Anda di halaman 1dari 84

Rumah Adat Banten

Gambar Rumah Adat Banten


@https://www.daerahkita.com/

Rumah adat Banten mempunyai sebutan dengan nama Sulah


Nyanda. Dimana model bangunan rumah adat Baduy tersebut
sama halnya dengan rumah panggung, dengan rumah yang
terbuat dari bahan material bambu. 

Rumah adat Banten ini juga menjadi simbol dari masyarakat


Baduy. Karena rumah adat tersebut mempunyai nilai tersendiri
bagi masyarakat sekitar, yakni sebagai tempat untuk berlindung
dan juga tempat yang nyaman untuk ditempati. Karena rumah
Sulah Nyanda ini mempunyai luas sekitar 100 hingga 120 meter.

Sama seperti rumah adat bolon yang berasal dari Batak,


pembangunan rumah adat Banten ini juga dilakukan secara
bergotong royong oleh masyarakat setempat. Hal tersebut
dikarenakan rasa kekeluargaan yang ada pada siku tersebut masih
tertanam dengan baik. 
Rumah adat sulah nyanda ini juga hanya boleh dibangun jika
menghadap dua arah saja, yakni menghadap Selatan dan juga
Utara dan harus berhadap-hadapan. Hal tersebut dikarenakan
menurut kepercayaan mereka bahwa arah barat dan timur
merupakan tanda yang tidak baik.

Bangunan rumah adat Banten ini yakni siap pakai dan knock
down. Dimana bagian-bagian antar bangunan tersebut hanya
menggunakan bahan yang sederhana, yakni dibuat tanpa
menggunakan paku.

Proses pembangunan hanya menggunakan teknik paseuk seperti


pada bagian tiang pondasi, lincar, pananggeuy, dan juga penglari.
Teknik tersebut ternyata dapat memperkokoh bangunan.

Sedangkan untuk bagian dinding rumah, lantai dan juga atap


menggunakan teknik merakit atau dijepit atau bisa juga diikat
dengan tali.  Sehingga bangunan tersebut dapat dikategorikan
sebagai bangunan yang elastis dan juga fleksibel.

Baca Juga: Rumah Adat Batak

Arsitektur Bangunan Rumah Adat Banten


Gambar Arsitektur Bangunan Rumah Adat Banten
@https://www.inacraftnews.com

Rumah Sulah Nyanda mempunyai bentuk dan juga penampilan


yang sekilas mirip dengan rumah adat Jawa Barat, yakni rumah
panggung. Rumah adat Banten atau sulah nyanda ini mempunyai
empat bagian rumah yang tentunya mempunyai kegunaan yang
berbeda.

Karena kontur tanah yang ada pada pemukiman masyarakat


baduy tidak rata, maka rumah dibangun dengan berbentuk
panggung.

Dimana masyarakat sekitar akan menumpukkan batu-batu yang


sudah diambil dari sungai, hal tersebut bertujuan agar bangunan
bisa berdiri dengan kokoh dan bisa menyangga bangunan diatas
tanah meskipun tanah tersebut tidak rata. 

Sehingga jika tanah mengalami penyusutan, maka bangunan tetap


berdiri tegak, tidak bergerak. Hal ini juga dapat menunjukkan
bahwa masyarakat Baduy membangun rumah sesuai dengan
kondisi dari kontur tanah yang akan dijadikan tempat untuk
pembangunan rumah tersebut.
Rumah ini juga mempunyai konsep yang ramah lingkungan atau
tidak merusak alam. Sedangkan untuk tiang penyangga ini terbuat
dari kayu atau balok yang besar dan sangat kuat, biasanya yang
digunakan adalah kayu jati, Akasi dan mahoni.

Hal tersebut dikarenakan kayu digunakan untuk menopang atau


penyangga bangunan, sehingga kayu yang dibutuhkan harus kayu
yang tidak mudah lapuk.

Bukan hanya penyangga saja yang terbuat dari kayu, tetapi pada
bagian lantai rumah juga menggunakan bahan material kayu atau
bambu yang disusun dengan rapat dan juga rapi atau biasanya
disebut dengan palupuh.

Dinding dari rumah terbuat dari anyaman bambu yang telah


dianyam dengan motif Jepang atau vertikal. Dengan bagian bawah
dibuat dengan rapat dan bagian atas dibuat agak longgar. 

Pada bagian atap rumah menggunakan bahan material ijuk dan


juga nikah bambu, tetapi atap juga masih bisa menggunakan
bahan material daun yang diberi nama yakni sulah nyanda.
Nyanda sendiri mempunyai arti bersandar dalam keadaan tidak
lurus, tetapi masih melebar ke belakang. 

Sehingga ketika sulah nyanda terpasang, maka bentuknya menjadi


panjang dengan derajat kemiringan yang rendah pas kerangka
yang ada pada bagian atap paling bawah.

Pintu dan juga kamar rumah adat Banten dibuat dengan bahan
material anyaman bambu yang disusun secara vertikal dan
tentunya dianyam dengan rapi. Teknik ini dinamakan dengan
nama saringsing. 

Teknik saringsing merupakan teknik yang disusun hanya


berdasarkan metode perkiraan saja, tanpa perlu menggunakan
pengukuran secara kuantitatif.
Karena demi menjaga keamanan rumah, maka biasanya akan
disusun dua kayu yang akan dijadikan sebagai palang dimana
palang nantinya bisa didorong dan juga ditarik dari luar
bangunan. 

Rumah adat Banten ini hanya ada satu pintu yang dilengkapi
dengan panto. Apa yang dimaksud dengan panto?  Panto adalah
anyaman dari bilah bambu yang mempunyai ukuran kira-kira
seibu jari tangan dan dianyam secara vertikal sehingga akan
membentuk seperti daun pintu.

Keunikan dari rumah adat Banten ini adalah, apabila semua


rumah adat mempunyai jendela, tetapi berbeda halnya dengan
rumah adat yang satu ini, yakni rumah adat yang dibuat tanpa
jendela.

Kenapa demikian? Ternyata karena menurut masyarakat suku


Baduy sendiri jendela akan digunakan untuk menatap keluar
rumah saja, bukan digunakan sebagai ventilasi.

Pembagian Ruangan Rumah Adat Banten


Gambar Pembagian Ruangan Rumah Adat Banten
@https://www.daerahkita.com/

Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang bijak dalam hal


pemanfaatan bahan lingkungannya. Salah satunya untuk
membangun rumah adat Banten, dimana mereka menggunakan
bahan-bahan alam yang sudah disediakan oleh alam semesta
sesuai dengan kebutuhannya. 

Rumah adat Banten atau Sulah Nyanda tersebut juga dibuat


menjadi beberapa bagian yang berbeda, dimana pada setiap
bagian mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Lalu apa saja bagian-
bagian dari rumah adat Banten? Simak penjelasannya dibawah ini
ya!

 Sosoro
Bagian depan (Sosoro). Bagian ini merupakan tempat yang
digunakan pemilik rumah untuk menjamu para tamu yang datang
berkunjung, bukan hanya itu, rumah ini juga digunakan sebagai
tempat bersantai atau tempat untuk kegiatan menenun. Pada
bagian rumah ini mempunyai bentuk memanjang ke bagian
rumah yang lebar.
 Tepas
Bagian tengah (Tepas). Bagian rumah ini berguna sebagai tempat
makan, tempat tidur atau tempat beristirahat yang digunakan
untuk anak-anak. Ruangan tepas mempunyai bentuk membujur
ke belakang atau ke bagian rumah yang panjang. Bada bagian
tepas dan juga sosoro tidak mempunyai pembatas, sehingga akan
membentuk huruf L.

Baca Juga: Rumah Adat Bengkulu


 Imah
Bagian belakang (Imah). Bagian ini merupakan bagian inti dari
rumah, dimana ruangan tersebut digunakan sebagai tempat
dalam kegiatan yang penting. Ruangan ini digunakan untuk
tempat tidur bagi suami istri atau tuan rumah dan bisa juga
digunakan sebagai dapur.

