Anda di halaman 1dari 12

Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 11, halaman

https://doi.org/10.32315/ti.11.halaman

INOVASI DESAIN DALAM TRANSFORMASI FASAD


DAN RUANG DALAM GEDUNG PAU ITB
Darin Dianah Pertiwi 1, Wiwik Dwi Pratiwi 2

1
Mahasiswa, Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
2
Dosen, Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Email korespondensi: alamat email penulis korespondensi

Abstrak

Gedung PAU (Pusat Antar Universitas) merupakan salah satu Gedung yang dimiliki oleh Institut
Teknologi Bandung untuk mendukung aktivitas dalam bidang riset, penelitian, maupun inovasi.
Gedung PAU pertama kali didirikan sekitar tahun 1980-an. Saat itu, Indonesia sedang banyak
mendirikan pusat- pusat di universitas untuk menggunakan suatu peralatan yang canggih. Pada
Tahun 2021 ITB melakukan revitalisasi Gedung PAU agar secara fungsi dapat mendukung program-
program riset dan inovasi baru yang akan dikembangkan. Revitalisasi tersebut diarahkan untuk
menghasilkan tampilan fasad bangunan dan ruang dalam yang lebih baik. Gedung PAU diperuntukan
bagi beberapa pusat penelitian, fasilitas pengelola Gedung serta sebagai fasilitas public yang dapat
digunakan bersama oleh setiap pusat penilitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
transformasi fasad dan ruang dalam pada Gedung PAU serta kaitannya dengan arsitektur hijau.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data berupa wawancara
kepada Arsitek yang menangani proyek, observasi lapangan secara langsung, analisis dokumen dari
dokumen sebelum dan setelah transformasi.

Kata-kunci : Inovasi, Transformasi, Fasad, Ruang dalam

Pengantar

Dalam era globalisasi ini, perkembangan arsitektur dan desain interior menjadi sangat dinamis.
Bangunan-bangunan modern tidak hanya diharapkan memenuhi kebutuhan fungsional, tetapi juga
harus mengakomodasi perubahan-perubahan dalam pola pikir masyarakat, teknologi terbaru, dan
kebijakan-kebijakan hijau yang semakin mendesak. Fasad dan ruang dalam bangunan memainkan
peran yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman estetika dan fungsi bagi pengguna
bangunan. Salah satu tren terkini yang berkembang adalah transformasi fasad dan ruang dalam
bangunan untuk mencapai keberlanjutan dan efisiensi energi. Perubahan ini mencakup penggunaan
bahan-bahan ramah lingkungan dan teknologi hijau, serta penyesuaian penataan ruang dalam untuk
memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami dan sirkulasi udara. Namun, meskipun telah ada
penelitian-penelitian terdahulu mengenai transformasi fasad dan ruang dalam bangunan, masih ada
kesenjangan pengetahuan yang perlu diisi.

Pertama, adalah penting untuk memahami bagaimana transformasi fasad dan ruang dalam
bangunan dapat meningkatkan efisiensi energi. Dengan perubahan desain termal pada fasad dan
penggunaan material selubung bangunan, kita dapat mengurangi konsumsi energi bangunan secara
Institut Teknologi Bandung Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 1
Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

signifikan. Penelitian ini harus menyelidiki aplikasi teknologi-teknologi baru dalam transformasi fasad
dan ruang yang dapat mengurangi pemakaian energi, sehingga tidak hanya memenuhi persyaratan
regulasi, tetapi juga mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Kedua, perlu diperhatikan bagaimana transformasi fasad dan ruang dalam bangunan mempengaruhi
kualitas ruang interior. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa cahaya alami dan penataan
ruang yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan penghuni. Oleh karena itu,
penting untuk memahami bagaimana perubahan-perubahan pada fasad, seperti penambahan
jendela atau penggunaan material transparan, mempengaruhi pencahayaan dan atmosfer dalam
ruang. Selain itu, faktor-faktor sosial dan psikologis juga harus diperhatikan. Transformasi fasad dan
ruang dalam bangunan dapat mempengaruhi cara penghuni berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dan dengan sesama penghuni. Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana transformasi ini
memengaruhi hubungan sosial dan kesejahteraan psikologis para pengguna bangunan.

Penelitian ini juga diarahkan untuk mengisi kesenjangan dalam pemahaman tentang bagaimana
keberlanjutan dan efisiensi energi dalam transformasi fasad dan ruang dalam bangunan dapat
diintegrasikan dengan kebutuhan fungsional dan estetika. Dengan memahami secara menyeluruh
perubahan-perubahan ini, diharapkan dapat dihasilkan panduan praktis untuk arsitek, perancang
interior, dan pengembang properti dalam merencanakan transformasi fasad dan ruang dalam
bangunan yang efisien secara energi, berkelanjutan, dan memenuhi kebutuhan penghuni.

Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) merupakan salah satu gedung pusat penelitian ITB yang
medukung program Tridharma Perguruan Tinggi. Dikarenakan kondisi gedung tersebut sudah
kurang layak, baik secara fisik maupun peruntukan fasilitas yang ada di dalamnya, ITB melakukan
revitalisasi Gedung PAU agar secara fungsi dapat mendukung program-program riset dan inovasi
baru yang akan dikembangkan. Sedangkan secara fisik, revitalisasi ini diarahkan untuk menghasilkan
tampilan luar bangunan dan ruang dalam yang lebih baik, dengan melakukan perubahan dan atau
perbaikan pada elemen-elemen arsitektural dan jaringan atau perangkat
mekanikal/elektrikal/plambing, sedangkan sistem struktur bangunan akan dipertahankan.

Gambar 1. Kondisi Eksisting Fasad Gedung PAU ITB

2 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023


Nama Penulis 1

Gambar 2. Kondisi Eksisting Ruang Dalam Gedung PAU ITB

Metode

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan desktiptif kualitatif.
Pengumpulan data berupa wawancara kepada Arsitek yang menangani proyek, observasi lapangan
secara langsung, analisis dokumen dari dokumen sebelum dan setelah transformasi.

Analisis Data

Jelaskan metode analisis data yang digunakan untuk mengungkap temuan penelitian. Sebutkan
nama analisis data kualitatif atau kuantitatif yang digunakan untuk mengungkap temuan. Metode
analisis merupakan metode untuk menyusun pengetahuan. Konten pengetahuan yang akan
diungkap (yang dinyatakan dalam tujuan penelitian) mempengaruhi metode analisis data yang
digunakan.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Gedung PAU mempertimbangkan prinsip-prinsip arsitektur hijau pada perancangannya. Arsitektur


hijau menjadi isu penting di industri konstruksi saat ini. Di negara maju dan beberapa negara
berkembang, peraturan bangunan hijau sudah diterapkan secara nasional. ITB sebagai perguruan
tinggi pelopor kemajuan teknologi, mempunyai visi yaitu pengembangan kampus yang berkelanjutan.
Gedung PAU menerapkan prinsip arsitektur hijau pada perancangannya. Prinsrip tersebut dikaji
dengan menilai kinerja bangunan yang dilihat dari tiga aspek, yaitu konsumsi energi, konsumsi air,
dan embodied energy (EE) dari material bangunan.

1. Desain Fasad Bangunan

Lokasi tapak berada di kampus ITB Ganesha, Bandung, dengan posisi 6˚57’ lintang selatan dan 107º
37’ bujur timur. Kota Bandung termasuk ke dalam klasifikasi iklim tropis lembab dengan suhu rata-
rata 24˚ C dan kelembapan relatif sebesar 78%. Letak geografisnya yang dekat dengan khatulistiwa
menjadikan radiasi matahari di Bandung cukup besar, yakni sekitar 2000 kWh/m2 per tahun.
Dengan radiasi yang besar tersebut, orientasi dan desain selubung bangunan perlu dipertimbangkan
dengan baik untuk mengurangi panas yang diterima oleh bangunan.

Bentuk bangunan yang dianggap paling baik untuk iklim tropis lembab adalah berbentuk persegi
panjang, dan bentuk tapak dalam hal ini telah mengarahkan bentuk bangunan yang sesuai dengan

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 3


Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

iklimnya. Untuk orientasi bangunan, sisi terpanjang bangunan dibuat menghadap barat-timur, di
mana sisi terpanjang bagian timur merupakan fasad bangunan Gedung PAU. Untuk menghindari
tingginya radiasi di siang hari bangunan perlu menggunakan teritisan terutama di sisi barat dan
timur. Karena tapak berada di lokasi yang sudah terbangun, maka perlu diperhatikan juga konteks
lingkungan binaan di sekitar tapak. Keberadaan vegetasi dapat mengurangi panas yang diterima
oleh selubung bangunan.

Konsep fasad yang diambil adalah menekankan pada kesan netran dan formal sebagai bangunan
institusi, fasad difokuskan pada pengolahan sun-shading di area lantai 2-3 dan penambangan sun-
shading pada lantai tower sisi barat-timur. Material yang digunakan adalah material yang memberi
kesan ringan yaitu GRC, modern dan tidak berkesan lebih menonjol terhadap bangunan
Perpustakaan Pusat (sebagai salah satu bangunan icon ITB). Pemasangan material sun-shading
dibuat ber-segmen agar memudahkan pada tahap pemeliharaan.

Gambar 3. Fasad PAU dari arah Timur

Gambar 3. menampilkan visualisasi 3D dari desain Gedung PAU ITB. Massa bangunan sederhana
dengan empat sisi façade: barat, utara, timur, dan selatan. Sesuai orientasi tapak, sisi vertikal
memanjang dari Gedung PAU ITB menghadap ke arah Barat dan Timur. Façade di kedua sisi
tersebut memiliki bukaan dengan sun-shading vertikal, sedangkang sisi Utara dan Selatan didominasi
bukaan tanpa sun-shading. Terkait façade yang merupakan selubung bangunan ini, Peraturan
Walikota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 Tentang Bangunan Gedung Hijau menggunakan Overall
Thermal Transfer Value (OTTV) sebagai indikator kinerja. OTTV pada dasarnya adalah rata-rata nilai
laju transfer panas dari material selubung bangunan. Secara umum, material bangunan yang baik
adalah material yang nilai transmitansi termalnya (U-value) rendah, sehingga memberikan nilai
OTTV bangunan yang rendah. Peraturan Walikota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 Tentang
Bangunan Gedung Hijau mensyaratkan OTTV bangunan maksimal 45 W/m2.

Desain Gedung PAU ITB mempunyai nilai WWR sebesar 25,7% di sisi utara, 31,58% di selatan, dan
31,29% di timur, dan 17,25% di barat, dengan rataan window-to-wall ratio sebesar 25,71% (Tabel

4 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023


Nama Penulis 1
1). Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai OTTV dengan desain seperti ini adalah sebesar 33,59 Watt/m2.
Nilai ini memenuhi persyaratan Perda Bangunan Hijau Kota Bandung.

Tabel 1. Window-to-wall ratio

Total Area
WWR
Bukaan
No Side
m2 (%)
F F/E
1 UTARA 317,19 27,53
2 TIMUR LAUT - -
3 TIMUR 475,52 23,36
4 TENGGARA - -
5 SELATAN 336,83 25,99
6 BARAT DAYA - -
7 BARAT 172,38 42,75
8 BARAT LAUT - -
1.301,91 26,64
TOTAL TOTAL

Tabel 2. Nilai OTTV

Konduksi Konduksi Radiasi melalui Total Area


Total OTTV
melalui Dinding melalui Bukaan Bukaan Fasad
No Side
Watt Watt Watt Watt m2 Watt/m2
A B C D=A+B+C E D/E
1 UTARA 7.327,89 4.881,49 30.209,19 42.418,57 1.152,00 36,82
2 TIMUR LAUT - - - - - -
3 TIMUR 13.690,65 7.318,30 41.708,74 62.717,68 2.035,20 30,82
4 TENGGARA - - - - - -
5 SELATAN 8.419,52 5.183,74 25.166,66 38.769,92 1.296,00 29,92
6 BARAT DAYA - - - - - -
7 BARAT 2.026,14 2.652,88 14.224,57 18.903,59 403,20 46,88
8 BARAT LAUT - - - - - -
31.464,20 20.036,40 111.309,16 162.809,76 4.886,40 33,32
TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL

COMPLY? YES
2. Pencahayaan Alami

Kinerja Pencahayaan alami disimulasi menggunakan software Sefaira. Sefaira merupakan software
dari developer Trimble. Piranti lunak ini digunakan untuk melakukan simulasi energi secara cepat
hasil dengan hasil yang akurat dan memiliki tampilan visual sangat baik. Dalam proyek ini, Sefaira
digunakan untuk mensimulasikan pencahayaan alami pada bangunan hasil retrofitting fasad.

Dibuat model 3D yang disederhanakan menggunakan aplikasi SketchUp yang kemudian


disimulasikan menggunakan plug-in Sefaira for SketchUp. Terdapat tiga model yang dibuat untuk
merepresentasikan alternatif desain fasad.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 5


Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

Gambar 4. Model simulasi software Sefaira

Hasil simulasi berupa visualisasi tingkat pencahayaan pada setiap lantai bangunan. Tingkat
pencahayaan pada ruangan digambarkan dengan gradien warna kuning (overlit) sampai dengan biru
tua (underlit). Tingkat pencahayaan alami yang optimal berada pada 300-400 Lux yang digambarkan
dengan warna biru muda.

Pada posisi lantai 2 hingga lantai basemen, rendahnya posisi lantai bangunan membuat sumber
cahaya dari area void berkurang sehingga ruangan di lantai bawah memiliki tingkat pencahayaan
yang lebih rendah dibandingkan dengan lantai-lantai di atasnya. Terutama pada lantai basemen
karena tidak dapat mencapai kebutuhan cahaya, sehingga perlu dibantu pencahayaan buatan.

Gambar 5. Hasil simulasi lantai basement

6 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023


Nama Penulis 1

Gambar 6. Hasil simulasi lantai satu

Gambar 7. Hasil simulasi lantai dua

Pada posisi lantai bawah/ lantai 3-5, penerangan alamai pada bagian utara dan timur cukup baik,
hingga dapat mencapai di atas 200 lux, namun pada bagian dalam bangunan belum dapat
memanfaatkan pencahayaan alami dengan baik.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 7


Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

Gambar 8. Hasil simulasi lantai tiga

Gambar 9. Hasil simulasi lantai empat

8 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023


Nama Penulis 1

Gambar 10. Hasil simulasi lantai lima

Berdasarkan hasil simulasi, area di sekitar void dan bukaan yang mengarah ke arah utara dan timur
memiliki tingkat pencahayaan paling besar. Hal ini disebabkan area tersebut dekat dengan sumber
pencahayaan alami berupa jendela kaca. Sebaliknya, area tengah ruangan dan area menghadap
dinding solid dan second-skin memiliki tingkat pencahayaan alami paling rendah. Tingkat
pencahayaan di lantai 8 dan 7 masih cukup baik dilihat dari dominannya gradien warna kuning – biru
dibandingkan dengan warna biru tua.

Gambar 11. Hasil simulasi lantai enam

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 9


Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

Gambar 12. Hasil simulasi lantai tujuh

Gambar 13. Hasil simulasi lantai delapan

Berdasarkan hasil perhitungan, maka gedung PAU ITB mendapatkan pencahayaan alami, dengan
cahaya alami di atas 300 lux lebih dari 50% ruang, hal ini karena desain menggunakan secondary-
skin juga terdapat banyak bukaan, termasuk skylight.

10 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023


Nama Penulis 1
Tabel 3. Resume simulasi sefaira

Persentase Luas Lantai


Nama
<300 Lux >300 Lux
Gedung PAU 45% 55%

3. Ruang Dalam Bangunan

Penataan ulang ruang publik dalam gedung adalah suatu langkah penting yang dapat memberikan
dampak positif pada pengalaman pengunjung serta meningkatkan fungsi dan estetika gedung
tersebut. Proses penataan ulang ini melibatkan perencanaan dan pengorganisasian kembali elemen-
elemen ruang publik, seperti lobi, koridor, area tunggu, dan taman indoor, dengan tujuan mencapai
efisiensi penggunaan ruang serta meningkatkan kenyamanan dan keberlanjutan. Salah satu tujuan
utama penataan ulang ruang publik adalah menciptakan alur lalu lintas yang baik, memastikan
aksesibilitas yang optimal, dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang.

Penataan ulang ruang publik juga memberikan kesempatan untuk mengintegrasikan desain yang
ramah lingkungan, misalnya dengan memanfaatkan pencahayaan alami, penggunaan material daur
ulang, dan peningkatan efisiensi energi. Selain itu, aspek keberlanjutan juga dapat diwujudkan
melalui penanaman tanaman hijau dalam ruangan atau penggunaan sistem pengelolaan limbah yang
efisien. Selain dari segi fungsionalitas dan keberlanjutan, penataan ulang ruang publik dalam gedung
juga memungkinkan untuk menghadirkan elemen seni dan budaya, seperti pameran seni, instalasi
visual, atau karya arsitektur unik. Integrasi elemen-elemen kreatif ini tidak hanya meningkatkan
estetika ruang publik, tetapi juga memberikan pengalaman berbeda kepada pengunjung,
menciptakan suasana yang menginspirasi dan merangsang imajinasi.

Dengan penataan ulang ruang publik dalam gedung yang baik, gedung tersebut dapat menjadi
tempat yang dinamis, ramah lingkungan, dan mengundang untuk dikunjungi. Penataan ulang ini
mencerminkan perhatian terhadap kebutuhan pengunjung, menciptakan atmosfer yang nyaman dan
mengundang, serta memberikan kesempatan untuk menggali potensi kreatif dalam merancang
ruang publik yang inovatif dan bermakna bagi masyarakat.

Penataan ulang ruang dalam Gedung PAU ITB difokuskan pada penataan ruang interior untuk setiap
pusat penelitian, sehingga masing-masing bidang memiliki sedikitnya ruang penerima, ruang kepala
penelitian, ruang asisten/koordinator laboratorium, ruang rapat kecil, ruang kerja peneliti, ruang
administrasi, dan Gudang. Penyesuaian ruang kerja berdasarkan fungsi dan kebutuhan luas
ruangnya. Penataan ulang koridor agar tercapainya prasyarat keselamatan bangunan. Pemanfaatan
ruang laboratorium yang tidak terpakai digunakan untuk pusat penelitian lain atau sebagai ruang
bersama, penataan ruang kerja yang secara kegiatan dapat dilakukan secara bersamaan dan bersifat
tidak khusus, dibuat sebagai ruang kerja dengan konsep open space, tanpa penyekat penuh.

Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan dituliskan temuan penelitian secara ringkas, tanpa tambahan intepretasi
baru lagi. Pada bagian ini juga dapat dituliskan kebaruan penelitian, kelebihan, dan kekurangan dari
penelitian, serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023 | 11


Transformasi Fasad dan Ruang Dalam Gedung PAU ITB

Daftar Pustaka

Penulis (2016). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage
Publications, Inc.
Penulis (2017). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approches. California: Sage
Publications, Inc.
Penulis (2018). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Penulisan daftar pustaka mengikuti APA style. Detail penulisan APA style dapat dilihat di:
http://bit.ly/2kyuUyD

12 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2023

Anda mungkin juga menyukai