Anda di halaman 1dari 28

STRUKTUR DAN BENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BAGHI

DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA


KOTA PAGARALAM

A. Konsep Rumah Baghi Bagi Masyarakat Besemah

Masyarakat tradisional Indonesia, termasuk masyarakat Besemah di Desa Gunung


Agung Pauh, pada umumnya memandang rumah sebagai tempat menentramkan hati bagi
seluruh penghuninya. Dengan alasan ini sudah tentu dibangun atau didirikan tidak secara
sembarangan, namun pada saat merencanakan dan mendirikan serta selesai didirikan selalu
diikuti oleh ritual-ritual atau upacara- upacara tertentu yang biasanya bercorak magis,
dengan maksud untuk keselamatan penghuni dan keluarganya serta tukang-tukang yang
membangun rumah.

Makna simbolisme dan fungsi rumah akan mencerminkan status penghuninya. Manusia
sebagai penghuni rumah, budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat,
sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya
seperti kepercayaan, hubungan keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar
individu. Hubungan penghuni dengan rumahnya merupakan hubungan saling
ketergantungan, yaitu manusia mempengaruhi rumah dan sebaliknya rumah mempengaruhi
penghuninya. Menurut Yudhohusodo, rumah banyak ditentukan oleh nilai-nilai budaya
penghuninya, iklim dan kebutuhan akan pelindung, bahan bangunan, konstruksi dan
tekhnologi, ekonomi, pertahanan serta agama. Bentuk rumah sangat ditentukan oleh
keterjangkauan ekonomi dan pengaruh budaya, yang akan mempengaruhi pula bentuk fisik
lingkungan permukiman. Berdasarkan struktur budaya dapat dibagi menjadi tiga golongan
pendapatan penghuni, yaitu rendah, menengah dan tinggi, dimana masing-masing memiliki
ciri- ciri, karakter dan fungsi rumah yang berbeda, antara lain rendah, menengah dan tinggi.
Rumah baghi oleh masyarakat Besemah ditulis Ghumah Baghi (dilafalkan dengan bunyi
rumah bari) merupakan sebutan untuk rumah tempat tinggal yang sudah berusia cukup lama
atau dapat juga berarti rumah zaman dulu. Kebiasaan orang Besemah yang tidak bisa
mengucapkan huruf r secara jelas, maka semua kosa kata yang memakai huruf r dalam
bahasa Indonesia akan diucapkan dengan huruf r yang sedikit sengau atau kabur. Dalam
penulisannya huruf r tersebut digantikan dngan penggunaan huruf gh. Seperti contoh pada
sebutan bari menjadi baghi, demikian juga penyebutan libar menjadi libagh (yang berarti
lebar).

Rumah dalam konsep orang Besemah khususnya yang bermukim di dusun Gunung
Agung Pauh adalah sebagai tempat melakukan segala aktivitas pribadi, sosial, dan adat.
Disamping itu bagian-bagian rumah juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta benda
dan kebutuhan hidup sehari-hari.

Ukuran rumah baghi sangat bervariasi namun berbentuk persegi empat seperti 6 m x 6
m, 7 m x 7 m, atau 8 m x 8 m. Sedangkan ukuran dapur lebih kecil namun disesuaikan
dengan lebar rumah sehingga ukuran dapur bisa berukuran 6 m x 3 m, atau 6 m x 4 m dan
sebagainya. Secara umum rumah baghi terbagi atas dua bagian utama yaitu ruang tengah dan
dapur. Ruang tengah dan dapur dibangun secara terpisah, artinya rumah dibangun secara
tersendiri sebagai sebuah rumah utuh kemudian dapur dibangun kemudian. Kedua bangunan
ini dihubungkan dengan sebuah gang (gaghang), dengan demikian tampak depan sebuah
rumah adalah rumah, tangga, gaghang dan dapur.

Orang Besemah mengelompokan rumah baghi dalam 4 jenis yang dianggap asli
milik mereka, keempat jenis tersebut ialah: Rumah Tatahan, Rumah Gilapan, Rumah Padu
Tiking, Rumah Padu Ampagh.

Sedangkan rumah yang sudah banyak dibangun saat ini seperti rumah limas, padu
jerambah dan rumah beton dengan arsitektur modern dianggap bukan milik mereka. Rumah
limas dianggap bukan bagian dari arsitektur Besemah karena rumah jenis ini berasal dari
Palembang terutama dari daerah Meranjat.

Rumah tradisional pada umumnya sangat erat kaitannya dengan kosmologi


masyarakatnya. Sebuah rumah identik dengan personifikasi sesuatu yang ada di alam seperti
alam, tumbuhan, binatang ataupun abstraksi dari sesuatu yang ada di alam. Adanya
kosmologi tersebut erat kaitannya dengan tujuan hidup dengan penghuni rumahnya yang
mendambakan kesejahteraan, kesehatan dan kedamaian selama mendiami rumah tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam rumah terdapat bagian-bagian tertentu yang
dianggap sakral dan pemberian simbol-simbol sebagai penangkal hal-hal yang jahat yang
terwujud dalam ragam hias.

Saat ini keberadaan rumah baghi Besemah di Kota Pagaralam sudah sangat terbatas, selain di
dusun Gunung Agung Pauh rumah baghi masih dapat dijumpai terutama di Desa Pelang
Kendidai, Karangdalo kecamatan Dempo Tengah, Dusun Pagarjaya, Kecamatan Pagaralam
Utara sekitar Gunung Gaghe, dan Dusun Meringgang, Kecamatan Dempo Selatan.

Rumah Baghi di Desa Gunung Agung Pauh


Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam

Orang Besemah mengelompokan rumah baghi dalam 4 jenis yang dianggap


asli milik mereka, keempat jenis tersebut ialah:

1.Rumah Tatahan

Rumah Tatahan adalah rumah tradisional Besemah yang memiliki ragam hias pada
bagian-bagian tertentu seperti pintu, jendela, dinding dan tiang. Ragam hias tersebut
merupakan bagian dari filosofi masyarakat Besemah, yang bersifat khas dan hampir sama
bentuk dan pola ragam hias tersebut pada setiap rumah. Ragam hias ini menjadi pembeda
dengan rumah lainnya seperti rumah gilapan. Dengan ragam hias ini pula dapat diketahui
bahwa pemilik rumah merupakan orang yang berbeda (kaya) dan status sosialnya dianggap
lebih tinggi.
2.Rumah Gilapan

Rumah Gilapan adalah rumah tradisional Besemah yang bentuk arsitektur dan tata
ruang sama dengan rumah tatahan. Namun rumah ini tidak memiliki ragam hias pada
dinding, pintu, tiang maupun pada bagian tertentu lainnya seperti rumah tatahan. Rumah
gilapan ini diperkirakan untuk masyarakat umum dan dari kemampuan ekonomi kurang.

3.Rumah Padu Tiking

Rumah Padu Tiking adalah rumah tradisional Besemah yang sama dengan rumah
Tatahan dan Gilapan, perbedaannya hanya terletak pada posisi atau penggunaan kayu
kitaw. Posisi kayu kitaw yang diletakkan pada posisi tegak, maka rumah tersebut akan
disebut sebagai padu tiking.

4.Rumah Padu Ampagh

Rumah Padu Ampagh merupakan kebalikan dari penggunaan kayu kitaw pada tipe padu
tiking. Kayu kitaw yang diletakkan dengan posisi rebah pada rumah, maka rumah tersebut
disebut padu ampagh, sehingga rumah padu ampagh dapat ditemui pada rumah tatahan
dan rumah gilapan. Ada juga yang berpendapat bahwa rumah padu ampagh merupakan
jenis rumah yang sangat sederhana dengan yang lain, dari anyaman bambu, dinding rumah
juga dari anyaman bambu dan arsitekturnya yang sederhana. Rumah ini diperuntukan bagi
masyarakat yang status sosialnya rendah atau dapat dikatakan keluarga miskin. Prinsip
pembangunan rumah ini sama halnya dengan rumah baghi lainnya, namun tidak memiliki
tatahan (ukiran), tidak memiliki gaghang, dan bagian bubungan tidak mengikuti pola pada
rumah tatahan dan rumah gilapan.

Di Desa Gunung Agung Pauh, hanya terdapat Rumah Tatahan dan Rumah Gilapan saja. Di
desa ini juga jumlah rumah Baghi sudah sangat jarang ditemukan yakni hanya tersisa lima
buah rumah Baghi saja, yakni rumah Suwaki, Mawan, Amran, Ramidi dan pak Ertan. Berikut
adalah penjabaran rumah tersebut :
1.Rumah Baghi Suwaki

(Gambar 2) Rumah Baghi Suwaki

Rumah Suwaki adalah salah satu rumah yang masih asli baik dari bentuknya maupun
dari segi ukirannya. Rumah ini memiliki dua pintu utama yakni satu pintu utama ruang
tengah dan satu lagi pintu utama ruang dapur. Di atas pintu utama ruang tengah
terdapat ukiran-ukiran dan di daun pintunya juga terdapat ukiran kencane mandulike.
Rumah Suwaki juga terdapat jendela, jendela untuk ruang tengah hanya terdapat dua
daun jendela kecil yang terletak di bagian samping kiri dan di bagian dapur terdapat
empat buah daun jendela, sedangkan untuk dinding di bagian depan terdapat ukiran-
ukiran yakni ukiran Kencane Mendulike, Daun Pakis, Lengkenai naik, dan juga dihiasi
tiga buah ukiran Kencane Mandulike yang tersusun rapi didinding bagian depan. Atap
yang digunakan yakni dari seng, kayu yang digunakan yaitu jenis kayu Entenam dan
kayu Cemaghe. Kayu Entenam digunakan untuk tiang, dan kayu Cemaghe digunakan
untuk dinding dan ukiran karena kayu tersebut keras dan awet. Jumlah tiang rumah pak
Sarmawi yaitu Sembilan buah tiang untuk tiang rumah utama, empat buah tiang untuk
tiang Gaghang dan sembilan tiang untuk tiang dapur. Kemudian untuk tangga biasanya
setiap rumah Baghi memiliki anak tangga yang selalu ganjil, hal ini dikarenakan
tangga bagi masyarakat Gunung Agung Pauh merupakan gambaran dari filosofi
penghuni rumah, tangga dimanfaatkan untuk naik dan turun. Biasanya anak tangga
dibuat selalu ganjil seperti 5, 7 dan 9. Tangga rumah pak Suwaki anak tangganya
berjumlah Sembilan buah anak tangga. Jenis rumah pak Suwaki ini adalah jenis
Rumah Tatahan karena baik didalam rumah maupun di luar rumah terdapat ukiran-
ukiran yang indah dan semuanya dalam keadaan masih orisinil dan hanya tiangnya saja
yang mengalami renovasi, dahulu tiannya berbentuk bulat dan sekarang sudah diganti
menjadi bentuk balok, selain itu semuanya masih dalam keadaan asli.
2. Rumah Baghi Ramidi
(Gambar 3) Rumah Baghi Ramidi

Jenis rumah baghi Ramidi adalah rumah gilapan karena tidak terdapat ukiran,
kondisi rumah Ramidi masih dalam keadaan baik dan belum ada yang direnovasi.
Rumah ini berukuran kecil, pintu utamanya hanya terdapat satu pintu utama saja,
jendela juga hanya ada satu. Sedangkan untuk tiang rumah berjumlah sembilan buah
tiang dan untuk anak tangga terdapat tujuh buah anak tangga, dan terdapat satu
Mendale Kecane Mandulike.

3. Rumah Baghi Amran

(Gambar 4) Rumah Baghi Amran


Rumah baghi Amran adalah salah satu rumah baghi yang banyak mengalami perbaikan
atau renovasi, yakni dari segi ukiran sudah tidak terdapat lagi ukiran, dahulu bagian
depan rumah Amran terdapat banyak ukiran, tetapi ukiran-ukiran itu sudah tidak
terdapat ukiran lagi, dan dinding rumahnya pun sudah diberi cat, dan sudah berubah
jauh dari aslinya. Bentuk atap dan bentuk rumah masih terlihat ciri khas rumah
baghinya walaupun sudah diperbaiki baik dari dinding tiang dan tangganya, tiangnya
sudah diperbaiki sudah dirubah menjadi tiang semen, dan untuk tangganya juga diganti
dengan tangga semen dengan lima tingkatan anak tangga. Pintu utama rumah Amran
terdapat satu buah pintu utama saja, sedangkan jendelanya yakni dua jendela bagian
depan dan tiga jendela bagian samping kiri, rumah Amran yang keunikan yaitu terletak
pada atap rumah yakni memiliki dua buah mubungan atap. Jenis rumah ini dahulunya
adalah rumah tatahan setelah mengalami renovasi dan sudah tidak ada lagi ukiran maka
jenis rumah ini menjadi rumah gilapan karena sudah tida ada lagi ukiran.
4. Rumah Baghi Mawan

Rumah ini adalah salah satu rumah baghi yang terdapat di Desa Gunungagung Pauh
yang banyak memiliki ukiran. Setiap bagian depan rumahnya terdapat ukiran- ukiran
yang indah dan unik. Rumah memiliki tiang bagian rumah utamanya yaitu Sembilan
buah tiang untuk tiang rumah utama dan empat buah tiang gaghang, rumah ini juga
memiliki satu buah pintu utama dan satu buah jendela. Kondisi rumah ini masih dalam
keadaan baik hanya saja ada penambahan anak tangga dari semen ada tiga buah anak
tangga sedangkan anak tangga yang aslinya berjumlah lima buah anak tangga.

5. Rumah Baghi Ertan


(Gambar 6) Rumah Baghi Ertan

Rumah baghi Ertan mirip dengan rumah baghi Mawan yakni terletak pada anak
tangganya, anak tangga yang asli berjumlah lima anak tangga tetapi setelah direnovasi di
tambah dengan tiga anak tangga yang dibuat dari semen yakni berjumlah delapan anak
tangga. Rumah Ertan memiliki ukiran-ukiran yang terdapat di depan bagian rumah. Pintu
rumah Ertan memiliki satu buah pintu utama dan tiga buah jendela. Jumlah tiang rumah
yaitu 12 buah tiang. Bagian atas rumah Ertan masih kelihatan asli, tetapi hanya bagian
bawahnya saja yang sudah direnovasi. Bagian bawah rumah sudah ditambah dinding
semen.

Keberadaan rumah tradisonal atau Ghumah Baghi di desa Gunung Agung Pauh sudah
sangat langka keberadaannya. Menurut Suwaki keberadaan rumah baghi sudah sedikit,
tentunya sebagai pemilik rumah Baghi harus menjaga dan melestarikan keberadaan rumah
baghi tersebut, jangan sampai rumah tersebut rusak atau hilang keberadaannya, karena
rumah tersebut merupakan hasil peninggalan dari nenek moyang yang harus dijaga dan
lestarikan. Banyak bagian-bagian rumah baghi yang hilang, khususnya pada ukiran-ukiran
yang sebagian hilang dan bahkan ada ukiran- ukiran sebagian yang sudah dijual oleh
pemiliknya kepada para kolektor barang antik. Hal ini sangat disayangkan, karena warga
masyarakat tersebut mungkin tidak mengerti atau karena faktor ekonomi atau masyarakat
diiming-imingi dengan harga jual yang fantastik oleh para pemburu barang antik, dan
akhirnya tergiur dan menjualnya, sehingga ada sebagian rumah atau ukiran yang sudah
hilang di jual. Dengan keadaan ini, sudah seharusnya masyarakat atau pihak pemerintah
harus mencegah dan menghimbauan kepada masyarakatnya untuk menjaga agar jangan
sampai hilang atau dijual, karna rumah baghi sudah sangat langka keberadaannya dan
sudah tidak ada lagi yang bisa membuat atau membangunnya. Rumah baghi juga
merupakan hasil peninggalan atau warisan dari nenek moyang, yang harus kita jaga sama-
sama jangan sampai hilang diburu oleh para kolektor barang antik yang ingin memburu
keuntungan semata.

Menurut Ertan banyak para peneliti asing yang berdatangan ke Desa Gunungagung
Pauh guna untuk penelitian, khususnya mengenai rumah baghi yang berada di desa
Gunung Agung Pauh, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam. Para peneliti asing yakni
ada yang berasal dari Korea dan ada juga yang berasal dari Jepang. Tentunya dengan
kejadian ini sudah sepatutnya masyarakat Pagaralam, khususnya masyarakat Desa Gunung
Agung Pauh menjaga dengan baik rumah baghi hasil peninggalan nenek moyang tersebut,
karena rumah baghi tersebut sudah dikenal oleh negara asing buktinya banyak peneliti
asing yang berdatangan untuk penelitian.
B. Manfaat dan Fungsi Rumah Baghi Bagi Masyarakat Desa Gunung Agung Pauh
Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam

1. Manfaat Rumah Baghi

a. Sebagai tempat berlindung, yakni dari hujan, panas, angin serta melindungi diri
dari serangan binatang buas dan Sebagai tempat beristirahat, untuk tubuh dan
jiwa;

b. Sebagai kebutuhan hidup;

c. Sebagai suatu tempat dalam melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari dalam


segala hal bersama keluarga, seperti makan, minum, tidur, belajar dan
berkumpul dengan keluarga;

2. Fungsi Rumah Baghi dan konstribusinya terhadap Kota Pagaralam


a. Rumah baghi sebagai identitas/ciri khas bagi masyarakat Besemah

(masyarakat Kota Pagaralam);

Rumah berfungsi sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan sosial budaya dalam masyarakat.
Maksud dari status sosial yaitu sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam
masyarakat. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi,
dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah, seperti yang telah kita ketahui bahwa
ukiran dalam rumah tatahan melambangkan sebagai status sosial bagi pemiliknya;

a.Sebagai tempat pariwisata karena bentuk dan konstruksinya serta ukiran- ukirannya
yang unik;

b.Rumah baghi berfungsi sebagai rumah kebanggaan/asli milik masyarakat Kota


Pagaralam;

c.Sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan lestarikan;


d.Sebagai peninggalan nenek moyang dan termasuk juga sebagai peninggalan arkeologi
karena telah berumur lebih dari ratusan tahun lamanya;

e.Sebagai khazanah budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kota Pagaralam

C. Ragam hias
Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-
ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni. Karya ini dapat berupa tenunan, tulisan pada kain
(misalnya batik), songket, ukiran, atau pahatan pada kayu/batu. Ragam hias dapat distilisasi
(stilir) sehingga bentuknya bervariasi.Variasi ragam hias biasanya khas untuk suatu unit budaya
pada era tertentu, sehingga dapat menjadi petunjuk bagi para sejarawan atau arkeolog.
Berikut ragam hias yang terdapat pada rumah baghi Di Desa Gunungagung Pauh:
1.Hiasan dinding Rumah Suwaki
Hiasan dinding pada rumah Suwaki memiliki ukiran-ukiran yang indah pada setiap
rumahnya. Hiasan dinding rumah Suwaki terdapat tiga ukiran Mendale Kencane Mendulike.
Ukiran Mendale Kencane Mendulike tersebut antar ketiga-tiganya sama motifnya hanya saja
ukiran yang tengah sedikit ada penambahan ukirannya dan juga terdapat lubang ditengah-
tengahnya. Fungsi dari lubang tersebut adalah untuk mengintip suasana yang ada didepan rumah.
Lihat pada gambar berikut:

Gambar 7.a jumlah daun ukirannya berjumlah 13 daun sedangkan timbulan yang menyerupai
bentuk lingkaran berjumlah 10 bubulan (lihat tanda anak panah).
Gambar 7.b jumlah daun ukirannya berjumlah 12 daun, sedangkan timbulan yang menyerupai
bentuk lingkaran berjumlah 13 bubulan sedangkan di setiap sudut
terdapat empat buah ukiran daun dan ditengah-tengah terdapat lubang.
Gambar 7.c jumlah ukiran maupun bentuknya sama dengan gambar 7.a.
Mendale Kencane Mendulike merupakan ragam hias utama pada setiap rumah tatahan. Ada
juga yang menyebutnya dengan nama bubulan. Hiasan ini berada pada dinding. Ukiran ini
menggambarkan sebuah lingkaran dan ditengahnya terdapat lubang kecil.
Ukiran ini menggambarkan filosofi masyarakat Besemah yang hidup selaras antara sesama
manusia dan dengan alam, dengan berpusat pada sang pencipta ditandai dengan lubang kecil
di tengah. Hal ini sesuai dengan motto orang Besemah yaitu “Nenek Besanak Seumur Dunie”
yang berarti menjalin hubungan silaturahmi antara sesama seumur dunia. Ukiran ini juga
menggambarkan struktur sosial masyarakat Besemah yang terdiri dari beberapa
sumbay dan pemimpin adat yang terdiri dari juray tuwe dan perangkatnya (apit juray dan
sungut juray) namun dalam mengambil keputusan harus melalui kesepakatan bersama sehingga
menjadi acuan masyarakat dalam berperilaku.”Biaya ukir rumah bisa mencapai sepertiga dari biaya
total pembangunan rumah”.

2.Hiasan Dinding Rumah Mawan


Hiasan dinding ini hanya terdapat satu buah ukiran Mendale Kencane Mendulike
saja dan tidak terdapat lubang ditengah-tengah ukiran tersebut. Selain itu juga terdapat ukiran-
ukiran pada tiang dinding dan kitaw yang juga menghiasi rumah Mawan.

3.Hiasan Dinding Rumah Ertan


Hiasan dinding rumah Ertan hanya terdapat satu buah ukiran Mendale Kencane
Mendulike saja dan ukiran ini lebih simpel dibandingkan ukiran rumah milik Suwaki. Ukiran ini tidak
sebesar ukiran yang dimiliki oleh rumah Suwaki, hanya saja ukiran ini juga memiliki lubang
ditengah-tengahnya sedangkan rumah Mawan tidak memiliki lubang. Tetapi rumah Ertan memiliki
ukiran-ukiran yang beraneka ragam di setiap sudut rumahnya. Berikut ukiran yang terdapat pada
rumah Ertan yaitu:
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rumah baghi yang terdapat di Desa
Gunung Agung Pauh mempunyai hiasan dinding yang sama yaitu terdapat ukiran
Mendale Kencane Mendulike tetapi bentuk dan ukirannya berbeda serta terdapat juga hiasan di
dinding di setiap masing-masing rumah tatahan. Berikut penjelasannya: rumah Suwaki pada
dindingnya terdapat tiga buah ukiran Mendale Kencane Mendulike, ketiga ukiran tersebut
bentuk dan motifnya sama, hanya saja ketiga ukiran tersebut ukiran yang tengah hanya ada
sedikit penambahan hiasan pada setiap sudutnya dan memiliki lubang ditengah-tengahnya. Jumlah
daun ukirannya berjumlah 13 daun sedangkan timbulan yang menyerupai bentuk lingkaran berjumlah
10 bubulan untuk ukiran sebelah kiri dan kanan. sedangkan ukiran yang tengah jumlah daun
ukirannya berjumlah 12 daun sedangkan timbulan yang menyerupai
bentuk lingkaran berjumlah 13 bubulan. (lihat gbr 10 dan 11). Kemudian hiasan tiang pada dinding
dihiasi dengan ukiran hiasan daun pakis yang terletak secara vertikal dan bunga pakis muda
pada bagian tengah dinding secara horizontal. kitaw juga dihiasi dengan ukiran
lengkenai naik-naik yang terletak secara horizontal.

Hiasan dinding rumah Mawan memiliki satu ukiran Mendale Kencane Mendulike,
ukiran ini tidak memiliki lubang pada tengah-tengah ukiran. Pada rumah
ini lebih menonjol pada ukiran-ukiran tiang dindingnya yang terletak secara horizontal dan
vertikal. Pada tiang dinding vertikal dihiasi dengan ukiran hiasan daun pakis serta ukiran motif
bunga. Sedangkan ukiran yang terletak secara horizontal dihiasi dengan ukiran hiasan
ipang bajik dan bungapakis muda, dan pada kitaw dihiasi dengan ukiran ipang bajik dan ukiran
motif bunga yang berada di dinding dan menyatu dengan dinding lantai.

a.Hiasan dinding rumah Ertan memiliki satu buah ukiran Mendale Kencane Mendulike sama
halnya dengan rumah milik Mawan, tetapi perbedaannya yaitu ukiran yang dimiliki oleh rumah
Ertan ukirannya lebih simpel (sederhana) dan terdapat lubang ditengah-tengahnya sedangkan
rumah Mawan tidak memiliki lubang di tengah-tengah ukiran tersebut. Pada rumah Ertan hiasan tiang
dinding juga dihiasi dengan ukiran-ukiran. Ukiran pada tiang dinding yan
g vertikal dihiasi dengan ukiran motif bunga dan hiasan ipang bajek. Sedangkan ukiran yang
melentang secara horizontal yaitu dihiasi dengan ukiran bunga pakis muda, untuk hiasan kitaw
dihiasi dengan ukiran ipang bajek dan disetiap sudutnya juga terdapat hiasan motif bunga
teratai. Untuk rumah Ramidi dan Amran tidak memiliki hiasan dinding karena kedua
rumah tersebut termasuk rumah gilapan atau rumah yang tidak memiliki ukiran pada dinding.

b.Hiasan Tiang Tiang pada rumahbaghi merupakan bagian utama yang memiliki nilai filosofi
yang sangat tinggi. Pada arsitektur rumah tradisional Besemah, tiang dibagi atas dua bagian yaitu
bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah merupakan tiang penyangga rumah yang
biasanya berjumlah Sembilan buah bahkan lebih dari sembilan, sedangkan bagian atas
adalah tiang pembentuk rumah itu sendiri. Sebagai pembentuk rumah, tiang bagian atas perlu
diberi hiasan yang selain berfungsi sebagai hiasan juga diyakini memberikan makna bagi rumah dan
penghuninya sesuai dengan motif atau gambar hiasan yang dibuat.

Tiang di rumahbaghi di desa Gunung Agung Pauh ada dua jenis tiang yangdigunakan yaitu
tiang berbentuk bulat dan berbentuk segi empat/bujur sangkar. Ukuran tiang bulat yaitu
berdiameter ±20 cm sedangkan tinggi ±2,5 m. Tiang yang berbentuk segi empat yaitu
ukurannya tinggi ±2,5 m dan ketebalan tiangnya ±15-20 cm. Sebagian besar tiang yang
digunakan pada rumahbaghi berbentuk segi empat dan hanya sebagian kecil saja berbentuk bulat
digunakan, karena sudah direnovasi.
Tiang bagian atas diukir mulai dari pangkal hingga pada bagian atas. Motif dan jumlah ukiran pada
tiang, tidak selalu sama pada setiap rumah. Hal ini tergantung pada keyakinan si pemilik
rumah terhadap simbol-simbol yang dibuat dan pemahaman makna dari simbol-simbol
tersebut. Pada tiang juga terdapat ukiran Ghebong Buloh,yaitu rumpun bambu muda atau
rebung yang menggambarkan kehidupan manusia, yang hidup serumpun dalam kesatuan
keluarga besar sehingga dibutuhkan keahlian, ketelitian dan kecermatan dalam mengatur
kehidupan dalam kelompoknya maupun kelompok lain

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis tiang yang digunakan adalah
rata-rata dari kayu dan ada juga jenis tiang yang sudah direnovasi menjadi semen. Bentuk
tiangnya pun ada yang berbentuk segi empat dan ada juga yang berbentuk bulat. Berikut
penjelelasannya:
Tiang rumah Suwaki yaitu jenis kayu, dan berbentuk segi empat. Dahulu rumah ini bentuk
tiangnya bulat tetapi setelah direnovasi bentuknya menjadi segi empat. Hiasan tiang atas pada
rumah Suwaki yaitu dihiasi dengan ukiran daun pakis muda. Untuk tiang rumah Mawan yaitu
jenisnya dari kayu dan berbentuk bulat. Tiang ini masih dalam keadaan asli, hiasan tiang atas
pada rumah Mawan yaitu dihiasi dengan ukiran daun pakis muda dan ukiran motif bunga

a. Tiang rumah Ertan


yaitu tiang berjenis kayu dan berbentuk balok, rumah ini
bagian bawahnya sudah direnovasi dan sudah ditambah tembok semen dan bagi
an bawah rumahnya sudah menjadi tempat tinggal sehingga tidak terlihat lagi tiangnya. Untuk
hiasan tiang atasnya dihiasi dengan ukiran ipang bajek dan ukiran motif bunga teratai. Tiang
rumah Ramidi berjenis kayu dan berbentuk balok pada tiang atasnya tidak terdapat ukiran,
sedangkan untuk rumah Amran jenisnya semen karena sudah direnovasi,
sebelunya dari kayu. sedangkan tiang atasnya tidak terdapat ukiran.

c.Hiasan Pintu
Pintu adalah bagian rumah yang terbuat dari kayu atau bambu, tetapi pada rumah baghi
biasanya terbuat dari kayu terutama bagi mereka yang tergolong kaya/mampu. Pintu dari
bambu sudah amat jarang ditemukan, walaupun ada pintu jenis bambu dipasang pada bagian
belakang seperti dapur. Pintu adalah salah satu bagian rumah yang terpenting dalam sebuah rumah,
karena merupakan tempat keluar-masuk penghuninya. Untuk itu pintu juga banyak terdapat
ukiran-ukiran yang menghiasinya, baik di pinggir pintu maupun di daun
pintu itu sendiri. Pada daun pintu juga terdapat ukiran Mendale Kencane Mendulike
yang berbentuk lingkaran berada tepat di tengah daun pintu dan juga terdapat lubang kecil.
Lubang kecil ini fungsinya untuk mengintip apabila ada orang atau tamu yang sedang
berkunjung.
Fungsi lubang tersebut adalah untuk mengetahui tamu yang sedang berkunjung. Dengan adanya
lubang pemilik rumah dapat mengidentifikasikan tamu secara akurat. Fungsi dari lubang tadi agar kita
bisa mengetahui keadaan suasana diluar yang sedang terjadi. Ukuran daun pintu
rumah baghi biasanya tinggi mencapai ±160 cm , lebar ±63 cm dan tebal ±5 cm. Di atas
pintu pun terdapat ukiran-ukiran yang indah dan unik, sehingga pintu terlihat begitu indah dan
menarik.

Untuk hiasan pintu hanya terdapat pada rumah Suwaki saja sedangkan yang lainnya tidak
memiliki hiasan pintu. Sebagian pintu ada yang sudah direnovasi dan sebagian memang tidak
memiliki hiasan. Rumah Suwaki adalah satu-satunya rumah baghi yang belum pernah direnovasi
dan masih asli, hanya tiang dan atapnya saja yang sudah diganti, dulunya atap menggunakan
ijuk sekarang sudah diganti dengan seng, sedangkan bagian yang lain masih dalam keadaan asli.

Pintu rumah Suwaki memiliki ukiran-ukiran yang indah, pada daun pintu terdapat ukiran
Mendale Kencane Mendulike atau Bunge Roda Pedati, yaitu bunga yang disusun sedemikian
rupa sehingga menyerupai roda pedati. Hal ini menggambarkan bahwa kehidupan manusia
bagaikan roda pedati yang yang berputar seperti untung dan malang, baik dan buruk, kaya dan
miskin, maupun sebagai pemimpin dan yang sedang dipimpin, gambar
bunga pedati ini dapat dilihat pada ukiran Mendale Kencane Mendulike dan ditengah-
tengahnya terdapat lubang kecil yang fungsinya untuk menarik pintu dan untuk mengintip. Di
atas pintu terdapat ukiran daun bunga pakis muda. Mude Paku/Daun Pakis digambarkan
sebagai tanaman yang melambangkan kemakmuran suatu keluarga
besar dan pengayoman terhadap anggota keluarga besar tersebut.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah Suwaki adalah satu-satunya rumah yang
memiliki ukiran di daun pintunya, sedangkan rumah yang lain tidak memiliki ukiran-ukiran di
daun pintu. Ukiran yang terdapat pada daun pintu yaitu terdapat satu buah ukiran Mendale
Kencane Mendulike dan daun pakis disudut atas dan bawahnya. Pada atas pintu juga dihiasi
dengan lengkang paku, sedangkan hiasan pintu yang paling atas dihiasi dengan ukiran
daun pakis muda dan dibagian pinggir terdapat duri-duri.

d.Hiasan pada Tailan dan KitawTailan adalah kayu atau balok yang diletakkan di atas kitaw.
Tailan ini terletak melintang sepanjang rumah dan berada pada bagian depan diberi ukiran
sebagai simbol status sosial pemilik rumah. Ukirannya terdapat pada sepanjang Tailan
yang menghiasi rumah sehingga rumah terlihat indah dan mewah. Sedangkan Kitaw adalah
balok kayu yang langsung diletakkan di atas kayu tiang dudok. Pada kitaw rumah Mawan
terdapat ukiran Lenggang Paku dan Ipang Bajik. Ipang Bajik, yaitu lambang keadilan sosial yang
merata, kerukunan dan gotong royong. Sedangkan pada kitaw yang terdapat pada rumah Suwaki
yaitu jenis Lengkenai Naik. Lengkenai Naik, yaitu ukiran berupa bunga-bunga kecil yang
melambangkan banyaknya anggota keluarga besar yang semakin berkembang dan juga
melambangkan kesejahteraan penghuni rumah.

e.Hiasan Atap Atap merupakan sebuah bagian dari struktur rumah yang berfungsi untuk
melindungi bangunan dari panasnya terik matahari, tetesan air hujan dan memberikan rasa aman dan
nyaman bagi penghuni rumah yang terlindungi oleh atap. Atap yang terdapat di rumah
baghi di Desa Gunungagung Pauh rata-rata menggunakan seng. Selain melindungi dari panas
dan hujan, atap rumah baghi juga memiliki hiasan-hiasan sehingga terlihat menarik dan unik.
Hiasan ini berfungsi untuk memberikan keindahan dan juga mempunyai makna. Ragam hias atap
rumah baghi:
e.1. penghabung yaitu bagian atap yang melengkung. Bentuk lengkung atap ini memberikan
kesan unik dan indah pada rumah. Bentuk lengkungan atap
merupakan pengaruh rumahMinang. Penghabung pada umumnya bentuknya sama dengan rumah
baghi lainnya, tetapi untuk rumah baghi yang dimiliki oleh Amran memiliki dua atap
penghabung. Sedangkan rumah yang lainnya hanya memiliki satu penghabung saja.
e.2. Penjughing, yaitu bagian ujung atap berbentuk segi tiga dan di atasnya
menyerupai tanduk.

(Gambar 17) Penjughing yang terdapat pada rumahbaghi

e.3. Pagu Antu, yaitu kotak yang berada di bawah atap pada bagian ujung rumah. Dan
biasanya tempat tersebut dihuni oleh burung sebagai tempat burung bersarang.
Sayangnya saat mewawancarai si pemilik rumah maupun warga sekitar tidak ada
yang tahu secara pasti apa maksud dari Pagu Antu tersebut dibuat. Kebanyakan
masyarakat menjawab sebagai tempat burung bersarang.

e.4. Hiasan menyerupai Tanduk yaitu hiasan yang terdapat pada bagian rumah untuk
mempercantik tampilan rumah agar terlihat unik dan menarik. Dan selain itu fungsi hiasan
tanduk kayu tersebut melambangkan sebagai kekuatan rumah. Hiasan ini hanya dimiliki oleh
rumah baghi Suwaki saja sedangkan pada rumah baghi yang lain tidak memiliki hiasan tanduk
kayu ini.
e.5. Hiasan Anting yaitu hiasan yang terdapat pada setiap sudut rumah agar rumah
terlihat lebih menarik. Saat mewawancarai si pemilik rumah tidak ada yang tahu makna dari hiasan
anting tersebut dan menurutnya hanya sebagai hiasan belaka. Hiasan ini hanya terdapat pada
rumahbaghi Suwaki dan Mawan saja sedangkan yang lainnya tidak memiliki hiasan anting ini.
Hiasan ini hanya ada pada dua rumah yaitu rumah milik Suwaki dan rumah Mawan. Sedangkan
yang lain tidak memiliki hiasan anting.

Tugas :

Gambar salah satu rumah baghi yang ada di Besemah, beserta motif atau corak yang ada pada rumah
adat, beserta arti dari corak yang dipilih.

Anda mungkin juga menyukai