Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan gedung perkantoran di Kecamatan Kepil dalam
konteks lingkungan tidak lepas dari berbagai pertimbangan dan batasan.
Sepanjang sejarah, perkembangan arsitektur bangunan selalu terkait faktor
iklim, energi, ketersediaan sumber daya dan upaya untuk menjamin sumber
daya tersebut dapat terjamin secara berkelanjutan. Saat ini, pertimbangan
analisa kinerja termal penggunaan energi dalam bangunan sudah menjadi
suatu kriteria yang diwajibkan di hampir semua negara di dunia adalah
untuk menciptakan kenyamanan maksimum bagi pengguna. Kinerja termal
bangunan gedung perkantoran di Kecamatan Kepil meliputi, antara lain
adalah: mengoptimalkan kenyamanan suhu dan kebutuhan udara segar.
Kedua hal ini dicapai dengan membuat bukaan atau jendela lebar pada
selubung bangunan. Ini merupakan salah satu ciri standar arsitektural tipe
bangunan yang berlokasi di daerah yang beriklim tropis dan lembab,
khususnya pada bangunan yang tidak mengandalkan sistim pengkondisian
udara (AC). Bukaan atau jendela tersebut dipakai sebagai prasarana aliran
arus udara atau ventilasi alami yang dibutuhkan bagi ruang-ruangnya.
Kinerja Termal merupakan hal yang berkaitan dengan bangunan dan
kenyamanan tubuh agar manusia dapat beraktifitas. Menurut Szokolay
(1973), kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasinya,
suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor
individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin,
tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit. Sensasi ketidak nyamanan timbul bila
keadaan atau suasana di luar kenormalan, bisa meningkat mulai dari terasa
mengganggu sampai menimbulkan rasa sakit tergantung dari seberapa jauh
keseimbangan terganggu. Sensasi kenyamanan terjaga dengan
meningkatkan metabolisme, merubah level aktivitas otot, atau
menggunakan pakaian, bisa juga dengan memodifikasi lingkungan dengan
bantuan alat atau teknologi. Ketidak nyamanan dapat menimbulkan
perubahan fungsional yang bisa mempengaruhi seluruh tubuh. Panas
berlebih menyebabkan kelelahan meningkat, rasa kantuk, keadaan fisik
menurun dan meningkatkan kemungkinan kesalahan. Perbaikan kondisi
kenyamanan di dalam ruangan sangat penting untuk kesehatan dan keadaan
secara maksimal (Kroemer dan Grandjean, 1982).
Di Indonesia, Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung menjadi acuan dalam peraturan mengenai bangunan.
Turunan peraturan selanjutnya adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
(Permen PU) nomor: 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung, sebagai acuan dalam membuat bangunan di Indonesia.
Persyaratan teknis yang tertuang dalam Permen PU tersebut adalah
persyaratan tata bangunan dan lingkungan, persyaratan keandalan bangunan
gedung, persyaratan kesehatan bangunan gedung, persyaratan kenyamanan
bangunan gedung, persyaratan kemudahan bangunan gedung.
Sebagai dasar dari standar desain maka perlu dilakukan kajian
terhadap faktor-faktor desain bangunan, khususnya faktor-faktor desain
yang berpengaruh terhadap kinerja termalnya. Maka penulis dalam
Penelitian mengambil judul “Kinerja Termal Bangunan di Kawasan
Perkantoran Kecamatan Kepil” bertujuan untuk melakukan evaluasi
terhadap faktor-faktor desain yang berpengaruh kinerja termal bangunan
fasilitas pelayanan perkantoran di kawasan kantor Kecamatan Kepil. Hasil
yang diharapkan adalah peringkat kinerja faktor-faktor desain yang
mempengaruhi kenyamanan termal bangunan untuk mendukung
kenyamanan suhu dan kenyamanan pencahayaan. Hasil peneitian lebih
lanjut dapat memberikan suatu rekomendasi, khususnya peran bangunan
dalam memodifikasi iklim.
1.2 Permasalahan dan Persoalan
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kinerja termal pada
bangunan perkantoran di kawasan Kantor Kecamatan Kepil berdasarkan
standart kenyaman termal?
Adapun Persoalan dari studi penelitian ini ialah sebagai berikut:
1) Bagaimana tingkat kinerja termal pada gedung di kawasan Perkantoran
Kecamatan Kepil?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi kinerja termal lingkungan pada
gedung kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil?
3) Seperti apa penyelesaian dari permasalahan termal pada gedung di
kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil?
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui faktor
yang mempengaruhi kinerja termal pada gedung di kawasan Perkantoran
Kecamatan Kepil serta penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Adapun sasaran dari studi penelitian ini ialah sebagai berikut:
1) Mengetahui tingkat kinerja termal pada gedung di kawasan Perkantoran
Kecamatan Kepil.
2) Mendapatkan informasi faktor yang mempengaruhi kinerja termal
lingkungan pada gedung kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil.
3) Memberikan kontribusi pada bidang arsitektur untuk stakeholders
perkantoran dikawasan Kecamatan Kepil
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sesuatu yang dapat
dimanfaatkan tidak untuk satu pihak, namun juga beberapa pihak yang
terkait yaitu:
1) Dalam konteks ilmiah, Memberikan masukan user pada gedung
perkantoran di kawasan Kecamatan Kepil terkait kinerja termal serta
manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi dan masukan
mengenai standarisasi desain bangunan , sehingga dapat diketahui hal
yang perlu disiapkan dan diperbaiki untuk meningkatkan keefektifan
proses saat pelayanan publik .
2) Dalam konteks paktis, menjadi bahan rujukan bagi peneliti lain yang
tertarik pada kajian kinerja termal
1.5 Batasan dan Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dibatasi pada materi penelitian sesuai
dengan substansi berdasarkan pada tujuan di atas agar penelitian ini tidak
lepas dari tema dan judul yang diangkat yaitu Kinerja Termal Bangunan Di
Kawasan Perkantoran Kawasan Kecamatan Kepil. Sedangkan batasan
lingkup spasialnya adalah pada lokasi studi yaitu bangunan Perkantoran di
Kecamatan Kepil yang merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di
Kabupaten Wonosobo, terletak antara 70 23’ 35’’ sampai 70 35’ 20’’
Lintang Selatan (LS) dan 1090 57’ 52” sampai 1100 04’ 32’’ Bujur Timur
(BT), berjarak 23 km dari Ibu Kota Kabupaten Wonosobo dan 127 km dari
Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah (Semarang), berada pada ketinggian 425
diatas permukaan laut (dpl) .
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan penelitian tugas akhir ini ,sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan lingkup
penelitian, kerangka pemikiran sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi tinjauan teori dari berbagai sumber, dipaparkan mengenai
teori yang berkaitan dengan penelitian, antara lain : Standasasi bangunan
perkantoran, kinerja termal, arsitektur tropis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan metode penelitian yang terdiri dari metode
pembahasan, pengukuran, pengumpulan data, dan pengolahan data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil pengumpulan data di lapangan
serta analisis dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data kemudian
diolah.
BAB V KESIMPULAN
Dalam Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1.7 Kerangka Penulisan

Proses Penelitian

Keterlibatan Mahasiswa
Penelitian
Survey Lapangan

 Studi Lapangan
 Asistensi dan
Koordiasi Dengan  Teori
Pembimbing  Pengumpulan
Penelitian data

Asistensi/Konsultasi Dosen
Pembimbing

Penyusunan laporan
Penelitian

Diagram 1 : Analisis kerangka penulisan


Sumber : Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori “Kinerja Termal Bangunan di Kawasan Perkontoran


Kecamatan Kepil”
2.1.1 Definisi Kinerja Termal
Thermal dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkaitan
dengan panas, panas merupakan suatu energi yang berpindah akibat
perbedaan suhu. Kondisi termal pada bangunan bisa berdampak pada
nyaman atau tidaknya seseorang sedangkan Kinerja termal adalah
kemampuan bangunan dalam menghadapi termal, kinerja termal juga
dapat dilihat dari seberapa besar perbedaan antara temperatur ruang luar
dan ruang dalam bangunan. Kinerja termal dipengaruhi oleh selubung
bangunan. Penelitian selubung bangunan pada kondisi iklim tropis yang
dingin telah dilakukan. Selubung terbukti mempengaruhi kinerja termal
bangunan sesuai dengan iklim mikro yang ada di lingkungannya
(Hermawan et al. 2019). Indonesia mempunyai dua wilayah yang
berbeda iklim mikronya. Wilayah gunung dengan iklim dingin dan
wilayah pantai dengan iklim panasnya. Perbandingan iklim panas dan
iklim dingin pada wilayah tropis tidak meninggalkan ciri tropis yang
penuh dengan sinar matahari. Panas masih ada pada kedua daerah
tersebut (Hermawan 2018). Pada penelitian di kawasan perkantoran
Kecamatan Kepil yang terletak di daerah perbatasan Purworejo juga
terasa hangat terlihat adanya panas matahari. Penelitian termal di ruang
luar ini mengukur termal pada jalan dan lingkungan luar (Hermawan,
Prianto, and Setyowati 2014).
2.1.2 Faktor Pengaruh Kinerja Termal
Banyak penelitian telah membuktikan Faktor yang mempengaruhi
Kinerja Termal adalah adanya faktor utama yang dapat mempengaruhi
Kinerja Termal bangunan yaitu:

1) Selubung Bangunan
Selubung terbukti mempengaruhi kinerja termal bangunan sesuai
dengan iklim mikro yang ada di lingkungannya (Hermawan et al.
2019). Selubung bangunan adalah elemen bangunan yang
menyelubungi bangunan . Penelitian selubung bangunan pada
kondisi iklim tropis yang dingin telah dilakukan. yaitu dinding dan
atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar
energi termal berpindah melalui elemen tersebut .
2) Temperatur Udara
Temperatur Udara adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan
dalam menyatakan Kinerja termal suatu bangunan. Satuan yang
dipakai untuk temperatur udara adalah Celcius, Fahrenheit,
Reamur, dan Celvin. Bangunan dikatakan nyaman apabila
pengguna pada ruangan suhu tubuhnya berada sekitar pada suhu
37%. Temperatur udara yang masuk melalui proses konduksi pada
material bangunan antara suatu daerah dengan daerah lainnya sangat
berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor, seperti
sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu wilayah, arah angin,
arus laut, awan, dan waktu penyinaran. Menurut SNI 03-6572-2001
Suhu dingin berada pada < 20,5ºC, suhu ideal 24,8ºC – 27,1ºC,
sedangkan suhu panas dikategorikan pada >28ºC.
3) Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan uap air yang terkandung pada udara,
sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara banyaknya uap air
di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dapat ditampung di
udara pada temperatur tertentu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kelembaban udara, contohnya radiasi matahari,
tekanan udara, ketinggian wilayah, kondisi angin, kerapatan udara,
serta suhu udara. Tingkat kelembaban udara berbeda dengan unsur
yang lain, yang mana mengalami fluktuasi yang tinggi dan
dipengaruhi oleh perubahan temperatur udara. Semakin tinggi
temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara dalam
penyerapan air. Kelembapan absolut ialah kandungan air dari udara
tersebut, dinyatakan dalam grma per kilogram udara kering.
Berdasarkan SNI 03-6572-2001 kelembaban udara dengan tingkat
rendah adalah < 40%, kelembaban udara sedang 40% - 70%,
melainkan kelembaban udara tinggi ada pada > 70%.
4) Bukaan Ventilasi
Bukaan ventilasi yaitu ventilasi alami berguna untuk
memperngaruhi penyejukkan ke arah manusia dengan elemen-
elemen bukaan permanen seperti pintu, jendela, viod dan semua
bukaan yang menghubungkan ruangan pada ruangan lain ataupun
langsung ke area luar. Menurut Gratia (2004), infiltrasi udara
dengan sistem ventilasi alami dapat digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan termal pada ruang-ruang dalam bangunan.
5) Pergerakan Udara
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak
secara mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas
tanah. Menurut Prianto dan Depecker (2001:19) dalam Indrani
(2008), pada hunian di lingkungan beriklim tropis terutama dengan
kelembaban tinggi, kenyamanan penghuni tidak hanya tergantung
pada banyaknya suplai udara segar ke dalam ruangan, tetapi juga
tergantung pada kecepatan angin.Kecepatan angin sangat tergantung
pada karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain
gradient barometris, lokasi suatu wilayah, tinggi lokasi tersebut, dan
periode waktu. Menurut SNI 03-6572-2001 kategori kecepatan
angin adalah kecepatan rendah 0,2 m/s – 0,5 m/s, kecepatan angin
sedang 1 m/s – 1,5 m/s, sedangkan yang tergolong pada kecepatan
angin tinggi 1,5 m/s – 2 m/s.

6) Dimensi Bukaan
Dimensi bukaan adalah hasil perkalian antara panjang dan lebar
bidang pada selubung bangunan yang berfungsi sebagai masuknya
cahaya dan udara kedalam massa bangunan. Contoh bukaan yang
terdapat pada : jendela, ventilasi dan pintu (Novan, 2012). Menurut
James (2008), luas dan arah bukaan mempengaruhi kondisi
kenyamanan ruang. Semakin luas ruang dan arah bukaan yang tepat
membantu kondisi kenyamanan ruang. Menurut Indrani (2008), luas
penampang bukaan turut berperan penting untuk memanipulasi
kecepatan angin internal.Arah angin dan kecepatan angin yang
mengenai bukaan.
7) Pertukaran Perpindahan Panas Pada Bangunan
Dalam kaitannya dengan kinerja termal bangunan kondisi ini akan
mempengaruhi secara langsung perpindahan panas pada badan
orang didalam bangunan. Secara timbal balik kenyamanan
bangunan menerima dan melepas panas lingkungan serta aktivitas
didalamnya dan tubuh manusia yang berada dalam bangunan juga
akan menerima dan melepas panas lingkungan serta dalam tubuhnya
sendiri.
Perolehan dan pengeluaran panas dapat terjadi melalui peristiwa
perpindahan panas sebagai berikut:

matahari

Qp Qr

Qi
Qv Qi
Qk
Qi Qk

Gambar II.1Perpindahan panas pada bangunan


(Sumber: Surjamanto, 2000)
2.1.3 Faktor Pengaruh Kinerja Termal Di Ruang Luar
1) Vegetasi
Vegetasi berfungsi sebagai penahan radiasi matahari sekaligus
menyerap karbondi oksida dan penyimpanan air. Penghijauan di
ruang luar meningkatkan produksi oksigen yang mendukung
kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan
meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap
oleh tanah, kemudian menguap kembali. Dengan demikian,
tanaman ikut mengelola air hujan. Tanaman-tanaman pada
prinsipnya dapat dibagi atas:

Menurut jenis Menurut penggunaan Menurut fungsi


tanaman
Semak belukar sebagai Penghijauan privat Fungsi sosial sebagai
penutup tanah ruang komunikasi
Perdu sebagai penghias Penghijaun semiprivat Fungsi higiene mental
dan (kreativitas, imajinasi)
perbaikan tanah
Pohon peneduh dan Penghijauan umum Fungsi peristirahatan
pemberi manfaat untuk melepas lelah
lainnya
Tabel 1 : Fungsi Vegetasi
Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti.
Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005
2) Pelapis Tanah
Pelapis Tanah dapat memberikan dampak timbul atau tidaknya
kenyamanan termal pada bangunan yang terkena pantulan matahari
(yang langsung maupun yang tidak langsung) dan terkena aliran
angin. Juga memberikan pengaruh terhadap kenyamanan termal
lingkungan disekitarnya.

Gambar II.2 Kenyamanan Thermal yang timbul dari sinar matahari


dan gerakan angin Sumber : Frick, Heinz/Mulyani, Tri Hesti.
Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2005

3) Pembayangan
Pembayangan adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan
untuk meminimalkan ketidak nyamanan termal akibat radiasi
matahari langsung di ruang terbuka.
Tipe Pembayangan pada Bangunan
Sudut pembayangan berubah - ubah pada setiap jam, tergantung
pada posisi letak matahari. Ada 2 macam bentuk pembayangan :
 HSA (Horizontal Shadow Angle)
Horizontal Shadow Angle adalah perbedaan antara azimuth
matahari dengan orientasi pada sisi bangunan yang dapat
ditentukan pada titik tepi bayangan jatuh. Semakin kecil sudut
nya, semakin besar siripnya (La Roche, 2011).
Gambar II.3 Horizontal Shadow Angle
Sumber : La Roche, 2011

 VSA (Vertical Shadow Angle)


Vertical Shadow Angle adalah sudut pembayangan vertikal
yang diukur saat ketinggian matahari sejajar dengan sisi
bangunan (fasade). Semakin kecil sudutnya, semakin besar
overhang yang dibutuhkan (La Roche, 2011).

Gambar II.4 Vertical Shadow Angle


Sumber : La Roche, 2011
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian yang berjudul Kinerja Termal bangunan perkantoran di


Kecamatan Kepil Studi Kasus bangunan perkantoran Kecamatan Kepil Metode
penelitian yang akan digunakan yaitu metode penelitian deskriptif evaluatif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel lain (Sugiyono,:2003).
Sedangkan tujuan dari metode deskriptif menurut Rakhmat (2001) adalah untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu secara factual dan cermat. Menurut Diah (2011), penelitian evaluatif
memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data serta
membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang
digunakan.
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan untuk menghimpun data-data serta
permasalahan yang ada. Pengambilan data primer dilakukan dengan
cara:
1) Wawancara
Dilakukan melalui interaksi kepada masyarakat dan atau pihak-
pihak terkait.
2) Observasi
Menurut Hamidi dalam Susanti 2015, Observasi berarti peneliti
melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan 3 indera yang
lain) apa yang dilakukan dan dikatakan para responden dalam
aktivitas sehari- hari.
3) Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data grafis sebagai
materi analisis grafis. Metode dokumentasi yang peneliti lakukan
yakni mengambil foto-foto yang berkaitan dengan objek penelitian,
baik lokasi maupun catatan dari lembaga atau perseorangan.
4) Pengukuran
Pengukuran (dengan alat-alat ukur) untuk memperoleh data- data
kuantitatif variabel yang diperlukan pada obyek yang diteliti,
dengan menggunakan alat bantu antara lain:
 Thermo Hydrometer
Thermo Hygrometer ini digunakan untuk mengukur suhu dan
kelembaban di dalam dan diluar ruangan.
 Anemometer
Pada gambar ini digunakan untuk mengukur kecapatan angin
dan temperatur udara
3.2 Metode Analisis
Tahapan yang dilakukan setelah semua data yang penulis butuhkan terkumpul
adalah analisa data. Kelengkapan data sangat mempengaruhi lancarnya proses
analisis. Berikut merupakan cara analisa data yang dilakukan dalam penelitian
ini :
1) Memeriksa, bertujuan agar semua data yang telah terkumpul ke peneliti
baik data observasi, wawancara maupun dokumentasi mengenai Kinerja
Termal bangunan perkantoran Kecamatan Kepil dapat di gunakan secara
maksimal.
2) Memberi tanda, memberi kode terhadap pertanyaan yang telah diajukan dan
data yang didapat.
3) Tabulasi data, seluruh data yang telah diperikasa dan diberi tanda
dimasukan dalam tabel-tabel yang kemudian akan dianalisa mengunakan
paramater-parameter di telah ditetapkan diawal.
Data serta analisis yang telah diolah dideskripsikan sesuai dengan fakta dan
kenyataan yang ada. Analisis tersebut dapat dikembangkan kembali untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan yang berujung pada terjawabnya
permasalahan. Kerangka analisis untuk penelitian Kinerja Termal bangunan
perkantoran Kecamatan Kepil dapat dilihat pada diahgram alur penelitian
berikut.

Metode Metode
Wawancara Pengamatan

Data Landasan Data


Teori &

Hasil

Kesimpulan

Diagram 1 Metode Analisis


Data Sumber: Penulis

Permasalahan

Kajian Teoritik Metode Penelitian

Data Lapangan

Analisa

Kesimpulan
Diagram 2 Keseluruhan Penelitian
Sumber: Penulis

3.3 Metode Pemilihan Sampel Lokasi


Lokasi penelitian berada dikawasan bangunan Perkantoran Kecamatan Kepil
yang merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di Kabupaten Wonosobo,
terletak antara 70 23’ 35’’ sampai 70 35’ 20’’ Lintang Selatan (LS) dan 1090
57’ 52” sampai 1100 04’ 32’’ Bujur Timur (BT), berjarak 23 km dari Ibu Kota
Kabupaten Wonosobo dan 127 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah
(Semarang), berada pada ketinggian 425 diatas permukaan laut (dpl) .

Gambar III.1 Peta Lokasi Kawasan Kantor Kecamatan Kepil


Sumber : Google maps (Kawasan Kantor Kecamatan Kepil)

Batas wilayah Lokasi banguanan Perkantoran Kecamatan Kepil adalah sebagai


berikut:
Utara :Berbatasan dengan Kantor Kelurahan Kepil
Timur :Berbatasan dengan Jl. Wonosobo-Purworejo
Barat :Berbatasan dengan Sawah
Selatan :Berbatasan dengan Puskesmas Kepil 1

Puskesmas Kepil 1

Sawah

Luasan Kawasan : 2130 m2

Bangunan : 5 Gedung

Gambar III.2 Peta Lokasi Kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil


Sumber : Google maps (Kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil)

3.4 Objek Penelitian


Objek Penelitian yang diteliti yaitu bangunan di kawasan perkantoran Kecamatan
Kepil adalah Kinerja termal bangunan pada Kawasan Perkantoran Kecamatan
Kepil, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilapangan diharapkan dapat
memberikan informasi yang nantinya akan menghasilkan kesimpulan mengenai
kinerja termal Bangunan di Kawasan Perkantoran Kecamatan Kepil.
3.5 Lingkup Penelitian
Peneliti membatasi lingkup penelitian pada 5 bangunan yang berada dikawasan
Perkantoran Kecamatan Kepil, sebagaimana tercantum pada tabel dan gambar
berikut :
Nama Bangunan Luasan
Bangunan Gedung Balai KB 63 m2
Bangunan Gedung Kantor Permanen 110 m2
Bangunan Gedung Tempat Ibadah Permanen 42 m2
Rumah Negara Golongan III Tipe E Permanen 198 m2
Bangunan Gedung Tempat OR Lain-lain (dst) 40 m2

Tabel 2: lingkup penelitian


Sumber: Penulis

Gedung Balai KB

Tempat Ibadah

Rumah Negara Gedung Kantor


Gedung Tempat OR
Lain-lain

Gambar III.3 Site Penelitian


Sumber : pribadi

Nama Bangunan Fungsi


Bangunan Gedung Balai KB Memiliki Fungsi sebagai tempat
Permanen pelayanan publik keluarga dan kontor
dengan jumlah pegawai 5 orang
Bangunan Gedung Kantor Memiliki 3 ruangan dan 3 Fungsi
Permanen yaitu:
 Sebagai tempat pelayanan
publik pembuatan KTP dan
kontor dengan jumlah pegawai
4 orang
 Sebagai tempat pelayanan
public Kasi ekonomi dan
pembangunan berjumlah 5
orang
 Sebagai tempat pelayanan
public Kantor Bawaslu
kecamatan berjumlah 8 orang
dan PKH 21 orang
Bangunan Gedung Tempat Ibadah  Sebagai tempat beribadah
Permanen
Rumah Negara Golongan III Tipe Memiliki Fungsi yaitu:
E Permanen
 Sebagai tempat pelayanan
publik kontor Sekertaris Camat
dengan jumlah pegawai 5 orang
 Sebagai tempat pelayanan
publik kontor Kesejahteraan
Sosial 4
Bangunan Gedung Tempat OR Memiliki Fungsi yaitu:
Lain-lain (dst)
 Sebagai tempat pelayanan
publik kontor PPK kecamatan
Kepil dengan 6 anggota PPK 2
sertariat dan 2 tenaga
Pendukung

Tabel 3: Fungsi sampel penelitian


Sumber: Penulis

Serkulasi keluar masuk


kawasan kantor
kecamatan

SOLID

VEGETASI

Gambar III.3 Titik Solid dan Vegetasi Penelitan


Sumber : pribadi

Pada gambar diatas merupakan solid dan void pada dikawasan Kantor
Kecamatan Kepil dan tanda pada gambar dimana sebagai objek dalam
penelitian.
Dari 5 sampel yang di ambil memiliki karakteristik konfigurasi kepadatan
yang berbeda-beda. Objek pada sampel penelitian ini akan di jelaskan
bagaimana perbedaan konfigurasi kepadatan yang banyak dengan kepadatan
yang memiliki void sebagai ruang luar ( area hijau)
Penelitian ini dititik beratkan pada dua aspek yaitu, aspek fisik yang berupa
analis kinerja termal bangunan . Sedangkan aspek non fisik yang berupa
asumsi dan tanggapan dari pengguna bangunan (user) . Kedua aspek tersebut
didapatkan melalui pengumpulan data yang terbagi dalam data sekunder dan
data primer. Data Primer merupakan segala bentuk data yang berhasil peneliti
dapatkan dilapangan, dapat berupa pengamatan, foto lapangan, dan hasil
wawancara. Melainkan data sekunder adalah data yang dihimpun dari pihak ke
tiga atau stakeholders.

Anda mungkin juga menyukai