Dosen Pembimbing :
Samiah
Zulhidayatul Husna
2022
Site Plan Struktur
Global
Spot
Interior
A. Metode perancangan
Metode perancangan yang akan di gunakan dalam pembahasan adalah metode deduktif
yaitu metode yang pembahasannya diawali dengan tinjauan yang bersifat umum kemudian
masuk ke dalam tinjauan yang bersifat khusus dalam hal ini ditunjang dengan studi literatur dan
konsultasi atau wawancara. Khusus untuk tahap pengumpulan informasi, menggunakan
metode deskriptif yaitu yang memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (Fact
Finding) sebagaimana keadaan sebenarnya. Data atau fakta yang terkumpul harus diolah dan
ditafsirkan.
Untuk tahap studi pembanding digunakan metode induktif, yaitu mengkaji secara
terperinci hal-hal yang terdapat dari tiap objek yang diidentifikasikan, kemudian dari hal-hal
yang telah dijelaskan secara terperinci tersebut dikumpulkan untuk ditarik suatu kesimpulan
yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan objek.
Proses perancangan yang di terapkan merupakan proses perancangan menurut J. C.
Jones, yaitu meliputi ; Tahap Gagasan, Tahap Informasi, Tahap Analisis, Tahap Sintesis,
Tahap Evaluasi, Tahap Optimisasi.
B. Kajian Perancangan
Disain Pabrik Minyak Goreng Di Bitung adalah proses untuk membuat dan
menciptakan suatu objek bangunan industri yang mengelolah produk berupa minyak goreng
yang lokasi pembangunannya terletak di kota bitung. Pabrik minyak goreng ini di bangun
guna untuk meningkatkan pendapatan perekonomian kota bitung dan untuk membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat yang sedang menganggur.
a. Standar Teknis Pembangunan Kawasan Industri
Dalam merencanakan suatu kawasan industri, pemerintah melalui menteri
perindustrian telah menentukan standar teknis kawasan industri yaitu melalui surat keputusan
menteri perindustrian nomor : 291/M/SK/10/1989 tanggal 28 oktober 1989. Secara garis
besar standar teknis mencakup beberapa hal yaitu :
i. Komposisi Penggunaan lahan
1. Kapling industri : Maximum 70%.
2. Ruang terbuka Hijau termasuk daerah penyangga : Minimum 10%.
3. Prasarana dan sarana : Luas tana sisa (20%).
ii. Prasarana yang wajib disediakan antara lain,
1. Jaringan jalan lingkungan : satu jalur dengan dua arah, lebar
perkerasan minimum 8 meter atau dua jalur dengan dua arah,
lebar perkerasan minimal 2 x 7 meter.
2. Saluran pembuangan air hujan (drainase).
3. Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM dan/atau
diusahakan sendiri.
4. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik dengan
sumber PLN dan/atau diusahakan sendiri.
5. Jaringan telekomunikasi.
6. Instalasi pengolahan air limbah industri.
7. Penerangan jalan.
8. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri.
9. Unit pemadam kebakaran.
iii. Sarana
Sarana yang dapat disediakan yaitu : kantin, poliklinik, tempat ibadah, rumah
penginapan sementara, fitness center, halte, pos keamanan, perkantoran untuk bank, pos dan
wartel.
b. Penentuan Lokasi Site
Sesuai dengan RTRW kota bitung, kawasan pembangunan area industri di arahkan
pada area barat kota yaitu terletak di kecamatan matuari. Kecamatan matuari merupakan
kecamatan dengan jumlah perkebunan kelapa yang sangat besar, oleh karena itu dalam
memanfaatkan hasil perkebunan tersebut kecamatan matuari merupakan lokasi yang strategis
untuk dilakukan pembangunan pabrik minyak goreng. Berdasarkan hasil analisa dengan
kriteria-kriteria yang ditentukan, maka lokasi yang di pakai yaitu terletak di Kecamatan
Matuari, Kelurahan Sagerat Weru 1.
C. Tema Perancangan
Definisi antara Disain pabrik minyak goreng dengan tema Eko Arsitektur adalah
pembangunan gedung industri penghasil produk minyak goreng dimana desain serta proses
pengoperasian bangunannya mengacu pada konsep eko arsitektur yang tidak mengganggu
atau merusak lingkungan sekitar pabrik.
Ekologi arsitektur dapat dijelaskan dalam beberapa point, yaitu sebagai berikut :
1) Holistis : berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih
penting daripada sekedar kumpulan bagian.
2) Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan).
3) Pembangunan sebagai proses, dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4) Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
Arsitektur
Biologis
Arsitektur Arsitektur
Surya Alternatif
Eko - Arsitektur
Selain pemahaman tentang konsep arsitektur yang holistis ada berbagai pendekatan
lain mengenai arsitektur yang sadar akan lingkungan, diantaranya meliputi : Hemat Energi,
Material Ramah Lingkungan, dan Peka Terhadap Iklim.
Berikut ini merupakan pengaplikasian tematik terhadap objek perancangan:
Sirkulasi Menggunakan pola Sirkulasi yang mudah dan sesuai Menggunakan pola grid,
Grid. dengan kebutuhan pemakai. mudah
dan sesuai dengan
kebutuhan pemakai.
i. Fasilitas Utama, yaitu pos penerimaan bahan baku ; Gudang bahan baku ;
Bangunan produksi ; Laboratorium ; Gudang barang jadi.
ii. Fasilitas Pengelolah, yaitu berupa Kantor Pengelolah.
iii. Fasilitas Penunjang, yaitu Loading dock ; café / restaurant ; bengkel ; bak
penampungan limbah.
iv. Fasilitas Servis, yaitu toilet umum ; pos keamanan ; gedung genset ; gedung
pompa air ; gedung kontrol limbah.
v. Fasilitas Outdoor, yaitu plaza dan parkir.
c. Analisis Luas Site
TLS = 35.096 m2 BCR
= Max 40%
Sempadan Jalan = 4 m,
Luas sempadan jalan = 2.332 m2
Sempadan Bangunan = 5 m,
Luas sempadan bangunan = 1.260 m2
Total Luas Sempadan = 3.592 m2
TLSE = TLS – Total Luas Sempadan
= 35.096 – 3.592 = 31.504 m2 (3.1 ha)
Pada perencanaan pabrik minyak goreng di bitung, perancang memakai suatu pendekatan
desain tematik yaitu eko - arsitektur. Secara ringkas, tema eko - arsitektur sangat berhubungan dengan
kelestarian lingkungan, dimana dalam perancangan pabrik ini, tidak akan menimbulkan dampak-
dampak negatif bagi lingkungan. Berikut ini, dijelaskan pengaplikasian tematik dalam desain yaitu:
i. Konsep Peletakan Massa pada Tapak / Site
Dalam proses ini perancang membuat Konsep perletakan massa bangunan mengikuti pola
sistem grid, dimana massa bangunan tersusun secara blok dengan modul yang teratur. Selain itu,
perancang menentukan peletakan massa bangunan dengan menganalisis pergerakan matahari untuk
mendapatkan posisi yang menguntungkan untuk pencahayaan alami, serta arah datangnya angin untuk
mendapatkan penghawaan alami (konsep ekologi). Dengan demikian perletakan massa bangunan
diletakan pada posisi menghadap ke arah timur.
Gerbang Keluar
Kendaraan Truk Pabrik Gerbang Keluar
Masuk Kendaraan
Perjkantoran
Sirkulasi
Kendaraan Pribadi
Gerbang Keluar
Masuk Kendaraan
Perjkantoran
Sirkulasi
Kendaraan Pabrik
Gerbang Masuk
Kendaraan Truk Pabrik
Spot
Interior
Lingkungan sarana pengolahan pangan harus terawat dengan baik, serta bersih dari
sampah. Di samping itu, limbahnya harus dikelola dengan baik dan terkendali, serta
harus adanya sistem saluran pembuangan air yang lancar. Untuk hal lokasi,
dianjurkan terletak di bagian perifer kota, atau tidak berada di lokasi padat penduduk.
Lokasinya juga sebaiknya tidak menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan,
tidak berada dekat industri logam atau kimia, serta bebas banjir dan polisi asap atau
kontaminasi udara lainnya.
c. Cara Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Limbah cair pabrik minyak kelapa sawit berwarna kecoklat-coklatan dengan pH 3,5 –
5 dan mengandung sekitar 95 % air, 4 – 5 % bahan terlarut dan tersuspensi. Serta 0,5
– 1,0% sisa minyak dan lemak yang sering terdapat dalam bentuk emulsi (Cornelius,
1983). Proses pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit yang banyak
dilakukan sekarang adalah dengan menggunakan kolam anaerobik. Beberapa
diantaranya dilanjutkan dengan pengolahan secara aerobik di dalam suatu biorekator
beraerasi. Pengolahan dengan cara ini dapat menurunkan BOD dan COD air limbah
sampai 85 – 95% (Thanh, 1980). Beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit sudah
menggunakan system pengolahan air limbah yang cukup baik. Sistem pengolahan
tersebut terdiri dari proses pendinginan, pengolahan di dalam kolam anaerobik,
pengolahan secara aerobik dan pengendapan/stabilisasi. Sistem ini memerlukan waktu
tinggal cairan total sekitar 55 – 110 hari untuk mereduksi BOD dan padatan
tersuspensi hingga sekitar 95% (Sugiharto, 1987).
Walaupun sebahagian sudah dapat menghasilkan aliran keluaran yang memenuhi
standar air limbah pabrik minyak kelapa sawit, tetapi sistem ini memerlukan waktu
tinggal hidrolik yang sangat lama. Hal ini dinilai kurang ekonomis karena
memerlukan areal pengolahan air limbah yang sangat luas. Selain itu kolam anaerobik
juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1. Menimbulkan masalah bau dan kontaminasi air tanah di daerah sekitar kolam
2. Hasil samping proses anaerobik yang merupakan gas metana tidak dapat
dimanfaatkan
3. Memerlukan pemeliharaan secara periodik untuk membuang lumpur yang
terakumulasi di dasar kolam
4. Membutuhkan waktu penahanan hidrolis yang cukup lama.
Melihat sistem pengolahan air limbah pabrik minyak kelapa sawit yang ada sekarang,
maka perlu dicari suatu pengolahan limbah baru yang dapat mengatasi masalah-
masalah tersebut yaitu dengan melakukan pengolahan pendahuluan yang dilakukan
secara fisik kemudian dilanjutkan dengan pengolahan secara biologi. Salah satu
alternatif pengolahan secara fisik terhadap limbah pabrik minyak kelapa sawit adalah
dengan flotasi. Flotasi ini bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi partikel-
partikel yang ada di dalam air limbah dengan cara pengapungan terutama untuk
mengapungkan minyak/lemak sehingga kandungan minyak/lemak pada limbah pabrik
minyak kelapa sawit dapat dikurangi. Karena lemak merupakan sebagian dari
komponen air limbah yang mempunyai sifat yang mengumpal pada suhu udara
normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas.
Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang kesaluran limbah akan
menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan
dan lemak ini akan
menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya dapat menyumbat
aliran air limbah.
Selain penyumbatan akan dapat terjadi juga kerusakan pada tempat dimana lemak
tersebut menempel yang bisa mengakibatkan kebocoran. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi hal-hal tersebut perlu dilakukan pengapungan minyak/lemak dan
partikel-pertikel yang lain sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Hal ini mudah
diterapkan, karena terdapat beberapa zat padat atau substansi dengan kerapatan yang
renggang sulit untuk diendapkan tetapi mudah untuk diapungkan. Adapun cara yang
dipergunakan adalah dengan cara memasukkan gelembung udara ke dalam limbah
cair pabrik minyak kelapa sawit. Flok-flok dari lumpur, padatan tersuspensi, serta
minyak/lemak yang terapungkan kemudian disaring/diskim keluar secara periodik.
KESIMPULAN
Dalam pembangunan pabrik minyak goreng ini hal yang paling diutamakan
adalah untuk meningkatkan perekonomian kota, yaitu kota bitung yang dimana
adalah kota industri. Pembangunan pabrik ini memberikan dampak positif berupa
terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, sehingga mengurangi
angka pengangguran di kota tersebut. Bahan baku utama yang digunakan dalam
membuat minyak goreng adalah kopra yang sebagian besar di ambil dari
perkebunan masyarakat kota bitung dan sebagian kecilnya di impor. Dalam proses
pengelolahan minyak di pabrik ini hasil limbah yang timbul sangat kecil, karena
telah mengalami berbagai macam proses pengolahan baik itu limbah padat, gas
maupun cair. Hal tersebut sangat diutamakan karena dalam perancangan pabrik ini
tema yang digunakan yaitu eko-arsitektur yaitu perancangan yang ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kota Bitung dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Bitung. Bitung.
Aswatini R. 2000. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Daerah Kota Bitung, Propinsi
Sulawesi Utara. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Broadbent G. 1980. Design in Architecture. John Wiley & Sons. New York.
Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian.
Bogor.
Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitektur Jilid Satu Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Sukawi. 2008. Ekologi Arsitektur : Menuju Perancangan Arsitektur Hemat Energi dan
Berkelanjutan.