 Leuit
Leuit. Bagian ruangan ini tidak menyatu dengan rumah inti, karena
memang biasanya digunakan oleh para penduduk sebagai tempat
lumbung padi atau untuk menyimpan berbagai hasil panen.

Leuit sengaja dibuat jauh dan terpisah dari rumah, hal ini
dikarenakan agar apabila terjadi bencana alam atau musibah yang
menimpa rumah, masyarakat masih mempunyai persediaan
makanan.

Filosofi Rumah Adat Banten Suku Baduy


Gambar Filosofi Rumah Adat Banten Suku Baduy
@https://asset.kompas.com/

Tentunya setiap rumah adat yang dibangun pasti mempunyai


filosofi tersendiri. Karena memang pada saat membangun rumah
adat pasti perlu mempertimbangkan beberapa hal atau aspek-
aspek terpenting dalam kehidupan.

Sama seperti rumah adat Banten ini yang dibangun dengan filosofi
berbeda dari wilayah-wilayah lainnya. Suku Baduy merupakan
salah satu suku yang masih selalu berusaha untuk melestarikan
alam yang ada di di sekitarnya hingga saat ini. Sehingga
masyarakat sekitar masih menerapkan sistem arsitektur
Vernakular.

Apa yang dimaksud dengan arsitektur Vernakular? Vernakular


merupakan arsitektur yang tetap mempertahankan keramahan
terhadap lingkungan. Dimana pada rumah adat Baduy ini
dirancang menggunakan konsep ekologis dengan memadukan
alam pada saat pembangunannya.
Seluruh bagian yang digunakan pada saat membangun rumah
tersebut memanfaatkan bahan-bahan yang alami, dengan tidak
menggunakan bahan kimia modern sama sekali.

Bukan hanya itu, rumah adat Banten atau suku Baduy ini juga
dibangun dengan menggunakan patokan arah Barat dan Selatan
dengan saling berhadapan.

Baca Juga: Rumah Adat

Ciri Khas Rumah Adat Suku Baduy

Ciri Khas Rumah Adat Suku Baduy


@https://indonesiakaya.com/

Masing-masing rumah adat juga pasti mempunyai ciri khas dan


juga keunikan yang berbeda. Hal tersebut juga berlaku pada
rumah adat Sulah Nyanda Banten. Berikut ini merupakan ciri khas
dari rumah adat Banten!
1. Bangunan rumah adat tersebut tidak menyentuh permukaan
dari tanah.
2. Rumah ditopang dengan batu yang berfungsi sebagai
penyangga pada setiap tiang.
3. Dinding rumah terbuat dari bambu
4. Rumah pada umumnya mempunyai dua bagian atap, yakni
atap kanan  dan juga atap kiri. Dengan rincian atap kanan
dibuat dengan ukuran yang lebih pendek, sedangkan pada
atap kiri menggunakan ukuran yang panjang.
5. Atap rumah dibuat dengan menggunakan bahan ijuk atau
daun kelapa.

Mengenal Pakaian Adat Banten dan


Berbagai Keunikannya

Kabar Harian

Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.


Konten dari Pengguna
10 Januari 2022 18:07
·
waktu baca 4 menit

0
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Perbesar

Masyarakat suku Baduy sebagai bagian dari Provinsi Banten yang memiliki kekayaan budaya yang
melimpah. Foto: Kemenparekraf
Banten menjadi salah satu daerah yang berhasil memisahkan diri dari
wilayah Jawa Barat. Beberapa pun kebudayaannya masih terbawa dengan
Provinsi Jawa Barat, termasuk pakaian adatnya. Pakaian adat Banten
adalah pakaian Pengantin, Pangsi, hingga milik suku Baduy.
Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000.
Terletak di wilayah yang sangat berdekatan dengan DKI Jakarta, Provinsi
Banten memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah.
Banyak kebudayaan masyarakat Banten yang sangat mirip dengan
kebudayaan daerah-daerah lain. Sebab, banyaknya masyarakat pendatang
yang berasal dari daerah luar provinsi.
Para pendatang memasuki wilayah provinsi Banten melalui jalur laut dan
mulai membumikan kebudayaan dari daerah masing-masing. Salah satu
kebudayaan Provinsi Banten yang mirip atau terpengaruh dengan
kebudayaan daerah lain adalah dalam hal baju adat.
Berbagai Macam Pakaian Adat Banten
Lantas, apa saja jenis-jenis pakaian adat Provinsi Banten? Menghimpun
dalam buku milik R. Toto Sugiarto dengan judul Ensiklopedi Seni dan
Budaya 3: Pakaian Nusantara, berikut masing-masing penjelasannya.

Perbesar

Ilustrasi pakaian adat Banten yang dikenakan perempuan. Foto: Kemenparekraf


1. Pakaian Adat Pengantin
Sesuai dengan namanya, pakaian adat Pengantin hanya digunakan para
mempelai ketika acara resepsi pernikahan. Dari motif dan desainnya,
pakaian ini sebetulnya sangat mirip dengan pakaian pengantin adat Sunda.
Perlengkapan dan aksesoris yang harus ada pada pakaian adat pengantin
pria, yaitu:

 Atasan berupa baju koko dengan kerah di leher


 Bawahan berupa kain samping
 Penutup kepala
 Ikat pinggang yang terbuat dari bahan kain batik dengan motif
serupa
 Selop
 Senjata keris atau golok

Sementara itu, pakaian adat Banten untuk wanita terdiri dari:


 Pakaian atasan berupa baju kebaya
 Pakaian bawahan berupa kain samping atau batik
 Selendang yang dipakai dengan cara diselempangkan ke bahu
 Penutup kepala biasanya terdiri dari kembang goyang berwarna
keemasan. Kemudian terdapat pula susunan bunga melati yang
diselipkan di bagian sanggul.

Perbesar

Ilustrasi pakaian adat Banten yang kerap dipamerkan dalam pertunjukan seni. Foto: Kemenparekraf
2. Pakaian Adat Pangsi
Baju Pangsi dikenakan oleh masyarakat Banten dalam kesehariannya. Baju
ini dipadukan dengan celana komprang. Selain itu, pakaian ini kerap
dipakai dalam latihan silat tradisional atau debus yang kerap digelar
masyarakat Banten.
Pangsi merupakan singkatan dari Pangeusi “Numpang ka Sisi”, yakni
pakaian penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan dengan cara
menumpang, seperti menggunakan sarung. Pangsi terdiri dari tiga susunan,
yaitu Nangtung, Tangtung, dan Samping.
Perbesar

Ilustrasi pakaian adat Baduy yang dikenakan laki-laki. Foto: Kemenparekraf


3. Pakaian Adat Baduy
Suku Baduy sering dianggap sebagai suku asli masyarakat Banten. Suku
ini memegang erat hukum adat dan menutup diri dari masyarakat luar dan
kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Kendati begitu, dari sisi penerimaannya terhadap masyarakat luar, suku
Baduy dibagi menjadi dua, yaitu suku Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baduy Dalam sama sekali tidak mau berinteraksi dengan masyarakat luar,
sedangkan suku Baduy Luar masih mau berinteraksi dengan batasan-
batasan tertentu. Dalam hal pakaian adat pun, kedua jenis suku Baduy
tersebut memiliki perbedaan yang mencolok.

 Pakaian Adat Baduy Dalam

Suku Baduy dalam cenderung menggunakan pakaian dengan warna putih


polos yang disebut dengan Jamang Sangsang. Nama tersebut sesuai
dengan bagaimana cara baju tersebut digunakan, yaitu dengan cara
disangsangkan atau digantungkan di badan.
Baju tersebut hanya memiliki lubang di bagian lengan. Baju ini juga tidak
dilengkapi dengan kancing atau saku dan hanya dijahit dengan tangan.
Sebagai bawahannya, orang Baduy Dalam mengenakan sarung warna
hitam atau biru tua yang dililit di pinggang.
Penggunaan warna putih pada pakaian adat ini memiliki makna bahwa
mereka masih suci dan belum dipengaruhi budaya luar yang cenderung
merusak moral.

 Pakaian Adat Baduy Luar

Masyarakat Baduy Luar lebih sering mengenakan pakaian adat berwarna


hitam. Oleh sebab itu, baju ini diberi nama baju kampret (baju kelelawar).
Desain baju adatnya cenderung lebih dinamis serta telah disematkan
kancing dan kantong.
Ciri khas lainnya, yaitu adanya ikat kepala berwarna biru tua bercorak
batik. Untuk pakaian kaum wanita, suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
tidak terlalu memiliki perbedaan mencolok.
Corak kainnya hampir sama, sedangkan selendangnya berwarna putih,
biru, dan dipadukan dengan warna merah.
 

Pakaian Adat Pengantin


Pakaian Adat Pangsi

Sumber: http://www.masmetcollection.com

Nama baju tradisional Pangsi berasal dari kalimat “pangeusi numpang ka sisi”
yang artinya adalah “pakaian penutup badan yang cara memakainya dengan
dililitkan secara menumpang layaknya memakai sarung”.

Baju ini adalah pakaian khusus digunakan kaum laki-laki.

Biasanya, mereka memakainya untuk aktivitas sehari hari, bekerja di ladang,


kebun, sawah, dan juga saat mengikuti latihan silat tradisional.
Pada dasarnya, baju adat Pangsi mempunyai dua bagian, yaitu baju yang
disebut Salontreng dan celana yang disebut Pangsi. Pangsi sendiri memiliki
tiga susunan khusus, yaitu:

a. Nagtung

“Nagtung” mempunyai makna “memiliki pendirian yang kuat dan teguh dalam
memegang keyakinan, serta mempunyai semangat tinggi dan tidak mudah
goyah (Nangtung, Jejeg, Ajeg dina Galur. Teu Unggut Kalinduan, Teu Gedag
Kaanginan).

b. Tangtung

“Tangtung” mempunyai makna “memiliki pendirian yang kuat dan teguh


sesuai dengan aturan hidup” (Tangtungan Ki Sunda Nyuwu Kana Suja).

c. Samping

“Samping” mempunyai makna rendah hati dan tidak sombong (Depe Depe
Handap Asor).

Di samping itu, salontreng atau bagian baju dibuat dengan tanpa kerah serta
dilengkapi enam buah kancing yang dalam agama Islam menyimbolkan rukun
iman.

Kemudian baju ini juga terdapat jahitan yang menghubungkan badan dengan
tangan yang disebut dengan beungkeut yang mempunyai beberapa filosofi,
yaitu:

(1) larangan untuk licik dan jahil terhadap sesama manusia;

(2) menjaga persatuan dan kesatuan dalam ikatan batin;

(3) saling mengingatkan atau memberi nasehat;

(4) saling menyayangi dan mengasihi sesama; dan

(5) saling menjaga nama baik.


Kini, bentuk atau model pakaian tradisional ini sudah banyak berubah karena
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Seperti penambahan karet, tali, dan saku celana, yang dulu penggunaannya
hanya cukup dengan dilipat dan tanpa ada tambahan saku.

Di samping itu ada juga warna putih bagian Samping, warna hitam bagian
Salontreng, dan hitam bagian Pangsi, yang kini sudah banyak dimodifikasi
warnanya menjadi sedikit berbeda.

3. Pakaian Adat Suku Baduy

Sumber: https://kumparan.com
Dari berbagai sumber, termasuk Wikipedia, orang Baduy atau yang juga sering
disebut dengan urang kanekes adalah kelompok etnis yang bermukim di
daerah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Suku Baduy pun dapat terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Baduy
Luar.

Perbedaan yang paling terlihat adalah dari ciri-ciri pakaian yang mereka
kenakan.

Dimana anggota Suku Baduy Dalam menggunakan pakaian putih alami dan
biru gelap dengan ikat kepala berwarna putih.

Sedangkan Suku Baduy Luar menggunakan pakaian dan ikat kepala berwarna
biru gelap.

Di samping itu, orang-orang suku Baduy Dalam lebih kuat dalam memegang
adat istiadat nenek moyang mereka daripada suku Baduy Luar.

Jenis Pakaian

Nah, ternyata selain kehidupannya yang unik, orang-orang suku Baduy juga
mempunyai pakaian adat yang menarik untuk dibahas secara lebih spesifik.

Berikut pembahasan secara lengkap beserta contoh foto dan keterangannya.


a. Baduy Dalam Laki-Laki

Sumber: http://misterbanten.blogspot.com

Pakaian adat suku Baduy Dalam namanya yaitu Jamang Sangsang yang
mempunyai makna digantung.
Penamaan ini tidak lepas dari cara penggunaan pakaian yang cukup
digantungkan di badan.

Secara fisik, baju yang masih dijahit secara tradisional dengan ditenun ini
terbuat dari pintalan kapas asli dan berwarna putih.

Bentuk baju ini tanpa kerah serta tidak memiliki kancing dan saku pada.

Pakaian adat Baduy Dalam juga dilengkapi dengan bawahan sarung berwarna
biru tua dan hitam yang diikatkan pada pinggang.

Agar ikatan kuat, biasanya sarung tersebut diperkuat dengan selembar kain.

Suku Baduy Dalam tidak memakai celana karena mereka menganggap bahwa
celana adalah barang yang tabu.

Di samping itu, orang Baduy Dalam juga akan menggunakan ikat kepala yang
terbuat dari kain putih yang berfungsi sebagai pembatas rambut serta
aksesoris berupa hasduk yang diletakkan melingkar di leher.

Pakaian adat Suku Baduy Dalam yang serba putih menyimbolkan bahwa
mereka masih bersih dan suci dari budaya luar yang cenderung merusak
moral.
b. Baduy Luar Laki-Laki

Sumber: http://triakurniaa.blogspot.com

Pakaian tradisional suku Baduy Luar namanya yaitu baju kampret atau baju
kelelawar.
Pakaian adat ini secara fisik cukup berbeda dengan Jamang sangsang.

Pembuatan baju kampret tidak lagi manual atau menggunakan mesin jahit
dan bahannya tidak harus dari kapas.

Tidak seperti baju adat Baduy Dalam, baju adat Baduy Luar dilengkapi dengan
saku dan kancing, serta modelnya berupa baju yang terbelah dua seperti baju
“hem”.

Selain itu, orang Baduy Luar menggunakan ikat kepala berwarna hitam dan
biru gelap dengan motif batik.

Warna dan model pakaian adat Suku Baduy Luar menyimbolkan bahwa
mereka sudah terpengaruh dengan budaya luar.
c. Baduy Dalam dan Luar Perempuan

Sumber: https://www.bukalapak.com
Tidak seperti pakaian adat untuk laki-laki yang berbeda antara Baduy Dalam
dengan Baduy Luar, pakaian adat untuk perempuan Baduy Dalam dan Luar
cukup mirip.

Khususnya dalam hal warna, model, dan potongan pakaian.

Dalam kesehariannya, perempuan Baduy memakai busana semacam sarung


berwarna biru gelap yang menutupi bagian tubuh dari dada hingga tumit.

Selain itu, pakaian adat perempuan ini juga bisa sebagai simbol status
perempuan Baduy.

Apabila seorang perempuan Baduy menggunakan pakaian dengan dada


terbuka berarti ia masih gadis.

Sebaliknya, apabila menggunakan pakaian dengan dada tertutup, hal ini


menandakan bahwa perempuan tersebut telah menikah.

Di samping itu, perempuan Baduy biasanya memakai atasan kebaya dan


bawahan kain tenun sarung berwarna biru gelap dengan dasar hitam bergaris
putih yang dilengkapi dengan karembong, ikat pinggang, dan selendang
berwarna putih-biru dengan paduan warna merah.

Selain itu, perempuan Baduy, khususnya Baduy dalam, bertugas untuk


memenuhi kebutuhan pakaian mereka, mulai dari menanam biji kapas,
memanen, menenun, hingga proses pewarnaan.

Aksesoris

Selain pakaian adat yang unik, ternyata Suku Baduy juga memakai beberapa
jenis aksesoris untuk pelengkap.

Berikut beberapa contoh dan gambarnya.


· Bedog

Sumber: https://m.bukalapak.com

Bedog merupakan sebuah senjata tajam yang sering dibawa oleh orang-orang
Suku Baduy.
Tidak untuk berkelahi, bedog ini biasanya digunakan untuk keperluan
berladang, membelah buah kelapa untuk diminum airnya, dan juga menebas
ranting.
· Gelang

Sumber: https://sg.carousell.com

Bagi Suku Baduy, gelang ini berfungsi sebagai penolak bala dan biasanya
digunakan oleh pemiliknya hingga meninggal dunia.
Gelang ini bahannya terbuat dari akar rotan, akar pohon, atau logam.

· Tas Koja

Sumber: https://www.bukalapak.com
Tas koja yang disebut juga dengan jarog merupakan tas yang bahannya
terbuat dari kulit kayu pohon terep.

Tas yang selalu digantung di bahu ini biasanya berisikan sirih pinang, pisau,
batu api, dan juga kemenyan putih.

Meskipun demikian, kini tas ini lebih sering digunakan untuk membawa bekal,
seperti garam dan nasi timbel, saat melakukan perjalanan jauh.

4. Pakaian Adat Banten Modern

Pada dasarnya, secara fisik pakaian adat Banten modern ini sama dengan
pakaian adat pengantin.

Perbedaannya adalah pada tambahan aksesori yang lebih banyak.

Itulah penjelasan mengenai pakaian adat Banten yang ternyata sangat


beragam dan mempunyai keunikan tersendiri.

Semoga dengan pembahasan ini kamu bisa lebih mengenal budaya Banten,
khususnya pakaian adatnya, dan lebih mencintai dan juga menghargai
keragaman budaya Indonesia.
Makanan Khas Banten dan Resepnya
Berikut ini adalah 10 khas makanan khas Banten beserta resepnya.

1. Pecak Bandeng Khas Banten

Kulinear

Pecak bandeng merupakan salah makanan dari Serang, Banten. Makanan ini biasanya
dibuat untuk para petani yang sedang beristirahat di siang hari. Makanan ini hanya
terdiri dari dua bahan utama, yaitu ikan pecak dan ikan bandeng.

Nasi Bakar Sumsum Khas Banten

DetikFood

Nasi bakar sumsum menjadi salah satu makanan khas Serang yang harus Grameds
coba! Nasi bakar sumsum ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat Banten.

Nasi yang sudah dibungkus oleh daun pisang kemudian dibakar. Tekstur sumsum yang
lumer akan meresap ke dalam nasi yang ditambah dengan beragam rempah, sehingga
membuat rasa nasi bakar ini sangat gurih dan lezat. Bahkan, aroma rempahnya yang
harum memiliki sensasi rasa pedas yang akan membuat Moms ketagihan.
Ketan Bintul Khas Banten

Kepo.co

Seperti namanya, bahan utama untuk membuat ketan bintul adalah beras ketan. Untuk
membuatnya, beras ketan ini ditumbuk sampai hancur dan umumnya diberi tambahan
bumbu seperti garam dan gula sesuai selera. Lalu, ketan yang sudah ditumbuk ditaruh di
nampan yang dilapisi dengan daun kelapa.

Opak Khas Banten

Seneng Piknik

Makanan khas Banten ini sering ditemukan di beberapa daerah di luar Banten.Makanan
ini sangat renyah, sehingga cocok dijadikan sebagai camilan. Makanan yang renyah ini
terbuat dari dari tepung beras atau singkong yang sudah dicampur dengan air, dibumbui,
dan ditumbuk hingga berbentuk adonan lunak.

Selain itu, opak juga bisa terbuat dari tepung beras ketan atau tepung tapioka. Jika
Grameds ingin mencobanya, kini sudah banyak penjual opak dengan berbagai jenis yang
bisa jadi pilihan.
Kue Jojorong Khas Banten

Piknikdong

Kue yang satu ini banyak dijual di pasar tradisional dan sering dijadikan sebagai menu
sarapan masyarakat Banten. Kue ini sangat dikenal dengan teksturnya yang lumer dan
rasanya yang manis gurih.

Sate Bandeng Khas Banten

Kompas.com

Biasanya, sate terbuat dari daging ayam atau atau daging kambing. Namun, lain halnya
dengan sate khas Banten, yaitu sate bandeng. Teksturnya yang lembut dan rasanya
yang gurih membuat sate ini berbeda dengan sate-sate lainnya. Terlebih lagi, makanan
khas Banten untuk oleh-oleh ini juga bisa bertahan sampai 3 hari lamanya.
Angeun Lada Khas Banten

Ayojalanjalan

Angeun lada merupakan salah satu makanan khas Banten yang biasanya dijadikan
sebagai menu saat merayakan hari-hari besar. Angeun artinya sayur dan lada artinya
adalah pedas. Apabila Grameds suka makanan pedas, bisa dipastikan akan ketagihan
makan angeun lada.

Bahan utama dalam membuat angeun lada adalah babat sapi, campuran sayur, dan
daun walang yang membuat aromanya menjadi khas. Selain itu, cita rasa yang gurih dan
pedas membuat angeun lada sering dijadikan menu wajib saat merayakan hari Idul Fitri.
Umumnya, angeun lada akan dicampurkan ketupat agar semakin mengenyangkan.

Leumeung Khas Banten

Fakta Banten

Makanan khas Banten ini terbuat dari beras ketan dan santan. Keunikan dari makanan
ini adalah sering disajikan bersama telur asin sebagai bahan pelengkapnya. Rasanya
yang khas, seperti gurih, manis, asin, dan dilengkapi dengan aroma yang khas membuat
Grameds harus mencoba kue satu ini!
 Pasung Merah Khas Banten

GenPi.co

Kue pasung merah adalah makanan khas Banten. Keunikan kue ini memang terletak dari
cara penyajiannya, yaitu disajikan dengan cara disusun, sehingga membentuk sebuah
lingkaran. Selain itu, kue ini juga sering disajikan pada upacara adat atau tasyakuran.

Rabeg Khas Banten

GenPi.co

Rabeg bisa dikatakan sebagai salah satu makanan khas Banten yang sudah ada di
Jakarta sejak lama. Makanan yang satu ini terbuat dari daging domba serta diberi kuah
dengan bumbu yang khas, seperti rasa kaldu dan warna kaldunya, sehingga kamu akan
tertarik untuk mencobanya.
Macam Macam tari adat Banten :
1. Tari Grebeg Terbang Gede.

@sejarahkujaw
a.blogspot.com

Tari dari suku Banten yang satu ini lebih dikhususkan pada upacara
penyambutan tamu besar. Tarian tradisional ini merupakan perpaduan antara
tarian biasa dan pencak silat. Uniknya, tarian ini seolah ingin menunjukan
bahwa masyarakat setempat begitu ramah, terbuka, dan religius.

Lebih tepatnya, tari ini merupakan kombinasi gerakan kesenian terbang gede
yang berasal dari wilayah Serang dan gerakan silat dari wilayah kota Banten.
Perpaduan dua gerakan inilah yang akan memukau penonton saat tari ini
dipentaskan.

Adapun tarian ini lebih sering dimainkan oleh enam wanita atau lebih. Busana
yang dipakai saat pementasan cukup unik dengan warna dan motif yang
seragam biru muda. Setelan baju dan celana panjang bertapih serta rambut
diikat akan menjadi tampilan dari penari tarian ini.

2. Tari Ngebaksakeun.
Tari ini hampir mirip dengan Terbang Gede yaitu lebih sering dipertunjukkan
dalam rangka penyambutan tamu agung. Selain itu, tari ngebaksakeun juga
identik dengan gerakan silat seperti pada tari gerbang gede. Hanya saja tarian
yang lebih mirip silat ini awalnya berasal dari Silat Trumbu.

Uniknya, busana yang dikenakan oleh si penari juga identik dengan warna biru
seperti halnya tari terbang gede. Yang membedakan keduanya hanyalah tari
ngebaksakeun ini didominasi atau hanya murni mengadopsi gerakan silat
Trumbu yang khas.

3. Tari Walijamaliha.

@youtube

Tari Banten yang satu ini lebih bertujuan untuk menunjukkan pada khalayak
tentang religiusitas dan keberagaman etnis masyarakat Banten. Pada setiap
gerakan tari walijamaliha ini terdapat pesan religi yang hendak disampaikan.
Hal ini terlihat dari gerakannya yang filosofis dan diambil dari ajaran islam
seperti rukun iman, shalawat, dan puji-pujian.

Menurut sejarah, tari ini diciptakan oleh para seniman Banten yang memiliki
tujuan suci dan bersih. Yakni ingin menyatukan warga setempat dalam suatu
acara tradisi agar lebih mengenal adat budaya yang ada. Para seniman yang
juga sebagian besar pemuka agama tersebut akhirnya memunculkan tari
walijamaliha dengan meleburkan ajaran islam ke dalamnya.

Adapun secara teknis, tari ini diperagakan oleh 6 penari wanita yang
menggunakan busana muslimah alias bernuansa religi. Warna busana yang
dipakai juga tidak terlalu mencolok dengan tujuan menunjukan pada khalayak
bahwa masyarakat Banten memiliki karakter yang lemah lembut.

Dalam setiap gerakan tari walijamaliha terdapat pesan yang hendak


disampaikan, yaitu agar bersama-sama menjaga keberagaman suku dan etnis.
Selain itu melalui tari ini menghimbau masyarakat banten untuk selalu taat
pada ajaran islam yang disyariatkan serta bersifat lemah lembut pula kepada
sesama.

4. Tari Cokek.

@ipiim
ut.wordpress.com

Tari Cokek merupakan tarian perpaduan budaya Thionghoa dan masyarakat


Banten sebagai pribumi. Pementasan tari ini lebih sering digelar pada acara
besar seperti penyambutan tamu agung dan hari jadi kota Banten. Kostum
atau busana yang dikenakan oleh para penari juga cukup unik. Dengan
balutan busana warna dominan hijau memuat para penari terkesan
menampilkan suasana yang selalu ceria.
5. Tari Bendrong Lesung.

@blog
bantenradio.blogspot.com

Tari ini sesuai namanya, menggunakan alat musik lesung yang dipukul dengan
pemukul saat pentas berlangsung. Oleh karenanya akan terdengar suara khas
pukulan lesung saat tarian ditampilkan. Hanya saja sangat disayangkan karena
seni tari ini sudah jarang dipertontonkan, tergeser fungsinya oleh kemajuan
zaman.

Tari bendrong lesung sendiri berasal dan dilestarikan oleh masyarakat Cilegon
Banten. Pada mulanya tarian ini dipertontonkan untuk menyambut musim
panen dimana identik dengan kebahagiaan dan keceriaan. Untuk kostum yang
digunakan saat pementasan ialah pakaian yang sering digunakan juga saat
bertani. Ada juga yang menggunakan pakaian khas Banten yang berwarna
cerah sehingga tetap menggambarkan keceriaan dan kegembiraan saat panen
raya.

Meksi sudah jarang dipentaskan, kamu masih bisa menyaksikan tari bendrong
lesung ini pada acara-acara tertentu. Adapun ciri khas dari tarian ini bisa
disimpulkan sebagai berikut:
 Dipentaskan saat musim panen raya, pernikahan, dan acara besar
lainnya.
 Penari memukulkan lesung sambil menari.
 Alat musik yang dipakai adalah alat musik tradisional
berkombinasi dengan suara pukulan lesung.

6. Tari bentang Banten.


Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman pribumi banten yang peduli
dengan pelestarian adat daerah. Biasanya tari ini diperagakan saat momen-
momen tertentu seperti hajatan, hari lahir kota hingga penyambutan tamu
besar. Adapun tarian ini diperagakan oleh penari wanita yang terdiri dari 3-5
orang. Busana yang digunakan berupa pakaian khas daerah setempat.

Lihat juga: Rumah adat Indonesia dari Sabang sampai Merauke

7. Tari katuran.

@youtube

Tari ini merupakan tari tradisional Banten yang bertema penyambutan kepada
orang asing yang berkunjung ke Banten. Tari ini juga memiliki makna
tersendiri berupa penghormatan sekaligus ajakan untuk berkunjung kembali
ke Banten.
Tarian ini semakin lestari seiring dengan semakin banyak bermunculan wisata-
wisata di provinsi Banten. Tari katuran sering dipentaskan di acara-acara
wisata dan hari jadi suatu daerah di provinsi Banten. Adapun para penari yang
memperagakan tari ini adalah seorang wanita berjumlah sekitar 5-7 orang.
Busana yang dikenakan ialah pakaian khas daerah dengan dominasi warna
putih.

Lihat juga: Macam Macam Tarian Riau yang Unik dan Bersejarah

Setelan atas lengan panjang dan celana panjang serta rambut


bersanggul/diikat. Di bagian perut ada semacam jarik kecil yang melingkar.
Mungkin lantaran keindahan suara dan gemulai tarian yang indah membuat
tari ini masih lestari hingga saat ini.

Daftar Nama Tarian Banten


1. Tari Maler Bedug

Tarian Banten bernama tari maler bedug merupakan pembaharuan dari


tari rampak bedug yang terinovasi dari berbagai musik tradisi Banten
serta gerakan dari sifat terumbu dan juga bedug pamarayan. Tarian ini
biasanya dilakukan pada tarian pembuka dalam sebuah acara
penyambutan tamu. M. Agus Hilman yang merupakan pewaris ilmu silat
Banten ini mengatakan jika sifat terumbu masuk dalam perguruan dasar
silat tertua di daerah Banten. Sedangkan rampak memiliki arti serempak
sehingga tarian rampak bedug yang merupakan perpaduan dalam tari
maler bedug ini diartikan sebagai tarian tradisional dengan memakai alat
musik bedug yang dilakukan secara serentak atau bersamaan.

2. Tari Ngebaksakeun

Tari ngebaksakeun merupakan tarian dari Banten yang diadopsi dari


pijakan silat terumbu dengan gaya dari Kabupaten Pandeglang dan
biasanya akan dipertunjukkan untuk menyambut tamu. Durasi tarian ini
hanya berdurasi selama 5 menit dan kostum yang digunakan didominasi
dengan warna biru.

Sifat terumbu sendiri merupakan ilmu bela diri yang berasal dari Banten.
Hal yang membedakan dari pencak silat ini dengan pencak silat lain
adalah dari sebutan, jurus, ritual dan juga fungsi. Pada akhir penampilan
tari ngebaksakeun ini sangat identik dengan debus yang merupakan
keterampilan bela diri dari suku Banten.
3. Tari Grebeg Terbang Gede

Tarian daerah Banten bernama tari grebeg terbang gede merupakan


tarian kreasi yang diambil dari kesenian Terbang Gede pada Kota Serang
yang digabungkan dengan pencak silat khas Banten dan menjadi tarian
selamat datang untuk menyambut tamu agung. Tarian khas Banten ini
disebut dengan terbang gede karena memakai alat musik utama berupa
terbang besar atau gede yang pada awalnya digunakan untuk penyebaran
agama Islam dan berkembang menjadi upacara ritual seperti ruwatan
rumah, ngarak penganten, hajat bumi, syukuran bayi dan juga untuk
hiburan. Tarian Banten ini akan dilakukan oleh beberapa orang pria yang
sudah lanjut usia terdiri dari penabuh terbang gede, penabuh pengarak,
penabuh sela, penabuh kempul dan penabuh koneng yang akan diiringi
dengan shalawatan Nabi berbahasa Jawa atau Arab. Sedangkan grebeg
sendiri diambil dari bahasa Jawa Banten yang berarti dirempung sebagai
simbol masyarakat Banten yang ramah, religius dan terbuka.
4. Tari Topeng Tani Banten

Tari topeng tani Banten merupakan tarian khas Banten yang dilatar
belakangi dengan kondisi masyarakat Indonesia khususnya kaum muda
yang sudah malu dan tidak mau menjadi petani. Dalam tarian ini, para
penari akan menggunakan topeng yang terbuat dari anyaman bambu dan
menggambarkan generasi anak sekarang yang malu menjadi petani.

