Anda di halaman 1dari 53

KINERJA TERMAL BANGUNAN MASJID

KENYAMANAN TERMAL BANGUNAN MASJID


VENTILASI BANGUNAN MASJID

TUGAS MATA KULIAH FISIKA


DOSEN : DR. IR. M. SYARIF HIDAYAT, M.ARCH

DISUSUN OLEH

MUHAMAD WAHYU HIDAYAT


41219110014

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapaun tujuan dari penulisan narasi ini adalah untuk memenuhi tugas Bp. Ir.
M. Syarif Hidayat , M.Arch pada ( Teknik Arsitektur / Fisika Bangunan ). Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kenyamanan Termal
di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bp. Ir. M. Syarif Hidayat , M.Arch,
selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................

BAB II MASJID LUWUK BANGGAI


BAB III MASJID JENDRAL SUDIRMAN
BAB IV MASJID RAYA AL-MASHUN
BAB V MASJID AL MUBAROK
BAB VI MASJID AL-KHARIM
BAB VII PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyamanan termal merupakan salah satu poin terpenting yang mana
terdapat parameter-parameter tertentu agar dalam mendesain suatu bangunan
efektif dan efisien. Dari sini perlunya pengetahun tentang ruang luar yang
merupakan wadah aktifitas manusia tentunya harus mampu menciptakan situasi
nyaman bagi pelaku aktifitas di dalamnya. Untuk itu, sebelum menata suatu
kawasan ruang luar yang nyaman perlu diidentifikasi bagian-bagian mana dari
kawasan tersebut yang secara alamiah nyaman untuk beraktifitas. Salah satu
identifikasi lahan ruang luar adalah melalui pemetaan. Hasil identifikasi lahan
lahan ruang luar dapat dijadikan dasar bagi pemilik lahan, perencana maupun
pihak pemerintah dalam menentukan perlakuan terhadap lahan tersebut. Melalui
pemetaan, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisa area mana saja dari
lahan ruang luar tersebut nyaman maupun tidak nyaman secara termal untuk
beraktifitas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : Perlu adanya identifikasi dan
kajian terhadap kawasan ruang luar masjid, serta mengkaji/menganalisis area-
ruang luar yang perlu ditata agar ruang dalam bisa nyaman secara termal untuk
beraktifitas.

1.3 Tujuan Masalah


Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui dan mengidentifikasi kenyamanan termal yang ada di beberapa
masjid studi analisa.
2) Menganalisis keadaan kenyamanan termal
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian ini, yaitu :
1) Dapat mengetahui kenyamanan termal masjid yang ada di Indonesia.
2) Untuk memberi wawasan kepada kita semua pengukuran kenyamanan termal
yang baik untuk masjid.
3) Dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, di bidang Arsitektur.
BAB II
MASJID LUWUK BANGGAI

Masjid adalah tempat melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan bagi umat


Islam. Kenyamanan dalam melakukan kegiatan di dalam ruangan merupakan salah
satu faktor penting untuk menunjang aktivitas. Beberapa aspek kenyamanan di dalam
ruangan, yaitu aspek pencahayaan, kebisingan kecepatan aliran udara, dan aspek
termal. Menurut Satwiko [1], bahwa Indonesia, meskipun kita merasa nyaman secara
termal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ventilasi alami sulit diusahakan di iklim
tropis yang lembap ini.

Masjid Agung An-Nur Luwuk menggunakan bukaan ventilasi alami yang sangat
sulit dilakukan di dalam iklim tropis. Maka dari itu akan dilakukan analis karakteristik
temperatur udara dengan nilai temperatur udara maksimum tertinggi dan nilai
minimum terendah pada setiap hari Jumat sewaktu pelaksanaan Shalat Jumat.
Masjid Agung An-Nur Luwuk memiliki sebuah bangunan masjid yang terletak
di tengah- tengah lokasi dan di luar site merupakan bangunan yang lebih rendah di
sisi kiri dan kanan.

Bangunan masjid memiliki ketinggian lantai ± 1-meter dari permukaan tanah.


Desain arsitektur menggunakan tata udara alami di sekeliling bangunan. Infiltrasi
udara dengan sistem ventilasi alami dapat digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan termal pada ruang-ruang dalam bangunan [2-5].
Penggunaan ventilasi alami pada bangunan masjid mengakibatkan kondisi iklim
luar memberi pengaruh secara langsung terhadap ruangan di dalam masjid seperti
perubahan angin, paparan sinar matahari, suhu udara, dan kelembapan. Oleh karena
itu perlu adanya analisa terhadap perubahan- perubahan tersebut, termasuk
perpindahan termal pada ruang interior ruangan masjid.
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa ruangan pada rumah yang berada di
iklim tropis panas dan lembap mengalami panas di siang hari, temperatur ruang
dapat mencapai 35 ℃ [6]. Menurut penelitian sebelumnya [7], bahwa, pada suhu 27
℃ – 32 ℃ sebagian besar penghuni di dalam ruangan masih merasa nyaman dengan
kondisi kecepatan aliran udara 1 m/s. Penelitian terbaru menemukan bahwa siswa-
siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih merasakan
nyaman di dalam ruang kelas saat temperatur udara antara 28,5 – 32,3°C [8,9].
ASHRAE [10], Keenam faktor harus diatur ketika menentukan kondisi untuk
kenyamanan termal yang dapat diterima: a) tingkat metabolisme; b) isolasi pakaian;
c) temperatur udara; d) suhu radiasi; e) kecepatan udara; f) kelembapan udara.
Kenyamanan termal, seperti yang didefinisikan oleh Internasional Standard
Organization, adalah hubungan yang kompleks antara temperatur udara,
kelembapan udara, dan kecepatan aliran udara, ditambah lagi dengan jenis pakaian
dan aktivitas serta tingkat metabolisme penghuni yang menghadirkan ungkapan
perasaan kepuasan terhadap kondisi udara di dalam suatu lingkungan. Kondisi
kenyamanan juga diartikan sebagai kenetralan termal, yang berarti bahwa seseorang
merasa tidak terlalu dingin atau panas [11].
Menurut Nugroho et al. [12], kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai
suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termal.
Mannan [2], untuk menciptakan kenyamanan termal, diketahui ada empat faktor yang
mempengaruhi kemampuan tubuh manusia menyalurkan kalor, yaitu: a)
temperatur/suhu (°C); b) kelembapan relatif (%); d) kecepatan udara (m/det.); dan e)
mean radiant temperature (MRT).
Temperatur Udara
Definisi temperatur adalah suatu ukuran energi kinetik rata-rata dari suatu
molekul. Jika temperatur tinggi maka energi kinetik rata-rata pun akan besar.
Pengertian temperatur udara adalah panas atau dinginnya suatu udara.
Perubahan temperatur udara disebabkan oleh adanya kombinasi kerja antara udara,
perbedaan kecepatan proses pendinginan & pemanasan suatu daerah dan jumlah
kadar air di permukaan bumi.
Kenyamanan Termal
Menentukan temperatur dasar atau temperatur referensi, penelitian ini
mengacu pada standar kenyamanan termal Indonesia SNI T-14-1993-03 [13] ada
tiga: a) sejuk nyaman, 20,5°C – 22,8 °C, kelembapan relatif 50%-80%; b) nyaman
optimal 22,8 °C – 25,8 °C, kelembapan relatif 70% – 80%; c) hampir nyaman 25,8
°C – 27,1°C, kelembapan relatif 60% – 70%. Berdasarkan ketiga standar di atas,
terlihat temperatur paling rendah adalah 20,5 °C dan yang tertinggi 27,1 °C.
Baharuddin [14,15], kenyamanan yang paling dominan pengaruhnya terhadap
kenyamanan fisik manusia yang berada dalam bangunan adalah kenyamanan termal,
meliputi: temperatur udara, kelembapan udara dan kecepatan aliran udara. Satwiko
[1], berpendapat kenyamanan termal daerah tropis lembap dapat dicapai dengan
batas- batas 24°C <T<26°C, 40%<RH<60%, 0,6<V<1,5m/det, kegiatan santai,
pakaian ringan dan selapis.
Kelembapan relatif adalah parameter kenyamanan termal penting lainnya.
Tingkat kelembapan relatif yang tinggi akan meningkatkan tingkat ketidaknyamanan
di ruang yang te rlalu panas. Menurut Ismail [16], dalam kondisi panas dan lembap di
Malaysia, aliran udara alami akan meningkatkan proses penguapan untuk mencapai
tingkat kenyamanan tertentu. ASHRAE menunjukkan bahwa kelembapan relatif
udara antara 40% dan 60% dianggap sehat dan nyaman di lingkungan yang
dikendalikan kenyamanannya. Berdasarkan Ibrahim [17], peningkatan kecepatan
udara akan mengurangi efek kelembapan tinggi dan meningkatkan kapasitas
penguapan dari tubuh manusia. Menurut Seeley [18], dalam iklim panas dan lembap,
kelembapan relatif berlaku di dataran rendah ekuatorial di daerah tropis dekat
permukaan laut. Dengan demikian, bangunan harus dirancang untuk meminimalkan
efek kelembapan pada kondisi iklim ini.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat telah banyak penelitian bahkan teori
tentang kenyamanan termal di dalam ruangan, belum banyak penelitian yang
berkonsentrasi pada kenyamanan di bangunan rumah ibadah seperti Masjid. Oleh
karena itu penelitian untuk mengetahui karakteristik temperatur udara di luar
bangunan, dengan model pengolahan data mengikuti standar Panduan dari IDMP
(International Daylight Measurement Programme) pada masjid Agung An-Nur di
Luwuk.
Metode dan Alat Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimental dan pengukuran. Pengumpulan data
lapangan dengan melakukan pengukuran dan observasi pada Masjid Agung An-Nur
Luwuk. Pengolahan data menggunakan analisis kuantitatif dengan sumber data
diperoleh dari alat Hobo Data Logger yang dipasang pada lima buah titik yang di
tentukan di dalam Masjid.
Gambar 3. Titik peletakan alat ukur

Perangkat tersebut diletakkan di dalam ruangan sebanyak 5 titik, pada posisi kiri,
kanan dan tengah ruangan kemudian dirata-ratakan, dengan ketinggian alat 100 cm
dari lantai, Gambar 3.
Data tersusun diawali dengan data Tanggal dan Waktu, Nomor Data, disusul
dengan komponen data iklim yang diukur. Komponen data iklim tersebut adalah
hanya Temperatur Udara (°C), variabel lain tidak termasuk dalam kajian ini.
Pengolahan dan penyajian data disajikan dalam bentuk data harian yang
dilakukan selama empat minggu. Selanjutnya, data harian disusun berdasarkan:
interval waktu setiap 30 menit.
Data disajikan dalam bentuk tabel dalam urutan: nilai rata-rata, standar deviasi,
jumlah data, nilai maksimum, dan nilai minimum. Bentuk lainnya diperlihatkan dalam
grafik /gambar fluktuasi yang menunjukkan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai
maksimum, dan nilai minimum, dilengkapi garis persamaan polinomial dari nilai rata-
rata dan nilai koefisien korelasi data dan persamaan yang dihasilkan (R2), Rahim
[19], Martosenjoyo et al. [20].
Hasil dan Pembahasan
Jumlah data terekam terdiri dari: 4 Jumat dalam sebulan, pada bulan Juni 2019. Total
hari pengukuran sebanyak 4 hari dengan total 240 data. Pada tabel 1 diperlihatkan
data temperatur tertinggi yang terjadi pada tanggal 28 Juni 2019 (˃32.75 °C). Kondisi
tersebut jauh melebihi zona nyaman dalam ruangan. Pada pukul 12.01 suhu sudah
menunjukkan 32.39 °C sampai selesainya pelaksanaan Shalat Jumat suhu mencapai
32.75 °C.

Gambar 4 merupakan grafik karakteristik temperatur udara tertinggi dan grafik data
temperatur selama keempat Jumat bulan Juni pada tahun 2019. Pada jam 12.00
temperatur sudah menunjukkan angka 32.3 °C sampai pada jam 13.00 angkanya
terus naik mencapai suhu 33.70 °C.

Pada tabel 2 diperlihatkan data temperatur terendah yang terjadi pada tanggal
21 Juni 2019 (˃30.40 °C). Kondisi tersebut masih melebihi zona nyaman untuk dalam
ruangan.
Tabel 2. Karakteristik Data Temperatur Terendah

Gambar 5 merupakan grafik karakteristik temperatur udara terendah selama empat


kali pengukuran pada bulan Juni tahun 2019. Pukul 12.00 temperatur sudah
menunjukkan angka 30.21°C sampai pada jam 13.00 angkanya terus naik mencapai
suhu 30.59 °C.
Gambar 5. Data Temperatur 21 Juni 2019

Selama empat Jumat data temperatur sangat beragam mulai dari 30 °C


sampai 32 °C. Jumat pertama suhu mencapai rata-rata 31.39 °C selanjut suhu terus
naik pada Jumat kedua mencapai rata- rata 32.47 °C.

Tabel 3. Karakteristik Data Temperatur Selama Empat Jumat

Gambar 6. Fluktuasi Data Temperatur Selama Empat Jumat Bulan Juni 2019.

Berdasarkan hasil pengukuran di dalam Masjid dari 12.02 hingga 13.30 WITA
setiap Jumat selama bulan Juni 2019 yaitu tanggal 7, 14, 21 dan 28. Temperatur
udara menunjukkan nilai yang tinggi antara 30,2 °C – 33,7 °C. Nilai ini sangat tinggi
jika dibandingkan dengan standar nasional Indonesia SNI [13]. Jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya [7-9,14],
maka penelitian ini menguatkan penemuan sebelumnya bahwa temperatur ruang-
ruang yang menggunakan ventilasi alami mengalami panas terutama di siang hari.
Pada saat Shalat Jumat, temperatur udara dalam ruang Masjid meningkat disebabkan
oleh panas yang dikeluarkan oleh tubuh jamaah, dan tidak berfungsinya sistem
ventilasi alami secara efektif. Untuk mengatasi panas dalam ruangan, biasa
dinyalakan kipas angin. Solusi ini dapat diambil karena akan meningkatkan distribusi
aliran udara dalam ruangan [4,5,21]. Walaupun solusi ini cukup mengurangi panas
yang dirasakan oleh jamaah, namun tidak dapat menurunkan temperatur udara
ruangan secara efektif.
BAB III
MASJID JENDRAL SUDIRMAN

Masjid merupakan suatu institusi dan paling besar dalam islam, serta
merupakan institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah rumah tempat ibadah
umat muslim. Masjid artinya tempat sujud atau tunduk. Selain tempat ibadah masjid
juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim, kegiatan perayaan-perayaan
besar, diskusi, kajian agama, belajar dan ceramah Al Quran sering dilaksanakan di
Masjid. Bahkan dalam sejarah islam, Masjid turut memegang peranan dalam aktivitas
social kemasyarakatan.( M Harahap 2014 ).
Keadaan masjid terutama ruang dalam seharusnya memiliki unsur
kenyamanan, sehingga kegiatan peribadatan dapat dilakukan dengan lebih khusyuk,
termasuk di dalamnya kegiatan pembentukan generasi muda Islam yang beradab.
Kenyamanan secara fisik bagi ruang lingkup aktifitas manusia meliputi kenyamanan
pencahayaan, penghawaan, dan bunyi (tidak terganggu kebisingan). Khusyuk
beribadah dan kenyamanan ruang dalam masjid memiliki keterkaitan erat. Khusuk
memang bisa dilatih, namun apabila ruang tidak mendukung rasa nyaman (secara
fisik) dalam beribadah, maka khusyuk menjadi tidak mudah untuk dicapai
(Syamsiyah, 2013).
Berdasarkan geografisnya, Indonesia dikelompokkan kedalam karakter iklim
tropis lembab, dengan intensitas radiasi matahari yang tinggi, temperaturudara yang
relatif tinggi, kelembaban udara dan curah hujan yang juga tinggi,serta keadaan langit
yang senantiasa berawan (Lippsmeier, 1994).Pada iklim panas dan lembab,
desain bangunan seharusnya memaksimalkan penghawaan alami dan
meminimalkan panas matahari yang masuk dalam bangunan untuk mengurangi
energi pendinginan buatan (Khedari, 1997). Dalam hal ini, sebuah tantangan untuk
merancang bangunan yang dapatmenciptakan kenyamanan termal yang baik di
dalam ruangan.
Pada iklim panas dan lembab, desain bangunan seharusnya memaksimalkan
penghawaan alami dan meminimalkan panas matahari yang masuk dalam bangunan
untuk mengurangi energi pendinginan buatan.(Khedari, 1997).Dalam hal ini, sebuah
tantangan untuk merancang bangunan yang dapat menciptakan kenyamanan termal
yang baik di dalam ruangan.
Pada dasarnya penghawaan alami di dalam bangunan merupakan jaminan
adanya aliran udara yang baik. penghawaan alami dapat membantu menurunkan
suhu pada ruangan sehingga ruang menjadi lebih nyaman. Penghawaan alami
seharusnya bisa menjadi solusi dimana suatu bangunan membutuhkan udara yang
segar dan alami untuk membantu menurunkan hawa panas akibat dari suhu atau iklim
di Indonesia. Untuk mendapatkan penghawaan yang baik perlu dirancang bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan yang bertujuan mengoptimalkan aliran udara masuk
kedalam bangunan
Kinerja Termal
Thermal dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkaitan
dengan panas, panas merupakan suatu energi yang berpindah akibat perbedaan
suhu. Kondisi termal pada bangunan bisa berdampak pada nyaman atau tidaknya
seseorang. Rilatupa (2008) menyebutkan salah satu persyaratan kondisi fisik yang
nyaman adalah suhu yang nyaman, yaitu satu kondisi termal udara didalam ruang
yang tidak mengganggu tubuhnya..
Prinsip daripada kenyamanan termal sendiri adalah terciptanya keseimbangan
antara suhu tubuh manusia dengan suhu sekitarnya, karena jika suhu tubuh manusia
dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi
ketidaknyamanan yang diwujudkan melalui kepanasan atau kedinginan yang dialami
oleh tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja termal
Faktor-faktor yang bisa membuat kondisi termal terasa nyaman atau tidak
dalam bangunan yaitu :
a. Temperatur / Suhu Udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dan paling
berpengaruh dalam menentukan kenyamanan termal manusia. Hoppe (1988)
memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC.
Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun
menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk
kulit tercapai.
b. Kecepatan Angin
Menurut Prianto dan Depecker (2001:19) dalam Indrani (2008), pada hunian di
lingkungan beriklim tropis terutama dengan kelembaban tinggi, kenyamanan
penghuni tidak hanya tergantung pada banyaknya suplai udara segar ke dalam
ruangan, tetapi juga tergantung pada kecepatan angin.
c. Temperatur Radiant / Suhu Radiasi
Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari. Disamping memancarkan
sinar/cahaya, matahari juga mengeluarkan panas yang menyebabkan suhu udara
meningkat. Bangunan yang terkena langsung radiasi matahari akan menyebabkan
ruangan yang berada didalamnya menjadi panas dan menyebabkan
ketidaknyamanan dalam hal termal. Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam
upaya perancangan bangunan, sehingga suhu ruangan bisa sesuai dengan yang
diharapkan. Radiasi panas matahari masuk melalui proses konduksi pada material
bangunan (Latifah et all, 2013).
d. Bukaan Ventilasi
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kinerja termal pada suatu
bangunan, diantaranya adalah faktor bukaan ventilasi. Adanya bukaan ventilasi pada
bangunan dapat membantu penurunan suhu didalam ruangan. Satwiko (2004) dan
Brown (1990) menyebutkan bahwa ventilasi alami digunakan untuk pergantian udara
dengan mengeluarkan udara panas. Selain itu ventilasi alami juga berguna untuk
memperngaruhi penyejukkan ke arah manusia dengan elemen-elemen bukaan
permanen seperti pintu, jendela, viod dan semua bukaan yang menghubungkan
ruangan pada ruangan lain ataupun langsung ke area luar. Menurut Gratia (2004),
infiltrasi udara dengan sistem ventilasi alami dapat digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan termal pada ruang-ruang dalam bangunan.

Gambar 1. Perletakan dan Orientasi Bukaan


Sumber : Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah et all, 2011

e. Perpindahan Panas / Kalor


Menurut Weller dan Youle (1981) dalam Majid (2014), kalor adalah bentuk
energi yang dirasakan manusia. Energi mewujudkan keadaan dimana jumlah energi
yang dipindahkan dari manusia dan sekitarnya mencapai keseimbangan thermal.
Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu tempat
ketempat lainnya yang disebabkan perbedaan temperatur antara tempat tempat
tersebut. Perpindahan panas merupakan sifat dasar alam sekitar, yaitu Hukum
Termodinamika yang berbunyi bahwa kalor berpindah dari tekanan tinggi menuju ke
tekanan yang lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara yaitu dengan cara
konduksi, konveksi dan radiasi.
f. Dimensi Bukaan
Luas Bukaan adalah hasil perkalian antara panjang dan lebar bidang pada
selubungbangunan yang berfungsi sebagai masuknya cahaya dan udara kedalam
massa bangunan.Contoh bukaan: jendela, ventilasi dan pintu (Novan, 2012).
Menurut James (2008), luas dan arah bukaan mempengaruhi kondisi
kenyamanan ruang. Semakin luas ruang dan arah bukaan yang tepat membantu
kondisi kenyamanan ruang. Menurut Indrani (2008), luas penampang bukaan turut
berperan penting untuk memanipulasi kecepatan angin internal.Arah angin dan
kecepatan angin internal akan menentukan nilai Cp dan kecepatan angin yang
mengenai bukaan.
Metodologi
Metode penelitian yang akan digunakan yaitu metode penelitian deskriptif
evaluatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel lain
(Sugiyono,:2003). Sedangkan tujuan dari metode deskriptif menurut Rakhmat (2001)
adalah untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu
atau bidang tertentu secara factual dan cermat.
Menurut Diah (2011), penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu
pengukuran atau pengambilan data serta membandingkan hasil pengukuran dan
pengumpulan data dengan standar yang digunakan.

Objek Penelitian
Bangunan masjid yang akan dijadikan objek penelitian yaitu masjid Jendral Sudirman
. Masjid ini tepatnya berlokasi di Jl. Jendral Sudirman kav.29 kelurahan karet
kecamatan setiabudi Jakarta Selatan.
Gambar 2. Peta Masjid Al-huda Sumber : Google maps

Masjid ini diapit oleh 3 jalan Protocol. Di sebelah timur masjid berbatasan
dengan jalan Komando Raya, sebelah utara berbatasan dengan jalan penjernihan
1. sebelah selatan berbatasan dengan Project WTC 3 yang sedang dibangun,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Perkantoran WTC 2 dan Jl Jendral
Sudirman.

Gambar 3. Foto Masjid Al-huda Sumber : Data Penulis, 2016

Bangunan masjid Jendral Sudirman berbentuk tidak simetris. Bukaan pintu dan
jendela pada masjid yang berhubungan langsung dengan luar bangunan berjumlah
20 modul bukaan, pada lantai 1 masjid sisi utara terdapat 1 bukaan pintu 4 modul
bukaan jendela, pada sisi timur terdapat 3 bukaan pintu utama serta 4 modul bukaan
jendela, pada sisi selatan terdapat 1 bukaan pintu 5 modul bukaan jendela,Pada sisi
barat terdapat 3 modul bukaan jendela. Pada lantai 2 masjid sisi utara terdapat 20
modul bukaan jendela, pada sisi timur terdapat 2 modul bukaan jendela. Setiap
modul bukaan jendela dicover oleh ACP relief pada fasad bangunan.

Gambar 4. Foto ruang solat lantai 2 & lantai 3


Sumber : Data Penulis, 2016
Gambar 5. Denah Lantai 2
Sumber : Data Penulis, 2016

Gambar 6. Denah Lantai 3


Sumber : Data Penulis, 2016

Pengumpulan Data
Dari penelitian-penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa variabel untuk pengukuran yang bisa digunakan untuk
penelitian, yaitu:
- Variabel bebas : Kecepatan angin & Suhu permukaan
- Variabel terikat : Nilai Suhu udara
- Variabel terkontrol : Pengambilan data mulai jam 09.00 sampai dengan jam 17.00
Dalam pengumpulan data digunakan metode survey dan observasi langsung
dilokasi. Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran terhadap suhu udara,
kecepatan angin dan suhu permukaan.
Waktu pengambilan data dilakukan selama 3 hari dari pukul 09.00 WIB sampai
dengan pukul 17.00 WIB. Saat pengukuran dilakukan beberapa percobaan yaitu, hari
pertama bukaan jendela dalam keadaan terbuka, lalu hari kedua bukaan jendela
dalam keadaan tertutup, selanjutnya hari ketiga bukaan jendela dalam keadaan
terbuka sebagian.
Untuk pengukuran suhu udara, kecepatan udara dan permukaan pada ruang
solat dibagi menjadi 58 titik, yaitu 29 titik berada di lantai 2, 29 titik berada di lantai 3
dan 4 titik berada di outdoor sebagai pembanding. Untuk pengukuran suhu udara dan
kecepatan udara posisi titik berada 1 meter di atas lantai.
Untuk pengambilan data suhu permukaan dinding dan plafon dibagi menjadi 3
segmen. Pengambilan suhu permukaan dinding terdapat 2 bagian, yaitu bagian dalam
dan bagian luar.

Titik-titik pengukuran pada lantai 2 : Titik-titik pengukuran pada lantai 3 :

Analisa Data
Rincian analisa yang dilakukan :
• Analisa terhadap kenyamanan termal ruang yang meliputi analisa terhadap
suhu udara dan kelembaban udara dan suhu permukaan.
• Teknik Pengolahan Data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran
langsung dengan menggunakan Termo- Hygrometer,Anemometer,Infrared
untuk mengetahui Suhu Radiant dan Kelembaban udara.
• Simulasi pengukuran dilakukan hari sabtu sampai dengan selasa dengan
interval tiap satu jam mulai dari pukul 09.00 sampai dengan 17.00.
Hasil dan Pembahasan
1.1. Analisis Kecepatan Udara
Pengukuran ini dilakukan dengan 3 experiment jendela terbuka
semua,jendela terbuka sebagian dan jendela tertutup dari simulasi tersebut
diperoleh data-data sebagai berikut :
Analisa Kecepatan Angin Lantai-2
0.3
Kecepatan Angin (m/s)

Jendela
Terbuka
0.2

Jendela
0.1 Terbuka
Sebagian

0 Jendela
Tertutup
09,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
17,00

Gambar 7. Grafik kecepatan udara lantai 2


Pada grafik dan tabel diatas memperlihatkan adanya perubahan kecepatan
angin dan penurunan disetiap waktu dengan titik tertinggi untuk kecepatan angin
experiment jendela terbuka sebesar 0.14m/s dan 0.15m/s untuk experiment jendela
terbuka sebagian sedangkan untuk experiment jendela tertutup 0 m/s hal ini
menandakan ruang dalam masjid hanya mengandalkan akses bukaan untuk
penghanta angin.Selanjutnya untuk titik terendahnya sebesar0.1m/s untuk experiment
jendela terbuka dan jendela terbuka sebagian.
Pada grafik dan tabel diatas memperlihatkan adanya perubahan kecepatan
angin dan penurunan disetiap waktu dengan titik tertinggi untuk kecepatan angin
experiment jendela terbuka sebesar 0.13m/s dan 0.15m/s untuk experiment jendela
terbuka sebagian sedangkan untuk experiment jendela tertutup 0 m/s hal ini
menandakan ruang dalam masjid hanya mengandalkan akses bukaan untuk
penghanta angin.Selanjutnya untuk titik terendahnya sebesar 0.1m/s untuk
experiment jendela terbuka dan jendela terbuka sebagian.
Analisis Kecepatan Udara
Pengukuran ini dilakukan dengan 3 experiment jendela terbuka semua,jendela
terbuka sebagian dan jendela tertutup.

Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 32,1 oC untuk experimen jendela
terbuka , 31,9oC untuk experiment jendela terbuka sebagian dan 32,3oC sedangkan
untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar 30,5 oC yang terjadi
dipagi hari dan 29,7oC terjadi disore hari sedangkan experiment jendela tertutup
sebesar 30,1oC yang terjadi saat masih pagi.dari hasil rata- rata analisa suhu udara
lantai 2 menunjukan bahwa suhu terbaik terjadi pada experiment jendela terbuka
sebagian sebesar 30,6oC hal ini menunjukan bahwa pada saat experiment jendela
terbuka lebih panas dikarenakan dengan jumlah bukaan disetiap sisi udara yang
masuk bercampur dengan radiasi sehingga suhu udara didalam masjid menjadi
panas.

Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 32,5 oC untuk experimen jendela
terbuka , 32,1oC untuk experiment jendela terbuka sebagian dan 31,8oC untuk jendela
tertutup sedangkan untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar
31,1oC yang terjadi dipagi hari untuk experiment jendela terbuka semua dan terbuka
sebagian dan 30,5oC terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup .dari hasil rata-
rata analisa suhu udara lantai 3 menunjukan bahwa perbedaan suhu antara tiap
experiment tidak begitu signifikan hal ini ditunjukan dengan selisih suhu sebesar 0,1 oC
dari experiment jendela tertutup,terbuka dan terbuka sebagian hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor radiasi pada lantai 3 lebih besar.
Analisa Suhu Permukan
Pengukuran ini dilakukan dengan 3 experiment jendela terbuka semua,jendela
terbuka sebagian dan jendela tertutup.

Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 30,27oC untuk experimen jendela
terbuka , 31,10oC dan 31,67oC untuk jendela tertutup sedangkan untuk titik terendah
pada experiment jendela terbuka sebesar 29,07 oC yang terjadi dipagi hari untuk
experiment jendela terbuka semua dan 28,67oC terbuka sebagian sedangkan 30,7oC
terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup dari hasil rata-rata analisa suhu udara
lantai 2 menunjukan bahwa perbedaan suhu antara experiment jendela terbuka
semua dan sebagian sebesar 0,24oC hal ini menunjukan bahwa saat jendela terbuka
semua sirkulasi angin yang masuk kedalam ruangan bercampur dengan radiasi
sehingga mempengaruhi kinerja termal dalam masjid.
Tabel dan grafik diatas memperlihatkan adanya kenaikan suhu dimulai pagi
sampai menjelang siang dan kembali mengalami penurunan setelah sore untuk
semua experiment.Untuk titik tertinggi sebesar 31,10oC untuk experimen jendela
tertutup sedangkan untuk titik terendah pada experiment jendela terbuka sebesar
29,20oC yang terjadi dipagi hari untuk experiment jendela terbuka semua dan 30 oC
terbuka sebagian sedangkan 31,23oC terjadi dipagi untuk experiment jendela tertutup
.dari hasil rata-rata analisa suhu udara lantai 3 menunjukan bahwa perbedaan suhu
antara experiment jendela terbuka semua dan sebagian sebesar 0,11 oC ini lebih kecil
dibandingkan dengan selisih suhu yang terjadi dilantai 2 sebesar 0,24 oC hal ini
dipengaruhi dengan letak lantai 3.

Pembahasan
Berikut merupakan hasil dari analisa- analisa persimulasi diatas dari keadaan
termal didalam bangunan masjid Al-huda. Hasil perbandingan suhu udara pada setiap
percobaan bukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari hasil perbandingan suhu permukaan di atas, suhu tertinggi yaitu pada
percobaan jendela tertutup sebagian yaitu sebesar 30,99‘C untuk lantai 2 dan 31,57‘C
untuk lantai 3, sedangkan suhu terendah yaitu pada percobaan jendela terbuka
sebagian hal ini dikarenakan kecepatan angina saat percobaan jendela terbuka
sebagian lebih tinggi dibanding dengan percobaan yang lain yaitu sebesar 0,12m/s
hal ini yang membuat suhu permukaan menjadi lebih dingin walaupun dengan selisih
yang tidak terlalu signifikan dan untuk perbandingan antara lantai suhu permukaan
terbaik sebesar 29,30‘C pada lantai 2 yang lebih dingin 1,18‘C dibanding lantai 3 hal
ini dipengaruhi dengan factor kecepatan angin yang lebih tinggi dan juga factor radiasi
paparan matahari yang lebih besar terjadi pada lantai 3.
BAB IV
MASJID RAYA AL-MASHUN

Tata letak bangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan mengacu pada


orientasi kearah kiblat dan menghadap kearah persimpangan Jln. Masjid Raya dan
Jln, Sisimangaraja XII, Kecamatan Medan Maimoon kotamadya Medan.
Hal yang membuat unik adalah bentuk masjid yang berupa sebuah
bangunan utama dengan empat bangunan sayap. Bangunan utama berbentuk segi
delapan (octagonal). Empat bangunan sayapnya menempel di bagian selatan, timur,
utara dan barat. Keseluruhan bangunan ini memiliki sekitar 5000 meter persegi.
Masjid ini lebih unik dan menarik karena penampilanya simetris. Jika diperhatikan
secara seksama, penampil bagian selatan masjid identic dengan penampil bagian
timur, barat dan utara. Penampil sebelah tenggara juga identic dengan bagian barat
daya, barat laut, dan timur laut. Penampil ini merupakan koridor yang dibagun persis
satu sama lain. Begitu pula dengan gapura. Penampil bagian depan identic dengan
penampilan bagian belakang.

Empat bangunan sayap memiliki bentuk seperti bangunan utama, Cuma


ukurannya lebih kecil. Bangunan sayap ini memiliki bentuk dan ukuran yang identic
satu sama lainya. Masing-masing bangunan sayap dihubungkan dengan koridor.
Koridor ini memanjang pada sebelah luar dinding/sisi miring bangunan utama.

Kondisi tropis di Masjid Raya Al-Mashun

Sebagaimana provinsi lainya di Indonesia Provinsi Sumatera Utara mempunyai


musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni
sampai bulan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan
November sampai dengan bulan Maret, diantaranya kedua musim tersebur diselingi
oleh musim pancaroba.
Kenyamanan Termal
Standar kenyamanan suhu dari Internasional Standard (ISO:7730)
menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu meruoakan fungsi darii empat
factor yaitu : temperature udara, kelembaban udara. Radiasi, dan kecepatan udara
serta dua factor individu/ personal.

Metodologi
Adapun metodologi penelitian yang dipakai adalah metode penelitian pengukuran
lapangan (field measurement) dimana penelitian mencari dan mendapatkan semua
data-data untuk peneitian dari sumber data primer (langsung mengadakan
pengukuran pada obyek yang diteliti).
Adapun waktu pengukuran adalah pada tanggal 16 Mei 2004, dimana pada saat
tersebut merupakan bulan yang mempunyai temperature rata-rata yang cukup tinggi.
Pada saat pengukuran ini juga disebarkan kuisioner yang diisikan langsung di tempat
pengukuran pada titik-titik yang telah ditentukan, Adapun modul-modul penguukuran
adalah sebagai berikut :
Sementara variable-variabel yang diukur adalah : temperature (C) dan
kelembaban (%), dan waktu pengukuran adalah pada waktu Shalat Dzuhur (13.10
WIB).
Sementara untuk perhitungan PMV dipakai kalkulator PMV ( Thermal
Comfort Index Calculation) dari DR. Richard de Dear yang dipublikasikan pada
tanggal 2 Maret 1999, dengan hak cipta dimiliki oleh Macquire University. Sementara
nilai-nilai yang harus dimasukkan adalah Parameter Lingkungan, yaitu : Ambient
Temperatur (C), Radian Temperatur (c), Barometric Pressure (hPa), H2O Vapour
Pressure (hPa), Relative Humadity (%). Dan Room Air Velocity (m/sec), serta
Parameter Personal, yaitu : Subject Weight (kg), Subject Surface Area (m2), Clothing
Insulation (clo), Metaholic Rate (W/m2) dan Exposure Time (min).
Sedangkan Hasil keluarganya adalah nilai-nilai dari : Effective
Temperature (ET), Standart Effective Temperature (SET), Discomfort (DISC), Thermal
Sensation (TSENS), Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage
Dissatified (PPD).
Hasil dan pembahasan
Adapun dari hasil kuisioner dan hasil pengukuran dilapangan adalah sebagai berikut
:
Setelah hasil pengukuran lapangan didapatkan maka dimasukkan
variable-variabel yang mempunyai nilai tetap yaitu Barometric Pressure = 1010 hPa,
Room Air Velocity =0,9 m/sec, Subject Surface Area = 1,7 m2, Clothing Insulation =
0,65 clo, Mtabolic Rate = 65W/m2, dan Exposure Time = 15 menit, ke dalam Program
HYPERLINK http://www.ThermalComfortIndexCalculator maka diperolehlah hasilnya
seperti terlihat dalam tabel 2.
Nilai PMV yang tertinggi terletak pada titik 13 (1,13) yang berada didekat mihrab
masjid dan dekat dengan dinding pada sisi barat laut dan titik 14 (1,14) yang berada
dekat dengan dinding sisi barat Masjid, hal ini disebabkan oleh :
- Kurangnya pergerakan udara/angin pada daerah tersebut dikarenakan tidak
adanya bukaan pada daerah tersebut.
- Titik 14 yang berada dekat dengan dinding ssi barat Masjid terkena matahari
langsung yang mengakibatkan timbulnya panas pada permukaan dinding.
Sedangkan permukaan dinding mihrab (titik 13) bersebelahan dengan ruang
audio.
Sedangkan titiik 9,17 dan titik 21 menunjukkan nilai yang hamper sama dengan nilai
PMV terendah (0,75) berada pada daerah antara sisi timur laut menuju sisi barat
daya, karena sepanjang tahun arah angin yang paling banyak dating dari timur laut
bangunan.

Dari kondisi kenyamanan diatas dapat dilihat bahwa keadaan sangat dingin berada
pada titik yang berada didepan bukaan pintu sisi Timur bangunan hal ini kemungkinan
disebabkan oleh :
- Posisi matahari sudah berada pada sisi bagian barat yang condong kearah utara
sehingga Gerakan udara/angin yang menuju bangunan dari arah timur
bangunan adalah angin yang sejuk karena melalui daerah yang terbayangi
(selasar sisi timur bangunan).
- Untuk daerah taropis, kecepatan udara yang tinggi pada temperature dan
kelembaban yang tinggi akan menimbulkan pendinginan, yang akan
mempengaruhi kenyamanan. Dan gerakan udara ini hanya mengganggu jika
sampai membuat udara terlalu dingin.
- Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang, tetapi ini
hanya terjadi jika temperature udara lebih rendah dari temperature kulit.
Sementara keadaan agak panas dan kondisi tidak nyaman ditemukan pada titik yang
berada didepan bukaan pintu sisi Utara bangunan hal ini dikarenakan :
- Letak matahari yang sudah bergerak ke arah barat namun agak condong kearah
utara mengakibatkan daerah tersebut terkena sinar matahari.
- Panas terbanyak ditimbulkan oleh radiasi matahari melalui dinding bangunan
yang terkena panas.
- Panas tertinggi dicapai +- 2 Jam setelah tengah hari pada saat radiasi matahari
langsunf bergabung dengan udara yang sudah tinggi. Sehingga dinding pada
sisi utara terkena matahari langsung yang mengakibatkan timbulnya panas
pada permukaan dinding.
- Sebagiian dinding pada sisi Utara terkena sinar matahari langsung yang
mengakibatkan aliran pergerakan angin yang masuk kedalam bangunan melalui
selasar utara masjid membawa hawa panas dari matahari.

Dari kondisi kenyamanan diatas dapat dilihat bahwa semua titik pengukuran
menunjukkan kondisi hangat dengan keadaan yang tidak nyaman, hal ini
dikarenakan oleh :
- Pengukuran dilakukan pada waktu shalat Dzuhur dimana temperature udara
pada saat itu mempunyai nilai yang cukup tinggi (maksimal).
- Variabel kecepatan angin yang dianggap sama pada semua titik yaitu 0,9 m/det,
dan dimungkin kecepatan angin yang berbeda pada daerah-daerah yang
berhadapan dengan bukaan dinding.
BAB V
MASJID AL MUBAROK

Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat mewadahi semua aktifitas
penggunanya. Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir
pada semua tempat di Indonesia. Masjid pada umumnya menggunakan ventilasi
alami untuk menunjang kenyamanan termal dalam ruang. Untuk aktifitas sholat
sehari-hari dengan jumlah jama‟ah yang tidak terlalu banyak, kenyamanan termal
dalam ruang masjid umumnya dapat dicapai . Tetapi pada saat pelaksanaan sholat
Jum‟at dengan kapasitas penuh, ruangan akan menjadi panas dan pengap, karena
terjadinya akumulasi panas yang dikeluarkan oleh setiap tubuh. Untuk
meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang cara yang paling baik adalah
dengan memaksimalkan aliran udara, yaitu dengan mengupayakan bukaan pada
dinding yang seluas-luasnya, bahkan pada beberapa masjid tidak memiliki dinding.
Namun upaya ini menurut Indaryadi (2011) dalam Satwiko.P (2004) dengan privacy
dan security.
Pada dasarya arsitektur merupakan suatu wadah kegiatan manusia agar
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara nyaman. Dengan kata lain salah satu
fungsi utama bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun
psikis bagi pemakai bangunan. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan
adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai
bangunan. Kenyamanan fisik bersifat universal dan dapat di hitung dengan
berbagai pengukuran. Sedangkan kenyamanan psikis terkait dengan kepercayaan,
agama, aturan dan sebagainya.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat
penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Kaitannya
dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang
dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan.
Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah
ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu
ruangan.
Standard Amerika (ASHRAE 55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal
sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan
terhadap lingkungan termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu
kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang
diukur menyatakan nyaman secara termal.
Perkiraan Sensasi Thermis Rata-rata (PMV) adalah sama dengan fungsi dari
temperatur udara kelembaban udara, suhu radiasi, dan kecepatan udara, laju
metabolisma tubuh dan Sedangkan nilai dari PMV berada diantara rentang -3 dan
+3 jenis pakaian dengan pengertian sebagai berikut -3 (dingin sekali), -2 (dingin), -
1(sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2 (panas), +3 (panas sekali).
Suatu kondisi dinyatakan masih nyaman apabila nilai PMV berada diantara -
0.5 hingga +0.5. Pada kondisi semacam ini diperkirakan sekitar 90% dari
sekelompok manusia yang berada didalam suatu ruangan (yang secara thermal
homogen) akan merasa nyaman. Pada kondisi PMV : 0, diperkirakan sekitar 95 %
dari sekelompok manusia yang diteliti merasa nyaman secara thermis (suhu),
Dalam teori kenyamanan suhu bahwa angka 100% nyaman dari sekelompok
manusia (yang berada di dalam suatu ruangan yang sama dan secara thermal
homogen) tidak akan pernah tercapai. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi tubuh
manusia serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
sensasi thermis secara tidak sistematis atau beraturan (Amin, Danusputra, dkk,
2002).
Menurut teori kenyamanan termal yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan
bahwa kondisi kenyamanan termal ditentukan oleh faktor iklim dan faktor individu
atau faktor personal. Fator iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu
radiasi rata-rata, kelembaban udara serta kecepatan angin. Sementara faktor
individu yang turut menentukan keadaan suhu nyaman adalah laju metabolisme
(atau jenis aktifitas) serta pakaian yang dikenakan.
Teori Fanger dalam Basaria (2005), kenyamanan termal yang dapat dirasakan
manusia merupakan fungsi dari faktor iklim serta dua faktor individu yaitu jenis
aktifitas yang berkaitan dengan metabolism tubuh serta jenis pakaian yang
digunakan. Sedangkan menurut Szokolay dalam”Manual of Tripical and Building”
dalam Basaria (2005), menyebutkan kenyamanan tergantung pada variable iklim
(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembababn udara, dan kecepatan angin) dan
beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aktimatisasi, usia dan jenis
kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit. Menurut Humpheys dan nicol dalam basaria (2005),
kenyamanan suhu juga dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-masing individu
terhadap suhu luar disekitarnya.
Houghton dan Yaglou (dalam “Determining Lines of Equal Comfort” _Vol. 29,
1923), menyatakan kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi panas, temperatur,
kelembaban udara dan gerakan udara yang disebut sebagai Temperatur Efektif
(TE).
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah adalah bagaimana kondisi
termal pada bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab.Tangerang? bagaimana
sensasi termal yang di rasakan oleh pengguna masjid?. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kenyamanan termal pada bangunan dan yang di rasakan oleh
para pengguna bangunan Masjid Jami Al- Mubarok Kab. Tangerang.

Bahan dan Metode


Lokasi Penelitian ini dilakukan di Masjid Jami Al-Mubarok yang berada di
Jalan Raya Bitung Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang-Banten. Penelitian ini
mengunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan pengukuran dan pembagian
kuisioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi termal
bangunan dan sensasi termal yang dirasakan responden.
Karakteristik masjid, dilihat dari bentuknya yaitu Masjid Jami Al-Mubarok ini
berbentuk persegi panjang yang dibangun pada sebuah daratan dengan halaman
yang terbuka dan tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan
untuk menampung jamaah pada shalat jum‟at, tarawih serta hari raya Idul Fitri dan
Idul Adha. Masjid ini berukuran besar, mempunyai atap datar atasnya dan dignakan
untuk menopang tiang-tiang. Masjid ini memiliki kubah besar di tengah, dimana
kubah ini melingkupi sebagian besar area shalat. Menara adalah bentuk umum dari
sebuah masjid adalah keberadaan menara. Kubah juga merupakan salah satu ciri
khas dari sebuah masjid. Masjid ini memakai bentuk setengah lingkaran, di kubah
pun kaca yang menjadi ventilasi alami untuk pencahayaan di siang hari. Masjid ini
termasuk masjid terbuka, dimana masjid ini dikelilingi kaca dan banyak memiliki
pintu yang cukup banyak.
Parkiran

Masjid

Gambar 1. Lokasi Masjid Jami Al-Mubarok


Kabupaten Tangerang Sumber : google
Earth

Gambar 2. Tampak UtaraMasjid


Jami Al-Mubarok Sumber : Data
Pribadi, 2014

Gambar 3. Potongan Masjid Jami


Al-Mubarok Sumber : Data Pribadi,
2014
Lokasi ini dipilih sebagai lokasi studi kasus karena bangunan ini tidak
menggunakan AC (air conditioning) sehingga akan lebih mudah untuk
mengetahui bagaimana kenyamanan termal pada bangunan ini, karena rata-rata
bangunan yang sudah menggunakan AC memiliki kenyamanan termal yang
cukup baik.
Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa peralatan penelitian
danmenggunakan software yaitu:
1.Thermometer (untuk mengukur suhu ruang dalam dan
luar) 2.Hygrometer (untuk mengukur kelembaban udara
dalam dan luar) 3.Anemometer (untuk mengukur
kecepatan angin)
4.Thermal Comfort Estimator

Gambar 4. Thermometer Gambar 5. Hygrometer

Gambar 6. Anemometer Gambar 7. Thermal Comfort


Estimator

Pengukuran dilakukan selama 2 hari pada hari pertama pengukuran 14 titik


ruang dalam dan 4 titik ruang luar (koridor) dan hari kedua pengukuran 35 titik
ruang dalam dan 5 titik ruang luar (koridor). Pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin. Hasil yang
didapatkan ditulis pada parameter yang sudah disiapkan, dan dimasukkan
bersamaan ketika pembagian kuisioner. Suhu terendah yang didapat mencapai
26,4 oC dan suhu tertinggi mencapai 30,9 oC.
Pembagian kuisioner pada 200 responden, dimana 100 responden dihari
pertama pada waktu shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya dan 100
respnden dihari kedua yaitu pada waktu shalat jum‟at Tujuan dibagiakannya
kuisioner ke responden adalah untuk mendapatkan data sensasi termal pada
pengguna masjid. setelah memperoleh data ternyata yang didapatkan
jawabannya beragam dari subuh sampai isya, sensasi yang dirasakan mulai dari
dari dingin sekali sampai panas sekali.
Pada survei ini menggunakan kuisioner yang diberikan pada pengguna
masjid dengan ketentuan sebagai berikut retan waktu shalat subuh pada pukul
04.00-05.00, dzuhur 12.00- 13.00, ashar 15.00-16.00, maghrib 18.00-19.00, dan
isya 19.00-20.00, dan pada shalat jum‟at.

Rancangan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan proses/metoda


penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penelitian metode ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan
pengukuran dan kuisioner. Pada penelitian ini variable yang digunakan untuk
memberikan batasan pembahasan didalam penelitian adalah variabel bebas yang
terdiri dari suhu udara (Ta), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH). Untuk
variable terikat terdiri dari kenyamanan termal responden.
Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengukuran Kondisi Termal Pada Bangunan

Pengukuran Hari Pertama di 14 Titik ruang dalam dan 4 Titik ruang Luar

Gambar 8. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt.1 Ruang Utama

31.
Suhu Udara (°C)

30.
0
LANTAI
29. 1
26.
0

Waktu Pengukuran
(Jam)
Gambar 9. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt.1 Ruang Utama
Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 suhu di ruang utama lebih

rendah dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai dini hari suhu ruang

utama dari pukul 04:00 sampai pukul 06:00 suhu udara turun mencapai 26,8°C.

Sedangkan di ruang luar (koridor) suhu udara naik mencapai 27,5°C. Pada pukul

07:00 suhu di ruang luar (koridor) mengalami penurunan mencapai 27,0°C. Dengan

berjalannya waktu suhu udara di dalam ruang utama semakin siang maka suhu udara

ruangan semakin naik, puncaknya pada pukul 13:00 mencapai 30,1°C. Begitupun

suhu udara di luar (koridor) mencapai 30,1°C. Namun sore sampai malam suhu udara

di dalam ruang utama kembali turun mencapai 28,4°C. Sedangkan di ruang luar

(koridor) pada malam hari pukul 19:00-20:00 suhu udara naik mencapai 28,9°C.

Dengan rata-rata suhu udara ruang masjid tertinggi mencapai 30,1°C dan rata-rata

suhu udara terendah mencapai 26,8°C. Sedangkan rata-rata tertinggi suhu udara

koridor mencapai 30,8°C dan rata-rata suhu udara terendah mencapai 26,95°C. Jadi,

suhu udara tertinggi berada pada koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan

langsung dengan ruang luar. Sedangkan untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh

dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu udara di dalam lebih rendah

dibandingkan suhu udara di luar.

100.0
95.0
KELEMBABAN (%)

90.0
85.0
80.0
75.0 LANTAI 1
70.0 KORIDOR
65.0
60.0

WAKTU PENGUKURAN (JAM)

Gambar 10. Hasil pengukuran kelembaban hari pertama


Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 kelembaban di ruang utama lebih

tinggi dibandingkan dengan kelembaban di ruang luar (koridor). Pada pukul 04:00-

07:00 sudah memperlihatkan bahwa kelembaban tinggi mencapai 86,1%.

Sedangkan di ruang luar (koridor) kelembaban mencapai 83,8%. Semakin siang

kelembaban di ruang utama mengalami penurunan pada pukul 13:00 mencapai

68,9%. Sedangkan di ruang luar (koridor) kelembaban mencapai 68,5%. Dengan

berjalannya waktu maka, kelembaban di ruang utama kembali naik sampai pukul

16:00 mencapai 72,1%. Sedangkan diruang luar (koridor) kelembaban mencapai

73,3%. Semakin malam, maka kelembaban pun semakin naik mencapai 79,6%.

Sedangkan di ruang luar (koridor) mencapai 78,3%. Dengan rata-rata tertinggi

kelembaban udara ruang masjid mencapai 86% dan rata-rata kelembaban udra

terendah mencapai 69%. Sedangkan rata-rata kelembaban udara koridor tertinggi

mencapai 83,8% dan rata-rata kelembaban udara koridor terendah mencapai

68,5%. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu

udara di dalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang luar lebih rendah

karena suhu udara di luar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara

maka kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban

pun akan tinggi.

Gambar 11. Hasil pengukuran Kecepatan angin hari pertama


Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 angin diruang utama lebih
kecil dibandingkan dengan kecepatan angin diruang luar (koridor) yang sangat
besar. Dari dini hari sampai malam hari kecepatan angin didalam bangunan relatif
sama, kecepatan angin tertinggi mencapai 0,3 m/s pada pukul 07:00 pagi dan
pukul 17:00 sore hari. Sedangkan kecepatan angin diruang luar (koridor) dari dini
hari sampai pagi jam 10:00 kecepatan angin relatif sama mencapai 0,2 m/s.
Namun berjalannya waktu semakin siang kecepatan angin diruang luar (koridor)
cukup naik mencapai 0,6 m/s. Akan tetapi pada pukul 15:00 kecepatan angin
kembali kecil mencapai 0,2 m/s. Kecepatan angin diruang luar (koridor) cukup
besar pada pukul 16:00- 17:00 mencapai 1,2 m/s. Lalu semakin malam
kecepatan angin pun kembali kecil mencapai 0,3 m/s. Dengan rata-rata
kecepatan angin ruang masjid tertinggi mencapai 0.3 m/s dan rata- rata terendah
mencapai 0.1 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin tertinggi di koridor
mencapai 1.2 m/s dan rata-rata terendah mencapai 0.1 m/s. Kecepatan angin
tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor berhubungan langsung dengan ruang
luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang dalam lebih rendah, karena angin
yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu.

Pengukuran Hari Pertama di 35 Titik ruang dalam dan 5 Titik ruang Luar

Gambar 12. Titik pengukuran hari kedua


Secara umum, pada suhu udara lantai 1, koridor lanatai 1 dan lantai 2 cukup
rendah, sedangkan di lantai 1 belakang dan koridor suhu udara cukup tinggi.
Pergerakan suhu udara ruang utama lt.1 dan koridor suhu tertinggi mencapai
30,1°C. Sedangkan suhu udara dilantai 2 suhu tertinggi mencapai 30,2°C. Namun
untuk ruang lantai 1 suhu udara tertinggi mencapai 30,8°C. Sedangkan dikoridor
lantai 1 belakang suhu udara tertinggi mencapai 30,9°C. Secara Umum, rata-rata
suhu udara ruang lantai 1 mencapai 29.0°C dan rata-rata suhu udara koridor
mencapai 29,2°C. Sedangkan rata-rata suhu udara lantai 1 belakang mencapai
29,4°C dan suhu udara rata-rata di koridor mencapai 29,5°C. Dengan rata-rata
suhu udara lantai 2 mencapai 29,0°C . Jadi, suhu udara tertinggi berada pada
koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar.
Sedangkan untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu,
yang mengakibatkan suhu udara didalam lebih rendah dibandingkan suhu udara
diluar.

100.0
LANTAI 1
95.0
90.0 KORIDOR LANTAI
KELEMBABAN (%)

85.0 1
80.0 LANTAI 2
75.0
LANTAI 1
70.0
BELAKANG
65.0 KORIDOR LANTAI
60.0 1 BELAKANG
4:00 5:00 12:0013:0015:0016:0017:0018:0019:0020:00
WAKTU PENGUKURAN (JAM)

Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang luar (koridor) dilihat dari
alur grafik, maka kelembaban di ruang utama dan koridor cukup tinggi mencapai
83,1% dibanding dengan kelembaban di lantai 2 mencapai 81,2%, Sedangkan di
lantai 1 belakang dan koridor kelembaban cukup rendah mencapai 63,8%. Namun
dengan pergerakannya waktu lantai 1 belakang cukup tinggi dari pukul 18:00-20:00
mencapai 83,1% dan pada koridor memiliki kelembaban mencapai 87%. Dengan
rata-rata kelembaban udara lantai 1 mencapai 76% dan rata-rata kelembaban di
koridor mencapai 74%. Sedangkan rata-rata kelembaban di lantai 1 belakang
mencapai 73% dan rata-rata kelembaban di koridor mencapai 72%. Namun, rata-
rata kelembaban udara lantai 2 mencapai 75%. Kelembaban tertinggi berada di
ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu udara didalam bangunan rendah. Sehingga
kelembaban di ruang luar lebih rendah karena suhu udara diluar ruangan lebih
tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara maka kelembaban pun akan rendah. Jika
suhu udara rendah maka kelembaban pun akan tinggi.
Gambar 15. Hasil pengukuran kecepatan angin hari kedua
Secara umum, pada ruang shalat utama lantai 1 dan ruang shalat lantai 2
kecepatan angin relatif sama, mencapai 0,3 m/s. Sedangkan pada lantai 1 koridor
kecepatan angin cukup besar mencapai 0,6 m/s. Namun pada lantai 1 belakang dan
ruang luar (koridor) kecepatan angin relatif sama mencapai 0,1 m/s. Secara Umum,
rata-rata kecepatan angin lantai 1 mencapai 0,2 m/s dan rata-rata kecepatan angin
pada koridor mencapai 0,4 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin lantai 1
belakang dan koridor mencapai 0,1 m/s. Namun, rata-rata kecepatan angin lantai 2
mencapai 0,2 m/s. Maka kecepatan angin terendah ditunjukan pada ruang masjid dan
koridor lantai 1. Kecepatan angin tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor
berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang
dalam lebih rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh
dinding, jendela dan pintu.

Distribusi Sensasi termal dari Responden


120
106 (53%)
100
Jumlah Responden (Orang)

80

60
45 (22.5%)
40
22 (11%)
17 (8.5%)
20
7 (3.5%)
1 (0.5%) 2 (1%)
0
Dingin Dingin Sejuk Nyaman Hangat Panas Panas
Sekali Sekali

Sensasi Termal

Gambar 16. Hasil pengukuran responden keseluruhan


Dapat dilihat dalam gambar grafik 40 bahwa 41 orang responden (41%)
memberikan pilihan “0” atau netral, sementara 26 responden (26%) memilih sejuk,
4 responden (4%) memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali, dan 17
responden (17%) memilih hangat, 10 responden (10%) memilih panas, 2 responden
(2%) responden yang memilih panas sekali. Data diatas memperlihatkan, secara
rata-rata, bahwa lebih banyak responden yang merasakan “netral” dibandingkan
merasakan “panas sekali”.

Pengukuran Menggunakan Program Thermal Comfort Estimator Pada


Bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab. Tangerang

o Hasil pengukuran estimator waktu subuh


Tabel 1. Hasil pengukuran software estimator waktu subuh

Hasil perhitungan estimator menunjukkan bahwa pada waktu subuh dari


rata-rata suhu udara 27,0ºC, kelembaban udara 83,1% dan kecepatan angin 0,1
m/s. Maka PMV +1 (Hangat) 1.04 dan PPD 28.49%.
Hasil pengukuran estimator waktu dzuhur
Tabel 2. Hasil pengukuran software estimator waktu dzuhur
Hasil pengukuran estimator pada waktu dzuhur menunjukkan bahwa dari
rata-rata suhu udara 30,1 ºC, kelembaban udara 68,6% dan kecepatan angin 0,2
m/s. Maka PMV +2 (Panas)1.82 dan PPD 68.34%.

Hasil pengukuran estimator waktu ashar


Tabel 3. Hasil pengukuran software estimator waktu ashar

Hasil perhitungan estimator pada waktu ashar menunjukkan bahwa dari rata-
rata suhu udara 29,4ºC, kelembaban udara 72,1% dan kecepatan angin 0,2 m/s.
Maka PMV +2 (Panas) 1.63 dan PPD 58.08%.
Hasil pengukuran estimator waktu maghrib

Tabel 4. Hasil pengukuran software estimator waktu maghrib


Hasil pengukuran estimator pada waktu maghrib menunjukkan bahwa dari
rata-rata suhu udara 28,3ºC, kelembaban udara 78,9% dan kecepatan angin 0,1
m/s. Maka PMV +2 (Panas) 1.39 dan PPD 44.84%.
Hasil pengukuran estimator waktu isya

Tabel 5. Hasil pengukuran software estimator waktu isya

Hasil pengukuran estimator pada waktu isya menunjukkan bahwa dari rata-
rata suhu udara 28,4ºC, kelembaban udara 79,6% dan kecepatan angin 0,1 m/s.
Maka PMV +2 (Panas) 1.41 dan PPD 46.34%.
Keterangan :
- PMV (Predicted Mean Vote) prediksi rata-rata sensasi termal responden.
- PPD (Predicted Precentage Dissatisfied) prediksi presentase ketidak
nyamanan.
- Ta (Suhu)
- Rh (Kelembaban)
- Va ( kecepatan angin ).
Pada waktu subuh, maka PMV +1 (Hangat) 1.04 dan PPD 28.49%. Pada waktu
dzuhur, maka PMV +2 (Panas) 1.82 dan PPD 68.34%. Pada waktu ashar, maka
PMV +2 (Panas) 1.63 dan PPD 58.08%. Pada waktu maghrib, maka PMV +2
(Panas) 1.39 dan PPD 44.84%. Pada waktu isya, maka PMV +2 (Panas) 1.41 dan
PPD 46.34%.
Pada analisis Kenyamanan termal di ruang Masjid Jami Al-Mubarok dapat
disimpulkan bahwa rata-rata suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin berada
di daerah +2 (Panas). Semakin tinggi nilai PMV semakin banyak responden yang
menyatakan tidak nyaman, karena rentang nyaman PMV dari -0,5 sampai 0,5.
Semakin rendah nilai PPD semakin rendah ketidak kenyamanan yang di nyatakan
responden.
BAB VI
MASJID AL-KHARIM

Masjid AL-Kharim adalah satu dari sekian banyak masjid di pogung lor yang
selalu dipenuhi jama’ah ketika sholat lima waktu, sholat jumat, dan TPA sedang
berlangsung, khusyu adalah syarat syah dalam melaksanakan ibadah agar diterima
amalanya oleh ALLAH SWT, sebagaimana disebutkan dalam Hadist Riwayat al-
Hakim: "Sekiranya sanubari hati orang ini khusyu, niscaya anggota tubuhnya menjadi
khusyu", dalam tubuh yang khusyu terdapat jiwa dan akal yang sehat, untuk mencapai
kondisi seperti itu diperlukan kenyamanan termal yang mendukung agar jama’ah
tetap tenang dan tidak gelisah ketika sholat berlangsung.
Keindahaan arsitektur bangunan masjid belum sepenuhnya menjamin memiliki
zona kenyamanan termal bagi para jama’ah yang akan dan sedang melaksanakan
ibadah di dalamnya. Kepadatan jama’ah membuat isi ruangan menjadi lebih panas
karena dalam diri manusia mengeluarkan kalor hasil sisa pembakaran metabolisme.
Untuk itu diperlukanya analisis kenyamanan termal ruangan sebelum memperbaiki
kondisi ruangan dan menghitung beban pendinginan.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adaah metode observasi (suryey) dan
pengukuran , perhitungan manual dengan index PMV dan PPD serta simulasi
dengan ASHRAE Thermal Comfort Zone Program. Berikut penjelasannya :

1. Observasi dan pengukuran parameter dilakukan di Masjid Al-Kharim


pogung lor dengan mengamati pakaian untuk memperkirakan nilai CLO-
nya dan aktivitas untuk memperkirakan Metabolismenya. Sedangkan
pengukuran parameter yang terkait dengan variable-variable kenyamanan
termal seperti suhu ruangan dalam dan luar, MRT diasumsikan sama
dengan suhu ruangan, Kecepatan angin, dan relative humidity.
2. Professor P.O telah membuat skala dan rumus untuk menilai tingkat
kenyamanan ruang. Dia membuat skala PMV (Predicted Mean Vote) dan
PPD (Predicted Percentage of Dissatisfaction). Skala PMV terdiri daroi 7
titik : -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 yang mewakili kondisi dingin, sejuk, agak
sejuk, netral, agak hangat, hangat dan panas. Sedangkan PPD
memberikan prakiraan berapa besar (%) penghuni ruang yang akan
merasa tidak nyaman. Jelas bahwa apabila PPD semakin mendekati 0%
berarti ruang semakin nyaman [2].

Persamaan kenyamanan termal

M – W = H + Ec + Cres + Eres

Ec = 3,05.10-3[5733-6.99(M-W)-Pa]+0.42(M-W- 58.15)

Cres= 0.0014*M (34-ta) Eres = 1.72.10-5 M (5867-Pa)


tsk = 35,7 – 0,028(M-W)

Jika Icl < 0,5 clo


fcl = 1,00 + 0,2*Icl
Jika Icl > 0.5 clo
fcl = 1,00 + 0,1*Icl
Hc,eq = 2,38*(tcl-teq)0,25 atau hc = 12,1*(Var)0,5

Ket :
M = kecepatan metabolisme W = tenaga mekanis
efektif
Pa = kelembaban, tekanan parsial uap air, Pa ta = temperature udara
oC

tsk = temperature kulit


Cres = pertukaran panas konvektif respiratori Eres = Pertukaran panas
evaporative
H = Kehilangan panas kering melalui kulit
Ec = pertukaran panas secara penguapan pada kuli Icl = isolator pakaian
tcl = temperature permukaan pakaian Var = kecepatan angin
fcl = factor area pakaian
PMV = (0,303e-2,00*M + 0,028)*[(M-W)- H - Ec - Cres - Eres]
PPD dipengaruhi dari nilai PMV nya, sebagai pengukuran kuantitatif kenyamanan
termal, ketidakpuasan berarti tidak voting -1, +1, atau 0 dalam PMV, normalnya
PPD berada pada rentang ,7.5% pada setiap lokasi [5]
3. ASHRAE Comfort Zone Program, perangkat lunak yang user-friendly untuk
menghitung parameter kenyamanan termal dan membuat prediksi
kenyamanan termal menggunakan beberapa model persamaan
kenyamanan termal. Versi baru berfokus ]

pada Adaptive dan Prediction Vote Mean (PMV) Model , softwarenya bisa
didownload di [3]
Hasil dan Pembahasan
Data diambil tanggal 3 Januari 2013 pada musim hujan (winter) ketika masjid
dipenuhi dengan jama’ah sholat jumat, berikut ini didapatkan data hasil
observasi dan pengukuran

Tabel 1. Hasil observasi dan pengukuran

Nilai MRT diasumsikan sama dengan suhu ruangan karena intensitas radiasi
matahari rendah, cucaca mendung [2]
Informasi kcepatan angin 2,5 m/s dan relative humidity 70% didapatkan dari badan
metereologi dan geofisika, cuaca rata-rata dari tanggal 1 januari 2013 menunjukan
cucaca yang ekstrim, suhu di rentang 24oC- 27oC , relative humidity 60-80%, dan
kecepatan angin yang besar 2-3m/s [4]
Untuk mendapatkan nilai Tekanan parsial uap (Pa) dengan membaca
psychometric chart pada suhu 25oC dan relative humidity 70% adalah 1400
N/m2.
Ec = 3,05.10-3[5733-6.99(M-W)-Pa]+0.42(M-W-58.15)

= 3,05.10-3[5733-6.99(70-0)-1400]+0.42(70-0-58.15)

= 15,4 W/m2

Cres = 0.0014*M (34-ta)

= 0.0014*70 (34-25)
= 0.882 W/m2

Eres = 1.72.10-5 M (5867-Pa)

= 1.72.10-5 *70 * (5867-1400)

= 5 .37W/m2

tsk = 35,7 – 0,028(M-W)

= 35,7 – 0,028(70-0)

= 33.74

Icl = 0.44clo Jika Icl < 0,5 clo fcl = 1,00 +0,2*Icl
= 1,00 + 0,2*0.44

= 1.088

Untuk menghitung H diperlukan tcl dan hc, karena tcl dan hc saling tergantung,
maka untuk menghitung kedua nilai tersebut dilakukan secara iterasi. Untuk itu
diperlukan bantuan Program basic parameter ASHRAE thermal comfort zone [2]

H = 39,6 10-9 fcl[(tcl+273)4 – (tr+273)4] + fcl hc(tcl-ta)


Dari pengecekan dengan program ASHRAE thermal comfort diperoleh nilai PMV
= -1,25 dan PPD = 38% (lihat gambar ). Artinya , kondisi ruangan dalam
keadaan nyaman dengan kecendrungan terlalu lembab (too humid), di dalam
masjid tersebut ketika solat jum’at terisi penuh ada 160 jama’ah dan jika dimintai
pendapat, kira kira ada 60 orang (38%) yang merasa tidak nyaman, mungkin
karena terlalu lembab dan kecepatan angin yang besar membuat para jama’ah
kedinginan dan merasa tidak nyaman, perbandingan orang yang merasa dengan
orang yang tidak merasa nyaman 8:3 , masih dominan orang yang merasa
nyaman.
Gambar 4. Output Termal Comfort Zone pada Winter

Jika dibandingkan pada musim kemarau , dapat diperkirakan suhu udara


maximal 30oC, RH 50% dan kecepatan angin 2 m/s , didapatkan nilai PMV nya
1,58 dan PPD nya 55%, dengan kategori sangat tidak nyaman pada kondisi
tersebut (lihat gambar )

4. Gambar 4. Output Termal Comfort Zone pada Summer


BAB VII
PENUTUP

Demikian kajian yang saya lampirkan berdasarkan berbagai jurnal yang dicari, atas
perhatianya saya ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai