Bangunan rumah adat Banten ini yakni siap pakai dan knock
down. Dimana bagian-bagian antar bangunan tersebut hanya
menggunakan bahan yang sederhana, yakni dibuat tanpa
menggunakan paku.
Bukan hanya penyangga saja yang terbuat dari kayu, tetapi pada
bagian lantai rumah juga menggunakan bahan material kayu atau
bambu yang disusun dengan rapat dan juga rapi atau biasanya
disebut dengan palupuh.
Pintu dan juga kamar rumah adat Banten dibuat dengan bahan
material anyaman bambu yang disusun secara vertikal dan
tentunya dianyam dengan rapi. Teknik ini dinamakan dengan
nama saringsing.
Rumah adat Banten ini hanya ada satu pintu yang dilengkapi
dengan panto. Apa yang dimaksud dengan panto? Panto adalah
anyaman dari bilah bambu yang mempunyai ukuran kira-kira
seibu jari tangan dan dianyam secara vertikal sehingga akan
membentuk seperti daun pintu.
Sosoro
Bagian depan (Sosoro). Bagian ini merupakan tempat yang
digunakan pemilik rumah untuk menjamu para tamu yang datang
berkunjung, bukan hanya itu, rumah ini juga digunakan sebagai
tempat bersantai atau tempat untuk kegiatan menenun. Pada
bagian rumah ini mempunyai bentuk memanjang ke bagian
rumah yang lebar.
Tepas
Bagian tengah (Tepas). Bagian rumah ini berguna sebagai tempat
makan, tempat tidur atau tempat beristirahat yang digunakan
untuk anak-anak. Ruangan tepas mempunyai bentuk membujur
ke belakang atau ke bagian rumah yang panjang. Bada bagian
tepas dan juga sosoro tidak mempunyai pembatas, sehingga akan
membentuk huruf L.
Leuit
Leuit. Bagian ruangan ini tidak menyatu dengan rumah inti, karena
memang biasanya digunakan oleh para penduduk sebagai tempat
lumbung padi atau untuk menyimpan berbagai hasil panen.
Leuit sengaja dibuat jauh dan terpisah dari rumah, hal ini
dikarenakan agar apabila terjadi bencana alam atau musibah yang
menimpa rumah, masyarakat masih mempunyai persediaan
makanan.
Sama seperti rumah adat Banten ini yang dibangun dengan filosofi
berbeda dari wilayah-wilayah lainnya. Suku Baduy merupakan
salah satu suku yang masih selalu berusaha untuk melestarikan
alam yang ada di di sekitarnya hingga saat ini. Sehingga
masyarakat sekitar masih menerapkan sistem arsitektur
Vernakular.
Bukan hanya itu, rumah adat Banten atau suku Baduy ini juga
dibangun dengan menggunakan patokan arah Barat dan Selatan
dengan saling berhadapan.
Kabar Harian
0
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perbesar
Masyarakat suku Baduy sebagai bagian dari Provinsi Banten yang memiliki kekayaan budaya yang
melimpah. Foto: Kemenparekraf
Banten menjadi salah satu daerah yang berhasil memisahkan diri dari
wilayah Jawa Barat. Beberapa pun kebudayaannya masih terbawa dengan
Provinsi Jawa Barat, termasuk pakaian adatnya. Pakaian adat Banten
adalah pakaian Pengantin, Pangsi, hingga milik suku Baduy.
Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000.
Terletak di wilayah yang sangat berdekatan dengan DKI Jakarta, Provinsi
Banten memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah.
Banyak kebudayaan masyarakat Banten yang sangat mirip dengan
kebudayaan daerah-daerah lain. Sebab, banyaknya masyarakat pendatang
yang berasal dari daerah luar provinsi.
Para pendatang memasuki wilayah provinsi Banten melalui jalur laut dan
mulai membumikan kebudayaan dari daerah masing-masing. Salah satu
kebudayaan Provinsi Banten yang mirip atau terpengaruh dengan
kebudayaan daerah lain adalah dalam hal baju adat.
Berbagai Macam Pakaian Adat Banten
Lantas, apa saja jenis-jenis pakaian adat Provinsi Banten? Menghimpun
dalam buku milik R. Toto Sugiarto dengan judul Ensiklopedi Seni dan
Budaya 3: Pakaian Nusantara, berikut masing-masing penjelasannya.
Perbesar
Perbesar
Ilustrasi pakaian adat Banten yang kerap dipamerkan dalam pertunjukan seni. Foto: Kemenparekraf
2. Pakaian Adat Pangsi
Baju Pangsi dikenakan oleh masyarakat Banten dalam kesehariannya. Baju
ini dipadukan dengan celana komprang. Selain itu, pakaian ini kerap
dipakai dalam latihan silat tradisional atau debus yang kerap digelar
masyarakat Banten.
Pangsi merupakan singkatan dari Pangeusi “Numpang ka Sisi”, yakni
pakaian penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan dengan cara
menumpang, seperti menggunakan sarung. Pangsi terdiri dari tiga susunan,
yaitu Nangtung, Tangtung, dan Samping.
Perbesar
Sumber: http://www.masmetcollection.com
Nama baju tradisional Pangsi berasal dari kalimat “pangeusi numpang ka sisi”
yang artinya adalah “pakaian penutup badan yang cara memakainya dengan
dililitkan secara menumpang layaknya memakai sarung”.
a. Nagtung
“Nagtung” mempunyai makna “memiliki pendirian yang kuat dan teguh dalam
memegang keyakinan, serta mempunyai semangat tinggi dan tidak mudah
goyah (Nangtung, Jejeg, Ajeg dina Galur. Teu Unggut Kalinduan, Teu Gedag
Kaanginan).
b. Tangtung
c. Samping
“Samping” mempunyai makna rendah hati dan tidak sombong (Depe Depe
Handap Asor).
Di samping itu, salontreng atau bagian baju dibuat dengan tanpa kerah serta
dilengkapi enam buah kancing yang dalam agama Islam menyimbolkan rukun
iman.
Kemudian baju ini juga terdapat jahitan yang menghubungkan badan dengan
tangan yang disebut dengan beungkeut yang mempunyai beberapa filosofi,
yaitu:
Seperti penambahan karet, tali, dan saku celana, yang dulu penggunaannya
hanya cukup dengan dilipat dan tanpa ada tambahan saku.
Di samping itu ada juga warna putih bagian Samping, warna hitam bagian
Salontreng, dan hitam bagian Pangsi, yang kini sudah banyak dimodifikasi
warnanya menjadi sedikit berbeda.
Sumber: https://kumparan.com
Dari berbagai sumber, termasuk Wikipedia, orang Baduy atau yang juga sering
disebut dengan urang kanekes adalah kelompok etnis yang bermukim di
daerah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Suku Baduy pun dapat terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Baduy
Luar.
Perbedaan yang paling terlihat adalah dari ciri-ciri pakaian yang mereka
kenakan.
Dimana anggota Suku Baduy Dalam menggunakan pakaian putih alami dan
biru gelap dengan ikat kepala berwarna putih.
Sedangkan Suku Baduy Luar menggunakan pakaian dan ikat kepala berwarna
biru gelap.
Di samping itu, orang-orang suku Baduy Dalam lebih kuat dalam memegang
adat istiadat nenek moyang mereka daripada suku Baduy Luar.
Jenis Pakaian
Nah, ternyata selain kehidupannya yang unik, orang-orang suku Baduy juga
mempunyai pakaian adat yang menarik untuk dibahas secara lebih spesifik.
Sumber: http://misterbanten.blogspot.com
Pakaian adat suku Baduy Dalam namanya yaitu Jamang Sangsang yang
mempunyai makna digantung.
Penamaan ini tidak lepas dari cara penggunaan pakaian yang cukup
digantungkan di badan.
Secara fisik, baju yang masih dijahit secara tradisional dengan ditenun ini
terbuat dari pintalan kapas asli dan berwarna putih.
Bentuk baju ini tanpa kerah serta tidak memiliki kancing dan saku pada.
Pakaian adat Baduy Dalam juga dilengkapi dengan bawahan sarung berwarna
biru tua dan hitam yang diikatkan pada pinggang.
Agar ikatan kuat, biasanya sarung tersebut diperkuat dengan selembar kain.
Suku Baduy Dalam tidak memakai celana karena mereka menganggap bahwa
celana adalah barang yang tabu.
Di samping itu, orang Baduy Dalam juga akan menggunakan ikat kepala yang
terbuat dari kain putih yang berfungsi sebagai pembatas rambut serta
aksesoris berupa hasduk yang diletakkan melingkar di leher.
Pakaian adat Suku Baduy Dalam yang serba putih menyimbolkan bahwa
mereka masih bersih dan suci dari budaya luar yang cenderung merusak
moral.
b. Baduy Luar Laki-Laki
Sumber: http://triakurniaa.blogspot.com
Pakaian tradisional suku Baduy Luar namanya yaitu baju kampret atau baju
kelelawar.
Pakaian adat ini secara fisik cukup berbeda dengan Jamang sangsang.
Pembuatan baju kampret tidak lagi manual atau menggunakan mesin jahit
dan bahannya tidak harus dari kapas.
Tidak seperti baju adat Baduy Dalam, baju adat Baduy Luar dilengkapi dengan
saku dan kancing, serta modelnya berupa baju yang terbelah dua seperti baju
“hem”.
Selain itu, orang Baduy Luar menggunakan ikat kepala berwarna hitam dan
biru gelap dengan motif batik.
Warna dan model pakaian adat Suku Baduy Luar menyimbolkan bahwa
mereka sudah terpengaruh dengan budaya luar.
c. Baduy Dalam dan Luar Perempuan
Sumber: https://www.bukalapak.com
Tidak seperti pakaian adat untuk laki-laki yang berbeda antara Baduy Dalam
dengan Baduy Luar, pakaian adat untuk perempuan Baduy Dalam dan Luar
cukup mirip.
Selain itu, pakaian adat perempuan ini juga bisa sebagai simbol status
perempuan Baduy.
Aksesoris
Selain pakaian adat yang unik, ternyata Suku Baduy juga memakai beberapa
jenis aksesoris untuk pelengkap.
Sumber: https://m.bukalapak.com
Bedog merupakan sebuah senjata tajam yang sering dibawa oleh orang-orang
Suku Baduy.
Tidak untuk berkelahi, bedog ini biasanya digunakan untuk keperluan
berladang, membelah buah kelapa untuk diminum airnya, dan juga menebas
ranting.
· Gelang
Sumber: https://sg.carousell.com
Bagi Suku Baduy, gelang ini berfungsi sebagai penolak bala dan biasanya
digunakan oleh pemiliknya hingga meninggal dunia.
Gelang ini bahannya terbuat dari akar rotan, akar pohon, atau logam.
· Tas Koja
Sumber: https://www.bukalapak.com
Tas koja yang disebut juga dengan jarog merupakan tas yang bahannya
terbuat dari kulit kayu pohon terep.
Tas yang selalu digantung di bahu ini biasanya berisikan sirih pinang, pisau,
batu api, dan juga kemenyan putih.
Meskipun demikian, kini tas ini lebih sering digunakan untuk membawa bekal,
seperti garam dan nasi timbel, saat melakukan perjalanan jauh.
Pada dasarnya, secara fisik pakaian adat Banten modern ini sama dengan
pakaian adat pengantin.
Semoga dengan pembahasan ini kamu bisa lebih mengenal budaya Banten,
khususnya pakaian adatnya, dan lebih mencintai dan juga menghargai
keragaman budaya Indonesia.
Makanan Khas Banten dan Resepnya
Berikut ini adalah 10 khas makanan khas Banten beserta resepnya.
Kulinear
Pecak bandeng merupakan salah makanan dari Serang, Banten. Makanan ini biasanya
dibuat untuk para petani yang sedang beristirahat di siang hari. Makanan ini hanya
terdiri dari dua bahan utama, yaitu ikan pecak dan ikan bandeng.
DetikFood
Nasi bakar sumsum menjadi salah satu makanan khas Serang yang harus Grameds
coba! Nasi bakar sumsum ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat Banten.
Nasi yang sudah dibungkus oleh daun pisang kemudian dibakar. Tekstur sumsum yang
lumer akan meresap ke dalam nasi yang ditambah dengan beragam rempah, sehingga
membuat rasa nasi bakar ini sangat gurih dan lezat. Bahkan, aroma rempahnya yang
harum memiliki sensasi rasa pedas yang akan membuat Moms ketagihan.
Ketan Bintul Khas Banten
Kepo.co
Seperti namanya, bahan utama untuk membuat ketan bintul adalah beras ketan. Untuk
membuatnya, beras ketan ini ditumbuk sampai hancur dan umumnya diberi tambahan
bumbu seperti garam dan gula sesuai selera. Lalu, ketan yang sudah ditumbuk ditaruh di
nampan yang dilapisi dengan daun kelapa.
Seneng Piknik
Makanan khas Banten ini sering ditemukan di beberapa daerah di luar Banten.Makanan
ini sangat renyah, sehingga cocok dijadikan sebagai camilan. Makanan yang renyah ini
terbuat dari dari tepung beras atau singkong yang sudah dicampur dengan air, dibumbui,
dan ditumbuk hingga berbentuk adonan lunak.
Selain itu, opak juga bisa terbuat dari tepung beras ketan atau tepung tapioka. Jika
Grameds ingin mencobanya, kini sudah banyak penjual opak dengan berbagai jenis yang
bisa jadi pilihan.
Kue Jojorong Khas Banten
Piknikdong
Kue yang satu ini banyak dijual di pasar tradisional dan sering dijadikan sebagai menu
sarapan masyarakat Banten. Kue ini sangat dikenal dengan teksturnya yang lumer dan
rasanya yang manis gurih.
Kompas.com
Biasanya, sate terbuat dari daging ayam atau atau daging kambing. Namun, lain halnya
dengan sate khas Banten, yaitu sate bandeng. Teksturnya yang lembut dan rasanya
yang gurih membuat sate ini berbeda dengan sate-sate lainnya. Terlebih lagi, makanan
khas Banten untuk oleh-oleh ini juga bisa bertahan sampai 3 hari lamanya.
Angeun Lada Khas Banten
Ayojalanjalan
Angeun lada merupakan salah satu makanan khas Banten yang biasanya dijadikan
sebagai menu saat merayakan hari-hari besar. Angeun artinya sayur dan lada artinya
adalah pedas. Apabila Grameds suka makanan pedas, bisa dipastikan akan ketagihan
makan angeun lada.
Bahan utama dalam membuat angeun lada adalah babat sapi, campuran sayur, dan
daun walang yang membuat aromanya menjadi khas. Selain itu, cita rasa yang gurih dan
pedas membuat angeun lada sering dijadikan menu wajib saat merayakan hari Idul Fitri.
Umumnya, angeun lada akan dicampurkan ketupat agar semakin mengenyangkan.
Fakta Banten
Makanan khas Banten ini terbuat dari beras ketan dan santan. Keunikan dari makanan
ini adalah sering disajikan bersama telur asin sebagai bahan pelengkapnya. Rasanya
yang khas, seperti gurih, manis, asin, dan dilengkapi dengan aroma yang khas membuat
Grameds harus mencoba kue satu ini!
Pasung Merah Khas Banten
GenPi.co
Kue pasung merah adalah makanan khas Banten. Keunikan kue ini memang terletak dari
cara penyajiannya, yaitu disajikan dengan cara disusun, sehingga membentuk sebuah
lingkaran. Selain itu, kue ini juga sering disajikan pada upacara adat atau tasyakuran.
GenPi.co
Rabeg bisa dikatakan sebagai salah satu makanan khas Banten yang sudah ada di
Jakarta sejak lama. Makanan yang satu ini terbuat dari daging domba serta diberi kuah
dengan bumbu yang khas, seperti rasa kaldu dan warna kaldunya, sehingga kamu akan
tertarik untuk mencobanya.
Macam Macam tari adat Banten :
1. Tari Grebeg Terbang Gede.
@sejarahkujaw
a.blogspot.com
Tari dari suku Banten yang satu ini lebih dikhususkan pada upacara
penyambutan tamu besar. Tarian tradisional ini merupakan perpaduan antara
tarian biasa dan pencak silat. Uniknya, tarian ini seolah ingin menunjukan
bahwa masyarakat setempat begitu ramah, terbuka, dan religius.
Lebih tepatnya, tari ini merupakan kombinasi gerakan kesenian terbang gede
yang berasal dari wilayah Serang dan gerakan silat dari wilayah kota Banten.
Perpaduan dua gerakan inilah yang akan memukau penonton saat tari ini
dipentaskan.
Adapun tarian ini lebih sering dimainkan oleh enam wanita atau lebih. Busana
yang dipakai saat pementasan cukup unik dengan warna dan motif yang
seragam biru muda. Setelan baju dan celana panjang bertapih serta rambut
diikat akan menjadi tampilan dari penari tarian ini.
2. Tari Ngebaksakeun.
Tari ini hampir mirip dengan Terbang Gede yaitu lebih sering dipertunjukkan
dalam rangka penyambutan tamu agung. Selain itu, tari ngebaksakeun juga
identik dengan gerakan silat seperti pada tari gerbang gede. Hanya saja tarian
yang lebih mirip silat ini awalnya berasal dari Silat Trumbu.
Uniknya, busana yang dikenakan oleh si penari juga identik dengan warna biru
seperti halnya tari terbang gede. Yang membedakan keduanya hanyalah tari
ngebaksakeun ini didominasi atau hanya murni mengadopsi gerakan silat
Trumbu yang khas.
3. Tari Walijamaliha.
@youtube
Tari Banten yang satu ini lebih bertujuan untuk menunjukkan pada khalayak
tentang religiusitas dan keberagaman etnis masyarakat Banten. Pada setiap
gerakan tari walijamaliha ini terdapat pesan religi yang hendak disampaikan.
Hal ini terlihat dari gerakannya yang filosofis dan diambil dari ajaran islam
seperti rukun iman, shalawat, dan puji-pujian.
Menurut sejarah, tari ini diciptakan oleh para seniman Banten yang memiliki
tujuan suci dan bersih. Yakni ingin menyatukan warga setempat dalam suatu
acara tradisi agar lebih mengenal adat budaya yang ada. Para seniman yang
juga sebagian besar pemuka agama tersebut akhirnya memunculkan tari
walijamaliha dengan meleburkan ajaran islam ke dalamnya.
Adapun secara teknis, tari ini diperagakan oleh 6 penari wanita yang
menggunakan busana muslimah alias bernuansa religi. Warna busana yang
dipakai juga tidak terlalu mencolok dengan tujuan menunjukan pada khalayak
bahwa masyarakat Banten memiliki karakter yang lemah lembut.
4. Tari Cokek.
@ipiim
ut.wordpress.com
@blog
bantenradio.blogspot.com
Tari ini sesuai namanya, menggunakan alat musik lesung yang dipukul dengan
pemukul saat pentas berlangsung. Oleh karenanya akan terdengar suara khas
pukulan lesung saat tarian ditampilkan. Hanya saja sangat disayangkan karena
seni tari ini sudah jarang dipertontonkan, tergeser fungsinya oleh kemajuan
zaman.
Tari bendrong lesung sendiri berasal dan dilestarikan oleh masyarakat Cilegon
Banten. Pada mulanya tarian ini dipertontonkan untuk menyambut musim
panen dimana identik dengan kebahagiaan dan keceriaan. Untuk kostum yang
digunakan saat pementasan ialah pakaian yang sering digunakan juga saat
bertani. Ada juga yang menggunakan pakaian khas Banten yang berwarna
cerah sehingga tetap menggambarkan keceriaan dan kegembiraan saat panen
raya.
Meksi sudah jarang dipentaskan, kamu masih bisa menyaksikan tari bendrong
lesung ini pada acara-acara tertentu. Adapun ciri khas dari tarian ini bisa
disimpulkan sebagai berikut:
Dipentaskan saat musim panen raya, pernikahan, dan acara besar
lainnya.
Penari memukulkan lesung sambil menari.
Alat musik yang dipakai adalah alat musik tradisional
berkombinasi dengan suara pukulan lesung.
7. Tari katuran.
@youtube
Tari ini merupakan tari tradisional Banten yang bertema penyambutan kepada
orang asing yang berkunjung ke Banten. Tari ini juga memiliki makna
tersendiri berupa penghormatan sekaligus ajakan untuk berkunjung kembali
ke Banten.
Tarian ini semakin lestari seiring dengan semakin banyak bermunculan wisata-
wisata di provinsi Banten. Tari katuran sering dipentaskan di acara-acara
wisata dan hari jadi suatu daerah di provinsi Banten. Adapun para penari yang
memperagakan tari ini adalah seorang wanita berjumlah sekitar 5-7 orang.
Busana yang dikenakan ialah pakaian khas daerah dengan dominasi warna
putih.
2. Tari Ngebaksakeun
Sifat terumbu sendiri merupakan ilmu bela diri yang berasal dari Banten.
Hal yang membedakan dari pencak silat ini dengan pencak silat lain
adalah dari sebutan, jurus, ritual dan juga fungsi. Pada akhir penampilan
tari ngebaksakeun ini sangat identik dengan debus yang merupakan
keterampilan bela diri dari suku Banten.
3. Tari Grebeg Terbang Gede
Tari topeng tani Banten merupakan tarian khas Banten yang dilatar
belakangi dengan kondisi masyarakat Indonesia khususnya kaum muda
yang sudah malu dan tidak mau menjadi petani. Dalam tarian ini, para
penari akan menggunakan topeng yang terbuat dari anyaman bambu dan
menggambarkan generasi anak sekarang yang malu menjadi petani.
Pesan dalam tarian Banten ini adalah untuk menunjukkan jika menjadi
seorang petani adalah pekerjaan yang membanggakan dan nenek
moyang kita sendiri juga merupakan petani yang juga terkenal dengan
negeri pertanian yang makmur. Gerakan dari tari ini biasanya dilakukan
oleh satu orang pria namun juga bisa lebih yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau acara. Meski ditarikan oleh seorang pria, namun gerakan
tarian Banten ini akan terlihat sangat gemulai.
5. Tari Cokek Banten
Pada awalnya, tarian tradisional Banten ini dilakukan oleh 3 orang penari
wanita. Namun untuk sekarang, tarian ini bisa dilakukan oleh 5 sampai 7
penari wanita dan juga beberapa pria yang akan bermain alat musik.
Ketika ditampilkan, busana para penari akan disesuaikan dengan ciri khas
wanita Banten yakni menggunakan kebaya serta kain panjang untuk
bawahan.
Nantinya penari wanita bisa mengajak mempelai pria atau beberapa tamu
undangan untuk menari bersama yang ditandai dengan selendang yang
dikalungkan pada leher orang tersebut. Masyarakat juga menganggap jika
ketika selendang tersebut dikalungkan, maka pantang untuk ditolak
karena bisa mencemari nama mereka sendiri.
6. Tari Dzikir Saman
Tarian asal Banten ini berbeda dengan tari saman Aceh meski memiliki
nama yang sama. Penari tari saman Banten ini dilakukan oleh pria yang
membentuk lingkaran sambil berputar dan menyebutkan shalawat Nabi
Muhammad SAW.
Seni dzikir saman ini juga tidak diiringi dengan alat musik dan hanya diisi
dengan nyanyian menyebut asma Allah, alok serta gerakan tubuh yang
berputar. Tarian Banten ini sudah ada sejak dulu yang biasanya digelar
dalam acara seperti Khol Syeh Abdul Khodir, Rassulan, Jailani dan
beberapa acara berbau keagamaan lain.
Fungsi dari tarian ini adalah untuk sosial, hiburan sekaligus pendidikan
dimana bagian hiburan akan ada pada babak ketiga yakni babak saman
dimana penonton juga akan ikut menari mengikuti alunan beluk atau
lengkingan. Para penari akan dibagi menjadi 2 kelompok yang berjumlah
2 sampai 4 orang sebagai vokalis untuk membacakan syair Barjanji dan
untuk 20 sampai 40 orang pria akan bertugas sebagai pengiring suara
lengkingan.
7. Tari Katuran
Tarian yang berasal dari Banten berikutnya adalah tari gitik cokek yang
sudah berkembang sejak abad ke-19 di Kabupaten Tangerang, Banten.
Para penari nantinya akan memakai kebaya yang disebut dengan cokek
dimana tariannya sendiri terlihat serupa dengan ronggeng Jawa Tengah
dan juga Sintren Cirebon.
Tarian Banten ini awalnya diadakan tuan tanah Tionghoa yang tinggal di
Tangerang dan mempersembahkan tiga orang penari sebagai bentuk
partisipasi dalam pesta hiburan rakyat. Ia menyertakan seorang gadis
cantik dalam tarian sebagai pertunjukkan tambahan yang kemudian
penari tersebut menjadi terkenal dan berdiri sendiri sebagai kelompok
penari sehingga dinamakan dengan tari gitik cokek.
Hal yang menarik dari tarian ini terletak pada gerak tubuh para penari
yang sangat perlahan sehingga mudah untuk diikuti. Tarian akan diawali
dengan formasi memanjang dan menggerakan kaki secara maju mundur
serta tangan yang direntangkan setinggi bahu. Tarian ini sering dianggap
dengan erotis dan dianggap tabu pada sebagian orang karena pria dan
wanita akan menari secara berpasangan dan saling berdempetan. Busana
para penari ini akan menggunakan kebaya dari kain sutra berwarna ungu,
hijau, merah dan kuning dengan rambut yang dikepang atau disanggul
untuk menambah kecantikan para penarinya.
10 Alat Musik Tradisional Banten Serta
Penjelasannya
By Dwi - 15 June 2020
Banten merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling barat di Pulau Jawa,
Indonesia. Sebelum terjadi pemekaran pada tahun 2000, Banten pernah menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Barat. Maka dari itu kebudayaan daerah Banten juga
menarik dengan kesenian dan adanya suku Baduy yang bermukim di kawasan
Cagar Budaya Pegunungan Kendeng.
Seperti yang kita tahu, Banten begitu identik dengan sejarah perkembangan
kebudayaan islam di Indonesia dan juga menjadi saksi dari kemegahan Islam di
Nusantara. Menjadi kota pelabuhan, Banten mempunyai beragam budaya dari luar.
Apa saja alat musik tradisional Banten tersebut? Mari kita simak berikut ini:
Daftar Isi
1 1. Angklung Buhun
2 2. Dogdog Lojor
3 3. Lisung / Bendrong Lesung
4 4. Kendang / Gendang Banten
5 5. Pantun (Pantun Bambu)
6 6. Rampak Bedug Banten / Bedug Banten
7 7. Angklung Gubrag
8 8. Bambu Jitak
9 9. Kacapi
10 10. Calung
1. Angklung Buhun
Sumber Foto:
banten.co
Alat musik tradisional angklung buhun ini hanya dimainkan pada saat acara
tertentu saja atau dimainkan setahun sekali, yaitu pada saat upacara ngaseuk.
Upacara ngaseuk ini adalah salah satu bagian dari upacara adat ketika penanaman
padi.
Walaupun begitu, angklung ini masih bisa ditampilkan di luar ritus tanam padi
namun dengan mempunyai aturan, yaitu hanya boleh ditabuh hingga masa
mengobati padi (ngubaran pare atau sekitar tiga bulan dari ditanamnya padi.
Sesudah itu, selama enam bulan berikutnya semua alat musik ini tidak dapat
dimainkan dan hanya bisa dimainkan lagi pada musim penanaman padi berikutnya.
Angklung Buhun dimainkan oleh kaum laki-laki yang terdiri dari 9 pemain dan 2
orang pemain bedug atau Dog Dog.
2. Dogdog Lojor
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara di tabuh ini menghasilkan
bunyi “dog..dog..”. Bunyi tersebut menjadi asal dari nama alat musik tradisional
ini. Namun, kata “lojor” diartikan panjang, sesuai dengan bentuknya yang panjang
hampir 1 meter.
Dogdog lojor terbuat dari bahan kayu yang dibentuk silinder memanjang. Pada
bagian tengahnya dibentuk berongga, dengan salah satu sisinya ditutup dengan
membran dari kulit kambing. Kemudian kulit kambing tersebut direnggangkan
dengan cara diikat dengan seutas tali dari kulit bambu, agar dapat menghasilkan
bunyi yang bisa ditentukan.
Diduga, awal perkembangan dogdog lojor dari Kabupaten Lebak, sisi selatan
Banten. Alat musik ini dijadikan sebagai pengiring dalam ritual adat masyarakat
setempat. Tabuhannya dibawakan oleh beberapa pemain dengan suasana riang
gembira, yang diartikan sebagai bentuk rasa syukur akan hasil panen yang
melimpah.
3. Lisung / Bendrong Lesung
Sumber Foto:
jhonlinmagz.com
Alat tradisional ini dimainkan pada saat pengolahan padi atau gabah menjadi beras.
Lesung terbuat dari bahan kayu seperti perahu yang berukuran kecil dengan
memiliki panjang kurang lebih 2 meter, lebar 0,5 meter dengan kedalaman sekitar
40 cm.
Fungsi lesung sendiri adalah memisahkan kulit gabah dari beras. Dan aslinya,
lesung hanya berupa wadah cekung yang terbuat dari kayu besar dengan bagian
tengah yang dibuang. Padi atau gabah yang akan diolah ditaruh di dalam lubang
tersebut, kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu atau tongkat tebal dari
kayu. Dilakukan secara berulang-ulang hingga beras terpisah dari sekam.
Kesenian tradisional Banten ini dipertunjukkan pada acara tertentu saja, seperti
hajatan, sunatan, atau acara sukaria sesudah panen.
4. Kendang / Gendang Banten
Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi ini
terbuat dari kayu dengan selaput membran. Cara memainkannya dengan cara
dipukul.
Seperti yang kita lihat, Gendang mempunyai beberapa ukuran, yaitu ukuran kecil
yang disebut rebana. Gendang dengan ukuran sedang disebut redap. Dan gendang
dengan ukuran besar disebut bedug.
Alat musik tradisional ini termasuk alat musik yang terbilang masih bertahan
hingga sekarang. Sebab Pantun Bambu sudah ada sejak jaman dahulu.
Mulanya, Pantun Bambu dimainkan setelah bekerja disawah atau istirahat. Namun,
seiring berkembangnya jaman, Pantun Bambu dipermainkan saat pertunjukan
kesenian.
Pantun Bambu dibuat dari ruas bambu dengan ukuran diameter sekitar 10 cm dan
panjang 80 hingga 100 cm.
Biasanya, Pantun Bambu dimainkan dengan berkelompok atau grup. Setiap grup
terdiri dari tiga orang dan tiga Pantun Bambu yang masing-masingnya berfungsi
sebagai pantun melodi, pantun bas, dan pantun ritme.
Pantun Bambu juga bisa dimainkan secara bersamaan dengan alat musik
tradisional Banten lainnya, seperti Patingtung, Rudat, dan Terbang Gede.
6. Rampak Bedug Banten / Bedug Banten
Alat musik tradisional ini memang sering kita temukan di masjid, yang dijadikan
sebagai media informasi datangnya waktu shalat wajib 5 waktu.
Arti kata “Rampak” diartikan “Serempak”, yang berarti Rampak Bedug adalah seni
bedug yang menggunakan Gendang banyak dan ditabuh secara serempak, hingga
menghasilkan ritme khas yang enak didengar.
Rampak Bedug sendiri bisa dikatakan menjadi perkembangan dari seni bedug atau
ngadulag. Alat musik ini tidak hanya dimainkan di bulan Ramadhan, namun juga
di acara-acara hajatan dan hari-hari peringatan kedaerahan hingga nasional.
7. Angklung Gubrag
Alat musik tradisional ini juga termasuk kesenian yang hampir punah. Namun,
masyarakat setempat masih menggunakannya pada acara khitanan, selamatan
kehamilan dan perkimpoian. Sebelum perkembangan jaman, Angklung Gubrag
dimainkan saat ritual penanaman padi agar hasil panen berlimpah.
Seperti alat musik Angklung lainnya, alat musik ini juga dimainkan dengan cara di
goyangkan. Suara yang dihasilkan berasal dari benturan badan pipa dan bambu.
8. Bambu Jitak
Dapat dikatakan, alat musik tradisional ini masih baru diciptakan oleh seorang
warga pada tahun 2008. Bambu Jitak terbuat dari bahan bambu, rotan, rami, dan
senar gitar listrik.
Suara yang dihasilkan Bambu Jitak begitu merdu. Untuk memainkannya adalah
dengan cara memukul senar gitar listrik yang terbentang pada bambu dengan
menggunakan alat pemukul dari kayu. Asal muasal mengapa dinamakan “Bambu
Jitak” karena alat ini juga bisa dimainkan dengan dijitak.
9. Kacapi
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik ini juga tersebar di
Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Thailand, Burma, Vietnam, Cina, Korea,
dan Jepang. Sementara di Indonesia, Kacapi juga memiliki nama dan bentuk yang
berbeda-beda tergantung daerahnya.
Untuk masyarakat Sunda yang tinggal di Jawa Barat dan Banten, teknik permainan
dan bentuk kacapi lebih berkembang ketimbang alat musik petik lainnya yang bisa
ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia.
10. Calung
Alat musik tradisionam Banten ini juga khas dari masyarakat Sunda yang tinggal
di daerah Jawa Barat hingga Banten. Calung sendiri merupakan perkembangan alat
musik angklung. Namun, untuk memainkan Calung adalah dengan cara dipukul
pada bagian bilahan dari ruas-ruas yang disusun sesuai tangga nada pentatonik.
Bambu yang digunakan untuk membuat Calung adalah jenis awi wulung atau
bambu hitam, dan adapula yang menggunakan awi temen atau bambu putih.
Demikian alat-alat musik tradisional Banten yang bisa menambah ilmu kalian.
Semoga bermanfaat!
Artikel Terbaru
Dwi
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Post Comment
Tambah Pinter
Sekolah
Perkuliahan
Pengembangan Diri
Penghasilan
Tentang Kami
About
Contact
Redaksi
Kebijakan Privasi
Disclaimer
Pedoman Media Siber
Sumber: https://s.kaskus.id/
Bedog adalah senjata tradisional Banten yang digunakan sebagai alat bantu
kegiatan sehari-hari. Bentuknya seperti pisau, tapi dalam ukuran yang lebih
besar. Gagangnya terbuat dari kayu, sedangkan bilahnya terbuat dari besi atau
baja yang dipipihkan. Biasanya bedog digunakan untuk menebang pohon,
menebang bambu, dan memecah batok kelapa.
Selain itu, bedog juga digunakan sebagai alat untuk menyembelih hewan,
seperti ayam dan kambing. Bedog juga bisa digunakan untuk melindungi diri
dari serangan hewan buas. Bedog sangat penting bagi masyarakat Banten
karena banyak membantu kegiatan sehari-hari mereka. Namun, pada jaman
dahulu bedog digunakan untuk melindungi diri dari musuh.
2. Golok Ciomas
Sumber: https://lh3.googleusercontent.com/
Golok Ciomas adalah senjata tradisional Banten yang memiliki cerita sejarah di
balik ketajamannya. Hampir sama seperti senjata golok pada umumnya, jenis
golok ini juga memiliki fungsi utama untuk melindungi diri dari serangan
lawan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Banten, golok ciomas menyimpan
kekuatan mistis yang besar.
Pada bagian golok yang tumpul terdapat angka romawi khusus yang sampai
sekarang belum diketahui pengertian dan penjelasannya. Pada sarung golok
terdapat ikatan yang disebut dengan cingcin.
Aturan untuk membuat ikatan ini adalah jumlah yang ganjil. Biasanya jumlah
yang digunakan adalah 17 dan 25. Angka 17 menunjukkan jumlah rakaat
shalat wajib dalam satu hari, sedangkan angka 25 menunjukkan jumlah nabi
yang wajib diketahui.
A. Asal-Usul Golok Ciomas
Sumber: https://s1.bukalapak.com/
Golok Ciomas sangat terkenal pada masa penjajahan karena digunakan untuk
melawan para penjajah. Nama ciomas sendiri diambil dari nama salah satu
daerah di Banten yang menghasilkan senjata ini. Daerah Ciomas terkenal
karena daerah tersebut merupakan salah satu penghasil golok terbesar di
tanah Banten.
Golok dan bedog sering disamakan karena bentuknya mirip. Namun, khusus
untuk golok ciomas tidak bisa disamakan dengan bedog. Bedog fungsinya
cenderung ke perkakas sehari-hari, sedangkan golok ciomas khusus sebagai
senjata untuk melindungi diri dari serangan lawan.
Golok Ciomas memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh senjata
tradisional lainnya. Pertama, golok ciomas tidak dibuat dengan cara yang
sembarangan. Pembuatan golok ciomas harus melalui ritual adat yang telah
ada sejak jaman dahulu kala.
Aturan dalam ritual ini tidak ditulis secara turun temurun, tapi tetap
dilestarikan hingga saat ini. Pembuatan golok ciomas hanya boleh dilakukan
pada bulan Maulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
proses pembuatannya, golok ciomas hanya ditempa dengan godam, yaitu
penempa khusus yang bernama Ki Denok.
Penempa yang bernama Ki Denok ini adalah salah satu warisan dari Kerajaan
Islam Banten. Godam tersebut merupakan hadiah yang diberikan oleh Sultan
Banten. Golok ciomas memiliki nilai artistik yang tinggi karena keunikan proses
pembuatannya. Selain itu, keseimbangan bentuk pada golok ciomas juga
diakui memiliki kelebihan daripada senjata tradisional yang lain.
Keistimewaan yang dimiliki oleh golok ciomas ini membuatnya tidak bisa
dimiliki sembarangan. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan
memiliki senjata ini.
Keseluruhan berat golok ini adalah 2 ton. Panjang golok ini mencapai 5 meter,
sedangkan gagangnya mencapai 1,7 meter. Rangka golok ini panjangnya
mencapai 5,6 meter. Golok raksasa ini dibuat sebagai lambang kekeluargaan
warga Banen dalam melestarikan warisan sejarah.
3. Golok Sulangkar
Sumber: https://pbs.twimg.com/
Racun yang digunakan berasal dari ular tanah, kalajengking, dan katak budug.
Racun dari ketiga hewan tersebut sangat ampuh dan mematikan untuk
melawan musuh. Golok Sulangkar terbuat dari macam-macam besi, yaitu besi
plat hitam yang disebut dengan besi sulangkar atau besi kihkir bekas. Besi
sulangkar yang digunakan harus mengandung besi tua yang lebih dulu telah
digunakan.
Gagang yang dibuat dengan tanduk kerbau memiliki harga jual yang lebih
mahal dan biasanya hanya digunakan sebagai koleksi. Tanduk kerbau yang
dipakai merupakan tanduk yang didapatkan dari kerbau yang sudah mati. Jadi,
kerbau tidak dibunuh dengan sengaja hanya untuk diambil tanduknya.
Golok sulangkar harganya cukup mahal. Hal ini membuat beberapa oknum tak
bertanggungjawab menjual golok suangkar yang palsu. Ciri-ciri golok
sulangkar palsu adalah urat atau garisnya yang berukuran kecil. Golok
sulangkar yang asli ukurannya lebih besar, seratnya sedikit, dan warnanya
hitam kemerahan.
4. Congkrang
Sumber:
https://s1.bukalapak.com/
Congkrang yang ada di Jawa Barat dan Banten memiliki perbedaan. Jika
congkrang Jawa Barat lebih mirip cangkul, maka congkrang Banten mirip
dengan arit. Bahkan, beberapa masyarakat Banten menyatakan bahwa
congkrang adalah nama lain dari arit. Congkrang biasanya digunakan
masyarakat Banten untuk berkebun dan mencari rumput.
Meskipun bernama senjata, tapi congkrang saat ini lebih banyak digunakan
untuk kegiatan sehari-hari. Jika sedang tidak digunakan, congkrang juga
dimasukkan ke dalam sarung seperti senjata lainnya. Hal ini dilakukan demi
keamanan.
5. Parang
Sumber: https://s2.bukalapak.com/
Parang adalah salah satu senjata tradisional Banten yang bisa juga digunakan
untuk membantu kegiatan sehari-hari. Senjata ini banyak digunakan untuk
membangun rumah yang berbentuk panggung. Alam pembangunan rumah
tersebut, diperlukan banyak bambu sehingga parang sangat berguna untuk
membelahnya.
Parang harus dicuci bersih setelah digunakan agar lebih tahan lama. Setelah
dicuci, parang juga harus ditunggu sampai benar-benar kering sebelum
dimasukkan ke dalam sarungnya. Hal ini bertujuan agar parang tidak mudah
berkarat. Parang lebih sering digunakan daripada golok, jadi sebaiknya lebih
sering diasah agar tidak tumpul.
Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan
kekayaan alam dan budaya yang melimpah, termasuk dalam hal kesenian,
yang sejak dulu hingga sekarang terus mengalami perkembangan, salah
satunya ialah Kesenian provinsi Banten.
Salah satu Lagu Tradisional Banten yang fenomenal yakni Dayung Sampan
ciptaan Osman. Lagu ini sangat booming dan banyak dikenal hingga ke
pelosok negeri. Nah, selengkapnya silakan simak Lirik Lagu Daerah Banten di
bawah ini :
Contents show
Selain itu, mata pencarian masyarakat Banten paling mencolok ialah nelayan.
Banten memang terkenal dengan dunia pelayaran dan nelayannya. Bahkan
pada abat ke-16 dulu, Pesisir Banten menjadi pintu gerbang pelayaran
internasional, sekaligus pusat perdagangan Indonesia.
Hingga kini, Budaya maritim tetap melekat dalam diri mayoritas masyarakat
Banten. Nah, berikut adalah Lirik Lagu Dayung Sampan untuk kamu :
Makna Lagu Jereh Bu Guru bercerita tentang ajaran kebaikan dan nasihat
kepada anak-anak, untuk senantiasa berbakti, patuh dan hormat kepada
orangtua, serta ajakan untuk selalu belajar menjadi orang yang berguna dan
taat dalam beribadah. Berikut, lirik lagunya :
Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu nurut ning wong tue
Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu gelema akeh belajar…
Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu ngebantu wong tue
Jereh bu guru
Dadi bocah kudu belajar agame…
3. Tong Sarakah
Masih diciptakan oleh A Syahri Aliman, lagu Tong Sarakah yang artinya
“Jangan Serakah” ini tentu sudah bisa ditebak maknanya, yakni agar jangan
serakah dalam menjalani hidup, baik kepada kehendak sendiri, maupun saat
bekerjasama dengan orang lain.
Lagu yang bersajak pantun ini juga memberikan gambaran kepada kita akan
pentingnya kehidupan setelah dunia. Berikut, lirik lagu Tong Sarakah untuk
kamu :
Selain itu, lagu ini juga mengajak semua pendengar agar senantiasa menjaga,
menghormati, melindungi dan menyayangi sosok ibu, atas semua jasa-jasanya
yang tidak akan pernah terbalas. Berikut, Lirik Lagu Ibu untuk kamu :
Sekabeh menuse
Kudune krunye ning ibu
Sing ngelahirake lan ngegedekaken
Ngemong kite ore lirenan krase akeh susahe..
Sekabeh menuse
Kudune eman ning ibu
Sing ngedoakaken lan akeh ngajari
Endah dadi uwong uripe ore sengsare..
Yang jelas, Makna Lagu Yu Ragem Belajar bercerita tentang nasihat sekaligus
harapan orangtua kepada anak mereka, untuk selalu semangat dalam belahar,
agar menjadi orang yang berilmu. Berikut, Lirik lagu Yu Ragem Belajar untuk
kamu :
Batur, batur
Hayu kita seneng-seneng batur
Nabuh lesung nerageman
Kebeneran pada ngulan ning arep latar umah…
Nah, karena liriknya cukup panjang, Saya tampilkan dalam bentuk gambar
saja. Berikut, Lirik lagu Bondolan untuk kamu :
8. Upuk Upuk
Puk upuk, walang ngepuk
Si senong turune ngelumpuk
Puk upuk walang gencer
Si senong turune ngelonjor