Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM 6

KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS


Dosen : Dr. ANDRIANTO KUSUMOARTO S.P., M.Si.

Dibuat Oleh:
202145500286-ISNAN MUNAWAR
202145500197-DAFFA QATSAHARI ALI
202145500185-UMAR ALFARISI

Program Studi Arsitektur


Fakultas Tehnik
Universitas Indraprasta PGRI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang :

Arsitektur Ekologis adalah suatu solusi desain arsitektur dengan orientasi


ekologi yang ramah lingkungan dimana setiap aspek dipikirkan secara keseluruhan
dan terintegrasi (holistik). Konsep ini memberikan beberapa ciri diantaranya: (1)
bangunan yang didesain dapat mengakomodasikan fungsi dengan baik
memperhatikan kekhasan aktivitas pengguna serta potensi lingkungan sekitar
dalam membentuk citra bangunan, (2) memanfaatkan sumberdaya alam terbaru
yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk system bangunan, baik yang
berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan, (3) system
bentuk bangunan yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara dengan
baik oleh tenaga kerja setempat, (4) bangunan yang sehat, artinya tidak
memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia dalam proses,
pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran dimana di dalamnya
termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, dan suasana yang
sehat.
Arsitektur ekologis penting memperhatikan kondisi biofisik tapak dimana
didahului dengan pengolahan kondisi biofisik tapak. Daya tamping dan beban
lingkungan berbeda-beda di setiap tapak yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan. Berkenaan dengan tapak yang didirikan bangunan, ketepatan
peletakan bangunan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistemnya
serta tetap menjaga keutuhan sumberdaya guna memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian dan kemampuan
lahan dimana bangunan dan infrastrukturnya akan dibangun.
Kondisi biofisik tapak menghendaki tatanan massa bangunan yang tidak
mengakibatkan kerusakan lahan. Beberapa tatanan massa bangunan yang
sebaiknya dilakukan berkaitan dengan kondisi biofisik tapak, yakni (1) bentuk
tatanan massa bangunan terpusat; (2) bentuk tatanan massa bangunan linier, (3)
bentuk tatanan massa bangunan radial, (4) bentuk tatanan massa bangunan cluster,
(5) bentuk tatanan massa bangunan grid. Tatanan massa bangunan tidak hanya
memperhatikan peletakan bangunan tetapi juga memperhatikan ruang luarnya
untuk mendapatkan keselarasan dan kelestarian dengan lingkungannya.
Berkaitan dengan kondisi biofisik tapak dalam menata massa bangunan,
kondisi topografi dan kemiringan lereng menjadi perhatian yang penting.
Keragaman morfologi lahan dan kemiringan lerengnya mengakibatkan berbagai
tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan
diantaranya adalah: (1) menghindari upaya galian dan timbunan, (2) pelandaian
dilakukan dengan memperhatikan kondisi biofisik tapak, (3) pemilihan struktur
dan pondasi yang tepat guna, (4) mengatur bentuk bangunan yang tidak
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kondisi biofisik tapak, (5) mengatur tata
letak bangunan yang dipengaruhi oleh faktor iklim, (6) mengatur bentuk fasad,
dinding, dan bukaan pada bangunan serta penggunaan material bangunan yang
memberikan dan meningkatkan nilai visual kesatuan antara tapak dan bangunan,
b. permasalahan : Mahasiswa dapat memahami arsitektur ekologis.
c. Maksud : Memahami konsep arsitektur ekologis

d. Tujuan : Maksud dari kegiatan praktikum ini adalah :


1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk mampu
mendeskripsikan arsitektur ekologis.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk mendeskripsikan
konsep arsitektur ekologis.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

a. Lokasi Praktikum : Kampus UNINDRA di Gedong

b. Waktu praktikum : 7-8 januari 2023

c. Alat dan Bahan :


Praktikum menggunakan beberapa alat yakni kamera, alat tulis, alat ukur,
computer dengan kelengkapan MS Office dan software lainnya yang dianggap
perlu digunakan. Bahan-bahan yang digunakan adalah data, peta, literatur yang
berkaitan dengan lokasi praktikum.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Identifikasi dan deskripsikan konsep arsitektur


Gagasan arsitektur: konsep yang telah disederhanakan menjadi sebagai
arsitektur formal (seperti siang hari, ruang, urutan ruang, dll)
- Tema: suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh
rancangan suatu proyek.
- Gagasan superorganisasi: acuan terhadap konfigurasi geometris umum
atau hierarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian di dalam proyek
yang bertujuan memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa
sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan
keistimewaan masingmasing yang secara keseluruhan masih menunjang
perancangan.
- Parti (skema) dan esquisse (sketsa): produk menurut konsep dan grafik
dalam suatu proyek diharapkan dikembangkan suatu konsep dan sketsa
pendahuluan dari konfigurasi bangunan
- Terjemahan harfiah: gambaran suatu tujuan guna mengembangkan suatu
konsep dan diagram yang dapat dijadikan rencana sederhana untuk suatu
proyek.
b. Identifikasi dan deskripsikan konsep tatanan massa bangunan.

Pencahayaan Pencahayaan matahari pada daerah tropis mengandung gejala


sampingan dengan sinar panas, solusi yang tepat untuk menanggulanginya
adalah dengan pencahayaan alami yang terang tanpa silau dan tanpa sinar
panas.
Bangunan mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk mengurangi radiasi
cahaya yang berlebih, maka yang cahaya masuk ke dalam ruangan
dioptimalkan pada sisi utara dan selatan bangunan.
c. Identifikasi dan deskripsikan konsep perlindungan kondisi biofisik tapak.

Analisis data biofisik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
deskriptif dengan menguraikan potensi, kendala, kenyamanan, dan ancaman
tapak. Pengukuran dan analisis kuantitatif THI (Temperature Heat Index)
dilakukan untuk mengetahui kondisi kenyamanan termal tapak, sedangkan
analisis spasial dengan ArcGis dilaksanakan untuk menentukan deliniasi
zonasi perencanaan lanskap. Penentuan keputusan ruang pengembangan
tapak dalam analisis spasial dibatasi dengan hanya mempertimbangkan
parameter biofisik yang paling mempengaruhi kelestarian tapak. Teknik
pembobotan dan skoring digunakan dengan parameter yang paling
berpengaruh mempunyai bobot yang lebih besar dibandingkan dengan
parameter yang kurang berpengaruh, dalam hal ini kemiringan lahan dengan
bobot 60%, dan parameter vegetasi dengan bobot 40%.
d. Identifikasi dan deskripsikan konsep fasad, dinding, bukaan dan material
bangunan.

Bahan b-panel berupa dinding pada desain fasad kampus unindra


dapat menunjang pada fasad yaitu elemen arsitektur terpenting yang mampu
menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasad gedung unindra
dapat menyuarakan fungsi ditunjukan dengan konstruksi dinding b-panel
yang efektif pada penerapannya, fleksibel dapat dibuat bukaan jendela, dan
fleksible dapat diolah dengan pengolahan bentuk fasad yaitu maju
mundurnya bidang dinding sehingga berfungsi sebagai sun shading.
Selain itu bahan b-panel dapat menyuarakan makna/ nilai sebuah
bangunan dengan ekspresi bahan pada desain fasad, bahan ini dapat di
finishing cat, pengolahan komposisi jendela pada fasad yang mencerminkan
fungsi ruang dalam,dapat ditambahkan ornamen-ornamen dari bahan kayu
(bahan lainnya), dan pengolahan bentuk fasad menjadi karakteristik fasad
modern minimalis. Perancangan arsitektur bentuk bangunan gedung unindra
yang terdiri dari ruang-ruang yang berderet secara modular, menggunakan
struktur rangka, berpola geometris beraturan, dan berbentuk dasar persegi
yang mengalami transformasi menjadi seperti huruf L, dapat diakomodasi
oleh b-panel. Dengan sifatnya yang modular dan cutting list, b-panel dapat
dengan mudah mewujudkan desain bentuk bangunan Hotel Mawar dengan
rapi dan cepat.
B-panel yang digunakan ada dua jenis, yaitu untuk dinding dan lantai.
B-panel yang digunakan untuk dinding adalah single panel dan untuk lantai
adalah b-deck floor. B-panel dapat mengakomodasi konstruksi rangka
terbukti dengan dapat terbangun dan bertahannya bangunan ini sampai
sekarang.
Interior ruang dalam dibagi menjadi tiga aspek yaitu : plafond,
dinding, lantai. Bentuk ruang dalam gedung unindra persegi panjang dengan
modul yang sudah ditentukan. Bahan b-panel yang modular dapat
membentuk ruang interiordengan mudah pada hotel. Pada plafond dengan
roof panel nya mampu menahan dan menopang beban di atasnya, dengan
kekuatan plat yang kokoh dan ringan. B-panel digunakan sebagai dinding
pengisi pada ruangan yang dapat menahan beban gantung (tv) dan b-panel
sebagai lantai dapat menahan berat beban pada ruangan yang berisi furniture
interior.

e. Analisis konsep perlindungan kondisi tatanan massa bangunan, bentuk


bangunan, dan perlindungan terhadap kondisi biofisik tapak.
tatanan massa adalah perletakan massa bangunan majemuk pada suatu
site,yang ditata berdasarkan zona dan tuntutan lain yang menunjang Tata
letak massa bangunan ini disamping berdasarkan zonasi, juga harus dibuat
berdasarkan alur sirkulasi yang saling terkait. Massa sebagai elemen site
dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi; kedua – duanya
baik secara individual maupun kelompok menjadi unsur pembentuk ruang
out door.
Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan
menurut sifat hubungan yang muncul diantara bentuk-bentuk komponennya
sebaik konfigurasi keseluruhannya.
 Bentuk Terpusat
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk
dominant yang berada tepat di pusatnya. Bentuk-bentuk terpusat menuntut
adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang
harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun silinder.
Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat ideal
sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya,
mendominasi sebuah titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang
tertentu. Bentuk ini dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau
penuh penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran seseorang atau suatu
peristiwa.
 Bentuk Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah baris.
Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara
proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet
bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat
berupa pengulangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsur
lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah dinding atau jalan.
 Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai
penyesuaian terhadap kondisi setempat seterti topografi, pemandangan
tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
 Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu
ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya.
 Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
 Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsur menara
untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
 Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga
bermacam-macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.

f. Analisis konsep fasad, dinding, bukaan dan material bangunan terhadap


kondisi biofisik tapak.
Penerapan Bahan B-Panel Pada Dinding Pada ruang dalam (interior)
bangunan gedung unindra , dinding b-panel berfungsi sebagai pemisah antar
ruang satu dengan lainnya pada ruang gedung. Plafond atap dengan roof
panel mampu menahan dan menopang beban di atas nya. pada setiap lantai
bangunan. Dengan bentuk ruang persegi panjang , dapat dilihat dari denah.
Dengan penerapan bahan b-panel sebagai dinding pada ruangan yang dapat
dipasangkan dengan memenuhi kebutuhan berat beban pada ruangan yang
diisi dengan beberapa fasilitas interior.

Dari pemilihan material bangunan menggunakan metode the product of life


cycle dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dengan menganalisa raw
material, Manufacturing and logistics, Installation, Lifetime for operation
and maintenance , End of life and recycling ke dalam pemilihan material
bangunan yang akan diaplikasikan pada perancangan arsitektur, secara
langsung akan bermanfaat untuk :
1. Pemberdayaan potensi-potensi lokal baik itu potensi material alam
maupun industri.
2. Mengurangi Co2 dari jarak tempuh transportasi pengiriman material
bangunan.
3. Memberikan kesempataan upgrading people economic bagi
masyarakat sekitar yang memiliki jenis pekerjaan yang terkait dengan
bangunan.
4. Mempercepat proses adaptasi penerimaan bangunan baru ke dalam
lingkungan yang lebih dulu terbentuk sebelum adanya proses
pembangunan bangunan baru.
5. Dapat menyesuaikan dengan persyaratan peruntukkan bangunan,
dalam hal ini persyaratan yang menjadi acuan ialah pemilihan
material bangunan laboratorium, terkait dengan material healthy dan
safety.
6. Memastikkan keseluruhan pemilihan material bangunan yang
diaplikasikan ke dalam perancangan arsitektur dapat didaur ulang.

g. Deskripsikan konsep arsitektur ekologis baik bangunan dan ruang luarnya


yang baik dan berkelanjutan.

Memperhatikan arsitektur Indonesia masa kini sering menimbulkan


kesan bahwa proyek tersebut dipindahkan dari jauh (Misal: Amerika Utara,
Eropa, dll.), dari daerah beriklim sedang ke daerah beriklim tropis lembap
(Indonesia). Perencanaan tersebut menghasilkan konstruksi, pengaturan
jendela kaca, penempatan massa, dan konsep yang meniru gedung dari iklim
dingin yang seolah-olah terletak di antara bangunan tropis.
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis panas lembap.
Karakteristik daerah dengan iklim tropis panas lembap adalah memiliki
curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi serta suhu yang hampir selalu
tinggi. Angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim
hujan dan kemarau, radiasi matahari sedang dan pertukaran panas kecil
karena kelembapan udara tinggi.

Secara garis besar, bangunan gedung pada iklim tropis membutuhkan


perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan di pesisir
pantai memerlukan perlindungan terhadap angin keras. Pada bagian berikut
ini akan dijabarkan mengenai metodologi desain agar bangunan sesuai
dengan kriteria arsitektur ekologis.
1. Bentuk fisik gedung Pembentukan gedung memanfaatkan segala sesuatu
yang dapat menurunkan suhu yang dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan arah orientasi bukaan dinding terhadap sinar matahari,
memisahkan atau menjauhkan ruang yang mengakibatkan timbunya panas
berlebih dari ruangan utama, merencanakan ruang dengan kelembapan tinggi
dengan tambahan sistem penyegaran udara sehingga pertukaran udara dapat
terjadi dengan lancar.
2. Struktur dan konstruksi Memilih jenis struktur dan konstruksi yang tepat
sesuai dengan fungsi dan kebutuhan bangunan. Jenis struktur ada 3 jenis,
yaitu :
 Struktur bangunan masif
 Struktur pelat dinding sejajar
 Struktur bangunan rangka
3. Perlindungan gedung terhadap matahari dan penyegaran udara Perlindungan
gedung terhadap matahari yang paling sederhana adalah dengan cara
menanam pohon peneduh di sekitar gedung. Perlindungan pembukaan
dinding dapat dilakukan dengan penonjolan atap atau dengan menggunakan
sirip tetap yang horizontal, tegak, atau keduanya.
Tata Ruang Ekologis Ruang merupakan wadah tidak nyata yang dapat
dirasakan oleh manusia, merupakan persepsi dari masing-masing individu
melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran dan penafsirannya24.
Ruang memiliki panjang, lebar, dan tinggi; bentuk; permukaan; orientasi; serta
posisi25. Istilah ruang (space) tidak hanya meliputi ruang dalam, tetapi juga
ruang luar, misalnya jalan yang dibentuk oleh dinding, rumah, atau tanaman
sekeliling. Kualitas kenyamanan, sifat, dan bentuk ruang juga mempengaruhi
jiwa pengguna ruang. Pengertian keseimbangan dengan alam mengandung
kesatuan makhluk hidup (termasuk manusia) dengan alam sekitarnya secara
holistis.
Tata Ruang Dalam (Interior)
Ekologis Dalam merencanakan tata ruang dalam ekologis, perencana harus
memahami jenis ruang dan sifatnya. Beberapa jenis komponen yang perlu
diperhatikan dalam mendesain tata ruang dalam yang ekologis adalah sebagai
berikut.
Tata Ruang Luar (Eksterior)
Ekologis Pengertian ruang luar secara mendasar adalah suatu ruang alam
terbuka yang hanya dibatasi oleh elemen bawah dan samping saja. Pada ruang
luar, elemen atas (atap) tidak terbatas sehingga memberikan kesan terbuka.
Menurut Imanuel Kant, Ruang luar bukanlah sesuatu yang objektif atau nyata,
tetapi merupakan sesuatu yang subjektif sebagai hasil dari pikiran dan perasaan
manusia. Menurut Plato, ruang luar adalah suatu kerangka atau wadah di mana
objek atau kejadian tertentu berada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ruang luar merupakan suatu area yang dibatasi oleh elemen bawah dan samping
yang timbul akibat suatu kesan subjektif dari perasaan dan pikiran manusia
yang berfungsi untuk mewadahi suatu kegiatan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang luar terjadi


akibat adanya ruang yang terjadi antar massa bangunan. Ruang yang terjadi
dapat bersifat negatif atau positif bergantung dari kegunaan ruang yang dapat
difungsikan secara maksimal atau tidak. Apabila dikaitkan dengan arsitektur
ekologis, penataan ruang luar di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi dengan
adanya pohon peneduh yang diolah dengan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu arah gerak udara. Selain itu, perlu juga untuk disiapkan saluran
dan resapan air hujan dari atap dan halaman yang diperkeras. Pengolahan tata
ruang luar bangunan minimal harus menyisakan 30% lahan bangunan terbuka
untuk area penghijauan dan tanaman.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan daripada penelitian dengan pendekatan Ekologi Arsitektur
dengan harapan sebuah karya arsitektur yang berkontibusi dalam
kepedulianya terhadap lingkungan, dimana bangunan tersebut berdiri. Serta
dapat mendukung dalam program konservasi lingkungan, bukan hanya dari
kebutuhan manusia dalam bertempat tinggal, pedulinya sebuah karya
arsitektur yang selaras dengan lingkungan memang perlu di terapkan dalam
kondisi saat ini. Dimana keadaan lingkungan perkotaan yang juga semakin
di perburuk dengan bertumbuhnya hunian-hunian liar yang menempati kota
jakarta yang di sebabkan arus urbanisasi yang sangat tinggi di perkotaan,
serta ketersediaan hunian yang sangat minim. Penerapan lain dalam
perancangan yang di terapkan dengan memaksimalkan cahaya matahari
sebagai cahaya utama dari bangunan ketika siang hari, serta penggunaan
sumber energi tak terbarukan yang dapat di minimalkan penggunaannya.
Penciptaan kawasan hijau di sekitar lingkungan dengan menerapkan
peraturan yang di tetapkan oleh pemerintah yang telah di buat oleh
Pemerintah DKI Jakarta daripada pemulihan vegetasi hingga material
lansekap yang tidak berdampak besar bagi lingkungan dalam peraturan
pengguna gedung bangunan hijau Jakarta berdasarkan Peraturan Gubernur
No.38/2012.
b. Saran terhadap proses pengerjaan tugas akhir dalam mengambil pendekatan
Ekologi Arsitektur selanjutnya dengan mengadakan analisa yang
menggunakan teknologi aplikasi guna mencari informasi yang lebih
informatif untuk sebuah rancangan arsitektur yang ekologis.

DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io/8ptgn/
TEORI EKOLOGI ARSITEKTUR
https://media.neliti.com/media/publications/113088-ID-metode-dalam-
menentukan-material-banguna.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/11941/4/TA142293.pdf
https://unindra.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai