pastikan untuk melakukan persiapan yang baik sebelum
memulai kegiatan belajar mengajar. Susun alur pembelajaran yang baik agar
tidak membosankan dan kuasai materi pembelajaran yang akan diberikan.
2. Mengajukan pertanyaan: Guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk membangun interaksi dan memperkuat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan.
3. Menerapkan metode belajar diskusi: Metode ini dapat membantu siswa
untuk berbicara dan berinteraksi dengan teman sekelasnya. Diskusi juga
dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap
materi yang disampaikan.
4. Menerapkan metode belajar debat: Metode ini dapat membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berargumentasi. Debating
juga dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mereka
terhadap materi yang disampaikan.
5. Memberikan tugas presentasi: Guru dapat memberikan tugas presentasi
kepada siswa untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan
berbicara di depan umum dan memperdalam pemahaman mereka terhadap
materi yang disampaikan.
6. Menjadi pendengar yang baik dan aktif: Guru juga perlu menjadi
pendengar yang baik dan aktif. Artinya, mendengar untuk bisa mengerti apa
yang dikatakan di balik setiap pesan. Dalam proses pembelajaran, perlu ada
umpan balik yang tepat dan sesuai. Umpan balik ini diharapkan dapat
menjadi motivasi bagi peserta didik.
7. Berbicara dengan bahasa yang sederhana: Komunikasi antara guru dan
siswa biasanya efektif ketika kita memilih bahasa yang sederhana, yang
mudah dipahami oleh siswa
Interaksi antara siswa dan guru akan menjadikan proses belajar mengajar
di kelas menjadi sesuatu yang bermakna buat siswa. Komunikasi dapat menjadi
media dalam memberikan umpan balik, merespon, dan sarana belajar, baik
untuk guru maupun siswa.
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
a. Visibility (Keleluasaan Pandangan)
b. Accesibility (Mudah Dicapai)
c. Fleksibilitas (Keluwesan)
d. Kenyamanan
e. Keindahan

2. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengelola pengaturan kondisi kelas
dan iklim belajar, yaitu:
a. Pengaturan meja-kursi
b. Pemajangan Gambar dan Warna
c. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
d. Pengaturan Penyimpanan Barang-barang

3. Kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang kondusif, yaitu:


a. Menyenangkan dan mengasyikkan
b. Mencerdaskan dan Menguatkan

4. Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup


besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas
tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
a. Tipe kepemimpinan
b. Sikap Guru
c. Suara Guru
d. Pembinaan Hubungan Baik
e. Kondisi Organisasional

5. Beberapa cara untuk mengembangkan komunikasi di dalam kelas adalah


sebagai berikut.
a. Menjadi komunikator yang andal
b. Mengajukan pertanyaann
c. Menerapkan metode belajar diskusi
13

d. Menerapkan metode belajar debat


e. Memberikan tugas presentasi
f. Menjadi pendengar yang baik dan aktif
g. Berbicara dengan bahasa yang sederhana

B. Saran
Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam
rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung efektif.
Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan
menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa
benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar, tindakan lain
dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang
dan merusak kondisi optimal terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Beberapa pembahasan dalam makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan untuk memanajemen kelas dengan baik, dan disesuaikan dengan
kebutuhan kelas. Karena, tidak semua kelas menggunakan pengelolaan kelas
yang sama.
14

DAFTAR LITERATUR

Epa, M. 2008. Penataan Tempat Duduk Siswa Sebagai Salah Satu Bentuk
Pengelolaan Kelas. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/28/
penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaan-kelas/. 29
Oktober 2023 (13:00).

Harjali. 2019. Penataan Lingkungan Belajar: Strategi Untuk Guru Dan Sekolah.
Cv. Seribu Bintang. Jawa Timur.

Huriaty, D. 2010. Mengembangkan Komunikasi yang Efektif dalam Pembelajaran


di Kelas. https://www.neliti.com/publications/284496/mengembangkan-
komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran-di-kelas. 29 Oktober 2023
(16:10).

Tisyrin. 2021. Guru Harus Tahu! Berikut 10 Strategi Membangun Komunikasi


Efektif pada Siswa. https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/
campus-life/n-guru-harus-tahu-berikut-10-strategi-membangunkomunikasi
-efektif-pada-siswa/. 29 Oktober 2023 (16:00).

Winaputra, U.S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka


Dapartemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai