Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN SEMINAR

(PERIODE SEMESTER GASAL 2018-2019)

IMPLEMENTASI KONSEP GREEN BUILDING PADA


GREENHOST BOUTIQUE HOTEL

DISUSUN OLEH:

EVITA DEWI
NIM: 15.A1.0029

PEMBIMBING:

Dr. IR. Antonius Ardiyanto, MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2018
IMPLEMENTASI KONSEP GREEN BUILDING PADA GREENHOST
BOUTIQUE HOTEL

Evita Dewi
Universitas Katolik Soegijapranata
vietadewi@gmail.com

Abstract – Perkembangan bangunan hijau besar, sebagai bentuk gerakan kepedulian dalam
mulai dapat dirasakan di Indonesia terutama di bidang arsitektur terhadap kondisi lingkungan
kota-kota besar, sebagai bentuk gerakan yang kian memprihatinkan. Krisis energi juga
kepedulian dalam bidang arsitektur terhadap menjadi perhatian bagi Indonesia karena jumlah
kondisi lingkungan yang kian memprihatinkan. populasi penduduk yang terus meningkat. Hal ini
Peraturan mengenai Bangunan Gedung Hijau menjadi pendorong pemerintah Indonesia untuk
yaitu Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan mulai melakukan gerakan penghematan energi
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No pada segala sektor.
02/PRT/M/2015 telah ditetapkan demi
Peraturan mengenai Bangunan Gedung Hijau
mendukung penerapan konsep bangunan ramah
yaitu Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan
lingkungan di Indonesia. Peraturan tersebut
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No
menekankan bahwa bangunan hijau, selain
02/PRT/M/2015 telah ditetapkan demi
menjalankan fungsinya sebagai wadah yang
mendukung penerapan konsep bangunan ramah
menampung kegiatan pemakainya juga harus
lingkungan di Indonesia. Peraturan tersebut
mampu menyelenggarakan penghematan energi,
menekankan bahwa bangunan hijau, selain
air dan sumber daya secara terukur dan terpantau.
menjalankan fungsinya sebagai wadah yang
Indonesia memiliki kondisi alam, menampung kegiatan pemakainya juga harus
karakter alam, serta peraturan dan standart mampu menyelenggarakan penghematan energi,
bangunan yang berbeda dengan negara lain, air dan sumber daya secara terukur dan terpantau.
sehingga penerapan konsep green building pada
Salah satu bangunan yang menerapkan
bangunan di Indonesia berbeda dengan bangunan
konsep bangunan hijau dan telah beroperasi yang
di luar negeri. Dalam penelitian ini, salah satu
kemudian menarik minat peneliti untuk
bangunan komersil berkonsep green building
menganalisis lebih dalam adalah Greenhost
yang berada di Jawa Tengah yaitu Greenhost
Boutique Hotel, salah satu Eco-Hotel di Jawa
Boutique Hotel akan menjadi fokus pengamatan
Tengah tepatnya kota Yogyakarta. Bangunan
dengan mengukur sejauh mana implementasi
Greenhost Boutique Hotel merupakan salah satu
Green Building yang diterapkan.
bangunan dengan fungsi komersial yang berani
Kata kunci : Greenship, Green Building, Hotel, dalam mengambil langkah untuk berinvestasi
implementasi konsep pada biaya pembangunan teknologi bangunan
hijau yang tidak murah. Selain itu hotel ini
I. PENDAHULUAN1
berupaya mengurangi dampak negatif terhadap
Perkembangan bangunan hijau mulai lingkungan mulai dari proses desain hingga
bermunculan di Indonesia terutama di kota-kota pembangunannya. Hal ini kemudian menjadi
dasar keingintahuan peneliti terhadap ke-
efektifan penerapan konsep bangunan hijau dan 2. Memperhatikan kesehatan penghuni dan
apa saja upaya yang dilakukan Greenhost mengupayakan produktivitas karyawan.
Boutique Hotel dalam menerapkan konsep
3. Mengurangi sampah, polusi, dan
bangunan hijau untuk menciptakan bangunan
penurunan kualitas lingkungan.
yang ramah lingkungan dan sehat demi
peningkatan kualitas hidup manusia. 4. Berusaha memanfaatkan bahan-bahan
alami yang tersedia di sekitar lingkungan proyek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menambah wawasan mengenai konsep green Tujuan utama dari green building adalah
building yang ideal diterapkan pada bangunan di menciptakan eco-design, arsitektur ramah
Indonesia, mengetahui seberapa dalam penerapan lingkungan, arsitektur alami, pembangunan
green building pada Greenhost Boutique Hotel berkelanjutan, dan efisiensi pemakaian energi.
dan menganalisa dampak penerapan green Perancangan bangunan hijau meliputi tata letak,
building terhadap bangunan Greenhost Boutique konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
Hotel maupun lingkungan sekitarnya. Metode Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
penelitian yang digunakan pada karya tulis ilmiah perancangan green building yaitu (BEA,2013):
ini yaitu metode deskriptif kualitatif yaitu
melakukan pengumpulan data-data teori yang 1. Material
relevan melalui studi pustaka yang kemudian Material yang digunakan harus diperoleh dari
dikaji dan dibandingkan dengan studi kasus yang alam, dapat dikelola berkelanjutan, atau bahan
diteliti. bangunan yang bisa diperoleh disekitar tapak
II. KAJIAN TEORI untuk mengurangi biaya dan energi transportasi
dan dampak negatif dari sisa pembakaran
Judul “KAJIAN TEORI” dapat diganti dengan kendaraan transportasi tersebut. Daya tahan
judul yang lain sesuai dengan topik, contoh “ material bangunan harus layak dan teruji,
PENDIDIKAN PERDAMAIAN” memungkinkan untuk di daur ulang, dan
mengurangi produksi sampah.
2.1 Green Building
2. Energi
Green building adalah suatu konsep dalam
mendesain, membangun, mengelola dan Upaya mengurangi penggunaan energi
memelihara bangunan dengan menciptakan ruang dengan energi alternatif seperti panel surya dapat
hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sehingga mengurangi biaya operasional bangunan dan
mampu meningkatkan produktivitas penghuni, meminimalkan kemungkinan kebakaran akibat
menggunakan material yang ekologis, sekaligus hubungan pendek. Selain itu juga bukaan-bukaan
menghemat energi (Batuwangala, 2013). Green yang tepat sehingga dapat memaksimalkan
building juga dapat diartikan sebagai bangunan pencahayaan alami dan penghawaan alami untuk
berkelanjutan yang mempunyai prinsip hemat mengurangi penggunaan lampu dan AC. Lampu
energi dan berdampak positif bagi lingkungan, dan peralatan listrik lain yang digunakan juga
ekonomi dan sosial. Secara garis besar, green harus hemat energi.
building dirancang dengan memperhatikan
lingkungan dan berupaya mengurangi dampak 3. Air
negatif pada keseluruhan lingkungan binaan Dalam usaha mengefisiensi penggunaan air
dengan cara (Sukma dan Handoko, 2017) : pada bangunan ramah lingkungan dapat
1. Penggunaan energi, air, dan sumber daya dilakukan dengan mengembangkan sistem
lainnya secara efisien. pengurangan pemakaian air (reduce),
penggunaan kembali air untuk keperluan yang
berbeda (reuse), dan mendaur ulang buangan air
bersih (revycle). Salah satu bentuk reduce adalah a. Pengelolaan lahan dengan kriteria
dengan memanfaatan air hujan untuk keperluan manajemen tapak yang ramah lingkungan, dan
utilitas kebakaran, menyirami tanaman dan flush luas area lansekap.
toilet secara signifikan terbukti mampu
b. Efisiensi energi dengan penghematan
menghemat biaya. Selain itu air dapat dihemat
energi listrik, kampanye penghematan energi,
dengan menggunakan peralatan hemat air seperti
intensitas konsumsi energi, pemantauan energi,
pancuran air beraliran rendah.
implementasi penghematan energi melalui
4. Kesehatan selubung bangunan.
Kesehatan pengguna bangunan juga menjadi c. Efisiensi air dengan pengendalian air
pokok penting dalam bangunan green building. limpasan hujan, penghematan air (reduce),
Salah satu upaya memberikan kualitas kesehatan pemasangan sub-meter untuk pemanauan
penghuni yang baik adalah dengan menggunakan penggunaan air dan pemeriksaan fasilitas
bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak pemipaan
beracun serta bahan emisi rendah, tahan air untuk
d. Penggunaan material dan produk lokal
mencegah pertumbuhan jamur. Selain itu kualitas
ramah lingkungan yang meliputi renewable,
udara didalam bangunan juga harus diperhatikan
reuse, reduce, recycle
dengan sistem ventilasi yang baik.
e. Upaya menjaga kualitas udara di dalam
2.2 Eco Hotel
ruang dengan kampanye bebas rokok, sistem
Menurut Green Hotels Association, eco hotel ventilasi, pemantauan sumber polutan dan CO2
atau juga biasa disebut sebagai green hotel
f. Organisasi green team dengan
merupakan sebuah hotel yang menghemat dan
membentuk tim manajemen peduli lingkungan
menjalankan efisiensi penggunaan air dan energi,
sekitar
dan mengurangi imbah. Eco hotel bertujuan
untuk mengurangi dampak negatif terhadap g. Pengelolaan limbah baik padatan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan maupun cairan
operasional hotel dan menghemat penggunaan
energi demi melestarikan lingkungan hidup. h. Pengendalian polusi suara atau
Konsep eco hotel merupakan investasi jangka kebisingan
panjang yang mampu meningkatkan loyalitas i. Pengelolaan penyimpanan bahan kimia
wisatawan, menciptakan reputasi manajemen dan bahan berbahaya
yang sehat, mengefisiensi biaya operasional, dan
mendorong terjalinnya hubungan baik dan j. Kerjasama antara hotel dengan
inteaksi dengan komunitas lokal. komunitas dan organisasi lokal, serta
pengembangan sumber daya manusia.
Menurut Panduan Direktorat Standardisasi
Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan III. PEMBAHASAN
Pariwisata (2011) mengenai Penilaian National
3.1 Aspek Material
Green Hotel Award kepada industri perhotelan
tanah air yang telah menerapkan standar dan Material Pada bangunan Hotel Greenhost
kriteria berwawasan lingkungan dengan tujuan Boutique Hotel didominasi dengan penggunaan
melindungi dan membina lingkungan hidup serta kayu, beton ekspos, dan baja. Kayu merupakan
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, material yang ramah lingkungan dengan cara
kriteria green hotel yaitu: pengolahannya yang tidak memerlukan banyak
energi dan zat kimia yang berbahaya, juga
pelepasan Karbon yang jauh lebih sedikit
dibandingkan baja, beton, dan aluminium yaitu
sekitar 15 kg/m3. Namun dari segi keberlanjutan,
kayu merupakan material yang lambat
regenerasinya. Greenhost Boutique Hotel juga
mengurangi penggunaan cat dinding dan
membiarkan kolom beserta dindingnya terekspos
yang diberi lapisan coating agar lebih awet.
Selain melakukan ekspos terhadap dindingnya,
Hotel Greenhost Boutique juga mengekspos
lantai dan langit-langitnya. Sebagian besar lantai
merupakan beton yang diekspos baik dipoles
maupun tidak, namun ada juga bagian lantai yang
ditutup dengan parket kayu. Sedangkan pada
bagian langit-langit diekspos tanpa ditutup
menggunakan plafond dan hanya diberi rangka Gambar 3: Interior Kamar dan Furniture
Sumber:
untuk menggantung berbagai instalasi dan lampu. https://pix6.agoda.net/hotelImages/746/746720/746720
Dengan mengekspos beton tersebut, bangunan ini
jauh lebih menghemat biaya pengerjaan karena
tidak melakukan pekerjaan finishing baik cat
dinding maupun penutup langit-langit dan lantai.
Keseluruhan pemilihan dan pengaplikasian
material pada bangunan saling berintegrasi dalam
mewujudkan tema unfinished.

Gambar 4: Creative Farm


Sumber: Dokumen Pribadi

3.2 Aspek Energi


Gambar 1: Kondisi Fasad Hotel Greenhost Boutique Hotel
Sekarang Bangunan Hotel Greenhost Boutique
Sumber: Dokumen Pribadi Hotel tidak memiliki sistem solar panel sebagai
sumber energi listrik yang memanfaatkan tenaga
surya sehingga dapat menghemat energi listrik
dari PLN. Salah satu cara dari bangunan Hotel
Greenhost Boutique Hotel untuk menghemat
listrik adalah dengan melalui pemanfaatan secara
maksimal penghawaan alami dan pencahayaan
alami. Namun penghematan daya listrik untuk
penerangan ruang dengan pencahayaan alami
hanya efektif pada pagi hingga siang hari, dan
pada malam hari Hotel Greenhost Boutiqe Hotel
Gambar 2: dinding dengan finishing kayu pada lobby mengandalkan pencahayaan buatan. Pada pagi
Sumber: Dokumen Pribadi hari, atap hotel yang terbuka sebagian dan
sebagiannya lagi tertutup material polikarbonat
yang tembus pandang memungkinkan banyak
terang langit yang masuk ke void bangunan dan
menerangi lorong-lorong yang mengelilingi void
tersebut. Pada area kamar juga mendapat
penerangan alami dari terang langit yang masuk
melalui jendela kaca besar yang terhalang oleh
tanaman Lee Kwan Yew, sehingga panas
matahari terhalang dan tidak masuk ke ruangan.

Gambar 6: Peletakan Lampu Fluorescent pada


lorong
Sumber: Dokumen Pribadi
Selain itu, dalam upaya bangunan untuk
menghemat energi, mesin pendingin ruangan
yang ada pada setiap kamar dilengkapi dengan
sensor panas tubuh dan gerak manusia, sehingga
mesin pendingin ruangan ini mampu mendeteksi
keberadaan orang-orang dalam ruangan tersebut
dan secara otomatis mengatur kebutuhan tingkat
suhu yang diperlukan didalam ruang tersebut
Gambar 5: Pencahayaan Alami Kamar
Sumber: Dokumen Pribadi
sesuai dengan jumlah orang yang ada di dalam
Pada malam hari interior Hotel ini ruangan, hal ini tentunya merupakan salah satu
tampak sangat remang dan banyak area gelap upaya untuk mengefisiensi energi yang
terutama pada lorong. Pada lorong area kamar dibutuhkan suatu mesin pendingin. Suatu artikel
hanya terdapat lampu spotlight LED yang mengatakan bahwa teknologi mesin pendingin
memancarkan cahaya berwarna kuning (warm) dengan sensor ini mampu menghemat pemakaian
dengan jarak kurang lebih 3 meter. Pada sisi luar listrik hingga 50%. Alat elektronik lain yang
sepanjang lorong diberikan lampu fluorescent mendukung upaya penghematan energi adalah
berwarna cool white, lampu ini tergolong dalam TV yang digunakan pada setiap kamar.
kategori Lampu Hemat Energi dengan intensitas Greenhost Boutique Hotel memfasilitasi TV LED
cahaya yang dihasilkan lebih tinggi dengan watt pada setiap kamarnya, TV LED merupakan TV
yang sama dengan lampu Incandescent. Dari cara yang membutuhkan daya listrik 50% lebih sedikit
meletakkan kedua jenis lampu tersebut pada dibanding dengan TV LCD. Namun terdapat
lorong, pencahayaan yang dihasilkan lebih kekurangan pada TV LED yaitu tampilannya
mementingkan fungsi estetis dengan memberikan layarnya yang berada dibawah TV LCD. Selain
kesan pada ruang daripada untuk menerangi itu TV LED juga harganya lebih mahal jika
ruangan tersebut. dibandingkan dengan TV LCD, namun dengan
daya listrik yang jauh lebih rendah, nantinya akan
menghemat biaya dan kebutuhan listrik
Dalam penggunaan listrik, Hotel
Greenhost Boutique Hotel menetapkan kapasitas
listrik di setiap kamar dan memberi himbauan
atau room notice untuk tidak menggunakan listrik
lebih dari 400 watt. Berdasarkan pengalaman,
listrik akan padam jika kamar menggunakan
listrik melebihi kapasitas tersebut. Sehingga
penghuni kamar sungguh-sungguh dihimbau dan
diminta untuk ikut bekerja sama dalam
mengupayakan penghematan energi untuk
menciptakan bangunan yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan.

Gambar 8: Toilet Eco Flush


Sumber: Dokumen Pribadi
Pada tanaman Hidroponik, air yang
digunakan sebagai media tanam dialirkan dan
langsung mengalami filtrasi untuk kembali
dialirkan lagi pada pipa-pipa wadah tanaman
hidroponik, sehingga siklus itu terjadi terus
menerus dan air tidak terbuang sama sekali. Hal
ini tentu sangat menghemat air dibandingkan
dengan model penanaman konvensional dengan
tanah.

Gambar 7: Room Notice


Sumber: Dokumen Pribadi

3.3 Aspek Air


Upaya penghematan air pada bangunan
Greenhost Boutique Hotel antara lain adalah
penggunaan shower heads pada kamar mandi di
setiap kamar dan tidak memfasilitasi kamar
mandi dengan bath up yang boros air. Kemudian
toilet yang digunakan merupakan toilet yang
dilengkapi dengan dual flush dimana pengguna
bisa memilih jumlah air bilas yang akan Gambar 9: Alat Filtrasi pada Tanaman Hidroponik
Pada Railing
dikeluarkan toilet dapat disesuaikan dengan
Sumber: Dokumen Pribadi
kebutuhan pengguna. Toilet tersebut juga sudah
berlabelkan Eco Flush sehingga sistem 3.4 Aspek Kesehatan
penyiraman pada closet duduk tersebut tergolong
ramah lingkungan. Bangunan Greenhost Boutique Hotel memiliki
sistem penghawaan dan sistem pengaturan
thermal alami yang baik. Hal ini terlihat dari
penempatan bukaan pada bangunan yang
memungkinkan sirkulasi pergerakan udara
didalam ruang. Hal ini menyebabkan udara di
dalam ruang terus berganti sehingga udara kotor dari segi keberlanjutan, kayu merupakan material
digantikan dengan udara bersih secara terus yang lambat regenerasinya. Penggunaan kayu
menerus dan mengurangi resiko penularan pada Hotel Greenhost Boutique Hotel yaitu pada
penyakit akibat udara kotor yang terjebak ornamentasi dinding, penutup lantai dan
didalam ruang. Pada setiap lantai bangunan furniture. Pada ornamentasi dinding Hotel
Greenhost Boutique Hotel memiliki bukaan yang Greenhost Boutique Hotel menggunakan kembali
cukup besar pada ujung-ujung lorongnya yang material kayu bekas, sehingga material kayu yang
memungkinkan udara mengalir dan menyebar ke digunakan tergolong Green dengan recycling
lorong tersebut, seperti teori sistem cross material yang dilakukan.
ventilation. Selain itu juga pada setiap bordes
2. Pada aspek energi, bangunan Greenhost
tangga terdapat bukaan yang membuat tangga
Boutique Hotel tidak memiliki sumber energi
mendapat cahaya alami sekaligus mendapat
alternatif selain listrik PLN, bangunan ini tidak
penghawaan alami yang baik.
dilengkapi dengan panel surya. Sebagai gantinya,
dalam upaya penghematan energi, bangunan ini
mengurangi penggunaan listrik untuk
pencahayaan buatan, mengontrol penggunaan
listrik pada setiap kamar, dan menggunakan alat
elektronik yang berdaya rendah.
3. Pada aspek air, Greenhost Boutique
Hotel mengefisiensi penggunaan air melalui
sistem tanaman hidroponik yang me-recycle air
Gambar 10: Denah Lantai 1-3 dan sirkulasi udara terus menerus sehingga tidak ada air yang
Sumber: Dokumen Pribadi terbuang, selain itu juga perabot kamar mandi
yang hemat air seperti toilet dengan sistem eco
flush, penggunaan shower dengan aliran yang
secukupnya, dan lain-lain.
4. Pada aspek kesehatan, sistem
penghawaan dan kenyamanan thermal alami pada
bangunan terbilang sangat baik, dengan bukaan-
bukaan yang tepat dan memungkinkan pergantian
Gambar 11: Sistem sirkulasi udara pada bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi udara terus menerus menghasilkan udara yang
bersih dan segar didalam bangunan, sehingga
IV. TEMUAN sumber-sumber penyakit tidak mengendap
didalam bangunan.
Upaya penerapan konsep Green Building pada
Greenhost Boutique Hotel antara lain; V. KESIMPULAN

1. Pada aspek material, Greenhost Boutique Penerapan Green Building sebagai suatu
Hotel menggunakan material bangunan yang konsep arsitektur merupakan bentuk
didominasi dengan penggunaan kayu, beton kepedulian terhadap keberlangsungan
ekspos, dan baja. Kayu merupakan material yang lingkungan. Dalam mewujudkan konsep
ramah lingkungan dengan cara pengolahannya tersebut, dukungan dan keikutsertaan
yang tidak memerlukan banyak energi dan zat penghuni atau masyarakat sangatlah penting.
kimia yang berbahaya, juga pelepasan Karbon Suatu bangunan dapat dikatakan green bukan
yang jauh lebih sedikit dibandingkan baja, beton, hanya semata karena menggunakan material
dan aluminium yaitu sekitar 15 kg/m3. Namun yang ramah lingkungan, menghemat energi
dan air, dan memperhatikan kesehatan juga Judy, L., Holcomb, Randall, S., Upchurch &
kenyamanan pengguna; tetapi juga mengajak Fevzi Okumus. (2007). Corporate social
pengguna itu sendiri untuk mewujudkan responsibility: what are top hotel companies
lingkungan yang berkelanjutan dengan reporting? International Journal of
mengurangi polusi, menggunakan sumber Conteporary Hospitality Management, 461-
daya secukupnya atau sesuai kebutuhan. 475.

Lawson, Fred. 1999. Hotels & Resorts, Planning,


Design and Refurbishment. Architectural
DAFTAR PUSTAKA Press : Oxford.
Bagyono. 2007. Pariwisata dan Perhotelan. Marganingsih, Christina Dwi. 2009. Studi
Bandung: Alfabeta. Penerapan Konsep Green Building Pada
Industri Jasa Konstruksi di Daerah Istimewa
[BEA] Building Engineers Association. 2013. 4 Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.
Aspek Utama Green Building. Jakarta: Yogyakarta.
Menara Manna Mulia.
Peattie, K. 1995. Environmental Marketing
BHP UMY. 2017. Green Management Sistem, Management: Meeting the Green Challenge.
Bantu Perusahaan Lebih Peduli Lingkungan. Pitman.
Seminar Green Management. Yogyakarta, 22
Maret 2017. Prakash, A. 2002. Green Marketing, Public
Policy And Managerial Strategies. Business
Divisi Rating dan Teknologi Konsul Bangunan Strategy and the Environment 11.
Hijau Indonesia. 2011. Ringkasan Tolak
Ukur Greenship Untuk Bangunan Baru Sinangjoyo, Nikasius Jonet. 2013. Green Hotel
Version 1.2. Green Building Council Sebagai Daya Saing Suatu Destinasi (Studi
Indonesia. Kasus Pada Industri Hotel Berbintang di
Wilayah Yogyakarta). Vol. 5:83-93.
Divisi Rating dan Teknologi Konsul Bangunan
Hijau Indonesia. 2011. Ringkasan Tolak Sukma, Arga & Jarwa Prasetya. 2017. Kajian
Ukur Greenship Exixtig Building Version Penerapan Konsep Green Building Pada
1.0. Green Building Council Indonesia. Hotel. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Endar, Sugiarto dan Sri Sulartiningrum. 1996.
Pengantar Industri Akomodasi dan. Restoran. Wu, Shwu-Ing., Yen-Jou Chen. 2014. The Impact
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. of Green Marketing and Perceived
Innovation on Purchase Intention for Green
Ervianto, Wulfram I. 2010. Studi Penerapan Products. International Journal of Marketing
Konsep Green Building Pada Industri Jasa Studies, Vol. 6.
Konstruksi. Seminar Teknologi Ramah
Lingkungan Dalam Bidang Teknik Sipil ke
V. Bandung, 11 Februari 2009.

Grant, J. 2007. The Green Marketing Manifesto.


John Wiley & Sons, Ltd., West Sussex,
England. Journal of Business Ethics, Vol. 29.

Gupta, Ankush and Sharma, Aman. 2013. Green


Building and Productivity. International
Journal of Emerging Trends in Engineering
and Development, Issue 3, Vol. 2: 179-184.

Anda mungkin juga menyukai