SUKU BADUY Suku baduy atau urang kanekes adalah sekelompok adat Sunda yang berada di wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Secara umum suku baduy terbagi menjadi 3 kelompol: Tangtu, Panamping dan Dangka. Kelompok Tangtu atau baduy dalam adalah kelompok yang adatnya paling ketat dan dilarang bertemu orang asing, ciri khas pakaiannya berwarna putih dan biru tua dengan ikat kepala putih. Kelompok Panamping atau baduy luar adalah kelompok yang telah meninggalkan aturan baduy dalam, mereka tinggal di kampung sekitar wilayah baduy dalam, ciri khas pakaiannya mengenakan dab dan ikat kepala hitam. Sedangkan kelompok Dagka tinggal di luar wilayah Baduy. Dalam membangun rumah, Suku Baduy masih menerapkan sistem gotong royong. Mereka sangat menghormati dan mencintai alam dan memiliki prinsip tegas bahwa mereka-lah yang harus membiasakan diri dengan alam, bukan sebaliknya. Bentuk dan gaya bangunan rumahnya-pun sangat sederhana berdasarkan naluri berlindung dari gangguan alam dan
ADAT BADUY binatang buas.
RUMAH ADAT BADUY Berdasarkan adat, rumah suku Baduy tidak diperkenankan untuk mengubah alam, termasuk tanah, maka kontur tanah dibiarkan asli dan rumah adat Baduy menggunakan sistem panggung berumpak-umpak yang mengikuti keadaan tanah.
Semua rumah adat menghadap ke Selatan atau
Utara dan saling berhadapan, berdasarkan adat rumah tidak boleh menghadap ke Timur atau Barat.
Rumah adat Baduy terbuat dari material yang
ada di alam. Rumah tinggal suku Baduy Dalam termasuk jenis bangunan knock down dan siap pakai, yang terdiri dari beberapa rangkaian komponen. Komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk. alat paku dilarang digunakan. STRUKTUR RUMAH ADAT BADUY Bangunan disangga menggunakan tumpukan Konstruksi utama yang berfungsi untuk batu kali yang datar dan besar atau menahan beban disebut tihang-tihang, biasa disebut umpak. Pondasi ini juga panglari, pananggeuy, dan lincar yang berfungsi sebagai pencegah agar tanah terbuat dari kayu yang dipaseuk. tidak longsor dan untuk mencegah Tihang-tihang berasal dari balok kayu kelapukan tiang rumah .Caranya dengan besar yang tahan lama seperti kayu ditumpuk membentuk benteng, atau jati, mahoni, akasia atau kayu ulin. dipakai untuk membuat anak tangga, Tihang harus kuat karena menopang selokan, ataupun jalan setapak. rangka atap & rangka lantai. ATAP RUMAH ADAT BADUY Atap rumah Baduy disebut sulah nyanda yg berarti sikap bersandar wanita hamil yg merebah ke belakang. Atap ini mirip dg atap julang ngapak yg memiliki 2 sisi atap tambahan, namun pada sulah nyanda hanya pada 1 sisi dg kemiringan rendah yg disebut curugan. Penutup atap menggunakan ijuk atau ilalang. Dinding rumah adat baduy biasanya menggunakan material anyaman bambu atau bilik. Pemakaian bilik sebagai dinding memberi kesejukan karena sirkulasi udara bisa keluar masuk melewati celah anyaman, maka pada rumah Badui tidak terdapat jendela. Bagi Suku Baduy jendela hanya untuk melihat ke luar rumah dan untuk melakukan itu Suku Baduy bisa langsung keluar dari rumah.
DINDING RUMAH ADAT BADUY LANTAI RUMAH ADAT BADUY
Bagian lantai rumah adat baduy
terbuat dari susunan papan kayu atau bambu yang telah dibaut menjadi datar atau palupuh. Papuluh ini juga mendukung sirkulasi udara yang baik di dalam rumah selain bilik pada dinding.
Dinding, atap, dan lantai hanya
diikat pada kayu atau bambu sehingga rumah adat Suku Baduy menjadi rumah yang tahan terhadap gempa. Bagian dari rumah adat Suku Baduy terbagi menjadi tiga ruang yaitu sosoran, tepas, PEMBAGIAN RUANG dan imah. RUMAH ADAT BADUY SOSORAN TEPAS IMAH
Sosoran adalah Tepas Ipah adalah
teras, ruang merupakan ruang belakang pertama ruang tengah untuk kamar dibagian depan yang berfungsi kepala rumah untuk sebagai tempat keluarga, menerima tamu, pertemuan menyimpan bersantai dan keluarga, persediaan menenun bagi ruang makan, makanan dan kaum wanita. bersantai dan memasak. tempat tidur Lantai dapur anak. ditimbun dengan tanah.
Tamu yg tidak dikenal hanya bisa masuk rumah
sampai pada sosoran, masyarakat Baduy percaya bahwa orang yg tidak dikenal membawa pengaruh buruk dan dilarang keras masuk kebagian tengah (tepas) yg dianggap sebagai bagian rumah yg netral. ENTRANCE RUMAH ADAT BADUY
Rumah tinggal suku Baduy hanya memiliki satu pintu
masuk yang ditutup dengan panto, yaitu sejenis daun pintu yang dibuat dari anyaman bilah-bilah bambu berukuran sebesar ibu jari dan dianyam secara vertikal dengan teknik sarigsig.
Dalam menentukan ukuran lebar pintu masuk, suku Baduy
menyebutnya dengan istilah sanyiru asup. Lebar pintu diukur selebar ukuran alat untuk menampi beras.
Sebagian besar pintu tidak dikunci ketika ditinggalkan
penghuninya. Akan tetapi, beberapa orang membuat tulak untuk mengunci pintu dengan cara memalangkan dua kayu yang didorong atau ditarik dari samping luar bangunan.