Anda di halaman 1dari 14

MENGGALI NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU BESEMAH

MELALUI KEBUDAYAAN GURITAN

Supiyah
Alumni Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI
Email: supiyahsyarif96@gmail.com

Hudaidah, LR Retno Susanti


Dosen Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI

ABSTRAK
Sumatera Selatan memiliki Kearifan lokal yang unik, salah satunya adalah
Kebudayaan Guritan yang secara turun temurun di wariskan atau di
lestarikan oleh Suku Besemah. Guritan merupakan sastra kuno berbentuk
syair yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang bersifat anonim yakni
tanpa ada nama pengarang atau penulis. Isi dari Guritan ini banyak
mengandung Nilai-nilai moral, nasihat, aturan-aturan adat, suara-suara
nurani dan potret tentang karakter manusia, kepahlawanan, dan sisa kerajaan
pada masa silam, yang bisa dipetik oleh manusia sebagai tuntunan
kehidupan. Salah satu usaha yang dilakukan masyarakat Besemah untuk
melestarikan Kebudayaan ini yakni dengan cara memperkenalkan
kebudayaan ini kepada anak-anak baik secara formal maupun non formal
sebagai pewaris Generasi muda bangsa Indonesia. Titik fokus paper ini
adalah menelusuri nilai kearifan lokal suku besemah melalui kebudayaan
guritan.

Kata Kunci: Nilai Kearifan Lokal, Suku Besemah dan kebudayaan Guritan.

ABSTRACT
South Sumatra has a unique local wisdom, one of which is the Cultural
Guritan the hereditary inherited or preserved by Besemah Tribe. Guritan an
ancient literary form of poetry that characterized the old or classic literature
that are anonymous ie without the author's name or authors. The contents of
this Guritan contains many moral values, advice, custom rules, the voices of
conscience and portraits of human nature, heroism, and the rest of the
kingdom in the past, which can be learned by humans as the demands of
life. One Besemah community effort to preserve this culture which is a way
to introduce this culture to the children of both formal and non-formal as
heir to the young generation of the nation of Indonesia. The focal point of
this paper is tracing the local wisdom of besemah through the culture of
guritan
Keywords: Local Wisdom Values, Interest Guritan Besemah and culture.

46
PENDAHULUAN guritkan atau dibawakan dalam
Peradaban budaya Besemah bentuk nyanyian. Karena
yang mengatur hubungan manusia dinyanyikan, cerita cerita itu menjadi
dengan manusia diatur dalam enak untuk didengar.
undang-undang hukum adat Pangkal guritan sejarah
(mubungan jagat). Budaya filsafat Besemah ditemukan beberapa unsur
Besemah menjadi pandangan hidup etnik Melayu yang datang ke
masyarakat Besemah pada Nusantara, diantaranya etnik Melayu
umumnya. tua yang berasal dari Benua Afrika
Perkembangan dunia dan Persia serta Jazirah Arab, serta
komunikasi, informasi dan hiburan etnik Melayu muda yang berasal dari
membuat sastra tutur sebagai warisan negeri Cina daratan yang disebut
budaya nenek moyang semakin Mongoloid atau Mongol.
terdesak. Jika tetap dibiarkan tanpa Pada tahun 1500 SM (sebelum
upaya pelestarian yang berarti, media masehi) telah kedatangan pengungsi
pewarisan nilai dan tradisi dari etnik Melayu tua datang ke
masyarakat masyarakat adat itu nusantara yang dipimpin oleh
terancam punah. Hal itu juga dialami Senambun Tuwe. Hal ini terjadi
seni tutur suku Besemah di kawasan karena adanya huru-hara yang sangat
Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, memungkinkan terjadinya
dan Kabupaten Empat Lawang di pengungsian, karena pada tahun
Sumatera Selatan. Besemah juga di sebelum masehi daerah Afrika
sebut pasemah, istilah warisan Jazirah Arab dilanda huru-hara
Belanda terhadap suku Besemah (TP. perperangan yang disebut Barbarian
Laporan Jurnalistik Kompas, 2010: atau Barbar pada zaman Mesir
63). Kuno. Selain, kedatangan kelompok
Isi dari guritan biasannya etnik melayu tua juga kedatangan
menggambarkan tentang sejarah kelompok etnik melayu muda yang
perjuangan, sanjungan kepada dapat diperkirakan pada abad ke-1
pahlawan, legenda, kisah hidup sampai ke-4 M (masehi). Hal ini
seseorang, atau cerita rakyat yang di terjadi karena adanya huru-hara yang

47
sangat memungkinkan terjadinya merupakan penyempurnaan
pengungsian, yang disebabkan peradaban pada zaman sake lime
adanya perperangan didaerah Cina sebelum sriwijaya. Bentuk
daratan Mangolia atau Mongol, yang pemerintahan tradisional pada zaman
disebut dengan perperangan Atung Bungsu dikenal dengan nama
Tartarian atau Tartar (Mirwan, 2012: Lampik Mpat Mardike duwe, yakni
10-12). bentuk pemerintahan tradisional
Budaya rumpun melayu yang yang mencerminkan landasan pokok
tersebar di nusantara telah ditemukan demokrasi yang paling mendasar
satu kesamaan yang jelas yakni dengan membentuk perwakilan
aksara melayu kuno ke-ge-nge Huruf dalam mengambil kebijakan dengan
melayu kuno ini dipakai oleh etnik asas musyawarah dan mufakat
melayu seperti Tapanuli, Padang, (Mirwan, 2012: 16).
Jambi, Bengkulu, Lampung, Kurangnya perhatian generasi
Sulawesi, NTB, Kalimantan, dan muda Besemah terhadap Guritan
seluruh Sumatera Selatan. Dengan menyebabkan tradisi lisan itu
demikian, kesamaan aksara terancam punah bersamaan dengan
menunjukkan Besemah adalah berangsur meninggalnya para
keluarga besar rumpun melayu. penggurit. Kepergian para penggurit
Keluarga besar rumpun melayu yang itu, bukan saja membawa Guritan ke
tersebar diseluruh nusantara berasal alam kubur, tetapi juga mengubur
dari satu keturunan dengan sebutan nilai-nilai pendidikan karakter
Bhineka Tunggal Ika. Peradaban dari masyarakat Besemah yang
kehidupan sosial masyarakat berasal terkandung di dalamnya. Terancam
dari kata satu atau ika yang artinya punahnya Guritan berarti terancam
satu pemahaman, satu temuan dan hilang pula nilai-nilai mulia yang
filsafat dari satu budaya kesejarahan sangat berguna bagi pembentukan
(Mirwan, 2012: 17). karakter masyarakat Besemah
Peradaban pada zaman Atung khususnya, dan bagi pembentukan
Bungsu dikenal dengan sebutan karakter bangsa indonesia pada
lampik mpat mardike duwe umumnya (Suhardi, 2016: 5).

48
Selain itu, menurut Arman Menurut Rahyono dalam
Idris hal ini terjadi karena rata-rata Fajarini (2014: 2), kearifan lokal
kegiatan seni hanya menjadi merupakan kecerdasan manusia yang
pekerjaan sampingan, sehingga perlu dimiliki oleh kelompok etnis tertentu
dilakukannya sosialisasi kepada yang diperoleh melalui pengalaman
anak-anak sekolah di pagar alam masyarakat . Artinya, kearifan lokal
dalam bentuk pelajaran tambahan adalah hasil dari masyarakat tertentu
dan pembentukan sanggar-sanggar melalui pengalaman mereka dan
seni (TP. Laporan Jurnalistik belum tentu dialami oleh masyarakat
Kompas, 2010: 67). Menurut Irfan yang lain. Nilainilai tersebut akan
Witarto (pengamat guritan kabupaten melekat sangat kuat pada masyarakat
lahat) sebenarnya Guritan ini lebih tertentu dan nilai itu sudah melalui
condong ke Lahat, namun dengan perjalanan waktu yang panjang,
melihat keadaan sekarang, lebih ke sepanjang keberadaan masyarakat
pagaralam, karena banyak sekali tersebut.
masyarakat Besemah yang menetap
Pengertian Kebudayaan
di pagaralam dibandingkan kota Menurut Edward Burnett
Lahat itu sendiri. Tylor dalam (E-Journal: 2),
Bacaan atau referensi tentang kebudayaan merupakan keseluruhan
sastra lisan suku besemah masih yang kompleks, yang di dalamnya
minim, Berdasarkan permasalahan terkandung pengetahuan,
tersebut penulis ingin mengupas kepercayaan, kesenian, moral,
sekilas tentang nilai-nilai kearifan hukum, adat istiadat, dan
lokal yang terkandung dalam budaya kemampuan-kemampuan lain yang
Guritan suku Besemah yang termuat didapat seseorang sebagai anggota
dalam judul Menggali Nilai Kearifan masyarakat. Menurut Sartono
Lokal Suku Besemah Melalui
Kartodirjo (2014: 220) kebudayaan
Kebudayaan Guritan adalah semua perwujudan, baik
TINJAUAN PUSTAKA berupa struktur maupun proses dari
Pengertian Kearifan Lokal kegiatan manusia dalam dimensi
ideasional, etis, dan estetis.

49
Suku Besemah berarti “tanah” atau daerah yang di
Menurut Ahmad Bastari Suan sungai-sungainya ada atau pun
(2007: 5) Nama Besemah berasal banyak hidup ikan semah.
dari nama ikan yakni ikan semah,
Pengertian Guritan
ikan dari jenis cyprimus, termasuk Guritan adalah sebuah bentuk
famili ikan semah ini juga tambra ungkapan sejarah lewat kata-kata,
dan ikan mas. Salah satu cerita seni sastra tutur berbentuk Guritan
tentang asal nama Besemah termasuk yang hanya diperuntunkan untuk
dalam naskah “Kitap Puyang menceritakan perjalanan sejarah
Menjadikan Jagat Besemah” cerita memuat tembang dan lagu dengan
tersebut dalam bahasa sekarang, ungkapan seni sastra tutur yang di
bunyinya yaitu: tuturkan (TP. Dinas Kebudayaan
“Maka puteri kenantan buwih Pagaralam, 2011: 24). Penutur
(Istri Radin Suane) turun (ke
sungai) membasuh beras maka guritan, dalam menyampaikan
bakul berasnya dimasuki oleh guritan menggunakan alat sambang
anak ikan Besemah. Tatkala
puteri kenantan buih pulang gerigik, sambang gerigik adalah
dari membasuh beras dan ada bambu berdiameter sekitar 44 cm
membawa anak ikan semah,
maka tanah (daerah sekitar) itu yang dilubangi bagian samping atas
dinamai oleh atung bungsu yang dahulu digunakan untuk
tanah Besemah”.
membawa air dari kolam atau sungai
Secara morfologis, Besemah
(Suhardi, 2016: 9).
berasal dari kata semah ditambah
awalan be-(ber) yang berarti “cada”, HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki, atau mengandung. Sumatera selatan memiliki
Besemah berarti “ada semahnya”. tradisi lisan sejenis Guritan di
Suungai tempat di temukan ikan berbagai wilayahnya. Setiap tradisi
tersebut disebut Ayik Besemah. Ayik lisan menggunakan istilah yang
Besemah (Air Besemah), berarti air berbeda-beda disesuaikan dengan
(sungai) yang ada ikan semahnya, bahasa yang digunakan dalam
tanah atau daerah tempat sungai itu kehidupan sehari-hari. Yakni Tradisi
berada disebut tanah Besemah yang lisan Ogan Ilir yang dikenal dengan

50
istilah Cerita Bujang Jeliheman, dengan khalayaknya, jika tidak,
tradisi lisan Ogan Komering Ulu maka kebudayaan guritan akan
yang dikenal dengan istilah Tembang teracam mati atau bahkan punah.
Panjang, tradisi lisan Lubuk linggau Dalam guritan GRS (Guritan Radin
yang dikenal dengan istilah Nandai, Suane) berisi tentang istana sentris,
tradisi lisan Musi Banyuasin yang dalam GJB (Guritan Jagat Besemah)
dikenal dengan istilah Senjang, berubah isinya menjadi sejarah
tradisi lisan Pagar Alam yang dikenal perjuangan masyarakat Besemah
dengan istilah Tadut, dan tradisi lisan dalam mempertahankan
Lahat yang dikenal dengan istilah kemerdekaan, dan dalam guritan
Guritan (TP. Dinas Kebudayaan dan Arman Idris berubah isinya menjadi
Pariwisata Provinsi Sumatera peristiwa kehidupan sehari-hari
Selatan, 2007: 3). masyarakat Besemah (Suhardi, 2016:
Bahasa Guritan, dalam 75).
disertasi Suhardi telah dijelaskan Berdasarkan penjelasan diatas,
bahwa dari dahulu hingga sekarang telah dilengkapi data berupa
sama, yakni bahasa Besemah bukan wawancara yang dilakukan kepada
bahasa import (bahasa asing) Irfan Witarto, ia adalah salah satu
(Suhardi, 2016: 75). Dengan pengamat guritan yang tinggal di
demikian, masyarakat sumatera Lahat, beliau menjelaskan bahwa
selatan khususnya besemah mudah Guritan harus mengalami
dalam memahami makna syair perkembangan yang sesuai dengan
guritan dan secara tidak langsung keadaan sekarang. Selain itu, dalam
telah melestarikan bahasa sehari-hari wawancara yang dilakukan kepada
yang digunakan oleh masyarakat itu Arman Idris, ia adalah budayawan
sendiri. pagaralam yang telah berhasil
Sebagai suatu tradisi yang hidup menyelamatkan kebudayaan guritan
dalam masyarakat telah dijelaskan dari ancaman punah, beliau juga
dalam disertasi Suhardi bahwa, menerangkan bahwa saat ini guritan
kebudayaan guritan senantiasa yang diperkenalkan disekolah telah
mengalami perkembangan sesuai menggunakan bahasa sehari-hari

51
agar mudah dimengerti oleh peserta di bumi dengan orang yang
didik. berkepala putih yang hidup di Surga.
Pada masa hindu, guritan Jika dikaji secara Seomitika, Guritan
dituturkan dirumah warga desa yang adalah tanda dan orang yang hidup di
tertimpa musibah kematian, selama bumi serta orang yang hidup di Surga
tiga hari berturut-turut. Namun adalah penandanya. Orang yang
seiring dengan masuknya agama Hidup di bumi dapat bermakna para
islam acara penuturan guritan telah pejuang, para hulubalang, dan
diganti dengan betadut (berisi agama masyarakat Besemah yang hidup
islam) (Firduansyah, 2016: 2). prihatin. Sedangkan orang yang
Dengan demikian, guritan saat ini hidup di Surga bermakna orang
guuritan berubah fungsi menjadi Belanda yang hidup enak tak
hiburan dalam acara pernikahan, ubahnya seperti orang yang hidup di
aqikah, khitanan sampai kampanye Surga (Suhardi, 2016: 76).
anggota DPR. Berdasarkan wawancara
Guritan Masa Penjajahan bersama Irfan Witarto, guritan pada
Belanda-Awal Kemerdekaan masa ini masih banyak yang
Menurut budayawan Besemah membahas hukum adat yang
Saman dan Ahmad Bastari Suan, mengatur kehidupan sosial (istana
Guritan tumbuh subur dan tersebar di sentris). Adanya peraturan tersebut
wilayah Besemah pada masa mampu membuat masyarakat patuh
Besemah Libagh “Besemah Lebar”. pada aturan. Selain itu, guritan pada
menjadi bagian dari Kesultanan masa ini juga mengandung makna
Palembang pada abad XVII. tentang Nasionalisme (cinta tanah
Sehingga dapat disimpulkan Guritan air) yang berguna untuk memompa
tumbuh dan berkembang pada masa semangat juang para rakyat dalam
penjajahan Belanda (TP. Himpunan menghadapi penjajah.
Adat Besemah, 2014: 26). Guritan Masa Awal
Pendapat kedua Budayawan itu Kemerdekaan-Awal Reformasi
dikaitkan Aliana dengan kisah Perkembangan kebudayaan
peperangan Radin Suane yang hidup sastra lisan Besemah pada masa ini

52
sudah sangat berbeda dengan guritan Guritan Masa Awal Reformasi-
terdahulu, dimana pada masa awal Sekarang
kemerdekaan ini telah memunculkan Menurut Suhardi (2016: 86)
ide baru pada isi guritan. Berarti dalam disertasinya telah dijelaskan
artinya, guritan pada masa ini sudah bahwa guritan pada masa ini banyak
tidak lagi berisi tetang istana sentris. disampaikan pada berbagai acara
Guritan pada masa ini dirintis oleh kegiatan masyarakat Besemah,
arman idris dari pagaralam dan seperti resepsi pernikahan, selamatan
sumadi dari tanjung sakti (Lahat), aqikah, khitanan, kampanye
para penggurit tersebut menuturkan pemilihan anggota DPR dan DPRD,
guritan tidak berdesarkan guritan serta kampanye pemilihan kepala
anonim yang khalayaknya seperti daerah.
dituturkan Cik Ait dalam Guritan Berdasarkan wawancara
Radin Suane dan tidak pula bersama Irfan Witarto, guritan pada
menuturkan guritan berdasarkan masa ini sudah banyak mengandung
pengalaman masa lalu (Suhardi, makna politik atau dapat dikatakan
2016: 84). bahwa pada masa ini guritan sudah
Berdasarkan wawancara mulai digunakan untuk ajang
bersama Irfan Witarto, guritan yang kampanye.
mengandung makna tentang NILAI KEARIFAN LOKAL
Nasionalisme masih tetap digunakan, GURITAN KERIYE RUMBANG
hanya saja pada masa ini, perihal NGEMPANG LEMATANG
guritan tentang istana sentris mulai a) Nilai Pendidikan
berkurang. Apabila kita melihat sisi Seiring dengan perkembangan
sejarah nasional Indonesia memang zaman, guritan mulai diperkenalkan
benar, bahwa sejak awal di sekolah Lahat, di mana guritan ini
kemerdekaan Indonesia, sudah memiliki nilai pendidikan yang harus
banyak para pemuda Indonesia di lestarikan dan diperkenalkan ke
bersatu untuk mempertahankan dan siswa. Berikut ini merupakan kutipan
membenahi keadaan negara. guritan dengan topik cara bertutur
yang baik.

53
Pantun dicare ughang dusun Yaitu pantun (seumpama) orang di
dusun
Minjam pahat minjam landasan Meminjam pahat meminjam ladasan
Minjam mate-pisau landap Meminjam mata parang yang tajam
Minjam adat dusun laman Meminjam (memakai) adat
kebiasaan dusun laman
Minjam care kandek berucap Meminjam cara untuk bertutur
Ilok nian mangkal pantunan Sungguh baik memulai pantunan
(kisahan/pemisahan)
Lah ilok pule mangkal guritan Sudah bagus pula untuk memulai
guritan
Guritan ini kami batasi Guritan ini kami batasi

b) Nilai Hiburan dan di mana guritan banyak sekali di


Pengembangan Estetika tampilkan dalam keduri (pesta).
Guritan yang masih bertahan Berikut ini merupakan kutipan
sampai saat ini karena guritan dinilai Guritan yang menggambarkan nilai
mampu menghibur para keindahan dalam bersyair.
pendengarnya, khususnya di dusun,
Keriye Rumbang mangkal cerite Keriye rumbang menjadi pokok
cerita
Ambik suling ambik seredam Mengambil seruling mengambil
seredam
Tembangkah rejung pantun agam Melagukan lagu kesayangan
Ditiup dipesankan Ditiup dipesankan
Lewat angin due raban Lewat angin dua bait
Sate teaning muni suling Begitu terdengar bunyi seruling
Laju teanjam suaghe serendam Lalu gembira mendengar suara
serendam
Keriye Rumbang niyup seredam Keriye rumbang meniup serendam
Seredam menitip injik-anjam Serendam menitipkan
pesan/kesukaan

c) Nilai religius terjadi pada manusia telah diatur


Kehidupan manusia tidak oleh-Nya. Berikut ini merupakan
terlepas dari kehendak yang Maha guritan yang menggambarkan ke
Kuasa, di mana setiap kejadian yang Esaan Tuhan.

54
Asap kemenyan jangan putos Asap kemenyan jangan putus-
putusnya
Ucap ngak sumbar jangan lupe Mantra dan semboyan tidak
terlupakan
Mantau diwe sekambangan Memanggil dewa serombongan
Mantau diwate turun beruguk Menggendong dewata turun
berkelompok
Sate singelawai nunggukah umbak Begitu Singelaway membalikkan
ombak
Pecah gelumbang bekacapok Pecah gelumbang berpencar-pencar

d) Nilai Kultural atau pupuh yang diwariskan dari


Nilai kultural yang terdapat Nenek moyang secara turun temurun.
dalam Guritan mempunyai fungsi Adapun nenek moyang tersebut
dalam misi yang turun menurun. terdapat pada syair guritan dibawah
Guritan disampaikan dalam bentuk ini.
syair cerita yang berbentuk tembang
Lubuk sepang diulu lematang Lubuk sepang di ulu lematang
Tanjak negeri tengah padang Negerinya terletak ditengah padang
Lok ghimbe kerung belukagh Seperti belukar dikelilingi rimba
Dusun ndak nurai seghai serumpun Dusun ini meniru bentuk serumpun
serai
Seghai serumpun lagi meruwai Serumpun serai rebah berkeliling
Ade dik ade bemiring agi Tidak ada miring sedikitpun
Cukah bayangkah li kamu banyak Coba bayangkan oleh kamu
Tumpak negeri tengah padang Menuju negeri tengah padang
Tekujat datang ke layaran Terkenal sampai kemana-mana
Tekuntar datang ke segare Masyur ke segale pelosok
Dusun besak negeri rami Dusun besar kotanya ramai
Kute teguh gelumbang dalam Bentengnya kokoh paritnya dalam
Digek becele becelake Kota kokoh lautnya dalam
Digik becuntoh dilayaran Tidak ada banding dimana-mana
Sangkan disebut lubuk-sepang Maka disebut lubuk sepang
Tanjungan diapit sepang gimbaran Tanjungan diapit beberapa sepasang
kembar
Pengade dusun Remajang Sakti Keturunan puyang Remajang Sakti
Cucuran Bukit Seguntang Titisan dari bukit Siguntang
Ade beghanak lah tige ughang Ada beranak tiga orang

55
Yak Bingkuk nggah muke Arahan (1) Puyang Yak Bingkuk dengan (2)
Muke Arahan
Sughang beteri dik pantaw name (3) Seorang Putri tidak dipanggil
namanya (tidak terkenal nama
aslinya)
Njulat jurai Muke Arahan Keturunan selanjutnya dari Muke
Arahan
Simbang gilir Atung Kali Diwe Ganti generasi (1) Atung Kali Diwe
Gune Raje di Gumay Talang (2) Puyang Gune Raja di Gumay
Talang
Abawan di Tanjung-serai (3) Puyang Abawan di Tanjung-serai
Bigih tumpak di dusun Kubah (4) Puyang Bigih berkedudukan di
dusun Kubah
Bijih ade di Muare Bemban (5) Puyang Bijih ada di Muware
Bemba
Bile Raje nggah bile bujang (6) Puyang Bile Raje dan (7) Bile
Njadikah dusun pulau pinang Mendirikan dusun Pulau Pinang
Bujang
Bile pantas di Tanjung-Mulak (8) Bile pantas di dusun Tanjung-
mulak
Dayang Pandan pepanden bungsu (9) Putri Dayang Pandan anak
bungsu yang pandai

Bersuami (dan ikut suaminya) ke


Belaki ke dusun Bandar-agung dusun Bandar-agung

e) Nilai Moral keraguan di dalam mengambil suatu


Sikap Berani Mengambil tindakan, tetapi semua itu bukanlah
keputusan hal yang benar.
Seseorang dalam menjalani
kehidupan terkadang memiliki
Pintaan enduk dayang pandan Permintaan ibu dayang pandan
Mintak tebu nungkat langit Meminta (1) Tebu menongkat langit
Mintak redap bawak tume Meminta (2) Redap kulit tuna
(Rebana)
Mintak seredam tulang kehengge Meminta (3) Serendam tulang
kerangga
Ngape nian dalam rasanan Sungguh mengapa di dalam
perundingan
Disanggupi li Keriye Rumbang Empuk lum tahu tekok badahe

56
Belum keruan carenye becakagh.

Disanggupi oleh Keriye Rumbang


Walau belum diketahui tempatnya
Belum tau pula cara mencarinya.

57
PENUTUP Karakter Universitas Islam
Kebudayaan Guritan Negeri (UIN) Syarif
merupakan seni tutur suku Besemah Hidayatullah Jakarta. Sosio
yang di dalamnya mengandung nilai didaktika: vol. 1, no. 2 des
kearifan lokal yang sangat perlu 2014.
untuk diapresiasi agar tidak punah, Firduansyah, Dedy. 2016. Tesis
Guritan: Makna Syair dan
karena Identitas suatu kota sangat
Proses Perubahan Fungsi Pada
penting. Masyarakat Melayu Di
Besemah Kota Pagaralam.
Kebudayaan Guritan
Universitas Negeri Semarang.
memiliki nilai-nilai kearifan lokal Himpunan Adat Besemah. 2014.
seperti dapat dijadikan sebagai nilai Besemah dalam Lintasan
Sejarah dan Budaya.
Pendidikan, hiburan, nilai budaya
Jelajah Musi Eksotika Sungai di
yang di wariskan secara turun Ujung Senja. 2010. Laporan
temurun, tuntunan nilai kehidupan Jurnalistik Kompas. Jakarta:
PT. Kompas media nusantara.
atau nasihat, identitas suku besemah
Mirwan, Tumenggung Citra. 2012.
yang Unik, dan dijadikan sebagai Pangkal guritan Besemah.
nilai contoh bahwa manusia harus Pagaralam: Yayasan dempo
lestari.
berani dalam mengambil sikap dalam
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
kehidupan sehari-hari. Sehingga Objek Wisata Budaya
kebudayaan Guritan ini telah menjadi Pemerintah kota Pagar Alam
2011.
sastra lisan yang harus di jaga agar
Sartono, Kartodirjo. 2014.
tidak tergerus oleh Globalisasi.
Pendekatan Ilmu Sosial dalam
DAFTAR PUSTAKA Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sumatera Selatan Suan, Ahmad Bastari dkk. 2007.
2007. Kompilasi Sastra Tutur Atung Bungsu Sejarah Asal-
Sumatera Selatan. Usul Jagat Besemah.
E-Journal. Hasil Riset. Pengertian Palembang-Pagaralam: Pesake-
Penko Pagaralam.
Kebudayaan E-Journal.
Suhardi. 2016. Disertasi Guritan:
Fajarini, Ulfah. Peranan Kearifan Upaya Pemertahanan Tradisi
Lisan Besemah Sumatera
Lokal dalam Pendidikan
Selatan. Universitas Indonesia.

58
59

Anda mungkin juga menyukai