Anda di halaman 1dari 11

Kajian Mengenai Penerapan Konsep Green Building Pada Kantor

Sequis Center
Study of the Implementation of Green Building Concept at the Sequis
Center Office
¹Dwi Prasetyo Widodo, ²Lia Rosmala Schiffer,
Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma
¹dwipw54321@gmail.com
²Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma
²lia.schiffer@gmail.com
ABSTRAK
Gedung perkantoran merupakan bangunan yang didalamnya berisikan ruang kerja. Di pusat kota
banyak sekali gedung perkantoran yang sudah didirikan namun banyak yang belum menerapkan
konsep ramah lingkungan pada bangunan tersebut. Dengan adanya faktor pemanasan global,
gedung perkantoran yang belum menerapkan konsep ramah lingkungan bisa menjadi ancaman
bagi lingkungan dan penghuninya karena efek dan isi dari bangunan yang belum sesuai baik dapat
menimbulkan dampak yang buruk. Sequis Center merupakan bangunan perkantoran yang
menerapkan konsep Green building. Penerapan konsep Green building dilakukan untuk
menyeimbangkan kondisi lingkungan sekitar yang padat dan adanya juga faktor dari pemanasan
global.
Kata kunci : Konsep, Green Building, Perkantoran, Sequis Center

ABSTRACT

An office building is a building that contains a workspace. In the city center, there are many office
buildings that have been built, but many have not implemented an environmentally friendly
concept in these buildings. With the global warming factor, office buildings that have not
implemented an environmentally friendly concept can be a threat to the environment and its
residents because the effects and contents of buildings that are not yet suitable can have a negative
impact. Sequis Center is an office building that applies the Green building concept. The
application of the Green building concept is carried out to balance the dense environmental
conditions and the presence of factors from global warming.
Keywords : Concept, Green Building, Offices, Sequis Center

1
PENDAHULUAN
Belakangan ini pembangunan gedung di indonesia meningkat secara pesat terutama pada
bangunan gedung perkantoran. Jakarta adalah salah satu kota yang padat akan gedung
perkantoran, dengan kondisi kota yang dipadati oleh gedung ini dapat memicu peningkatan gas
CO2 dan gas gas lainnya atau biasa disebut dengan istilah pemanasan global (Global Warming).
Gedung perkantoran merupakan salah satu fungsi bangunan yang memiliki tingkat konsumsi
energi yang besar, maka dari itu diperlukannya peran arsitek untuk membuat suatu konsep untuk
menciptakan atau merancang sebuah bangunan yang ramah lingkungan.
Terkait dengan isu diatas, sekarang ini mulai banyak gedung-gedung yang sudah
menerapkan konsep ramah lingkungan pada desain arsitekturnya atau juga bisa di sebut dengan
pembangunan berkelanjutan maka dari itu muncul istilah Green Building, hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi munculnya isu terjadinya efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan
iklim serta mengurangi dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami. Oleh
karena itu, kebutuhan gedung perkantoran itu sendiri tidak hanya sebagai bangunan untuk aktifitas
perekonomian yang mengkonsumsi energi yang besar saja, melainkan juga bangunan yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup dari
bangunan tersebut.
Terdapat salah satu Green Building yang terdapat di Indonesia yaitu Sequis Center.
Bangunan ini telah menerapkan pengoperasian gedung berbasis hijau dengan tolak ukur
GREENSHIP Existing Building 1.0 dari Green Building Council Indonesia (GBCI) yang
diupayakan dapat menciptakan dampak yang baik terhadap lingkungan serta penghuninya.
Gedung ini pun telah meraih peringkat Gold dalam sertifikasi GREENSHIP. Dari bangunan
Sequis Center ini akan di kaji untuk mengetahui lebih jelas penerapan konsep Green Buildingnya
serta dampak yang dihasilkannya dari penerapan konsep tersebut.

KAJIAN PUSTAKA
Pada penelitian yang berjudul “Kajian Mengenai Penerapan Konsep Green Building Pada
Kantor Sequis Center” sebagai landasan dan pedoman untuk mendukung penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teori dan hasil penelitian seperti pengertian kantor menurut Prajudi
(1976), menurut Nuraida (2008), dan menurut Serdamayanti (2009).

1. Menurut Prajudi (1976)


Menjelaskan pengertian kantor yang berarti Ruang atau kamar kerja atau ruang tulis.
Markas atau ruang (kompleks) maksudnya seorang pengusaha beserta staffnya
melakukan aktivitas pokok. Biro atau tempat kedudukan pemimpin pada suatu
administrasi. Instansi, badan, jawatan, perusahaan.
2. Menurut Nuraida (2008)
Kantor merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan tata usaha dimana terdapat
ketergantungan sistem antara orang, teknologi dan prosedur untuk menangani data dan
informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan sampai
menyalurkannya.

2
3. Menurut Serdawayanti (2009)
kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan penanganan informasi, mulai
dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai medistribusikan
informasi.

Ada juga fungsi kantor nenurut Mills (dalam Nuraida 2008) yaitu fungsi kantor sebagai
pemberi pelayanan komunikasi dan perekam. Namun pengertian ini diperluas lagi oleh Mills yaitu
sebagai berikut.

1. Menerima informasi.
2. Merekam dan menyimpan berbagai data serta informasi.
3. Mengatur informasi.
4. Memberi informasi.
5. Melindungi aset.

Serta penulis juga menggunakan beberapa teori seperti pengertian green building, kriteria
green building serta upaya pencapaian green building pada suatu bangunan kantor Menara Suara
Merdeka di Semarang.

Green building atau Bangunan hijau mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan
tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi,
serta peruntuhan.

Bangunan hijau (Green Building) dirancang untuk tercapainya tujuan mengurangi


dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan:

 Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien.


 Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan .
 Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.

Kriteria Green Building pada bangunan.

1. Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development/ASD),


2. Efisiensi (Energy Efficiency),
3. Konservasi Energi (Conservation / EEC),
4. Konservasi Air (Water Conservation / WAC),
5. Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC),
6. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC),
7. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management / BEM).

Sasaran dalam pencapaian Green Building pada kantor Menara Suara Merdeka di
Semarang, meliputi :
a) Eksterior
b) Interior
c) Tepat Guna Lahan
d) Konseervasi Energi
e) Konservasi Air
f) Sumber dana Siklus Material

3
METODE PENELITIAN

Metode kualitatif merupakan metode yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian
arsitektur ini, studi kasus yang digunakan merupakan bangunan yang berkaitan dengan judul yang
dipilih oleh penulis. Untuk menunjang penelitian yang dilakukan, penulis mencari dan
menggunakan data baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui
observasi langsung dan melakukan amatan terkait bangunan studi kasus sedangkan data sekunder
diperoleh dari studi literatur internet serta jurnal, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut
:

1. Studi Literatur
Mencari data yang berkaitan dengan desain dalam arsitektur, seperti buku, jurnal dan tesis
yang berkaitan untuk kemudian penulis baca dan pahami sebagai landasan yang penulis
gunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini.
2. Observasi langsung ke lapangan.
Dalam hal ini observasi terbagi menjadi 2 :
 Peneliti terlibat secara langsung terhadap kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang
sedang diamati sebagai sumber data.
 Peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan teori sebelumnya, upaya untuk mencapai Green Bulding pada sebuah
bangunan terdapat beberapa sasaran yang harus terpenuhi. Pada bagian ini akan membahas upaya
penerapan Green Building pada kantor Sequis Center.

A. Eksterior
1. Bentuk dan Massa Bangunan
Pada umumpunya gedung perkantoran memiliki bentuk kotak namun berbeda dengan
bentuk bangunan yang satu ini. Bentuk dari bangunan ini yaitu menyerupai sebuah perahu atau
daun. Bentuk yang memanjang dan tipis serta memiliki desain yang unik seperti sarang lebah
memiliki fungsi yang bagus untuk menghemat penggunaan energi pada bangunan karena
pencahayaan alami masih bisa masuk ke dalam bangunan.

Gambar 1. Bentuk Bangunan Sequis Center

Sumber : sewakantorcbd.com

4
2. Orientasi Bangunan
Pada umumpunya gedung perkantoran memiliki bentuk kotak namun berbeda dengan
bentuk bangunan yang satu ini. Bentuk dari bangunan ini yaitu menyerupai sebuah perahu atau
daun. Bentuk yang memanjang dan tipis serta memiliki desain yang unik seperti sarang lebah
memiliki fungsi yang bagus untuk menghemat penggunaan energi pada bangunan karena
pencahayaan alami masih bisa masuk ke dalam bangunan.

Gambar 2. Tampak Depan Sequis Center


Sumber : Google Maps

3. Fasad
Fasad bangunan diolah serupa semua dari setiap sisinya, tiap sisi tersebut di buatkan
shading berbentuk mirip dengan sarang lebah dengan material GRC (Glassfiber Reinforce
Cement). Dari hal ini diupayakan agar bangunan tetap mendapatka pancaran cahaya yang tidak
berlebihan dari luar dan meminimalisir penggunaan energi AC dan lampu dalam bangunan.

Gambar 3. Fasad Sequis Center

5
Sumber : sewakantorcbd.com

4. Inti Bangunan (Core)


Inti bangunan atau core merupakan tempat untuk meletakkan transportasi vertikal dan
distribusi energi seperti lift, tangga, kamar mandi, dan shaft mekanis. Terdapat satu core yang
berada ditengah bangunan. Tangga dan dinding massif berada di bagian utara dan selatan dari
core yang berguna untuk thermal buffer zone.

Gambar 4. Denah Sequis Center


Sumber : sewakantorcbd.com

B. Interior
Pada penataan ruang kantor tidak menggunakan penyekat senantiasa/permanen atau bisa
disebut sistem open layout. Dengan sistem ruangan seperti ini sangat menghemat ruang sehingga
dapat menghemat penggunaan material. Dari sistem ini juga merupakan perencanaan yang
mempertimbangkan perubahan di masa mendatang sehingga cocok untuk berkelanjutan. Selain
itu sedikitnya partisi pembatas memudahkan komunikasi pengguna bangunan (karyawan).

Gambar 5. Pola Ruang Kantor Sequis Center


Sumber : sewakantorcbd.com

C. Tepat Guna Lahan


1. Aksesibilitas
Lokasi Sequis Center yang strategis membuat akses menuju gedung ini terbilang mudah
karena bisa menggunakan kendaraan umum dan juga bisa menggunakan kendaraan pribadi. Alat
transportasi umum yang bisa digunakan meliputi angkutan umum, TransJakarta, taksi,
transportasi online, MRT, serta KRL.
Untuk yang menggunakan kendaraan umum bisa menggunakan kendaraan bus dan
berhenti di perhentian bus Gelora Bung Karno 1 maupun 2, jarak tempuh dari perhentian GBK 1

6
yaitu 200 m dan hanya butuh waktu 3 menit dengan berjalan kaki sedangkan dari perhentian 2
GBK jaarak tempuhnya adalah 550 m dan memakan waktu 8 menit dengan berjalan kaki.

Gambar 6. Jarak Berjalan Kaki Dari Pemberhentian GBK 1


Sumber : Google Maps

Gambar 7. Jarak Berjalan Kaki Dari Pemberhentian GBK 2


Sumber : Google Maps

Bangunan Sequis Center ini sudah sesuai dengan peruntukan bangunan perkantoran.

7
Gambar 8. Data Peruntukan Lahan Sequis Center
Sumber : Jakaratasatu.jakarta.go.id

2. Lansekap pada Lahan


Gedung Sequis Center ini memiliki taman yang berada di rooftop, taman ini sudah dibuat
sesuai dengan standar gereenship yaitu dengan menanamkan sebanyak mungkin tanaman lokal.
Sudah sekitar 30 lebih jenis tanaman lokal yang sudah ditanamkan di taman ini.

Gambar 9. Roof Garden


Sumber : Google Maps dan Data Pribadi

D. Konservasi Energi
1. Pengunaan Energi Listrik
Pada bangunan ini bisa menghemat mencapai 28,12 persen dari baseline, dari angka
tersebut bukan lah angka yang kecil dalam penghematan energi (tambahin sumber). Upaya yang
dilakukan untuk mencapai penghematan energi listrik tersebut yakni dengan menggunakan suatu
produk lampu LED sehingga ketika digunakan energi yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar.

Gambar 10. Lampu LED Di Sequis Center


Sumber : Google dan Data Pribadi

E. Konservasi Air
1. Penggunaan Air
Dalam pemanfaatan air, bangunan ini menggunakan cara mengganti berbagai pegkat
utilitas seperti pada penggunaan air ini yaitu dengan mengganti kran air menjadi keran otomatis.
Sistem kerjanya yaitu jika setelah keran air ini di gunakan maka air akan berhenti mengalir secara

8
otomatis, sehingga air tidak terbuang dengan banyak. Penghematan penggunaan air pada gedung
ini mencapai 28,26 persen.

Gambar 11. Kran Air Otomatisn Di Sequis Center


Sumber : Data Pribadi

F. Sumber dan Siklus Material


1. Penggunaan Material
Dalam penggunaan materialnya, bangunan ini menggunakan material yang ramah
lingkungan. Yang terlihat jelas yaitu pada bagian shadingnya dimana material tersebut
menggunakan GRC (Glassfiber Reinforce Cement). GRC ini merupakan material yang memiliki
banyak kelebihan, seperti tahan terhadap cuaca, kelembaban dan panas, mudah dalam perawatan,
ringan dan kuat, pengerjaan lebih bersih sehingga tidak mengotori lokasi proyek.

Gambar 12. Tabir Surya Bahan GRC


Sumber : Data Pribadi Dan Google

9
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya oleh penulis bahwa
bangunan yang baik itu tidak hanya dari desain yang bagus atau unik saja. Tetapi bangunan yang
baik itu yang bisa membuat nyaman penghuni atau penggunanya dan juga membuat aman
lingkungan sekitarnya. Seperti pada bangunan Sequis Center ini yang menerapkan konsep Green
Building. Menurut isu yang ada Sequis Center di kenal karena penggunaan energi listrik dan air
nya yang hemat namun tidak hanya itu saja, kriteria lainnya masih bisa di telusuri lagi.

Pada bangunan studi kasus Sequis Center hamper secara keseluruhan menerapkan kriteria
lain dalam upaya pencapaian Green Building, mulai dari Eksterior meliputi : bentuk dan massa
bangunan, orientasi, fasad, dan inti bangunan. Interior meliputi : penataan pola ruang. Tepat Guna
Lahan meliputi : aksesibilitas dan lanskap pada bangunan. konservasi energi, konservasi air serta
sumber dan siklus material.
Tentunya dalam beberapa kriteria lainnya yang diterapkan pada bangunan ini memberi
dampak yang baik untuk penghuni bangunan serta lingkungan sekitar bangunan. Penghuni tetap
merasakan kenyamanan didalam bangunan dan lingkungan sekitar tidak terdampak buruk dari
bangunan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
GBCI. (2013). “GREENSHIP GEDUNG BARU / NEW BUILDING Versi 1.2

GBCI. (2016). “Greenship Existing Building” 1.1: 1–14.

Karyono, Tri Harso. (2010). Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kementrian Pekerjaan Umum RI. (2006). “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung Dan Lingkungan.” Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, II-1-II-
65.

Kurniastuti, Nurhenu. (2016). Bangunan Ramah Lingkungan. Forum Teknologi Vol.05 No.1

Macrory, Ben. (2013). Green School in Bali. Green Teacher Magazine No. 99

Mediastika, Christina Eviutami. (2013). Hemat Energi Dan Lestari Lingkungan Melalui
Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Oktavi, E. H (2018). Analisis Penerapan Green Building Pada Bangunan Pendidikan Studi Kasus
Green School Bali, Vol.3 No.2, pp. 54-61 [diakses tanggal 14/11/2020]

Pemerintah Kota Administrasi JAKARTA SELATAN SEJARAH JAKARTA SELATAN,


https://selatan.jakarta.go.id/page-sejarah-jakarta-selatan [diakses 21/11/2020]
Ronniecoln (2019) Sequis Center (terbaru 21 Desember 2020,
https://www.setiapgedung.web.id/2019/11/sequis-center.html [diakses
23/11/2020]

10
Sudarwani, Maria. M.,(2010). Penerapan Green Architecture dan Green Buiding Sebagai Upaya
Pencapaian Arsitektur Berkelanjutan . [diakses tanggal 19/11/2020].
https://jurnal.unpand.ac.id/index. php/dinsain/article/viewFile/90/87

11

Anda mungkin juga menyukai