Anda di halaman 1dari 61

BAB IV PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN A. Konsep Perancangan 1.

Unsur-unsur Perancangan Unsur-unsur yang membentuk konsep Perancangan Arsitektur adalah sebagai berikut : 1. Tapak, yang termasuk didalam perancangan tapak yaitu potensi, kondisi dan konteks tapak dalam lingkungan urban yang menentukan dan memberikan aspirasi pada rancangan. 2. Program, yang termasuk didalamnya yaitu aktivitas yang direncanakan, kebutuhan ruang, karakteristik dan hubungannya yang memberikan preseden dalam rancangan. 3. Representasi, merupakan ide Arsitektural dan Arsitek dalam menentukan wujud rancangan. Ketiga unsur di atas saling terkait, hingga membentuk konsep perancangan yang akan menjadi pedoman dalam proses perwujudan desain arsitektural. 2. Jangkauan Perancangan Jangkauan konsep perancangan arsitektur yang akan dicapai berdasarkan beberapa pertimbangan unsur-unsur perancangan adalah sebagai berikut : a. Analogi, merupakan suatu konsep yang selalu digunakan untuk merumuskan konsep. Analogi mengindikasikan hubungan harfiah yang mungkin diantara benda-benda. Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai sifat khas yang diinginkan sehingga menjadi model untuk proyek yang ada. b. Metafora dan perumpamaan, mengidentifikasikan hubungan diantara bendabenda, tetapi hubungan ini bersifat abstrak dan tidak nyata. Sedangkan perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata seperti atau bagaikan untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasikan hubungan tentang hal-hal yang menarik hati dan bangunanbangunan yang menyerupai batu alam.

61

c. Hakikat, menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Selain itu, hakikat juga menganalisis program dan mengidentifikasi suatu hirarki persoalan-persoalan untuk proyek tersebut. Salah satu kategori hakikat adalah lambang yang dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk spesifik, dan citra-citra yang dapat dimengerti masyarakat. d. Cita-cita, mengemukakan konsep-konsep yang tepat dan ideal, misalnya dalam setiap seorang arsitek dapat membawakan konsep yang ideal tentang bagaimana cara mengkonversi energi kedalam bangunan. B. Pendekatan Konsep Perancangan Makro 1. Analisis Lokasi Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menganalisis lokasi Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unhalu terhadap arah pengembangan fasilitas Kampus Unhalu dan Kota Kendari pada umunya adalah sebagai berikut : a. Kondisi fisik tapak
A : Lokasi Perencanaan Kawasan Kampus Hijau

Jalur transportasi dalam dan luar tapak Jalur transportasi dalam dan luar tapak

C D E G FA

B : Lapangan Bola C : Lapangan Basket D : Lapangan Tenis F : Gedung Kuning G : Auditorium

TANGGAPAN

Gambar IV.1: RTRW BWK V Kawasan Anduonohu (Sumber : Analisis Pribadi)

62

Mengemukakan beberapa potensi tapak dan keadaan existing condition lokasi sehingga mampu mendukung proses perancangan makro gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Unhalu. Potensi-potensi dimaksud seperti, keberadaan gedung-gedung di sekitar lokasi PKM Unhalu yang pada akhirnya dapat mendukung keberadaan gedung PKM Unhalu. b. Pencapaian ke tapak Yaitu menganalisis proses pencapaian
Jalan Mokodompit Jalur Transportasi dalam kawasan Unhalu H.E.A

ke lokasi PKM Unhalu dengan sistem


Keterangan: : Jalur Transportasi Umum : Jalur Kedalam Tapak Catatan *Banyak: Alternatif Pencapaian Ke Tapak seperti yang terlihat pada gambar. * Tidak akses khusus untuk pejalan kaki.

tapak

kendaraan roda empat atau lebih, kendaraan roda dua dan sirkulasi pejalan kaki. Dalam menganalisa
Gambar IV.2: Analisis Pencapaian ke tapak Analisis Pribadi) itu perlu site atau(Sumber tapak, :maka sirkulasi

diperhatikan agar semua

kegiatan dapar berlangsung dengan lancar, disamping itu juga untuk memudahkan pencapaian serta pengontrolan terhadap unit-unit bangunan. Selain itu, hal yang terpenting dalam pengaturan sirkulasi adalah penentuan letak pintu masuk dan pintu keluar yang lengkap dengan rambu-rambu penunjuk jalan dan rambu-rambu sirkulasi lainnya serta tersedianya sarana parkir yang memadai.

c.

Penzoningan dan kebisingan Mengatur zona dalam tapak dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan

hubungan antara kondisi ruang luar dan keadaan ruang dalam bangunan, hal ini juga sekaligus dapat mengatasi masalah kebisingan yang ditimbulkan oleh berbagai

63

aktivitas dengan mempertimbangkan arah atau sumber kebisingan, pengaturan tingkat kebisingan dan jenis kegiatan yang terkait dengan penzoningan berupa zona publik, prifat dan servis.
KEBISINGAN TINGGI
Kebisingan ini ditimbulkan oleh : Kendaraan bermotor baik roda 4 maupun roda 2, selain itu manusia juga dapat menimbul kebisingan.

KEBISINGAN SEDANG
Kebisingan ini ditimbulkan oleh : kendaraan bermotor baik roda 4 maupun roda 2, selain itu manusia juga penimbul kebisingan hanya intensitas pelaku kebisingan.

Pusat kebisingan tinggi dan tapak posisinya agak berjauhan sehingga kebisingannya tidak terlalu berpengaruh, selain itu banyak tanaman sebagai penyaring kebisingan.

tapak

KEBISINGAN SEDANG
Kebisingan ini ditimbulkan oleh : manusia pada saatsaat tertentu saja.

*Kebisingan

Sedang terjadi pada saat2 tertentu saja, akan diantisipasi dengan pengolahan desain akustik dalam bangunan secara TANGGAPAN tepat.

Gambar IV.3: Pensoningan dan analisi kebisingan d. Arah pandang

Penampilan bangunan diupayakan lahir dengan mempertimbangkan view kedalam maupun keluar site, sehingga dapat mendukung proses perencanaan dan perancangan gedung PKM Unhalu, pengaturan arah pandang dengan cara memanfaatkan semua potensi tapak yang ada dapat memberi nilai tambah, misalkan penataan bangunan diusahakan menghadap ke arah badan jalan, sedangkan view lain memperlihatkan halhal menarik yang menumbuhkan imajinasi dan inspirasi di sekitar tapak.

(Sumber : Analisis Pribadi)

*
bar at selat an utar a

Orientasi Bangunan yang mengarah ke Utara dan Timur, akan dibuatkan trap seperti dibawah ini. .

*
timu r

Orientasi Bangunan yang mengarah ke Barat, merupakan arah Main Entrance bangunan yang tepat.

* Orientasi Bangunan yang mengarah ke Selatan,


akan menjadi area outbond Mahacala. TANGGAPAN

64

Gambar IV.4: Arah Pandangan (Sumber : Analisis Pribadi)

e.

Orientasi matahari dan angin

bar at selat an utar a

timu r Gambar IV.5: Orientasi penataan Matahari &massa Angin bangunan dan juga memiliki Arah matahari dan angin mempengaruhi (Sumber : Analisis Pribadi)

pengaruh pada penampilan bangunan karena hal ini akan memberi dampak prilaku terhadap aktivitas pengguna bangunan, sehingga orientasi matahari dan angin dapat dimanfaatkan secara bijak, diantaranya menghindari sinar matahari pada siang dan sore hari, mengoptimalkan matahari sebagai sumber pencahayaan alami dan memanfaatkan pergerakan angin untuk penghawaan alami sehingga diperoleh kenyamanan thermal dalam dan luar bangunan.

65

f. Analisis Konsep Tata Ruang Luar

Penataan Tata Ruang Luar harus berkesan aktraktif, selain itu harus mampu menjadi elemen pengarah, elemen estetis, seperti pada gambar dibawah ini.

RENCANA TATA RUANG LUAR

Gambar IV.6: Arah Pandangan (Sumber : Analisis Pribadi)

Penataan ruang luar yang dimaksudkan adalah penataan taman, ruang terbuka dan seluruh komponen yang ada di dalamnya, penataan ruang luar yang sesuai dapat memberi keuntungan besar bagi keberadaan bangunan sehingga antara bangunan dan keadaan di sekelilingnya dalam tapak menjadi satu kesatuan yang harmonis/serasi. Oleh karena itu, ada beberapa pertimbangan perancangan ruang luar yaitu fungsi ruang luar, elemen yang dipakai, sirkulasi efektif, keindahan dan kebersihan, kenyamanan dan keamanan, serta potensi tapak dan kondisi lingkungan. Dalam perancangan gedung PKM Unhalu, ruang luar berfungsi sebagai zona public, ruang terbuka hijau dan taman bagi para pengguna bangunan, yang dapat mendukung fungsi bangunan sebagai gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unhalu serta mampu mendukung seluruh aktivitas di dalamnya.

66

Vegetasi dan Landscape

Gambar IV.7: Vegetasi & Lansekap (Sumber : Analisis Pribadi)

Pengaturan vegetasi dan penataan landscaping (pertamanan) memberikan estetika pada tampilan bangunan secara keseluruhan, saling menyelaraskan dan juga sebagai ruang terbuka yang mendukung fungsi keberadaan PKM Unhalu, penataan vegetasi dan landscape harus membuat suasana menjadi menarik yakni memberikan inspirasi dan menjadi sarana imajinasi sehingga ada korelasi dengan fungsi utama bangunan. Pengaturan vegetasi dan landscape tidak hanya sekedar sebagai peruntukkan zona terbuka hijau, atau media untuk meredam kebisingan, penyaring polusi, media pengarah atau penghalang angin, dan filter panas matahari tetapi disisi lain hal ini dapat berfungsi sebagai penghubung dengan keadaan sekitarnya dengan menghadirkan estetika harmonis. 2. Analisis Bentuk Dasar dan Penampilan Bangunan Rancangan bentuk dasar bangunan disesuaikan dengan fungsi gedung PKM Unhalu sebagai pusat terjadinya aktivitas seluruh mahasiswa Unhalu. Oleh karena itu, beberapa acuan dasar yang menjadi landasan utama perancangan bentuk gedung PKM adalah sebagai berikut : a. Fungsi bangunan PKM Unhalu. b. Kondisi dan bentuk lokasi PKM Unhalu c. Keadaan lingkungan (iklim tropis) kota Kendari sebagai lokasi pembangunan 67

gedung PKM Unhalu. Tahapan-tahapan desainnya sebagai berikut:

SITE
Pola mengikuti site yang ada terlalu monoton

aWal iDe
Bentuk Dasar Bangunan dapat memberi kesan Atraktif, Dinamis, dan Tdak Monoton. Bentuk Dasar Bangunan harus mencirikan Tridharma Perguruan Tinggi Pusat Kegiatan Mahasiswa. Tampilan Bangunan Mengadopsi ikon Kampus Hijau

Pola mengikuti orientasi jalan yang ada, orientasi bangunan tidak terpusat

Unsur terpusatnya terpenuhi tapi Usur tri(tiga) dharma perguruan tingginya tidak terpenuhi.

Unsur terpusat terpenuhi Simbolisasi tridharma perguruan tinggi terpenuhi

Gambar IV.8: Analisis Bentuk Dasar & Tampilan Bangunan (Sumber : Analisis Pribadi)

C. Sirkulasi 1. Prinsip sirkulasi Tiga prinsip utama dalam menangani sirkulasi yaitu (Darmawan, 2003): a. Pertama, jalan seharusnya disesain menjadi ruang terbuka yang memiliki pemandangan yang baik antara lain: 1) Bersih dan elemen lanskap yang menarik. 2) Persyaratan ketinggian dan garis sempadan berdekatan dengan jalan. 3) Pengaturan parkir di pinggir jalan berfungsi sebagai penyekat jalan. 4) Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan. b. Kedua, jalan dapat memberi petunjuk orientasi begi para pengendara dan dapat menciptakan lingkungan yang dapat dibaca. Lebih khusus lagi yakni: 1) Menciptakan bentuk lanskap untuk meningkatkan kualitas lingkungan kawasan sepanjang jalan tersebut. 2) Mendirikan perabot jalan yang berfungsi pada siang dan malam hari dengan hiasan lampu yang mendukung suasana jalan.

68

3) Pembedaan susunan dan jalan-jalan penting dengan memberikan perabot jalan (streetscaping), trotoar, maju mundurnya batas bangunan (setback), penggunaan lahan yang cocok dan sebagainya. c. Ketiga, sektor publik dan swasta merupakan partner untuk mencapai tujuan tersebut diatas. Beberapa kecenderungan tujuan dalam perencanaan transportasi meliputi: 1. Meningkatkan mobilitas pada suatu lokasi. 2. Meningkatkan kemudahan pencapaian pada suatu lokasi. 2. Pola sirkulasi Pola sirkulasi dalam kawasan yang digunakan yaitu (Darmawan, 2003): Tabel IV.1: Contoh Pola Sirkulasi
No 1. Jenis Pola Sirkulasi Linear Pengertian dan Sifat Sirkulasi 1) Bersifat dinamis. 2) Umum digunakan. 3) Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop). 2. Radial 1) Memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama. 2) Pola yang sering diterapkan pada bangunan atau 3. Spiral monumen yang menjadi pusat kota. 1) Suatu jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah. 2) Diterapkan pada daerah perbukitan atau daerah 4. Grid berkontur dan daerah luas. 1) Terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasankawasan ruang segi empat. 5. Jaringan 2) Menciptakan keteraturan pada suatu daerah. 1) Sangat kompleks.

69

2) Jaringan jalan yang menghubungkan titik-titik pusat kegiatan suatu fungsi.

6.

Komposit

1) penggabungan dari beberapa atau keseluruhan konfigurasi di atas. Hal yang terpenting dalam penggabungan ini adalah pusat kegiatan. 2) Semua bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur pergerakan melalui bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti sejenak, beristirahat dan menentukan orientasi. 3) Untuk menghindari timbulnya kebingungan atau kekacauan, suatu susunan hirarkis di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan skala, bentuk, panjang dan penempatannya. (Sumber: Ching, 2000)

3. Jenis sirkulasi Menurut (Hakim dan Utomo, 2003) sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan penggunaan tapak sehingga merupakan pergerakan dari ruang satu ke ruang yang lain. Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang baik, misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, tidak adanya hirarki sirkulasi, tidak jelasnya pembagian ruang antara sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan, penggunaan fungsi ruang sirkulasi yang berbeda (misal trotoar dijadikan tempat berjualan).Untuk hal tersebut hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan. Sirkulasi pada tapak dapat dibedakan menjadi (Hakim dan Utomo, 2003): a) Sirkulasi Kendaraan Secara hirarki dapat dibagi menjadi 2 jalur kendaraan yakni: 1) Jalur distribusi, merupakan jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), 2)

70

Jalur akses jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan. Kedua jalur tersebut perlu dipisah untuk memperlancar lalulintas.Fasilitas penunjang berupa rambu-rambu lalu lintas dan ruang parkir harus disesuaikan dengan ruang yang tersedia. b) Sirkulasi Manusia Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak.Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas lainnya.Terdapat empat macam jarak personal space(Sarwono,1992): 1) Jarak intim (0-0,5m), 2) Jarak personal, jarak percakapan (1,5-3m), 3) Jarak sosial, jarak unrtuk hubungan bersifat formal (1,3-4m), 4) Jarak publik (4-8,5m).

Aksesibilitas penyandang cacat Hakim dengan mempertimbangkan (Peraturan (Sumber: dan Utomo, 2003) Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan bangunan dan lingkungan): 1. 2. penyandang cacat. 3. Simbol dan arah dalam bentuk implementasi standarstandar aksesibilitas dan ukuran dasar ruang bagi penyandang cacat. Tingkat kemudahan untuk dapat menuju, mencapai, memasuki dan penggunaan bangunan secara mandiri. Tetap memberi rasa aman dan nyaman bagi

Gambar IV.9 Ukuran luas standar pedestrian way

71

4. hambatan sirkulasi. 5. 6.

Jalur dengan memperhatikan tekstur permukaan dan Dimensi jalur: permukaan tidak licin, tanpa

hambatan/lubang > 2 cm, dan lebar eksterior > 90 cm. Dimensi ramp dengan perbandingan tertentu yang mudah dicapai oleh penyandang cacat.

Gambar IV.10 Implementasi standar ruang penyandang cacat (Sumber: Permen Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006)

D. Program dan Organisasi Ruang 1. Program Ruang Fasilitas Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unhalu yang dirancang ini akan berfungsi sebagai sekretariat utama lembaga-lembaga di lingkup intra Unhalu serta untuk mewadahi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik yang berskala daerah, nasional maupun internasional. Kebutuhan ruang pada Pusat Kegiatan Mahasiswa diperoleh dari beberapa analisis fungsi ruang dan analisis kegiatan dari pengguna bangunan berupa kegiatan bidang lembaga kemahasiswaan, UKM, dan kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan fungsi bangunan ini. Selain itu jumlah pengguna bangunan atau penghuni bangunan memberi pengaruh dalam menentukan jenis, jumlah, dan pola organisasi ruang yang dibutuhkan untuk menampung para pengguna menjalankan aktivitasnya. Penataan ruang untuk menyusun sebuah denah pada perancangan bangunan PKM Unhalu harus berdasarkan analisis prilaku pengguna bangunan yang nantinya juga akan menghasilkan pola hubungan antar ruang-ruang, yaitu perilaku pengurus-

72

pengurus lembaga mahasiswa, pengurus-pengurus UKM, pengunjung/tamu, dan seluruh sivitas akademik Universitas Haluoleo yang punya kemungkinan untuk menggunakan bangunan ini. Dalam perancangan kebutuhan ruang gedung PKM Unhalu ada beberapa pertimbangan untuk mendapatkan pemilihan fungsi fasilitas yang direncanakan yaitu : a. Fasilitas yang dapat menjadi pusat kegiatan mahasiswa, yaitu dengan menghadirkan kantor atau ruang bagi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BWMU), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF), Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Ikatan Alumni Unhalu (IKA Alumni UH), Ruang Seminar, Pusat Informasi Kemahasiswaaan, dan Ruang Serbaguna (Aula). b. Fasilitas yang mempunyai daya tarik untuk mengumpulkan sivitas akademika Unhalu, yaitu menghadirkan kantin (yang memenuhi syarat kapasitas, suasana dan lain-lain), ruang belajar dan diskusi, ruang baca dan ruang duduk bersama. c. Fasilitas yang mampu menimbulkan kebanggaan seluruh warga kampus dan alumni Universitas Haluoleo, yaitu dengan menghadirkan Hall Penghargaan (Memorial Hall), dan galeri karya (ruang pameran) mahasiswa terbaik. d. Fasilitas pendukung berbagai kegiatan mahasiswa yang berskala daerah, nasional, maupun internasional.

Dari beberapa pertimbangan fungsi fasilitas di atas, maka dikelompokkanlah beberapa fasilitas yang disiapkan untuk mendukung fungsi utama gedung PKM unhalu yaitu sebagai berikut : a. Kelompok fasilitas kemahasiswaan b. Kelompok fasilitas penunjang akademik dan administrasi c. Kelompok fasilitas komersial d. Kelompok fasilitas sosial 73

e. Kelompok fasilitas akomodasi f. Kelompok fasilitas rekreasi g. Kelompok ruang servis h. Kelompok fasilitas ruang luar (areal parkir, areal hijau, areal sirkulasi pejalan kaki dan areal sirkulasi kendaraan) Jadi secara terperinci beberapa kebutuhan ruang gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Haluoleo terdapat pada table 3.1. berikut ini: Tabel IV.2. Kebutuhan Ruang PKM Unhalu No. 01 1. Kelompok Fungsi 02 Kantor BEM Universitas (BEMU) Kantor Majelis Permusyaratan Mahasiswa (MPM) Kantor BEM Fakultas (terdapat 11 BEMF) Nama Ruang 03 Ruang Pengurus BEMU Ruang Rapat BEMU Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus MPM Ruang Rapat MPM Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus BEMF Ruang Rapat BEMF Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu 03 Ruang Pengurus DPMF Ruang Rapat DPMF Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus UKM Ruang Rapat UKM Gudang Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus IKA Karakteristik Ruang 04 Semi Publik

2.

Semi Publik

3.

Semi Publik

01 4.

02 Kantor DPM Fakultas (terdapat 11 DPMF) Kantor UKM (terdapat 12 UKM)

04 Semi Publik

5.

6.

Kantor IKA Alumni

Semi Publik Semi Publik

74

7.

Kantor Majalah Kampus Kantor Radio Kampus Pusat Informasi Kemahasiswaan Guest House

8.

9.

10.

11.

Ruang serbaguna

01
12. 13. 14.

02
Ruang Pameran Karya Ruang Seminar Ruang Maintenance

Ruang Rapat IKA Toilet Pria dan Wanita Ruang Tamu Ruang Rapat Ruang Komputer Gudang Ruang Pengurus Ruang Siaran Ruang Peralatan Gudang Ruang Operator dan Komputerisasi Ruang Loket Pengumuman Hall Ruang info & security Ruang Tamu Bersama Kamar Tidur 20 Unit (4 org/unit) Ruang Makan Pantry/Dapur Gudang Toilet Putra & Putri Hall Loket Auditorium Panggung Ruang Ganti Ruang Kontrol Ruang Proyektor Gudang Toilet Pria dan Wanita 03
Hall Display Area Gudang Hall Ruang Seminar Gudang Ruang Kontrol/Panel Ruang Genset Ruang Solar Ruang Trafo & PLN Ruang Pompa Workshop

Semi Publik

Semi Publik

Publik

Privat

Publik

04 Publik Publik Service

75

15.

Kantin

16.

Fotocopy Center

17.

Unit-unit Toko

18.

Musholah

19.

Unit Toilet

Ruang Operator Dapur Umum Loading Dock Laundry dan Cleaning Gudang Toilet Pria dan Wanita Ruang Simpan Barang Area Service Ruang Makan Snack Bar Toilet Pria dan Wanita Ruang Tunggu Counter Ruang Perlengkapan Space Fotocopy Space Penjilidan Kasir Space Karyawan Gudang Area Jual Counter Ruang Rak-rak Loker Kasir Gudang Area Shalat Tempat Wudhu Pria Tempat Wudhu Wanita Toilet Pria dan Wanita Toilet Pria Toilet Wanita Area Wastafel Area Urinoir

Publik

Publik

Publik

Publik

Service

Sumber : Hasil rancangan, 2012 2. Besaran Ruang Untuk mendapatkan besaran ruang gedung PKM Unhalu dihitung berdasarkan standar luasan ruang yang dibutuhkan untuk kenyamanan dalam beraktivitas, jumlah pengguna ruangan, ruang gerak pengguna bangunan, standar luasan perabot yang digunakan, serta areal sirkulasi yang dibutuhkan untuk mencapai masing-masing ruang dalam bangunan PKM Unhalu. Standar-standar luasan ruang gerak pengguna, luasan perabot, luasan ruang yang dibutuhkan untuk kenyamanan dalam beraktivitas didapatkan dari beberapa sumber referensi, yaitu Architec Data, oleh Ernest Neufert, 1980, jilid 1 dan 2; Standarisasi Bangunan Dan Dimensi Perabot 76

serta perhitungan asumsi berdasarkan kebutuhan. Sedangkan standar jumlah pengguna didapatkan dari analisis jumlah pengurus lembaga-lembaga kemahasiswaan dan UKM pada saat ada kegiatan-kegiatan (kegiatan daerah, nasional, maupun internasional) kemahasiswaan maupun tidak ada kegiatan kemahasiswaan. Selain itu juga, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menghitung besaran ruang PKM Unhalu yaitu jenis dan karakter ruang, bentuk perabot, sistem sirkulasi yang ingin diciptakan, dan beberapa hal yang dibutuhkan. Pada akhirnya, yang menjadi output dari besaran ruang diharuskan untuk tidak terdapatnya ruang mati ataupun ruang yang tidak berfungsi dengan baik, serta dapat menghasilkan ruang yang efektif dan ideal untuk mendukung fungsi bangunan yang ada. Tabel IV.3 Besaran Ruang Gedung PKM Unhalu
No. 01 1. Kelompok Fungsi 02 Kantor BEM Universitas (BEMU) Kantor Majelis Permusyaratan Mahasiswa (MPM) Kantor BEM Fakultas (terdapat 11 BEMF) Kantor DPM Fakultas (terdapat 11 DPMF) Kantor UKM (terdapat 12 UKM) Nama Ruang 03 Ruang Pengurus BEMU Ruang Rapat BEMU Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus MPM Ruang Rapat MPM Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus BEMF Ruang Rapat BEMF Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus DPMF Ruang Rapat DPMF Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus UKM Ruang Rapat UKM Gudang Toilet Pria dan Wanita Hall/Ruang Tunggu Hall/Ruang Tunggu Ruang Pengurus IKA Ruang Rapat IKA Toilet Pria dan Wanita Ruang Tamu Ruang Rapat Ruang Komputer Gudang Ruang Pengurus Kap. (Org) 04 30 30 kursi 1 Ruang 10 30 30 kursi 1 Ruang 10 30 30 kursi 1 Ruang 10 30 30 kursi 1 Ruang 10 10 10 kursi 1 Ruang 1 Ruang 4 10 20 20 kursi 1 Ruang 5 10 kursi 5 Unit 1 Unit 10 Standar (m2/Org) 05 1,5 0,84/kursi 6 1,5 1,5 0,84/kursi 6 1,5 1,5 0,84/kursi 6 1,5 1,5 0,84/kursi 6 1,5 1,5 0,84/kursi 9 6 1,5 1,5 5 0,84/kursi 6 1,5 0,84/kursi 4 9 1,5 Total Ukuran Ruang (m2) 06 45 25,2 6 15 45 25,2 6 15 45 25,2 6 15 45 25,2 6 15 15 8.4 9 6 6 15 100 16,8 6 7,5 8,4 20 9 15 07 91,2 Sumbe r 08 NAD NAD NAD ASM NAD NAD NAD ASM NAD NAD NAD ASM NAD NAD NAD ASM NAD NAD SB NAD ASM NAD NAD NAD NAD NAD NAD SB SB NAD

2.

91,2

3.

1003,2

4.

1003,2

5.

532,8

6.

Kantor IKA Alumni

131,8

7.

Kantor Majalah Kampus Kantor Radio

44,5 35,5

8.

77

Kampus 9. Pusat Informasi Kemahasiswaan Guest House

10.

11.

Ruang serbaguna

12.

Ruang Pameran Karya Ruang Seminar Ruang Maintenance

Ruang Siaran Ruang Peralatan Gudang Ruang Operator dan Komputerisasi Ruang Loket Pengumuman Hall Ruang info & security Ruang Tamu Bersama Kamar Tidur 20 Unit (4 org/unit) Ruang Makan Pantry/Dapur Gudang Toilet Putra & Putri Hall Loket Auditorium Panggung Ruang Ganti Ruang Kontrol Ruang Proyektor Gudang Toilet Pria dan Wanita Hall Display Area Gudang Hall Ruang Seminar Gudang Ruang Kontrol/Panel Ruang Genset Ruang Solar Ruang Trafo & PLN Ruang Pompa Workshop Ruang Operator Dapur Umum Loading Dock Laundry dan Cleaning Gudang Toilet Pria dan Wanita Ruang Simpan Barang Area Service Ruang Makan Snack Bar Toilet Pria dan Wanita Ruang Tunggu Counter Ruang Perlengkapan Space Fotocopy Space Penjilidan Kasir Space Karyawan Gudang Area Jual Counter

5 Rg 1 unit 1 unit 4 1 Unit 20%/Peg. 1 Unit 50%/Peg. 20 Unit 59%/Peg. 1 Unit 1 Ruang 50 Org 1 Unit 1500 krs 30 Org 1 Unit 1 Unit 1 Ruang 1 Ruang 150 1 Ruang 50 100 1 3 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 20 org 1 unit 2 truk 1 unit 1 unit 1 ruang 3 mobil 30%RM. 300 kursi 4 unit 1 ruang 20 org 3 org 3 unit 4 unit 1 ruang 1 org 6 org 1 ruang 10 org 3 org

1,5 4 9 4 12 0,96 8 0,5 20 1,5 40%/R.Mkn 12 6 1 8 0,84 50 1,5 30 25 70%dr Pgng 6 1,5 30% dr Hall 50% dr D.A 1,5 0,65 9 12 100 30 80 25 60 3 50 20 50 9 6 15 1,5/kursi 4/unit 6 1,4 5 2 4 6 5 1,4 9 1,4 5

7,5 4 9 16 12 15,36 8 20 400 446 70,8 28,32 12 6 50 8 1260 50 45 30 25 35 6 150 45 22,5 75 65 9 36 100 30 80 50 60 60 50 40 50 9 6 45 135 450 16 6 28 15 6 16 6 5 8,4 9 14 15 28

NAD SB SB SB SB HD HD SB ASM NAD NAD ASM NAD NAD HD NMH BPDS ASM NMH NAD BPDS NAD NAD ASM ASM NAD NAD ASM ASM ASM ASM ASM ASM ASM NAD ASM NAD ASM SB NAD NAD NAD NAD ASM NAD NAD SB SB SB SB SB SB SB NAD SB

1509

217,5

13. 14.

149

571

15.

Kantin

652

16.

Fotocopy Center

93,4

17.

Unit-unit Toko

61

78

18.

Musholah

20.

Unit Toilet

- Ruang Rak-rak 8 unit 2 16 - Loker 1 unit 2 2 - Kasir 1 org 5 5 - Gudang 1 ruang 9 9 - Area Shalat 60 org 1,6 96 - Tempat Wudhu Pria 1 ruang 25 25 - Tempat Wudhu Wanita 1 ruang 25 25 - Toilet Pria 1 ruang 6 6 - Toilet Wanita 1 Ruang 6 6 - Toilet Pria 8 unit 9 m2/unit 72 - Toilet Wanita 8 unit 9 m2/unit 72 - Area Wastafel 32 unit 0,64 m2/unit 20,48 - Area Urinoir 32 unit 0,5 m2/unit 16 2 Jadi Total Luas Gedung PKM Unhalu adalah 7050,8 m

158

180,5

SB SB SB SB NAD ASM ASM ASM ASM NAD NAD NAD NAD

3.

Organisasi Ruang Pola organisasi ruang PKM Unhalu diatur sedemikan rupa untuk mencapai

fungsi sirkulasi dalam bangunan sebagai akses yang saling berhubungan erat, sehingga posisi, letak, dan fungsi ruang-ruang yang ada menjadi efektif dalam pencapaiannya. Pola ruangan yang terbentuk perlu menyesuaikan dengan pola aktivitas mahasiswa yang aktif, kreatif dan inovatif melalui nuansa ruang luar yang dihadirkan ke dalam ruangan. Selain itu, pola organisasi ruang pun harus mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini: a. b. c. Orientasi ruang yang satu dan yang lainnya sehingga memudahkan pencapaian ruang. Memudahkan sirkulasi keluar masuk bangunan. Menghadirkan suasana yang dinamis baik dari aktivitas pengguna bangunan PKM Unhalu. Pola organisasi ruang pada perencanaan Gedung PKM Unhalu dijelaskan pada gambar-gambar di bawah ini dalam bentuk interaction net. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah seberapa besar keeratan hubungan antara ruang yang dengan ruan yang lain bila ditinjau dari pencapaian dan karakter tiap ruang yang pada pada masing-masing unit kerja. Ada 3 kriteria yang digunakan dalam perancangan pola hubungan ruang yaitu dijelaskan dalam Tabel 5.2. berikut ini :

79

Tabel IV.4. Tabel Penjelasan Pola Hubungan Ruang No. 1. Simbol Makna Simbol

Hubungan sangat erat bila ditinjau dari pencapaian, karakter, dan keterkaitan fungsi antar ruang. Hubungan erat bila ditinjau dari pencapaian, 2. karakter, dan keterkaitan fungsi antar ruang. Hubungan kurang erat bila ditinjau dari pencapaian, 3. karakter, dan keterkaitan fungsi antar ruang. Sumber : Hasil rancangan, 2012 Selanjutnya akan dijelaskan melalui gambar-gambar di bawah ini bagaimana pola hubungan antar ruang dalam gedung PKM Unhalu. a. Kantor BEM Universitas (BEM Unhalu)

Gambar IV.11: Pola Hubungan Ruang Kantor BEM Unhalu Sumber : Hasil rancangan, 2012

b. Kantor Majelis Permusyaratan Mahasiswa (MPM)

Gambar IV.12: Pola Hubungan Ruang Kantor MPM Sumber : Hasil rancangan, 2012

80

c. Kantor BEM Fakultas (BEMF)

Gambar IV.13: Pola Hubungan Ruang Kantor BEM Fkultas Sumber : Hasil rancangan, 2012

d. Kantor DPM Fakultas (DPMF)

Gambar IV.14: Pola Hubungan Ruang Kantor DPM Fakultas (DPMF) Sumber : Hasil rancangan, 2012 e. Kantor UKM

Gambar IV.15: Pola Hubungan Ruang Kantor UKM Sumber : Hasil rancangan, 2012

81

f. Kantor IKA Alumni Unhalu

Gambar IV.16: Pola Hubungan Ruang Kantor IKA Alumni Sumber : Hasil rancangan, 2012

g. Kantor Majalah Kampus

Gambar IV.17: Pola Hubungan Ruang Kantor Majalah Kampus Sumber : Hasil rancangan, 2012

h. Kantor Radio Kampus

Gambar IV.18: Pola Hubungan Ruang Kantor Radio Kampus Sumber : Hasil rancangan, 2012

i. Pusat Informasi Kemahasiswaan 82

Gambar IV.19: Pola Hubungan Ruang Kantor Pusat Informasi Kemahasiswaan Sumber : Hasil rancangan, 2012 j. Guest House

Gambar IV.20: Pola Hubungan Ruang Guest House Kemahasiswaan Sumber : Hasil rancangan, 2012 k. Ruang Serbaguna

Gambar IV.21: Pola Hubungan Ruang Gedung Serbaguna Sumber : Hasil rancangan, 2012

83

l. Ruang Pameran Karya

Gambar IV.22: Pola Hubungan Ruang Pameran Karya Sumber : Hasil rancangan, 2012 m. Ruang Seminar

Gambar IV.23: Pola Hubungan Ruang Seminar Sumber : Hasil rancangan, 2012

n. Ruang Maintenance

84

Gambar IV.24: Pola Hubungan Ruang Maintenance Sumber : Hasil rancangan, 2012

o. Kantin

Gambar IV.25: Pola Hubungan Ruang Kantin Sumber : Hasil rancangan, 2012

p. Fotocopy Center

85

Gambar IV.26: Pola Hubungan Ruang Fotocopy Center Sumber : Hasil rancangan, 2012 q. Unit-unit Toko

Gambar IV.27: Pola Hubungan Ruang Unit Toko Sumber : Hasil rancangan, 2012 r. Musholah

Gambar IV.28: Pola Hubungan Ruang Musholah Sumber : Hasil rancangan, 2012 s. Unit Toilet Umum

Gambar IV.29: Pola Hubungan Ruang Unit Toilet Umum Sumber : Hasil rancangan, 2012

86

E. Sistem Struktur Struktur adalah sebuah rangka vertikal yang mampu menahan muatan tanpa terlihat perubahan bentuk dari salah satu bagian dalam hubungannya dengan yang lain. Struktur bangunan merupakan komponen utama dalam Arsitektur yang berfungsi sebagai penyalur beban ke tanah, memberikan perlindungan terhadap bahaya alam, dan bahaya internal. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditentukan kriteria-kriteria penentu bentuk struktur yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Faktor fungsi bangunan, dimana fungsi kegiatan pada bangunan menuntut fleksibilitas dan efisiensi ruang. Faktor alam, dimana keadaan fisik lahan berupa daya dukung tanah, ketinggian tanah, dan sebagainya. Faktor teknis, dimana struktur harus kokoh, stabil, kaku dan aman. Faktor estetis (keindahan), penyelesaian sistem struktur dipadukan dengan tampilan arsitektur yang berpengaruh pada penampilan bangunan. Faktor ekonomis, dimana menyangkut sistem pelaksanaan dan pemeliharaan dalam pembiayaan. Bahan material, dimana material yang digunakan harus awet, tahan terhadap cuaca, tahan api, dan tahan terhadap pencemaran.

Secara spesifik penentuan sistem struktur didasarkan atas pertimbangan, yaitu : a. b. c. d. e. Dapat mewujudkan ekspresi bangunan/ penampilan bangunan. Kondisi tapak/lahan meliputi daya dukung tanah, ketinggian air tanah, ketahanan struktur dan pengaruh alam serta bahaya kebakaran. Mendukung fungsi dan environmental ruang. Tuntutan terhadap fleksibilitas. Perawatan pada masa yang akan datang. 87

f.

Kemudahan pelaksanaan dan pencapaian teknologi dalam penerapannya. Berdasarkan kriteria di atas, maka alternatif pemakaian sistem struktur

adalah sebagai berikut : 1. Analisis Modul Struktur Modul merupakan ukuran terkecil yang digunakan untuk menentukan dimensi ruang. Dalam penentuan modul struktur didasarkan pada : a. Modul dasar Modul yang digunakan didasarkan pada ukuran tubuh manusia dan area gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarnya lebih dahulu maka perlu diketahui unit dasar, kemudian ditetapkan dimensinya yang dapat diwakili. b. Modul fungsi Modul ruang yang didasarkan pada fungsi ruang yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit fungsi lalu ditetapkan dimensi yang diwakili. Dari unit terkecil angka 30 cm merupakan kelipatan terkecil yang dapat menjadi interval dari besaran 60 cm, 90 cm dan 120 cm. c. Modul perancangan Merupakan kelipatan modul fungsi dimana harga dasarnya ditetapkan dengan sistem saluran (meter), bentuk kelipatan biasanya tercapai 0,9 m, 1,8 m, 2,7 m, 3,6 m dan seterusnya.

Modul perancangan terbagi atas : 1) Modul horisontal Modul yang merupakan kelipatan dari modul fungsi 30 cm. Jika suatu pekerjaan membutuhkan area 1,80 x 1,80 m, maka kelipatan berikutnya dapat digunakan adalah 3,60 , 7,20 , dan 9,00 m. Faktor-faktor yang menentukan modul horisontal adalah aktivitas, efektivitas, perabot, sirkulasi, dimensi standar bahan bangunan (pabrikasi), struktur, modul manusia dan modul fungsi. 88

Pengolahan modul secara horisontal biasanya dengan struktur grid, radial, atau gabungan antara keduanya. Panjang bentangan bervariasi yaitu 360 atau kelipatannya. GRID RADIAL GRIDRADIAL

Gambar IV. 30 Modul Horisontal Sumber : Perihal anatomi bangunan, 1986 2) Modul vertikal Dengan standar tinggi pintu antara 2.00- 2.20 m dan tinggi ambang bawah adalah 74-80 cm, maka didapatkan nilai 4 m sebagai modul vertikal untuk lantai satu dan seterusnya, terkecuali ruang bawah tanah (basement) memiliki ukuran modul tersendiri. Biasanya modulnya lebih tinggi bila dibanding dengan modul lainnya. 3) Modul material Modul material yang digunakan diambil dari kelipatan modul fungsi yaitu : 30 cm, 60 cm, 90 cm, dan 129 cm.

2.

Dilatasi Dilatasi merupakan suatu kebutuhan dimana suatu bangunan memiliki

panjang 30 meter dianjurkan untuk menggunakan dilatasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar bangunan terhindar dari pengaruh patah atau retakan yang diakibatkan oleh pengaruh beban dan getaran tanah yang disebabkan adanya bencana alam dan lain-lain. Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan rendah dengan yang tinggi, antara bangunan induk dan bangunan sayap, dan bagian yang lain yang 89

mempunyai kelemahan geometris. Suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, dimana tiap bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi. Beberapa jenis dilatasi yang adapat digunakan. a. Dilatasi dengan dua kolom Dilatasi ini paling umum dilakukan, tetapi penumpukan kolom akan terjadi pemborosan serta akan menggangu estetika dan modul yang ada.

Gambar IV.31: Dilatasi Dengan Dua Kolom Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, 2002

b. Dilatasi dengan balok kantilever Mengingat tentang balok kantilever terbatas panjangnya (maksimal 1/3 bentang balok induk), maka pada lokasi terjadinya dilatasi terjadi perubahan bentang antar kolom, yaitu sekitar 2/3 bentangan antar kolom.

90

Gambar IV.32: Dilatasi Dengan Balok Kantilever Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, 2002

c. Dilatasi dengan balok gerber Untuk mempertahankan jarak antar kolom yang sama, maka pada balokkantilever diberi balok gerber. Namun dilatasi dengan balok gerber ini jarang digunakan, karena kuatir akan lepas dan katuh, jika mengalami deformasi arah horizontal yang cukup besar.

Gambar IV.33: Dilatasi Dengan Balok Gerber Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, 2002

d. Dilatasi dengan konsol Meskipun jarak antar kolom dapat dipertahankan tetap sama, namun akibat adanya konsol, maka tinggi langit-langit di daerah dilatasi akan lebih rendah dibandingkan tinggi langit-langit pada bentang kolom berikutnya.

91

Gambar IV.34: Dilatasi Dengan Balok Konsol Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, 2002 3. Sistem sub-struktur (struktur bawah) Pondasi sering disebut sebagai struktur bangunan bagian bawah (sub struktur), terletak paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan ke tanah di bawahnya. a. Jenis - jenis pondasi Berdasarkan kedalaman letaknya pondasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. 1) Pondasi dangkal (shallow foundation) Pondasi dangkal adalah jenis pondasi yang dasarnya terletak tidak terlalu dalam dari permukaan tanah asli, masih dapat dikerjakan dengan alat sederhana oleh tenaga manusia biasa. Berdasarkan bentuknya pondasi dangkal dapat di klasifikasikan menjadi empat macam, yaitu : a) Pondasi menerus Pondasi menerus dipasang di bawah seluruh panjang dinding bangunan dengan lebar dasar sama besar. Pondasi jenis ini dipakai pada kondisi tanah baik dengan kekerasan tanah atau sigma tanah adalah 2 kg/cm 2, dengan kedalaman tanah keras lebih kurang 80 120 cm, kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk. Kriteria spesifik jenis pondasi ini yaitu : (1) Penggunaan bahan yang cukup ekonomis dan cara pelaksanaannya lebih mudah. (2) Cukup aman menahan gaya vertikal maupun horisontal 92

(3) Dipakai pada tanah yang lapisan tanah kerasnya tidak jauh dari permukaan tanah (80 120 cm). (4) Bahan material pondasi mudah didapat banyak tersedia dipasaran.

Gambar IV.35 Jenis Pondasi Menerus Sumber : Universitas prahyangan Bandung, hal 86 b) Pondasi setempat Pada umumnya jenis pondasi ini dipasang di bawah kolom kolom utama pendukung bangunan. Pondasi setempat mempunyai kedalaman 150 400 cm. tanah yang digali hanya di bawah kolom kolom portal pendukung utama bangunan, sedangkan di bawah balok sloof cukup digali sampai kedalaman 60 80 cm. Kriteria spesifik jenis pondasi setempat yaitu : (1) Penggunaan bahan yang cukup ekonomis dan cara pelaksanaannya dilapangan lebih mudah. (2) Cukup aman menahan gaya vertikal dan horisontal, dengan catatan tinggi bangunan tidak lebih dari 3 (tiga) lantai ke atas. (3) Dipakai pada tanah yang permukaan lapisan kerasnya tidak jauh dari muka tanah. (4) Bahan pondasi ini adalah beton bertulang.

93

Gambar IV. 36 Jenis Pondasi Telapak Sumber : Universitas Prahyangan Bandung, hal 86 c) Pondasi sumuran Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, dan lokasi tanah yang berlumpur. Kriteria spesifik jenis pondasi ini yaitu : (1) Daya dukung lebih besar, tetapi relatif mahal (2) Cocok untuk semua jenis tanah (3) Getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan dilapangan relatif kecil. (4) Rumit dalam pengerjaannya (5) Kebisingan yang ditimbulkan terhadap ligkungan setempat sangat rendah.

Gambar IV. 37 Pondasi Sumuran Bulat Sumber : Universitas prahyangan Bandung, hal 86 d) Pondasi gabungan Pondasi gabungan merupakan pondasi plat yang mendukung kolom lebih dari satu. Pondasi jenis ini dapat dipakai bila luas tanah pada bangunan sangat terbatas.

Gambar IV. 38 Pondasi Gabungan Sumber : Murniadi, dalam Sarjono, 1983 :99

94

e) Pondasi rakit (slab foundation) Pondasi rakit merupakan pondasi yang dibuat berupa plat tebal dengan perkuatan balok dari beton bertulang kedap air. Pondasi ini dipasang di bawah seluruh luas bangunan, dapat dimanfaatkan sebagai ruang basement di bawah tanah, untuk gudang, ruang mesin atau tempat parkir. Pondasi rakit biasa dirangkai menjadi satu menerus dengan dinding beton kedap air sebagai turap penahan tanah disekeliling ruang basement. Pondasi rakit pada umumnya dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Kriteria spesifik jenis pondasi ini yaitu : (1) Penggunaan pada kondisi tanah berrawa dan gembur. (2) Agak sulit dalam pengerjaan dilapangan. (3) Pelaksanaan tidak terlalu bising. (4) Struktur pondasi dapat digunakan sebagai tiang. (5) Kekuatan besar walaupun agak boros

Gambar IV. 39 Pondasi Rakit Sumber : Universitas Prahyangan Bandung, Hal.87 2) Pondasi Dalam ( Deep foundation) a) Pondasi tiang pancang (paku bumi) dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi, dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bambu, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang. Kriteria spesifik jenis pondasi ini yaitu : (1) Mudah diperoleh dan juga terjangkau oleh teknologi setempat. (2) Pelakasanaan dilapangan mudah tetapi bising terhadap lingkungan sekitar serta menimbulkan getaran yang tinggi. (3) Ekonomis dalam penggunaan lahan. 95

(4) Kualitas lebih terjamin karena sudah standar pabrikasi. (5) Mampu menahan gaya torsi, vertikal, dan horizontal.

Gambar IV. 40 Jenis Pondasi Tiang Pancang Beton Bertulang Sumber : Universitas prahyangan Bandung, hal 88 b. Pondasi sumur bor (bored pile) Jenis pondasi ini merupakan pondasi dengan teknik kerja cor langsung dilapangan. Jenis pondasi ini mempunyai daya dukung besar kedapatan sangat dalam (kurang lebih 15 meter). 4. Sistem super- struktur Sistem super struktur adalah struktur tengah sebagai pendukung beban yang bekerja dan diteruskan ke sub struktur. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem super struktur adalah beberapa unit bangunan membutuhkan ruang yang cukup besar, sehingga memerlukan sistem struktur yang mampu mengatasi bentangan lebar. Super struktur terdiri dari : a. Sistem struktur rangka kaku Sistem rangka kaku merupakan penggabungan unsur linear pembentuk bidang vertikal dan horisontal. Bidang ini terdiri dari balok dan kolom, biasanya pada grid persegi. Kriteria spesifikasi : 1) Efektif terhadap ruang dengan bentang kurang dari 12 m 2) Penyaluran beban terpusat pada kolom, sedang untuk penyelesaian konstruksi yang utama diperlukan adalah sistem join kolom dan balok. 3) Material yang digunakan : baja, beton, kayu, beton komposit dan aluminium. 96

Gambar IV. 41 Struktur Rangka Kaku (Kolom dan Balok) Sumber : Bahan Kuliah SKB

5.

Sistem upper - struktur Sistem upper struktur merupakan struktur penutup atas bangunan dengan

fungsi utama melindungi gedung dan penghuninya secara fisik dan metafisik. Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Meskipun dalam proses konstruksinya memerlukan analisis dan desain struktur yang cukup rumit dan mahal, tetapi dari segi lingkungan keberadaan taman atap, memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya didalam mengurangi/meminimalisasi suhu udara serta berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global. Berdasarkan jumlah biaya (perawatan) yang dibutuhkan, kedalaman tanah (media tanam), dan jenis tanaman yang digunakan, taman atap dibedakan menjadi tiga macam yaitu (The Environment Site.org, 2006; dalam taman atap.com): a. Taman Atap Ekstensif (Extensive Green Roof) Taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup murah, media tanam (tanah) yang dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan. Taman atap ini mempunyai skala bangunan yang ringan dan sempit sehingga banyak digunakan pada bagian rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap rumah, teras, atau dinding. b. Taman Atap Semi Ekstensif (Semi-Extensive Green Roof) Taman atap ini mempunyai kedalaman media tanam (tanah) yang lebih dibandingkan taman atap ekstensif, mampu menampung sejumlah besar jenis

97

tanaman dan lebih dekoratif. Taman atap ini membutuhkan struktur bangunan yang lebih kuat dan berat. c. Taman Atap Intensif (Intensive Green Roof) Taman atap ini mempunyai ukuran yang luas dengan struktur bangunan yang besar dan kuat, mampu menampung berbagai jenis tanaman baik kecil maupun besar (pohon). Taman atap jenis ini banyak digunakan pada bangunanbangunan besar (pencakar langit) serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi. Tabel IV.5: Spesifikasi antara Taman Atap Ekstensif dan Intensif
Kriteria/Parameter 01 Bobot (kg/m2) Kedalaman media tanam (mm) Komunitas tanaman/vegetasi 01 Irigasi Fungsi Kelebihan Extensive Green Roof 02 < 300 50-200 Lumut, herba, rumput, semak 02 Minim/jarang Menyediakan manfaat Teratur Menyediakan Intensive Green Roof 03 300-1000 200-1200 Rumput, semak, perdu, pohon 03 manfaat dan

ekologis dan estetik Sesuai untuk proyek jangka pendek, biaya pembangunan relatif murah, cocok untuk area yang luas, pada dapat atap dikembangkan

fitur taman secara lengkap Mempunyai beragam manfaat (area rekreasi, ruang terbuka, produksi pangan), diversitas vegetasi tinggi, dapat dikembangkan secara aktraktif Biaya pembangunan mahal, membutuhkan konsumsi energi, air, dan material dalam

Kekurangan

dengan kemiringan 300 Disversitas tanaman terbatas, tidak dapat diakses, dan kurang menarik pada musim

kering/panas jumlah besar. (sumber: Liu dan Baskaran, 2005; IGRA, 2007; Townshend dan Duggie, 2007; dalam taman atap.

98

Gambar IV.42: Struktur dasar taman atap (Ekstensif & Intensif) (Sumber: Townshend dan Duggie, 2007; dalam taman atap.com)

F. Sistem Utilitas 1. Sistem Utilitas Air Bersih dan Kotor

Pipa air bersih makin kebawah makin kecil

Pipa air Kotor makin kebawah makin Besar

Gambar IV. 43 Diagram Pola Sistem Plambing Sumber : Bahan Kuliah Utilitas Bangunan

99

Jaringan persediaan air bersih dan jaringan pembuangan air kotor termasuk merupakan bagian dari kelengkapan bangunan yang berkaitan dengan kesehatan, olehnya itu penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Sistem distribusi air bersih Sistem pengadaan dan distribusi air bersih ada empat cara, yaitu : 1) Dengan penyambungan pipa saluran fasiltas PDAM setempat 2) Dengan membuat sumur air tanah yang melalui pengisapan pipa 3) Kombinasi dari PDAM dan sumur air tanah (artesis) 4) Penyediaan tempat penampungan air bersih (reservoir bawah dan atas) Berdasarkan kebutuhan penggunaanya dengan dasar pertimbangan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih, yaitu: 1) Kontinuitas setiap hari untuk setiap unit fasilitas bangunan. 2) Tingkat kebutuhan konsumen yang dilayani dengan proyeksi pengembanganya. 3) Pendistribusian yang merata kepada seluruh unit bangunan berdasarkan pada tingkat kebutuhan di dalamnya. 4) Pemafaatan air bersih untuk penanggulangan bahaya kebakaran. Secara umum sistem distribusi air bersih dalam bangunan bertingkat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Up feed system (sistem distribusi ke atas)

Gambar IV. 44 Sistem Distribusi keatas dan kebawah Sumber : Bahan Kuliah Utilitas Bangunan

100

Sistem distribusi Pada sistem ini arah aliran air direncanakan dengan arah ke atas sehingga keatas dan kebawah sumber/tampungan air harus berada lebih rendah daripada lubang distribusi. Pada bangunan bertingkat, biasanya sistem ini direncanakan dengan pengambilan air langsung dari sumur/sumber air yang terletak dibagian bawah tanah dengan menggunakan alat bantu pompa. Pada sistem ini biasanya dilengkapi dengan reservoir bawah. b) Down fee system (sistem distribusi ke bawah) Sistem ini merupakan sistem distribusi, dimana aliran air diarahkan ke bawah, biasanya menggunakan bantuan gaya gravitasi. Pada sistem ini, air diambil dari sumur/sumber air yang biasanya terletak di bawah, lalu ditampung ke reservoir atas (bagian atas gedung/di atas tower air terpisah), setelah itu didistribusikan ke ruang-ruang dalam bangunan dengan bantuan gaya gravitasi bumi.

b. Sisteqwm pembuangan air kotor

Gambar IV. 45 Sistem Distribusi Pada Shaf Sumber : Bahan Kuliah Utilitas Bangunan 101

Sistem pembuangan air kotor adalah suatu sistem pembuangan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menjamin pembuangan setiap zat cair dan kotoran yang timbul sebagai akibat aktivitas yang dilakukan dalam bangunan berikut zat-zat yang terkandung di dalamnya , secara cepat dan aman. Sistem drainase (pembuangan air kotor ) yang memenuhi syarat terdiri atas tiga bagian yang saling melengkapi, yaitu: 1) Alat-alat penerima seperti closet, bak cuci, dan talang 2) Saluran di dalam dan di luar gedung, lengkap dengan peralatanya baik secara horisontal maupun vertikal 3) Tempat pembuangan air kotor Secara umum jenis zat buangan dari dalam bangunan atau suatu lingkungan digolongkan menjadi dua, yaitu : 1) Zat padat, merupakan kotoran yang berasal dari kloset yang berupa tinja. 2) Zat buangan cair, merupakan air kotor yang berasal dari lavatory, urinoir, bak mandi, dan bak cuci piring. Berdasarkan klasifikasi zat buangan tersebut, sistem pembuangan air kotor dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Sistem pembuangan air hujan 2) Sistem pembuangan air khusus 3) Sistem pembuangan air berlemak (dari km/wc atau dari dapur) 4) Sistem pembuangan kotoran padat Menurut cara pembuangannya, sistem pembuangan air kotor dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Sistem buangan campuran 2) Sistem buangan terpisah, dan 3) Sistem pembuangan air secara tak langsung

102

Cara pengaliran dan pembuangan air kotor pada bangunan bertingkat, secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Sistem gravitasi, dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi kesaluran umum yang letaknya lebih rendah. 2) Sistem bertekanan, bila saluran umum letaknya lebih tinggi dari alat-alat plumbing (perpipaan) sehingga air buangan dikumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan kemudian dipompakan ke riol kota. Sistem pembungan air kotor dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Pembuangan air kotor langsung keriol kota 2) Pembuangan air kotor keriol kota melalui bak pengendap 3) Pembuangan air kotor ke air terbuka 4) Pembuangan air kotor dengan sistem sumur resapan 5) Pembuangan air kotor ke dalam bak pengendap

2.

Sistem Mekanikal Elektrikal

Tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan suatu bangunan dapat diperoleh dari dua sumber tenaga, yaitu: a. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Aliran listrik berasal dari jaringan kota yang dikelola oleh pemerintah. Oleh karenanya kapasitas distribusinya sangat terbatas pada pemakaian maksimal yang diizinkan. Keuntungan pemakaian sumber tenaga PLN antara lain : 1) Pengadaan awal lebih murah dibandingkan dengan sumber tenaga lainnya 2) Dalam operasional membutuhkan perawatan yang berarti 3) Tidak menimbulkan dampak yang merugikan seperti pencemaran, getaran, kebisingan 4) Tidak membutuhkan ruangan khusus untuk pengontrolan 103

b. Generator Set (Gen Set) Generator merupakan alat yang mengubah gerakan mekanis menjadi elektris melalui kemagnetan, sumber tenaga ini dikelola oleh pemilik bangunan dan merupakan fasilitas bangunan. Keuntungan pemakaian gen set antara lain : 1) Kapasitas KVA yang tidak terbatas. 2) Lamanya tenaga bekerja hanya dibatasi oleh ukuran tangki bahan bakar. 3) Biaya relatif murah bila diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan dan kelemahan Gen Set antara lain : 1) Memerlukan pemeliharaan yang konstan dan testing yang teratur. 2) Kesulitan penyimpanan bahan bakar. 3) Efek berupa kebisingan, getaran, dan suara dari saluran pembuangan gas. Pemakaian tenaga listrik dalam bangunan pada umumnya dapat dikelompokan kedalam tiga kategori menurut peruntukannya yaitu : 1) Perlindungan bangunan terhadap bahaya, petir, dan pencemaran. 2) Pengadaan fasilitas air bersih, alat transportasi dalam bangunan, pengkondisian udara, penerangan, sistem suara, dan telepon. 3) Pelayanan kegiatan konsumen, berbagai macam peralatan listrik yang digunakan untuk mendapatkan kemudahan, efisiensi dan juga kenyamanan. Macam peralatan listrik yang umum digunakan dalam bangunan adalah: 1) Transformator 2) Switch board 3) Panel board
Keterangan : MDP SDP PP : Main Distribution Panel : Sub Distribution Panel : Panel Pembagi

104 Gambar IV.46 Contoh Perletakan Jaringan Listrik Dalam Bangunan Sumber : Time- Saver, dalam Marlina, 2005 :377

3.

Gambar IV. 47 Distribusi Jaringan Listrik Sumber : Time- Saver, dalam Marlina, 2005 : 377 Sistem Komunikasi

Sarana komunikasi merupakan suatu kelengkapan yang diperlukan untuk menunjang keberlanjutan kegiatan yang diwadahi dalam suatu bangunan. Secara umum komunikasi dibedakan menjadi : a. Komunikasi dari atau keluar bangunan Untuk hal ini, diperlukan jaringan komunikasi yang menghubungkan sebuah bangunan dengan kantor telepon pusat. b. Komunikasi di dalam bangunan

Dibutuhkan untuk interaksi aktivitas di dalam bangunan dan ini memerlukan jaringan tersendiri yang berada pada jaringan khusus dalam bangunan. Sistem komunikasi melalui telepon menggunakan 2 jalur extention atau HL & langsung atau DL dengan menggunakan PABX untuk tersendiri dan terpisah dengan PABX HTL. a. Sistem langsung mempunyai hubungan langsung dengan jaringan telepon dari PT. Telekom dan berlangganan langsung kekantor Telkom. Kelemahan sistem

105

langsung disini adalah biayanya mahal, sulitnya pengontrolan, serta setiap telepon individu harus dihubungkan dengan jaringan dan PT. Telkom. b. Sistem tak langsung ( telepon terminal room), sistem ini dilengkapai dengan suatu ruang yang merupakan pusat telekomunikasi yang berhubungan dengan luar bangunan dan pusat distribusi telekomunikasi keseluruh ruang di dalam bangunan.

Gambar IV.48 Skema Sistem Tak Langsung dengan PT. Telkom (Sumber : Marlina, 2007 : 369 )

4. a.

Sistem Pengamanan Gedung Sitem penanggulangan bahaya kebakaran Dasar pertimbangan yang digunakan dalam sistem pencegahan kebakaran

yaitu : 1) Keamanan dan keselamatan pengguna bangunan 2) Keamanan dan keselamatan perabotan 3) Ketahanan konstruksi bangunan, efisiensi dan efektivitas, pencegahan dan penanggulangannya. 4) Pendeteksian dini terhadap kemungkinan bahaya kebakaran yang akan terjadi. 5) Penyediaan peralatan pemadam kebakaran. Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan sebelumnya dapat dilakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri dengan uraian sebagai berikut. Klasifikasi bangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi dalam beberapa kelas yakni : a. Kelas A 106

Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan kelas A ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan bangunan dengan penggunaan ganda/campuran. b. Kelas B Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-bangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah. c. Kelas C Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utamanya selama 1 jam biasanya bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.

d. Kelas D Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin. Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Sistem pencegahan secara pasif Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan yang memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat lainnya. Unsur-unsur pencegahan kebakaran secara pasif antara lain : 1) Pemakaian bahan bangunan yang tidak mudah terbakar. Terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan yang lain guna mencegah menjalarnya bahaya kebakaran. 2) Pintu dibuat cukup lebar untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. 107

3) Tidak terdapat lorong buntu yang dapat menyesatkan orang bila terjadi kebakaran. 4) Sambungan kabel-kabel listrik yang sempurna sehingga tidak terjadi korsleting. 5) Penutup beton yang cukup tebalnya sesuai dengan persyaratan, agar panas api kebakaran tidak mudah meluluhkan tulang beton. 6) Pada bangunan bertingkat disediakan tangga kebakaran yang langsung menuju ruang terbuka sehingga mudah lari dari bahaya kebakaran. 7) Disediakan alat tabung kebakaran untuk mengatasi kebakaran sementara sewaktu api masih kecil. 8) Untuk satu kelompok (kompleks) bangunan yang penggunaannya berbeda dan mempunyai tingkat bahaya kebakaran yang berbeda hendaknya letak bangunan dipisahkan satu sama lain, seperti kantor, gudang, bengkel dan lain sebagainya.

b. Sistem pencegahan secara aktif Unsur-unsur pencegahan secara aktif, antara lain: 1) Hidran dan selang kebakaran Jika kebakaran diketahui secara awal, maka kebakaran dapat yang terjadi dapat ditanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri sebelum api menjadi besar dan tak terkendali. Untuk itu jenis hidran yang dapat direncanakan terdiri atas : a) Hidran bangunan (kotak hidran-Box hydrant). Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya, karena panjang selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air. 108

Gambar IV. 49 Tata Letak Hidran Sumber : Juwana, 2005 b) Hidran halaman (Pole Hydrant) Hidran halaman ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup siamese seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar IV.50 Hidran Halaman (Sumber : Juwana, 2005) 2) Alat penginderaan atau peringatan dini (detector) Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran yang baru saja terjadi akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna bangunan yang mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan panas akan memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan banyak manfaat pada bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar gedung membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung. 1) Detektor ionisasi umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisikan gas yang mudah terbakar atau meledak. Detektor ini akan memberikan

109

peringatan jika terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu sebelum terjadinya kebakaran. 2) Detektor asap merupakan alat yang diaktifkan oleh fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai sensornya. 3) Detektor panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap perubahan suhu dalam ruangan yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya, detektor dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui lokasi sumber api.

Detektor Ionisasi

Detektor Asap

Detektor Panas

Gambar IV.51 Jenis-jenis Detektor (Sumber : Juwana, 2005)

3) Instalasi Spinkler Otomatis Spinkler otomatis adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat memancarkan air secara pengabutan (fog) dan bekerja secara otomatis. Bahan pemadamnya adalah air, maka instalasi spinkler khusus digunakan untuk kebakaran.

110

Gambar IV.52 Spinkler (Sumber : http://Www.Scribd.Com/Sistem-Utilitas-Bangunan) c. Unit penyelamatan darurat 1) Tangga darurat, yaitu peralatan penyelamatan berupa tangga yang penempatannya harus memenuhi standar persyaratan persyaratan berikut : a) Dekat dengan fasilitas transportasi bangunan/ akses utama. b) Letak tangga tiap lantai sama. c) Lebar tangga minimum dua orang. d) Pencapaian mudah dan jelas. e) Balustrade tangga dari bahan tahan api. f) Ruang tangga harus bebas dari asap, gas, dan api 2) Unit Leader, peralatan ini berupa tangga tangga yang ditempatkan pada bagianbagian yang membutuhkan, dan pemakaiannya diatur di luar bangunan. 3) Tangga dan Jaring, peralatan ini berupa suatu alat yang berupa jaring yang diletakan pada suatu ruangan yang aman dan terisolir dari bahaya kebakaran. d. Sistem penanggulangan tindak kriminal Penanggulangan tindak kriminal dan vandalism mencakup manusia selaku operator dan segenap perangkat-perangkat pengamanan. Faktor-faktor tersebut terangkum dalam : 1) Satpam (Security) Oknum tersebut memiliki tugas menjaga keamanan serta memonitoring seluruh bangunan (ruang dan dalam). 2) Alarm keamanan Diaktifkan pada ruang dan saat-saat tertentu, seperti pada ruang-ruang retail penjualan alat, asesoris, dan lain-lain. 3) Perangkat CCTV (Close Circuit Television)

111

Salah satu peranan CCTV adalah memonitor seluruh kegiatan yang berlangsung sehingga tindakan kejahatan mengarah pada kriminal dan vandalisme dapat diketahui. e. Sistem penangkal petir Petir adalah suatu gejala listrik di atmosfer yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap dan ada udara naik yang kuat. Petir paling banyak terjadi pada daerah - daerah sekitar garis lintang utara 50 -51 derajat. Di daerah ini disetiap jam terjadi petir kira - kira 60 kali tiap jamnya. Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponenkomponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkal petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian bangunan beserta isinya atau benda-benda dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir. Penilaian kebutuhan penangkal petir pada suatu bangunan dilakukan melalui lima kriteria dasar, yaitu : 1) Macam bangunan 2) Bahan konstruksi 3) Tinggi bangunan 4) Situasi letak bangunan 5) Jumlah hari guruh Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir adalah : 1) Keamanan secara teknis, tanpa mengabaikan faktor keserasian arsitektur. 2) Penampang hantaran-hantaran pentanahan yang digunakan. 3) Ketahanan mekanis dan ketahanan terhadap korosi. 4) Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi. 5) Faktor ekonomis. Secara umum jenis penangkal petir dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Penangkal petir konvensional/Franklin

112

Penangkal petir konvensional/Franklin adalah penangkal petir yang bekerja secara konvensional, dalam arti penghantar arus potensial sebagai upaya menetralisir muatan udara sekitar yang terbuat dari logam, bekerja dengan prinsip Sangkar Faraday. Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah tetapi jangkauannya terbatas. Syaratsyarat penggunaannya adalah : a. b. c. Tinggi antena di atas puncak 25-90 cm Sudut perlindungan bangunan 45 Jarak antena maksimum 60 cm

Gambar IV. 53 Penangkal Petir Dengan Sudut Perlindungan 45 o Sumber : Bahan Kuliah Utilitas Bangunan 2) Penangkal petir tongkat Faraday Hampir sama dengan sistem Franklin tetapi dapat dibuat memanjang sehingga jangkauannya luas. Biayanya sedikit mahal dan agak mengganggu keindahan bangunan.

Gambar IV. 54 Sistem Penangkal Petir Tongkat Faraday Sumber : Bahan Kuliah Utilitas Bangunan

113

Syarat-syarat penggunaannya adalah : a. b. Jarak maksimal dari tepi bangunan 9 cm Jarak maksimal antara kedua konduktor paralel adalah 18 cm

3) Penangkal petir radioaktif / sistem prevectron Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan perlindungan cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu tempat penangkal petir.

5. 1. 2. 3. 4.

Gambar IV. 55 Sistem Penangkal Petir Prevectron Sumber : Juwana, 2005 :169 Sistem Pengolahan Sampah Kemudahan pengontrolan Tidak mengganggu pemandangan Kemudahan pengangkutan Tidak menyebabkan polusi udara

Adapun dasar pertimbangan sistem pembuangan atau pengolahan sampah, yaitu:

Sistem pembuangan sampah ini terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Dikumpulkan secara horisontal, kemudian secara vertikal dikumpulkan melalui lift barang untuk kemudian dibuang ke luar bangunan.

114

2. Disposal langsung dihancurkan kemudian diangkut dengan aliran tertentu. Dari beberapa saluran yang akan terkumpul dan dibuang keluar bangunan. Sistem ini disebut pulping system. 3. Disposal dikumpulkan kemudian dihancurkan dengan proses kimia (chemical proces). 6. Sistem Transportasi Bangunan

Gambar IV. 56 Tipikal Layout Shaf Bangunan Sumber : Juwana, 2005 :169 Sistem transportasi dalam bangunan secara umum dapat dibedakan pada arah horizontal dan vertikal. Transportasi horizontal pada bangunan sebagian besar menggunakan sarana transportasi manual (selasar), sedangkan transportasi vertikal merupakan gabungan antara sistem transportasi manual (tangga, ramp) dan transportasi mekanik. Pada prinsipnya ada 2 (dua) macam transpotasi vertikal secara mekanik dalam bangunan yaitu : a. Lift (Elevator) Lift merupakan alat transportasi vertikal antarlantai dalam bangunan bertingkat secara menerus, yang hanya membutuhkan ruang relatif kecil secara horisontal dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan suatu gedung. 115

Menurut penumpangnya lift (elevator) dapat dibagi manjadi : 1) Passanger elevator (lift untuk pengangkutan orang). Terdapat beberapa macam lift penumpang, yaitu : a) Elevator konvensional : Janis yang paling banyak dipakai, memiliki satu kabin dan satu motor pengerak serta pada umumnya terletak dalam shaft yang tertutup. b) Double- deck elevator : Jenis elevator seperti ini hampir sama dengan elevator konvensional, hanya pada setiap unit kereta memiliki dua kabin sehingga daya angkutnya menjadi besar. c) Observation car elevator : jenis ini merupakan pengembangan lift penumpang yang bergerak pada rel yang terletak di tepi suatu dinding. d) Slant elevator : Jenis ini adalah pengembangan jenis lift konvensional yang tidak bergerak vertikal penuh, tetapi mempunyai sudut kemiringan tertentu. Elevator ini digerakan oleh suatu motor penggerak dengan sistem traction. e) Chair Elevator : Elevator ini merupakan alat bantu bagi orang cacat. 2) Service elevator/dumbwaiter (lift untuk pelayanan) Elevator jenis ini berukuran kecil dan biasa digunakan untuk mengantar/ memindahkan barang-barang yang relatif kecil yang ringan dari lantai satu kelantai yang lain.

3) Freight elevator (lift untuk pengangkutan barang) Elevator barang biasa dipakai pada bangunan bengkel, industri, gudang, dan gedung parkir. Elevator jenis ini mempunyai kapasitas yang besar, yaitu berkisar antara 2.000 - 20.000 lbs. Menurut muatannya, ada tiga macam elevator barang (freight elevator), yaitu : a) Elevator barang dengan muatan barang biasa. Dengan kapasitas muatan berkisar antara 50 pounds persquare foot (psf) atau sekitar 277,78 kg/m2.

116

b) Elevator barang dengan muatan kendaraan bermotor. Untuk jenis ini, kereta menanggung muatan yang cukup besar. Kapasitas diperkenankan sekitar 30 psf. c) Elevator barang dengan muatan kendaraan berat (truk misalnya). Kapasitas elevator jenis ini lebih besar lagi, yaitu 50 psf. d) Beberapa Elevator Khusus Selain jenis-jenis elevator di atas, ada juga beberapa jenis elevator khusus, yaitu : 1) Paternoster elevator, merupakan jenis elevator yang dapat digunakan untuk mengangkut penumpang dari lantai satu kelantai lainnya secara acak. Jenis elevator hampir sama dengan elevator double-deck elevator, hanya yang membedakan adalah dimensinya. 2) Elevator untuk orang cacat. Elevator jenis ini mempunyai peralatan yang lebih lengkap dibanding elevator biasa karena pemakainya adalah orang cacat. 3) Menurut peruntukannya elevator dibagi menjadi : a) c) untuk perumahan untuk pertokoan b) untuk perkantoran d) untuk umum Dewasa ini, terdapat dua jenis lift yang umum digunakan, yaitu : 1) Lift dengan motor penggerak, peralatan mesin dapat berada di atas ruang luncur (dipent house) atau di basemen (di samping ruang luncur)

Gambar IV. 57 Lift dengan Motor Penggerak/ Traksi Sumber : Juwana, 2005 :59 117

2) Lift dengan dongkrak hidrolik, dengan karakteristik : a) Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan b) Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah c) Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit d) Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lift e) Sangat baik untuk mengangkut beban berat f) Alas lantai kereta dapat dapat berada pada level bangunan secara tepat. g) Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight) h) Menimbulkan suara lebih berisik dibandingkan lift yang digerakan motor traksi)

Gambar IV. 58 Lift Hidrolik Sumber : Juwana, 2005 :59

b. Eskalator (Tangga Berjalan) Eskalator (tangga berjalan), adalah alat transportasi antar lantai, menghubungkan satu lantai dengan lantai di atas maupun di bawahnya yang bergerak dengan bantuan tenaga mesin. Syarat-syarat pemasangan eskalator adalah penggunaan railing, tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga eskalator, dan didisain secara otomatis. Eskalator terdiri atas dua jenis, yaitu : 118

1) Jalur tunggal (untuk satu orang yang berdiri dengan ukuran lebar 60 81 cm) 2) Jalur ganda (untuk dua orang yang berdiri bersamaan dalam satu tangga dengan lebar 100 cm 120 cm) Kemiringan maksimum yang dapat diterima oleh eskalator adalah 350, dengan ketinggian maksimum 20 meter. Dimensi eskalator yang digunakan dalam suatu bangunan disesuaikan dengan kapasitas bangunan tersebut. Semakin besar lebar eskalator yang digunakan, semakin tinggi kapasitas angkut eskalator tersebut, sehingga sesuai untuk digunakan pada bangunan dengan kapasitas besar. Selain itu, kecepatan eskalator juga berpengaruh terhadap kapasitas eskalator tersebut. Adapun perbandingan antara lebar, kecepatan, dan kapasitas angkut eskalator dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Perancangan dan tata letak eskalator (tangga berjalan), yang sering digunakan yaitu : 1. Tata letak bersilangan

Gambar IV.59 Tata Letak Bersilangan Sumber : Juwana, 2007 : 76

2.

Tata letak sejajar (alur berputar)

Gambar IV. 60 Tata Letak Sejajar (Alur Berputar) Sumber : Juwana, 2007 : 76 119

3.

Tata letak sejajar (alur menerus)

Gambar IV. 61 Tata Letak Sejajar (Alur Menerus) Sumber : Juwana, 2007 : 76

Gambar IV. 62 Bentuk 3-D Eskalator (Tangga Berjalan) Sumber : www. eskalator. com, down load 18 Mei 2010

c.

Tangga

Ada beberapa bentuk tangga yang sering digunakan yaitu: 1. Tangga lurus, merupakan bentuk tangga yang paling sederhana dan mudah dikerjakan. Lebar ruang tangga yang dibutuhkan hanya selebar anak tangga saja tetapi memanjang sesuai jumlah anak tangganya. Tangga lurus sesuai digunakan untuk beda tinggi lantai yang kecil.

120

2. Tangga miring, mempunyai ibu tangga yang lurus, tetapi beberapa anak tangganya dibuat miring, biasanya pada anak tangga pertama sampai beberapa anak tangga berikutnya. Anak tangga yang miring mempunyai lebar tidak sama, bagian sisi dalam lebarnya lebih kecil dari pada lebar sisi luarnya. Tangga miring hanya bersifat menambah nilai artistiknya saja. 3. Tangga lengkung, mempunyai nilai seni tinggi, tetapi untuk membuatnya cukup sulit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Bentuk jadi yang gagal karena kesalahan membuatnya, justru akan membuat suasana ruangan menjadi jelek. 4. Tangga siku, merupakan tangga lurus yang berbelok arah. Arah beloknya dapat satu kali atau lebih tergantung kebutuhan tangga siku dipakai apabila kebutuhan ruang yang panjang tidak tersedia. Ruang di bawah bordes dapat dimanfaatkan sebagai gudang atau kamar mandi/WC. 5. Tangga melingkar, mempunyai poros, jadi sering juga disebut tangga berporos. Tangga lingkar sulit dilalui jadi hanya sesuai dipakai untuk tangga pribadi atau tangga darurat. Ruang tangga yang dibutuhkan kecil sehingga cukup menghemat ruangan.

Gambar IV. 63 Jenis-Jenis Tangga Sumber : Sistem Bangunan tinggi ,2002

121

Anda mungkin juga menyukai