DISUSUN OLEH
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapaun tujuan dari penulisan narasi ini adalah untuk memenuhi tugas Bp. Ir.
M. Syarif Hidayat , M.Arch pada ( Teknik Arsitektur / Fisika Bangunan ). Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kenyamanan Termal
di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bp. Ir. M. Syarif Hidayat , M.Arch,
selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Masjid Agung An-Nur Luwuk menggunakan bukaan ventilasi alami yang sangat
sulit dilakukan di dalam iklim tropis. Maka dari itu akan dilakukan analis karakteristik
temperatur udara dengan nilai temperatur udara maksimum tertinggi dan nilai
minimum terendah pada setiap hari Jumat sewaktu pelaksanaan Shalat Jumat.
Masjid Agung An-Nur Luwuk memiliki sebuah bangunan masjid yang terletak
di tengah- tengah lokasi dan di luar site merupakan bangunan yang lebih rendah di
sisi kiri dan kanan.
Perangkat tersebut diletakkan di dalam ruangan sebanyak 5 titik, pada posisi kiri,
kanan dan tengah ruangan kemudian dirata-ratakan, dengan ketinggian alat 100 cm
dari lantai, Gambar 3.
Data tersusun diawali dengan data Tanggal dan Waktu, Nomor Data, disusul
dengan komponen data iklim yang diukur. Komponen data iklim tersebut adalah
hanya Temperatur Udara (°C), variabel lain tidak termasuk dalam kajian ini.
Pengolahan dan penyajian data disajikan dalam bentuk data harian yang
dilakukan selama empat minggu. Selanjutnya, data harian disusun berdasarkan:
interval waktu setiap 30 menit.
Data disajikan dalam bentuk tabel dalam urutan: nilai rata-rata, standar deviasi,
jumlah data, nilai maksimum, dan nilai minimum. Bentuk lainnya diperlihatkan dalam
grafik /gambar fluktuasi yang menunjukkan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai
maksimum, dan nilai minimum, dilengkapi garis persamaan polinomial dari nilai rata-
rata dan nilai koefisien korelasi data dan persamaan yang dihasilkan (R2), Rahim
[19], Martosenjoyo et al. [20].
Hasil dan Pembahasan
Jumlah data terekam terdiri dari: 4 Jumat dalam sebulan, pada bulan Juni 2019. Total
hari pengukuran sebanyak 4 hari dengan total 240 data. Pada tabel 1 diperlihatkan
data temperatur tertinggi yang terjadi pada tanggal 28 Juni 2019 (˃32.75 °C). Kondisi
tersebut jauh melebihi zona nyaman dalam ruangan. Pada pukul 12.01 suhu sudah
menunjukkan 32.39 °C sampai selesainya pelaksanaan Shalat Jumat suhu mencapai
32.75 °C.
Gambar 4 merupakan grafik karakteristik temperatur udara tertinggi dan grafik data
temperatur selama keempat Jumat bulan Juni pada tahun 2019. Pada jam 12.00
temperatur sudah menunjukkan angka 32.3 °C sampai pada jam 13.00 angkanya
terus naik mencapai suhu 33.70 °C.
Pada tabel 2 diperlihatkan data temperatur terendah yang terjadi pada tanggal
21 Juni 2019 (˃30.40 °C). Kondisi tersebut masih melebihi zona nyaman untuk dalam
ruangan.
Tabel 2. Karakteristik Data Temperatur Terendah
Gambar 6. Fluktuasi Data Temperatur Selama Empat Jumat Bulan Juni 2019.
Berdasarkan hasil pengukuran di dalam Masjid dari 12.02 hingga 13.30 WITA
setiap Jumat selama bulan Juni 2019 yaitu tanggal 7, 14, 21 dan 28. Temperatur
udara menunjukkan nilai yang tinggi antara 30,2 °C – 33,7 °C. Nilai ini sangat tinggi
jika dibandingkan dengan standar nasional Indonesia SNI [13]. Jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya [7-9,14],
maka penelitian ini menguatkan penemuan sebelumnya bahwa temperatur ruang-
ruang yang menggunakan ventilasi alami mengalami panas terutama di siang hari.
Pada saat Shalat Jumat, temperatur udara dalam ruang Masjid meningkat disebabkan
oleh panas yang dikeluarkan oleh tubuh jamaah, dan tidak berfungsinya sistem
ventilasi alami secara efektif. Untuk mengatasi panas dalam ruangan, biasa
dinyalakan kipas angin. Solusi ini dapat diambil karena akan meningkatkan distribusi
aliran udara dalam ruangan [4,5,21]. Walaupun solusi ini cukup mengurangi panas
yang dirasakan oleh jamaah, namun tidak dapat menurunkan temperatur udara
ruangan secara efektif.
BAB III
MASJID JENDRAL SUDIRMAN
Masjid merupakan suatu institusi dan paling besar dalam islam, serta
merupakan institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah rumah tempat ibadah
umat muslim. Masjid artinya tempat sujud atau tunduk. Selain tempat ibadah masjid
juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim, kegiatan perayaan-perayaan
besar, diskusi, kajian agama, belajar dan ceramah Al Quran sering dilaksanakan di
Masjid. Bahkan dalam sejarah islam, Masjid turut memegang peranan dalam aktivitas
social kemasyarakatan.( M Harahap 2014 ).
Keadaan masjid terutama ruang dalam seharusnya memiliki unsur
kenyamanan, sehingga kegiatan peribadatan dapat dilakukan dengan lebih khusyuk,
termasuk di dalamnya kegiatan pembentukan generasi muda Islam yang beradab.
Kenyamanan secara fisik bagi ruang lingkup aktifitas manusia meliputi kenyamanan
pencahayaan, penghawaan, dan bunyi (tidak terganggu kebisingan). Khusyuk
beribadah dan kenyamanan ruang dalam masjid memiliki keterkaitan erat. Khusuk
memang bisa dilatih, namun apabila ruang tidak mendukung rasa nyaman (secara
fisik) dalam beribadah, maka khusyuk menjadi tidak mudah untuk dicapai
(Syamsiyah, 2013).
Berdasarkan geografisnya, Indonesia dikelompokkan kedalam karakter iklim
tropis lembab, dengan intensitas radiasi matahari yang tinggi, temperaturudara yang
relatif tinggi, kelembaban udara dan curah hujan yang juga tinggi,serta keadaan langit
yang senantiasa berawan (Lippsmeier, 1994).Pada iklim panas dan lembab,
desain bangunan seharusnya memaksimalkan penghawaan alami dan
meminimalkan panas matahari yang masuk dalam bangunan untuk mengurangi
energi pendinginan buatan (Khedari, 1997). Dalam hal ini, sebuah tantangan untuk
merancang bangunan yang dapatmenciptakan kenyamanan termal yang baik di
dalam ruangan.
Pada iklim panas dan lembab, desain bangunan seharusnya memaksimalkan
penghawaan alami dan meminimalkan panas matahari yang masuk dalam bangunan
untuk mengurangi energi pendinginan buatan.(Khedari, 1997).Dalam hal ini, sebuah
tantangan untuk merancang bangunan yang dapat menciptakan kenyamanan termal
yang baik di dalam ruangan.
Pada dasarnya penghawaan alami di dalam bangunan merupakan jaminan
adanya aliran udara yang baik. penghawaan alami dapat membantu menurunkan
suhu pada ruangan sehingga ruang menjadi lebih nyaman. Penghawaan alami
seharusnya bisa menjadi solusi dimana suatu bangunan membutuhkan udara yang
segar dan alami untuk membantu menurunkan hawa panas akibat dari suhu atau iklim
di Indonesia. Untuk mendapatkan penghawaan yang baik perlu dirancang bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan yang bertujuan mengoptimalkan aliran udara masuk
kedalam bangunan
Kinerja Termal
Thermal dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkaitan
dengan panas, panas merupakan suatu energi yang berpindah akibat perbedaan
suhu. Kondisi termal pada bangunan bisa berdampak pada nyaman atau tidaknya
seseorang. Rilatupa (2008) menyebutkan salah satu persyaratan kondisi fisik yang
nyaman adalah suhu yang nyaman, yaitu satu kondisi termal udara didalam ruang
yang tidak mengganggu tubuhnya..
Prinsip daripada kenyamanan termal sendiri adalah terciptanya keseimbangan
antara suhu tubuh manusia dengan suhu sekitarnya, karena jika suhu tubuh manusia
dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi
ketidaknyamanan yang diwujudkan melalui kepanasan atau kedinginan yang dialami
oleh tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja termal
Faktor-faktor yang bisa membuat kondisi termal terasa nyaman atau tidak
dalam bangunan yaitu :
a. Temperatur / Suhu Udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dan paling
berpengaruh dalam menentukan kenyamanan termal manusia. Hoppe (1988)
memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC.
Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun
menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk
kulit tercapai.
b. Kecepatan Angin
Menurut Prianto dan Depecker (2001:19) dalam Indrani (2008), pada hunian di
lingkungan beriklim tropis terutama dengan kelembaban tinggi, kenyamanan
penghuni tidak hanya tergantung pada banyaknya suplai udara segar ke dalam
ruangan, tetapi juga tergantung pada kecepatan angin.
c. Temperatur Radiant / Suhu Radiasi
Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari. Disamping memancarkan
sinar/cahaya, matahari juga mengeluarkan panas yang menyebabkan suhu udara
meningkat. Bangunan yang terkena langsung radiasi matahari akan menyebabkan
ruangan yang berada didalamnya menjadi panas dan menyebabkan
ketidaknyamanan dalam hal termal. Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam
upaya perancangan bangunan, sehingga suhu ruangan bisa sesuai dengan yang
diharapkan. Radiasi panas matahari masuk melalui proses konduksi pada material
bangunan (Latifah et all, 2013).
d. Bukaan Ventilasi
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kinerja termal pada suatu
bangunan, diantaranya adalah faktor bukaan ventilasi. Adanya bukaan ventilasi pada
bangunan dapat membantu penurunan suhu didalam ruangan. Satwiko (2004) dan
Brown (1990) menyebutkan bahwa ventilasi alami digunakan untuk pergantian udara
dengan mengeluarkan udara panas. Selain itu ventilasi alami juga berguna untuk
memperngaruhi penyejukkan ke arah manusia dengan elemen-elemen bukaan
permanen seperti pintu, jendela, viod dan semua bukaan yang menghubungkan
ruangan pada ruangan lain ataupun langsung ke area luar. Menurut Gratia (2004),
infiltrasi udara dengan sistem ventilasi alami dapat digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan termal pada ruang-ruang dalam bangunan.
Objek Penelitian
Bangunan masjid yang akan dijadikan objek penelitian yaitu masjid Jendral Sudirman
. Masjid ini tepatnya berlokasi di Jl. Jendral Sudirman kav.29 kelurahan karet
kecamatan setiabudi Jakarta Selatan.
Gambar 2. Peta Masjid Al-huda Sumber : Google maps
Masjid ini diapit oleh 3 jalan Protocol. Di sebelah timur masjid berbatasan
dengan jalan Komando Raya, sebelah utara berbatasan dengan jalan penjernihan
1. sebelah selatan berbatasan dengan Project WTC 3 yang sedang dibangun,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Perkantoran WTC 2 dan Jl Jendral
Sudirman.
Bangunan masjid Jendral Sudirman berbentuk tidak simetris. Bukaan pintu dan
jendela pada masjid yang berhubungan langsung dengan luar bangunan berjumlah
20 modul bukaan, pada lantai 1 masjid sisi utara terdapat 1 bukaan pintu 4 modul
bukaan jendela, pada sisi timur terdapat 3 bukaan pintu utama serta 4 modul bukaan
jendela, pada sisi selatan terdapat 1 bukaan pintu 5 modul bukaan jendela,Pada sisi
barat terdapat 3 modul bukaan jendela. Pada lantai 2 masjid sisi utara terdapat 20
modul bukaan jendela, pada sisi timur terdapat 2 modul bukaan jendela. Setiap
modul bukaan jendela dicover oleh ACP relief pada fasad bangunan.
Pengumpulan Data
Dari penelitian-penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa variabel untuk pengukuran yang bisa digunakan untuk
penelitian, yaitu:
- Variabel bebas : Kecepatan angin & Suhu permukaan
- Variabel terikat : Nilai Suhu udara
- Variabel terkontrol : Pengambilan data mulai jam 09.00 sampai dengan jam 17.00
Dalam pengumpulan data digunakan metode survey dan observasi langsung
dilokasi. Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran terhadap suhu udara,
kecepatan angin dan suhu permukaan.
Waktu pengambilan data dilakukan selama 3 hari dari pukul 09.00 WIB sampai
dengan pukul 17.00 WIB. Saat pengukuran dilakukan beberapa percobaan yaitu, hari
pertama bukaan jendela dalam keadaan terbuka, lalu hari kedua bukaan jendela
dalam keadaan tertutup, selanjutnya hari ketiga bukaan jendela dalam keadaan
terbuka sebagian.
Untuk pengukuran suhu udara, kecepatan udara dan permukaan pada ruang
solat dibagi menjadi 58 titik, yaitu 29 titik berada di lantai 2, 29 titik berada di lantai 3
dan 4 titik berada di outdoor sebagai pembanding. Untuk pengukuran suhu udara dan
kecepatan udara posisi titik berada 1 meter di atas lantai.
Untuk pengambilan data suhu permukaan dinding dan plafon dibagi menjadi 3
segmen. Pengambilan suhu permukaan dinding terdapat 2 bagian, yaitu bagian dalam
dan bagian luar.
Analisa Data
Rincian analisa yang dilakukan :
• Analisa terhadap kenyamanan termal ruang yang meliputi analisa terhadap
suhu udara dan kelembaban udara dan suhu permukaan.
• Teknik Pengolahan Data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran
langsung dengan menggunakan Termo- Hygrometer,Anemometer,Infrared
untuk mengetahui Suhu Radiant dan Kelembaban udara.
• Simulasi pengukuran dilakukan hari sabtu sampai dengan selasa dengan
interval tiap satu jam mulai dari pukul 09.00 sampai dengan 17.00.
Hasil dan Pembahasan
1.1. Analisis Kecepatan Udara
Pengukuran ini dilakukan dengan 3 experiment jendela terbuka
semua,jendela terbuka sebagian dan jendela tertutup dari simulasi tersebut
diperoleh data-data sebagai berikut :
Analisa Kecepatan Angin Lantai-2
0.3
Kecepatan Angin (m/s)
Jendela
Terbuka
0.2
Jendela
0.1 Terbuka
Sebagian
0 Jendela
Tertutup
09,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
17,00
Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 32,1 oC untuk experimen jendela
terbuka , 31,9oC untuk experiment jendela terbuka sebagian dan 32,3oC sedangkan
untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar 30,5 oC yang terjadi
dipagi hari dan 29,7oC terjadi disore hari sedangkan experiment jendela tertutup
sebesar 30,1oC yang terjadi saat masih pagi.dari hasil rata- rata analisa suhu udara
lantai 2 menunjukan bahwa suhu terbaik terjadi pada experiment jendela terbuka
sebagian sebesar 30,6oC hal ini menunjukan bahwa pada saat experiment jendela
terbuka lebih panas dikarenakan dengan jumlah bukaan disetiap sisi udara yang
masuk bercampur dengan radiasi sehingga suhu udara didalam masjid menjadi
panas.
Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 32,5 oC untuk experimen jendela
terbuka , 32,1oC untuk experiment jendela terbuka sebagian dan 31,8oC untuk jendela
tertutup sedangkan untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar
31,1oC yang terjadi dipagi hari untuk experiment jendela terbuka semua dan terbuka
sebagian dan 30,5oC terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup .dari hasil rata-
rata analisa suhu udara lantai 3 menunjukan bahwa perbedaan suhu antara tiap
experiment tidak begitu signifikan hal ini ditunjukan dengan selisih suhu sebesar 0,1 oC
dari experiment jendela tertutup,terbuka dan terbuka sebagian hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor radiasi pada lantai 3 lebih besar.
Analisa Suhu Permukan
Pengukuran ini dilakukan dengan 3 experiment jendela terbuka semua,jendela
terbuka sebagian dan jendela tertutup.
Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 30,27oC untuk experimen jendela
terbuka , 31,10oC dan 31,67oC untuk jendela tertutup sedangkan untuk titik terendah
pada experiment jendela terbuka sebesar 29,07 oC yang terjadi dipagi hari untuk
experiment jendela terbuka semua dan 28,67oC terbuka sebagian sedangkan 30,7oC
terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup dari hasil rata-rata analisa suhu udara
lantai 2 menunjukan bahwa perbedaan suhu antara experiment jendela terbuka
semua dan sebagian sebesar 0,24oC hal ini menunjukan bahwa saat jendela terbuka
semua sirkulasi angin yang masuk kedalam ruangan bercampur dengan radiasi
sehingga mempengaruhi kinerja termal dalam masjid.
Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 31,10oC untuk experimen jendela
tertutup sedangkan untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar
29,20oC yang terjadi dipagi hari untuk experiment jendela terbuka semua dan 30 oC
terbuka sebagian sedangkan 31,23oC terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup
.dari hasil rata-rata analisa suhu udara lantai 3 menunjukan bahwa perbedaan suhu
antara experiment jendela terbuka semua dan sebagian sebesar 0,11 oC ini lebih kecil
dibandingkan dengan selisih suhu yang terjadi dilantai 2 sebesar 0,24 oC hal ini
dipengaruhi dengan letak lantai 3.
Pembahasan
Berikut merupakan hasil dari analisa- analisa persimulasi diatas dari keadaan
termal didalam bangunan masjid Al-huda. Hasil perbandingan suhu udara pada setiap
percobaan bukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Dari hasil perbandingan suhu permukaan di atas, suhu tertinggi yaitu pada
percobaan jendela tertutup sebagian yaitu sebesar 30,99‘C untuk lantai 2 dan 31,57‘C
untuk lantai 3, sedangkan suhu terendah yaitu pada percobaan jendela terbuka
sebagian hal ini dikarenakan kecepatan angina saat percobaan jendela terbuka
sebagian lebih tinggi dibanding dengan percobaan yang lain yaitu sebesar 0,12m/s
hal ini yang membuat suhu permukaan menjadi lebih dingin walaupun dengan selisih
yang tidak terlalu signifikan dan untuk perbandingan antara lantai suhu permukaan
terbaik sebesar 29,30‘C pada lantai 2 yang lebih dingin 1,18‘C dibanding lantai 3 hal
ini dipengaruhi dengan factor kecepatan angin yang lebih tinggi dan juga factor radiasi
paparan matahari yang lebih besar terjadi pada lantai 3.
BAB IV
MASJID RAYA AL-MASHUN
Metodologi
Adapun metodologi penelitian yang dipakai adalah metode penelitian pengukuran
lapangan (field measurement) dimana penelitian mencari dan mendapatkan semua
data-data untuk peneitian dari sumber data primer (langsung mengadakan
pengukuran pada obyek yang diteliti).
Adapun waktu pengukuran adalah pada tanggal 16 Mei 2004, dimana pada saat
tersebut merupakan bulan yang mempunyai temperature rata-rata yang cukup tinggi.
Pada saat pengukuran ini juga disebarkan kuisioner yang diisikan langsung di tempat
pengukuran pada titik-titik yang telah ditentukan, Adapun modul-modul penguukuran
adalah sebagai berikut :
Sementara variable-variabel yang diukur adalah : temperature (C) dan
kelembaban (%), dan waktu pengukuran adalah pada waktu Shalat Dzuhur (13.10
WIB).
Sementara untuk perhitungan PMV dipakai kalkulator PMV ( Thermal
Comfort Index Calculation) dari DR. Richard de Dear yang dipublikasikan pada
tanggal 2 Maret 1999, dengan hak cipta dimiliki oleh Macquire University. Sementara
nilai-nilai yang harus dimasukkan adalah Parameter Lingkungan, yaitu : Ambient
Temperatur (C), Radian Temperatur (c), Barometric Pressure (hPa), H2O Vapour
Pressure (hPa), Relative Humadity (%). Dan Room Air Velocity (m/sec), serta
Parameter Personal, yaitu : Subject Weight (kg), Subject Surface Area (m2), Clothing
Insulation (clo), Metaholic Rate (W/m2) dan Exposure Time (min).
Sedangkan Hasil keluarganya adalah nilai-nilai dari : Effective
Temperature (ET), Standart Effective Temperature (SET), Discomfort (DISC), Thermal
Sensation (TSENS), Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage
Dissatified (PPD).
Hasil dan pembahasan
Adapun dari hasil kuisioner dan hasil pengukuran dilapangan adalah sebagai berikut
:
Setelah hasil pengukuran lapangan didapatkan maka dimasukkan
variable-variabel yang mempunyai nilai tetap yaitu Barometric Pressure = 1010 hPa,
Room Air Velocity =0,9 m/sec, Subject Surface Area = 1,7 m2, Clothing Insulation =
0,65 clo, Mtabolic Rate = 65W/m2, dan Exposure Time = 15 menit, ke dalam Program
HYPERLINK http://www.ThermalComfortIndexCalculator maka diperolehlah hasilnya
seperti terlihat dalam tabel 2.
Nilai PMV yang tertinggi terletak pada titik 13 (1,13) yang berada didekat mihrab
masjid dan dekat dengan dinding pada sisi barat laut dan titik 14 (1,14) yang berada
dekat dengan dinding sisi barat Masjid, hal ini disebabkan oleh :
- Kurangnya pergerakan udara/angin pada daerah tersebut dikarenakan tidak
adanya bukaan pada daerah tersebut.
- Titik 14 yang berada dekat dengan dinding ssi barat Masjid terkena matahari
langsung yang mengakibatkan timbulnya panas pada permukaan dinding.
Sedangkan permukaan dinding mihrab (titik 13) bersebelahan dengan ruang
audio.
Sedangkan titiik 9,17 dan titik 21 menunjukkan nilai yang hamper sama dengan nilai
PMV terendah (0,75) berada pada daerah antara sisi timur laut menuju sisi barat
daya, karena sepanjang tahun arah angin yang paling banyak dating dari timur laut
bangunan.
Dari kondisi kenyamanan diatas dapat dilihat bahwa keadaan sangat dingin berada
pada titik yang berada didepan bukaan pintu sisi Timur bangunan hal ini kemungkinan
disebabkan oleh :
- Posisi matahari sudah berada pada sisi bagian barat yang condong kearah utara
sehingga Gerakan udara/angin yang menuju bangunan dari arah timur
bangunan adalah angin yang sejuk karena melalui daerah yang terbayangi
(selasar sisi timur bangunan).
- Untuk daerah taropis, kecepatan udara yang tinggi pada temperature dan
kelembaban yang tinggi akan menimbulkan pendinginan, yang akan
mempengaruhi kenyamanan. Dan gerakan udara ini hanya mengganggu jika
sampai membuat udara terlalu dingin.
- Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang, tetapi ini
hanya terjadi jika temperature udara lebih rendah dari temperature kulit.
Sementara keadaan agak panas dan kondisi tidak nyaman ditemukan pada titik yang
berada didepan bukaan pintu sisi Utara bangunan hal ini dikarenakan :
- Letak matahari yang sudah bergerak ke arah barat namun agak condong kearah
utara mengakibatkan daerah tersebut terkena sinar matahari.
- Panas terbanyak ditimbulkan oleh radiasi matahari melalui dinding bangunan
yang terkena panas.
- Panas tertinggi dicapai +- 2 Jam setelah tengah hari pada saat radiasi matahari
langsunf bergabung dengan udara yang sudah tinggi. Sehingga dinding pada
sisi utara terkena matahari langsung yang mengakibatkan timbulnya panas
pada permukaan dinding.
- Sebagiian dinding pada sisi Utara terkena sinar matahari langsung yang
mengakibatkan aliran pergerakan angin yang masuk kedalam bangunan melalui
selasar utara masjid membawa hawa panas dari matahari.
Dari kondisi kenyamanan diatas dapat dilihat bahwa semua titik pengukuran
menunjukkan kondisi hangat dengan keadaan yang tidak nyaman, hal ini
dikarenakan oleh :
- Pengukuran dilakukan pada waktu shalat Dzuhur dimana temperature udara
pada saat itu mempunyai nilai yang cukup tinggi (maksimal).
- Variabel kecepatan angin yang dianggap sama pada semua titik yaitu 0,9 m/det,
dan dimungkin kecepatan angin yang berbeda pada daerah-daerah yang
berhadapan dengan bukaan dinding.
BAB V
MASJID AL MUBAROK
Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat mewadahi semua aktifitas
penggunanya. Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir
pada semua tempat di Indonesia. Masjid pada umumnya menggunakan ventilasi
alami untuk menunjang kenyamanan termal dalam ruang. Untuk aktifitas sholat
sehari-hari dengan jumlah jama‟ah yang tidak terlalu banyak, kenyamanan termal
dalam ruang masjid umumnya dapat dicapai . Tetapi pada saat pelaksanaan sholat
Jum‟at dengan kapasitas penuh, ruangan akan menjadi panas dan pengap, karena
terjadinya akumulasi panas yang dikeluarkan oleh setiap tubuh. Untuk
meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang cara yang paling baik adalah
dengan memaksimalkan aliran udara, yaitu dengan mengupayakan bukaan pada
dinding yang seluas-luasnya, bahkan pada beberapa masjid tidak memiliki dinding.
Namun upaya ini menurut Indaryadi (2011) dalam Satwiko.P (2004) dengan privacy
dan security.
Pada dasarya arsitektur merupakan suatu wadah kegiatan manusia agar
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara nyaman. Dengan kata lain salah satu
fungsi utama bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun
psikis bagi pemakai bangunan. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan
adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai
bangunan. Kenyamanan fisik bersifat universal dan dapat di hitung dengan
berbagai pengukuran. Sedangkan kenyamanan psikis terkait dengan kepercayaan,
agama, aturan dan sebagainya.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat
penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Kaitannya
dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang
dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan.
Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah
ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu
ruangan.
Standard Amerika (ASHRAE 55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal
sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan
terhadap lingkungan termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu
kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang
diukur menyatakan nyaman secara termal.
Perkiraan Sensasi Thermis Rata-rata (PMV) adalah sama dengan fungsi dari
temperatur udara kelembaban udara, suhu radiasi, dan kecepatan udara, laju
metabolisma tubuh dan Sedangkan nilai dari PMV berada diantara rentang -3 dan
+3 jenis pakaian dengan pengertian sebagai berikut -3 (dingin sekali), -2 (dingin), -
1(sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2 (panas), +3 (panas sekali).
Suatu kondisi dinyatakan masih nyaman apabila nilai PMV berada diantara -
0.5 hingga +0.5. Pada kondisi semacam ini diperkirakan sekitar 90% dari
sekelompok manusia yang berada didalam suatu ruangan (yang secara thermal
homogen) akan merasa nyaman. Pada kondisi PMV : 0, diperkirakan sekitar 95 %
dari sekelompok manusia yang diteliti merasa nyaman secara thermis (suhu),
Dalam teori kenyamanan suhu bahwa angka 100% nyaman dari sekelompok
manusia (yang berada di dalam suatu ruangan yang sama dan secara thermal
homogen) tidak akan pernah tercapai. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi tubuh
manusia serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
sensasi thermis secara tidak sistematis atau beraturan (Amin, Danusputra, dkk,
2002).
Menurut teori kenyamanan termal yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan
bahwa kondisi kenyamanan termal ditentukan oleh faktor iklim dan faktor individu
atau faktor personal. Fator iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu
radiasi rata-rata, kelembaban udara serta kecepatan angin. Sementara faktor
individu yang turut menentukan keadaan suhu nyaman adalah laju metabolisme
(atau jenis aktifitas) serta pakaian yang dikenakan.
Teori Fanger dalam Basaria (2005), kenyamanan termal yang dapat dirasakan
manusia merupakan fungsi dari faktor iklim serta dua faktor individu yaitu jenis
aktifitas yang berkaitan dengan metabolism tubuh serta jenis pakaian yang
digunakan. Sedangkan menurut Szokolay dalam”Manual of Tripical and Building”
dalam Basaria (2005), menyebutkan kenyamanan tergantung pada variable iklim
(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembababn udara, dan kecepatan angin) dan
beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aktimatisasi, usia dan jenis
kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit. Menurut Humpheys dan nicol dalam basaria (2005),
kenyamanan suhu juga dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-masing individu
terhadap suhu luar disekitarnya.
Houghton dan Yaglou (dalam “Determining Lines of Equal Comfort” _Vol. 29,
1923), menyatakan kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi panas, temperatur,
kelembaban udara dan gerakan udara yang disebut sebagai Temperatur Efektif
(TE).
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah adalah bagaimana kondisi
termal pada bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab.Tangerang? bagaimana
sensasi termal yang di rasakan oleh pengguna masjid?. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kenyamanan termal pada bangunan dan yang di rasakan oleh
para pengguna bangunan Masjid Jami Al- Mubarok Kab. Tangerang.
Masjid
Pengukuran Hari Pertama di 14 Titik ruang dalam dan 4 Titik ruang Luar
31.
Suhu Udara (°C)
30.
0
LANTAI
29. 1
26.
0
Waktu Pengukuran
(Jam)
Gambar 9. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt.1 Ruang Utama
Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 suhu di ruang utama lebih
rendah dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai dini hari suhu ruang
utama dari pukul 04:00 sampai pukul 06:00 suhu udara turun mencapai 26,8°C.
Sedangkan di ruang luar (koridor) suhu udara naik mencapai 27,5°C. Pada pukul
07:00 suhu di ruang luar (koridor) mengalami penurunan mencapai 27,0°C. Dengan
berjalannya waktu suhu udara di dalam ruang utama semakin siang maka suhu udara
ruangan semakin naik, puncaknya pada pukul 13:00 mencapai 30,1°C. Begitupun
suhu udara di luar (koridor) mencapai 30,1°C. Namun sore sampai malam suhu udara
di dalam ruang utama kembali turun mencapai 28,4°C. Sedangkan di ruang luar
(koridor) pada malam hari pukul 19:00-20:00 suhu udara naik mencapai 28,9°C.
Dengan rata-rata suhu udara ruang masjid tertinggi mencapai 30,1°C dan rata-rata
suhu udara terendah mencapai 26,8°C. Sedangkan rata-rata tertinggi suhu udara
koridor mencapai 30,8°C dan rata-rata suhu udara terendah mencapai 26,95°C. Jadi,
suhu udara tertinggi berada pada koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan
langsung dengan ruang luar. Sedangkan untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh
dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu udara di dalam lebih rendah
100.0
95.0
KELEMBABAN (%)
90.0
85.0
80.0
75.0 LANTAI 1
70.0 KORIDOR
65.0
60.0
tinggi dibandingkan dengan kelembaban di ruang luar (koridor). Pada pukul 04:00-
berjalannya waktu maka, kelembaban di ruang utama kembali naik sampai pukul
73,3%. Semakin malam, maka kelembaban pun semakin naik mencapai 79,6%.
kelembaban udara ruang masjid mencapai 86% dan rata-rata kelembaban udra
68,5%. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu
udara di dalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang luar lebih rendah
karena suhu udara di luar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara
maka kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban
Pengukuran Hari Pertama di 35 Titik ruang dalam dan 5 Titik ruang Luar
100.0
LANTAI 1
95.0
90.0 KORIDOR LANTAI
KELEMBABAN (%)
85.0 1
80.0 LANTAI 2
75.0
LANTAI 1
70.0
BELAKANG
65.0 KORIDOR LANTAI
60.0 1 BELAKANG
4:00 5:00 12:0013:0015:0016:0017:0018:0019:0020:00
WAKTU PENGUKURAN (JAM)
Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang luar (koridor) dilihat dari
alur grafik, maka kelembaban di ruang utama dan koridor cukup tinggi mencapai
83,1% dibanding dengan kelembaban di lantai 2 mencapai 81,2%, Sedangkan di
lantai 1 belakang dan koridor kelembaban cukup rendah mencapai 63,8%. Namun
dengan pergerakannya waktu lantai 1 belakang cukup tinggi dari pukul 18:00-20:00
mencapai 83,1% dan pada koridor memiliki kelembaban mencapai 87%. Dengan
rata-rata kelembaban udara lantai 1 mencapai 76% dan rata-rata kelembaban di
koridor mencapai 74%. Sedangkan rata-rata kelembaban di lantai 1 belakang
mencapai 73% dan rata-rata kelembaban di koridor mencapai 72%. Namun, rata-
rata kelembaban udara lantai 2 mencapai 75%. Kelembaban tertinggi berada di
ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu udara didalam bangunan rendah. Sehingga
kelembaban di ruang luar lebih rendah karena suhu udara diluar ruangan lebih
tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara maka kelembaban pun akan rendah. Jika
suhu udara rendah maka kelembaban pun akan tinggi.
Gambar 15. Hasil pengukuran kecepatan angin hari kedua
Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang shalat lantai 2
kecepatan angin relatif sama, mencapai 0,3 m/s. Sedangkan pada lantai 1 koridor
kecepatan angin cukup besar mencapai 0,6 m/s. Namun pada lantai 1 belakang dan
ruang luar (koridor) kecepatan angin relatif sama mencapai 0,1 m/s. Secara Umum,
rata-rata kecepatan angin lantai 1 mencapai 0,2 m/s dan rata-rata kecepatan angin
pada koridor mencapai 0,4 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin lantai 1
belakang dan koridor mencapai 0,1 m/s. Namun, rata-rata kecepatan angin lantai 2
mencapai 0,2 m/s. Maka kecepatan angin terendah ditunjukan pada ruang masjid dan
koridor lantai 1. Kecepatan angin tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor
berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang
dalam lebih rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh
dinding, jendela dan pintu.
80
60
45 (22.5%)
40
22 (11%)
17 (8.5%)
20
7 (3.5%)
1 (0.5%) 2 (1%)
0
Dingin Dingin Sejuk Nyaman Hangat Panas Panas
Sekali Sekali
Sensasi Termal
Hasil perhitungan estimator pada waktu ashar menunjukkan bahwa dari rata-
rata suhu udara 29,4ºC, kelembaban udara 72,1% dan kecepatan angin 0,2 m/s.
Maka PMV +2 (Panas) 1.63 dan PPD 58.08%.
Hasil pengukuran estimator waktu maghrib
Hasil pengukuran estimator pada waktu isya menunjukkan bahwa dari rata-
rata suhu udara 28,4ºC, kelembaban udara 79,6% dan kecepatan angin 0,1 m/s.
Maka PMV +2 (Panas) 1.41 dan PPD 46.34%.
Keterangan :
- PMV (Predicted Mean Vote) prediksi rata-rata sensasi termal responden.
- PPD (Predicted Precentage Dissatisfied) prediksi presentase ketidak
nyamanan.
- Ta (Suhu)
- Rh (Kelembaban)
- Va ( kecepatan angin ).
Pada waktu subuh, maka PMV +1 (Hangat) 1.04 dan PPD 28.49%. Pada waktu
dzuhur, maka PMV +2 (Panas) 1.82 dan PPD 68.34%. Pada waktu ashar, maka
PMV +2 (Panas) 1.63 dan PPD 58.08%. Pada waktu maghrib, maka PMV +2
(Panas) 1.39 dan PPD 44.84%. Pada waktu isya, maka PMV +2 (Panas) 1.41 dan
PPD 46.34%.
Pada analisis Kenyamanan termal di ruang Masjid Jami Al-Mubarok dapat
disimpulkan bahwa rata-rata suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin berada
di daerah +2 (Panas). Semakin tinggi nilai PMV semakin banyak responden yang
menyatakan tidak nyaman, karena rentang nyaman PMV dari -0,5 sampai 0,5.
Semakin rendah nilai PPD semakin rendah ketidak kenyamanan yang di nyatakan
responden.
BAB VI
MASJID AL-KHARIM
Masjid AL-Kharim adalah satu dari sekian banyak masjid di pogung lor yang
selalu dipenuhi jama’ah ketika sholat lima waktu, sholat jumat, dan TPA sedang
berlangsung, khusyu adalah syarat syah dalam melaksanakan ibadah agar diterima
amalanya oleh ALLAH SWT, sebagaimana disebutkan dalam Hadist Riwayat al-
Hakim: "Sekiranya sanubari hati orang ini khusyu, niscaya anggota tubuhnya menjadi
khusyu", dalam tubuh yang khusyu terdapat jiwa dan akal yang sehat, untuk mencapai
kondisi seperti itu diperlukan kenyamanan termal yang mendukung agar jama’ah
tetap tenang dan tidak gelisah ketika sholat berlangsung.
Keindahaan arsitektur bangunan masjid belum sepenuhnya menjamin memiliki
zona kenyamanan termal bagi para jama’ah yang akan dan sedang melaksanakan
ibadah di dalamnya. Kepadatan jama’ah membuat isi ruangan menjadi lebih panas
karena dalam diri manusia mengeluarkan kalor hasil sisa pembakaran metabolisme.
Untuk itu diperlukanya analisis kenyamanan termal ruangan sebelum memperbaiki
kondisi ruangan dan menghitung beban pendinginan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adaah metode observasi (suryey) dan
pengukuran , perhitungan manual dengan index PMV dan PPD serta simulasi
dengan ASHRAE Thermal Comfort Zone Program. Berikut penjelasannya :
M – W = H + Ec + Cres + Eres
Ec = 3,05.10-3[5733-6.99(M-W)-Pa]+0.42(M-W- 58.15)
Ket :
M = kecepatan metabolisme W = tenaga mekanis
efektif
Pa = kelembaban, tekanan parsial uap air, Pa ta = temperature udara
oC
pada Adaptive dan Prediction Vote Mean (PMV) Model , softwarenya bisa
didownload di [3]
Hasil dan Pembahasan
Data diambil tanggal 3 Januari 2013 pada musim hujan (winter) ketika masjid
dipenuhi dengan jama’ah sholat jumat, berikut ini didapatkan data hasil
observasi dan pengukuran
Nilai MRT diasumsikan sama dengan suhu ruangan karena intensitas radiasi
matahari rendah, cucaca mendung [2]
Informasi kcepatan angin 2,5 m/s dan relative humidity 70% didapatkan dari badan
metereologi dan geofisika, cuaca rata-rata dari tanggal 1 januari 2013 menunjukan
cucaca yang ekstrim, suhu di rentang 24oC- 27oC , relative humidity 60-80%, dan
kecepatan angin yang besar 2-3m/s [4]
Untuk mendapatkan nilai Tekanan parsial uap (Pa) dengan membaca
psychometric chart pada suhu 25oC dan relative humidity 70% adalah 1400
N/m2.
Ec = 3,05.10-3[5733-6.99(M-W)-Pa]+0.42(M-W-58.15)
= 3,05.10-3[5733-6.99(70-0)-1400]+0.42(70-0-58.15)
= 15,4 W/m2
= 0.0014*70 (34-25)
= 0.882 W/m2
= 5 .37W/m2
= 35,7 – 0,028(70-0)
= 33.74
Icl = 0.44clo Jika Icl < 0,5 clo fcl = 1,00 +0,2*Icl
= 1,00 + 0,2*0.44
= 1.088
Untuk menghitung H diperlukan tcl dan hc, karena tcl dan hc saling tergantung,
maka untuk menghitung kedua nilai tersebut dilakukan secara iterasi. Untuk itu
diperlukan bantuan Program basic parameter ASHRAE thermal comfort zone [2]
Demikian kajian yang saya lampirkan berdasarkan berbagai jurnal yang dicari, atas
perhatianya saya ucapkan terimakasih.