Baca Juga:   Tarian Sulawesi Selatan

Pesan dalam tarian Banten ini adalah untuk menunjukkan jika menjadi
seorang petani adalah pekerjaan yang membanggakan dan nenek
moyang kita sendiri juga merupakan petani yang juga terkenal dengan
negeri pertanian yang makmur. Gerakan dari tari ini biasanya dilakukan
oleh satu orang pria namun juga bisa lebih yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau acara. Meski ditarikan oleh seorang pria, namun gerakan
tarian Banten ini akan terlihat sangat gemulai.
5. Tari Cokek Banten

Pada awalnya, tarian tradisional Banten ini dilakukan oleh 3 orang penari
wanita. Namun untuk sekarang, tarian ini bisa dilakukan oleh 5 sampai 7
penari wanita dan juga beberapa pria yang akan bermain alat musik.
Ketika ditampilkan, busana para penari akan disesuaikan dengan ciri khas
wanita Banten yakni menggunakan kebaya serta kain panjang untuk
bawahan.

Kebaya yang digunakan dalam tarian Banten umumnya terang dan


berkilau ketika terkena lampu seperti kuning, merah, hijau dan juga ungu
lengkap dengan selendang. Tarian ini biasanya dipertunjukkan sebagai
penyambutan tamu kehormatan dan juga acara pernikahan.

Nantinya penari wanita bisa mengajak mempelai pria atau beberapa tamu
undangan untuk menari bersama yang ditandai dengan selendang yang
dikalungkan pada leher orang tersebut. Masyarakat juga menganggap jika
ketika selendang tersebut dikalungkan, maka pantang untuk ditolak
karena bisa mencemari nama mereka sendiri.
6. Tari Dzikir Saman

Tarian asal Banten ini berbeda dengan tari saman Aceh meski memiliki
nama yang sama. Penari tari saman Banten ini dilakukan oleh pria yang
membentuk lingkaran sambil berputar dan menyebutkan shalawat Nabi
Muhammad SAW.

Seni dzikir saman ini juga tidak diiringi dengan alat musik dan hanya diisi
dengan nyanyian menyebut asma Allah, alok serta gerakan tubuh yang
berputar. Tarian Banten ini sudah ada sejak dulu yang biasanya digelar
dalam acara seperti Khol Syeh Abdul Khodir, Rassulan, Jailani dan
beberapa acara berbau keagamaan lain.

Baca Juga:   Tarian Kalimantan Selatan

Fungsi dari tarian ini adalah untuk sosial, hiburan sekaligus pendidikan
dimana bagian hiburan akan ada pada babak ketiga yakni babak saman
dimana penonton juga akan ikut menari mengikuti alunan beluk atau
lengkingan. Para penari akan dibagi menjadi 2 kelompok yang berjumlah
2 sampai 4 orang sebagai vokalis untuk membacakan syair Barjanji dan
untuk 20 sampai 40 orang pria akan bertugas sebagai pengiring suara
lengkingan.
7. Tari Katuran

Tarian asal Banten bernama tari katuran merupakan tarian bertemakan


penyambutan yang memiliki arti penghormatan dan juga ajakan agar
banyak orang yang mau berkunjung ke Banten. Tarian ini biasanya
dilakukan oleh para wanita dengan busana dasar putih dan dibalut
dengan kain yang mencolok. Seperti tarian Banten lain, tari katuran ini
juga terlihat sangat indah sekaligus memperlihatkan gerakan yang unik.

8. Tari Gitik Cokek

Tarian yang berasal dari Banten berikutnya adalah tari gitik cokek yang
sudah berkembang sejak abad ke-19 di Kabupaten Tangerang, Banten.
Para penari nantinya akan memakai kebaya yang disebut dengan cokek
dimana tariannya sendiri terlihat serupa dengan ronggeng Jawa Tengah
dan juga Sintren Cirebon.

Tarian Banten ini awalnya diadakan tuan tanah Tionghoa yang tinggal di
Tangerang dan mempersembahkan tiga orang penari sebagai bentuk
partisipasi dalam pesta hiburan rakyat. Ia menyertakan seorang gadis
cantik dalam tarian sebagai pertunjukkan tambahan yang kemudian
penari tersebut menjadi terkenal dan berdiri sendiri sebagai kelompok
penari sehingga dinamakan dengan tari gitik cokek.

Hal yang menarik dari tarian ini terletak pada gerak tubuh para penari
yang sangat perlahan sehingga mudah untuk diikuti. Tarian akan diawali
dengan formasi memanjang dan menggerakan kaki secara maju mundur
serta tangan yang direntangkan setinggi bahu. Tarian ini sering dianggap
dengan erotis dan dianggap tabu pada sebagian orang karena pria dan
wanita akan menari secara berpasangan dan saling berdempetan. Busana
para penari ini akan menggunakan kebaya dari kain sutra berwarna ungu,
hijau, merah dan kuning dengan rambut yang dikepang atau disanggul
untuk menambah kecantikan para penarinya.
10 Alat Musik Tradisional Banten Serta
Penjelasannya
By Dwi - 15 June 2020

    

Banten merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling barat di Pulau Jawa,
Indonesia. Sebelum terjadi pemekaran pada tahun 2000, Banten pernah menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Barat. Maka dari itu kebudayaan daerah Banten juga
menarik dengan kesenian dan adanya suku Baduy yang bermukim di kawasan
Cagar Budaya Pegunungan Kendeng.

Seperti yang kita tahu, Banten begitu identik dengan sejarah perkembangan
kebudayaan islam di Indonesia dan juga menjadi saksi dari kemegahan Islam di
Nusantara. Menjadi kota pelabuhan, Banten mempunyai beragam budaya dari luar.

Namun, masyarakatnya tetap mempertahankan kuat dan menjaga kebudayaan


Banten sendiri. Contohnya pada alat musik yang masih ada hingga saat ini.

Apa saja alat musik tradisional Banten tersebut? Mari kita simak berikut ini:
Daftar Isi
 1 1. Angklung Buhun
 2 2. Dogdog Lojor
 3 3. Lisung / Bendrong Lesung
 4 4. Kendang / Gendang Banten
 5 5. Pantun (Pantun Bambu)
 6 6. Rampak Bedug Banten / Bedug Banten
 7 7. Angklung Gubrag
 8 8. Bambu Jitak
 9 9. Kacapi
 10 10. Calung
1. Angklung Buhun

Sumber Foto:
banten.co

Angklung Buhun dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “angklung kuno”.


Sebab alat musik ini telah ada dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu.
Dapat dikatakan, angklung ini dipercaya sudah ada selama terbentuknya
masyakarat Baduy, yaitu sekitar abad ke-16. Sehingga bagi masyarakat setempat,
kesenian ini menjadi pusaka dalam mempertahankan eksistensi masyarakat Baduy
dan mempunyai makna yang sangat penting.

Alat musik tradisional angklung buhun ini hanya dimainkan pada saat acara
tertentu saja atau dimainkan setahun sekali, yaitu pada saat upacara ngaseuk.
Upacara ngaseuk ini adalah salah satu bagian dari upacara adat ketika penanaman
padi.

Walaupun begitu, angklung ini masih bisa ditampilkan di luar ritus tanam padi
namun dengan mempunyai aturan, yaitu hanya boleh ditabuh hingga masa
mengobati padi (ngubaran pare atau sekitar tiga bulan dari ditanamnya padi.

Sesudah itu, selama enam bulan berikutnya semua alat musik ini tidak dapat
dimainkan dan hanya bisa dimainkan lagi pada musim penanaman padi berikutnya.

Angklung Buhun dimainkan oleh kaum laki-laki yang terdiri dari 9 pemain dan 2
orang pemain bedug atau Dog Dog.
2. Dogdog Lojor

Sumber Foto: negerikuindonesia.com

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara di tabuh ini menghasilkan
bunyi “dog..dog..”. Bunyi tersebut menjadi asal dari nama alat musik tradisional
ini. Namun, kata “lojor” diartikan panjang, sesuai dengan bentuknya yang panjang
hampir 1 meter.

Dogdog lojor terbuat dari bahan kayu yang dibentuk silinder memanjang. Pada
bagian tengahnya dibentuk berongga, dengan salah satu sisinya ditutup dengan
membran dari kulit kambing. Kemudian kulit kambing tersebut direnggangkan
dengan cara diikat dengan seutas tali dari kulit bambu, agar dapat menghasilkan
bunyi yang bisa ditentukan.

Diduga, awal perkembangan dogdog lojor dari Kabupaten Lebak, sisi selatan
Banten. Alat musik ini dijadikan sebagai pengiring dalam ritual adat masyarakat
setempat. Tabuhannya dibawakan oleh beberapa pemain dengan suasana riang
gembira, yang diartikan sebagai bentuk rasa syukur akan hasil panen yang
melimpah.
3. Lisung / Bendrong Lesung

Sumber Foto:
jhonlinmagz.com

Alat tradisional ini dimainkan pada saat pengolahan padi atau gabah menjadi beras.
Lesung terbuat dari bahan kayu seperti perahu yang berukuran kecil dengan
memiliki panjang kurang lebih 2 meter, lebar 0,5 meter dengan kedalaman sekitar
40 cm.

Fungsi lesung sendiri adalah memisahkan kulit gabah dari beras. Dan aslinya,
lesung hanya berupa wadah cekung yang terbuat dari kayu besar dengan bagian
tengah yang dibuang. Padi atau gabah yang akan diolah ditaruh di dalam lubang
tersebut, kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu atau tongkat tebal dari
kayu. Dilakukan secara berulang-ulang hingga beras terpisah dari sekam.

Kesenian tradisional Banten ini dipertunjukkan pada acara tertentu saja, seperti
hajatan, sunatan, atau acara sukaria sesudah panen.
4. Kendang / Gendang Banten

Sumber Foto: sampealatmusik.blogspot.com

Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi ini
terbuat dari kayu dengan selaput membran. Cara memainkannya dengan cara
dipukul.

Seperti yang kita lihat, Gendang mempunyai beberapa ukuran, yaitu ukuran kecil
yang disebut rebana. Gendang dengan ukuran sedang disebut redap. Dan gendang
dengan ukuran besar disebut bedug.

Baca juga: Alat Musik Jawa Timur

Di budaya Banten, gendang dimainkan sebagai pengiring pertunjukan silat. Alat


musik ini juga tersebar di seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten.
5. Pantun (Pantun Bambu)

Sumber Foto: merahputih.com

Alat musik tradisional ini termasuk alat musik yang terbilang masih bertahan
hingga sekarang. Sebab Pantun Bambu sudah ada sejak jaman dahulu.

Mulanya, Pantun Bambu dimainkan setelah bekerja disawah atau istirahat. Namun,
seiring berkembangnya jaman, Pantun Bambu dipermainkan saat pertunjukan
kesenian.

Pantun Bambu dibuat dari ruas bambu dengan ukuran diameter sekitar 10 cm dan
panjang 80 hingga 100 cm.

Biasanya, Pantun Bambu dimainkan dengan berkelompok atau grup. Setiap grup
terdiri dari tiga orang dan tiga Pantun Bambu yang masing-masingnya berfungsi
sebagai pantun melodi, pantun bas, dan pantun ritme.

Pantun Bambu juga bisa dimainkan secara bersamaan dengan alat musik
tradisional Banten lainnya, seperti Patingtung, Rudat, dan Terbang Gede.
6. Rampak Bedug Banten / Bedug Banten

Sumber Foto: beritahati.com

Alat musik tradisional ini memang sering kita temukan di masjid, yang dijadikan
sebagai media informasi datangnya waktu shalat wajib 5 waktu.

Arti kata “Rampak” diartikan “Serempak”, yang berarti Rampak Bedug adalah seni
bedug yang menggunakan Gendang banyak dan ditabuh secara serempak, hingga
menghasilkan ritme khas yang enak didengar.

Rampak Bedug sendiri bisa dikatakan menjadi perkembangan dari seni bedug atau
ngadulag. Alat musik ini tidak hanya dimainkan di bulan Ramadhan, namun juga
di acara-acara hajatan dan hari-hari peringatan kedaerahan hingga nasional.
7. Angklung Gubrag

Sumber Foto: indonesiakaya.com

Alat musik tradisional ini juga termasuk kesenian yang hampir punah. Namun,
masyarakat setempat masih menggunakannya pada acara khitanan, selamatan
kehamilan dan perkimpoian. Sebelum perkembangan jaman, Angklung Gubrag
dimainkan saat ritual penanaman padi agar hasil panen berlimpah.

Seperti alat musik Angklung lainnya, alat musik ini juga dimainkan dengan cara di
goyangkan. Suara yang dihasilkan berasal dari benturan badan pipa dan bambu.
8. Bambu Jitak

Sumber Foto: budaya-


indonesia.org

Dapat dikatakan, alat musik tradisional ini masih baru diciptakan oleh seorang
warga pada tahun 2008. Bambu Jitak terbuat dari bahan bambu, rotan, rami, dan
senar gitar listrik.

Suara yang dihasilkan Bambu Jitak begitu merdu. Untuk memainkannya adalah
dengan cara memukul senar gitar listrik yang terbentang pada bambu dengan
menggunakan alat pemukul dari kayu. Asal muasal mengapa dinamakan “Bambu
Jitak” karena alat ini juga bisa dimainkan dengan dijitak.
9. Kacapi

Sumber Foto: sekarangpunya.blogspot.com

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik ini juga tersebar di
Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Thailand, Burma, Vietnam, Cina, Korea,
dan Jepang. Sementara di Indonesia, Kacapi juga memiliki nama dan bentuk yang
berbeda-beda tergantung daerahnya.

Untuk masyarakat Sunda yang tinggal di Jawa Barat dan Banten, teknik permainan
dan bentuk kacapi lebih berkembang ketimbang alat musik petik lainnya yang bisa
ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia.
10. Calung

Sumber Foto: merahputih.com

Alat musik tradisionam Banten ini juga khas dari masyarakat Sunda yang tinggal
di daerah Jawa Barat hingga Banten. Calung sendiri merupakan perkembangan alat
musik angklung. Namun, untuk memainkan Calung adalah dengan cara dipukul
pada bagian bilahan dari ruas-ruas yang disusun sesuai tangga nada pentatonik.

Baca juga: Alat Musik Jawa Tengah

Bambu yang digunakan untuk membuat Calung adalah jenis awi wulung atau
bambu hitam, dan adapula yang menggunakan awi temen atau bambu putih.

Demikian alat-alat musik tradisional Banten yang bisa menambah ilmu kalian.
Semoga bermanfaat!
    
Artikel Terbaru

100 Contoh Judul Skripsi Jurusan Manajemen

Prinsip Kerajinan Bahan Lunak dan 5 Contohnya


Kewirausahaan: Pengertian, Tujuan, Manfaat, Konsep, Sifat dan Karakteristik

Dwi

freshgraduated from Politeknik Negeri Medan. View all posts by Dwi

Tulis Komentar Anda


Your email address will not be published. Required fields are marked *

 Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Post Comment
Tambah Pinter
 Sekolah
 Perkuliahan
 Pengembangan Diri
 Penghasilan
Tentang Kami
 About
 Contact
 Redaksi
 Kebijakan Privasi
 Disclaimer
 Pedoman Media Siber

© 2023 Tambah Pinter - Dibuat dengan ❤ di Indonesia


Senjata Tradisional Banten

Setiap provinsi di Indonesia pasti memiliki senjata tradisional yang unik,


termasuk Banten. Salah satu senjata tradisional yang berasal dari Banten
adalah Bedog. Bedog memiliki bentuk yang mirip dengan parang. Namun,
masih ada lebih banyak lagi senjata tradisional yang berasal dari Banten selain
Bedog.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai jenis senjata tradisional dari Banten? Yuk,
simak dalam artikel berikut ini.

 Macam-macam Senjata Tradisional Banten


o 1. Bedog
o 2. Golok Ciomas
 a. Asal-usul Golok Ciomas
 b. Keistimewaan Golok Ciomas
 c. Golok Ciomas sebagai Oleh-oleh Khas Banten
o 3. Golok Sulangkar
o 4. Congkrang
o 5. Parang

Macam-Macam Senjata Tradisional Banten


1. Bedog

Sumber: https://s.kaskus.id/

Bedog adalah senjata tradisional Banten yang digunakan sebagai alat bantu
kegiatan sehari-hari. Bentuknya seperti pisau, tapi dalam ukuran yang lebih
besar. Gagangnya terbuat dari kayu, sedangkan bilahnya terbuat dari besi atau
baja yang dipipihkan. Biasanya bedog digunakan untuk menebang pohon,
menebang bambu, dan memecah batok kelapa.

Selain itu, bedog juga digunakan sebagai alat untuk menyembelih hewan,
seperti ayam dan kambing. Bedog juga bisa digunakan untuk melindungi diri
dari serangan hewan buas. Bedog sangat penting bagi masyarakat Banten
karena banyak membantu kegiatan sehari-hari mereka. Namun, pada jaman
dahulu bedog digunakan untuk melindungi diri dari musuh.
2. Golok Ciomas

Sumber: https://lh3.googleusercontent.com/

Golok Ciomas adalah senjata tradisional Banten yang memiliki cerita sejarah di
balik ketajamannya. Hampir sama seperti senjata golok pada umumnya, jenis
golok ini juga memiliki fungsi utama untuk melindungi diri dari serangan
lawan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Banten, golok ciomas menyimpan
kekuatan mistis yang besar.

Lawan bisa tumbang dengan mudah walaupun pemegang golok ciomas


belum mengeluarkan golok tersebut dari sarungnya.

Golok Ciomas memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan golok biasanya.


Golok ciomas yang masih baru akan terlihat berkarat karena ia dibuat dari besi
yang diambil dari bawah tanah. Besi yang dipakai untuk membuat golok
ciomas adalah besi-besi hasil dari galian pusaka masa lalu yang terpendam.

Pada bagian golok yang tumpul terdapat angka romawi khusus yang sampai
sekarang belum diketahui pengertian dan penjelasannya. Pada sarung golok
terdapat ikatan yang disebut dengan cingcin.

Aturan untuk membuat ikatan ini adalah jumlah yang ganjil. Biasanya jumlah
yang digunakan adalah 17 dan 25. Angka 17 menunjukkan jumlah rakaat
shalat wajib dalam satu hari, sedangkan angka 25 menunjukkan jumlah nabi
yang wajib diketahui.
A. Asal-Usul Golok Ciomas

Sumber: https://s1.bukalapak.com/

Golok Ciomas sangat terkenal pada masa penjajahan karena digunakan untuk
melawan para penjajah. Nama ciomas sendiri diambil dari nama salah satu
daerah di Banten yang menghasilkan senjata ini. Daerah Ciomas terkenal
karena daerah tersebut merupakan salah satu penghasil golok terbesar di
tanah Banten.

Golok dan bedog sering disamakan karena bentuknya mirip. Namun, khusus
untuk golok ciomas tidak bisa disamakan dengan bedog. Bedog fungsinya
cenderung ke perkakas sehari-hari, sedangkan golok ciomas khusus sebagai
senjata untuk melindungi diri dari serangan lawan.

B. Keistimewaan Golok Ciomas

Golok Ciomas memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh senjata
tradisional lainnya. Pertama, golok ciomas tidak dibuat dengan cara yang
sembarangan. Pembuatan golok ciomas harus melalui ritual adat yang telah
ada sejak jaman dahulu kala.

Aturan dalam ritual ini tidak ditulis secara turun temurun, tapi tetap
dilestarikan hingga saat ini. Pembuatan golok ciomas hanya boleh dilakukan
pada bulan Maulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
proses pembuatannya, golok ciomas hanya ditempa dengan godam, yaitu
penempa khusus yang bernama Ki Denok.

Penempa yang bernama Ki Denok ini adalah salah satu warisan dari Kerajaan
Islam Banten. Godam tersebut merupakan hadiah yang diberikan oleh Sultan
Banten. Golok ciomas memiliki nilai artistik yang tinggi karena keunikan proses
pembuatannya. Selain itu, keseimbangan bentuk pada golok ciomas juga
diakui memiliki kelebihan daripada senjata tradisional yang lain.

Keistimewaan yang dimiliki oleh golok ciomas ini membuatnya tidak bisa
dimiliki sembarangan. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan
memiliki senjata ini.

C. Golok Ciomas Sebagai Oleh-Oleh Khas Banten

Perubahan jaman membuat senjata tradisional sudah jarang ditemukan lagi.


Namun, saat ini daerah Ciomas mulai membuat kerajinan golok ciomas yang
bisa dijadikan sebagai cinderamata. Untuk menunjukkan dedikasinya pada
warisan sejarah, pengrajin di Ciomas membuat golok ciomas terbesar di dunia.
Golok ini diberi nama Golok Nyi Gede. Nama golok ini diberikan berdasarkan
nama ibu Sultan Maulana Hasanuddin (Nyi Kawunganten). Golok terbesar ini
memiliki berat besi 1.500 kilogram, berat gagang kayunya adalah 250
kilogram, dan berat kerangkanya juga 250 kilogram.

Keseluruhan berat golok ini adalah 2 ton. Panjang golok ini mencapai 5 meter,
sedangkan gagangnya mencapai 1,7 meter. Rangka golok ini panjangnya
mencapai 5,6 meter. Golok raksasa ini dibuat sebagai lambang kekeluargaan
warga Banen dalam melestarikan warisan sejarah.
3. Golok Sulangkar

Sumber: https://pbs.twimg.com/

Golok Sulangkar adalah senjata tradisional keramat yang merupakan warisan


kebudayaan Banten. Sama seperti golok ciomas, jenis golok ini juga dipakai
sebagai senjata untuk melawan penjajah. Namun, pemakaiannya seikit
berbeda dengan golok ciomas. Sebelum digunakan, biasanya golok sulangkar
diolesi terlebih dahulu menggunakan racun.

Racun yang digunakan berasal dari ular tanah, kalajengking, dan katak budug.
Racun dari ketiga hewan tersebut sangat ampuh dan mematikan untuk
melawan musuh. Golok Sulangkar terbuat dari macam-macam besi, yaitu besi
plat hitam yang disebut dengan besi sulangkar atau besi kihkir bekas. Besi
sulangkar yang digunakan harus mengandung besi tua yang lebih dulu telah
digunakan.

Masyarakat Banten percaya bahwa besi-besi tua tersebut mengandung


kekuatan mistis yang lebih banyak. Selain bahan bilahnya yang bermacam-
macam, bahan gagang golok sulangkar pun bisa dipilih sesuai selera. Biasanya
gagang golok sulangkar terbuat dari kayu sonokeling atau tanduk kerbau.

Gagang yang dibuat dengan tanduk kerbau memiliki harga jual yang lebih
mahal dan biasanya hanya digunakan sebagai koleksi. Tanduk kerbau yang
dipakai merupakan tanduk yang didapatkan dari kerbau yang sudah mati. Jadi,
kerbau tidak dibunuh dengan sengaja hanya untuk diambil tanduknya.

Golok sulangkar harganya cukup mahal. Hal ini membuat beberapa oknum tak
bertanggungjawab menjual golok suangkar yang palsu. Ciri-ciri golok
sulangkar palsu adalah urat atau garisnya yang berukuran kecil. Golok
sulangkar yang asli ukurannya lebih besar, seratnya sedikit, dan warnanya
hitam kemerahan.
4. Congkrang
Sumber:
https://s1.bukalapak.com/

Congkrang yang ada di Jawa Barat dan Banten memiliki perbedaan. Jika
congkrang Jawa Barat lebih mirip cangkul, maka congkrang Banten mirip
dengan arit. Bahkan, beberapa masyarakat Banten menyatakan bahwa
congkrang adalah nama lain dari arit. Congkrang biasanya digunakan
masyarakat Banten untuk berkebun dan mencari rumput.

Meskipun bernama senjata, tapi congkrang saat ini lebih banyak digunakan
untuk kegiatan sehari-hari. Jika sedang tidak digunakan, congkrang juga
dimasukkan ke dalam sarung seperti senjata lainnya. Hal ini dilakukan demi
keamanan.
5. Parang

Sumber: https://s2.bukalapak.com/

Parang adalah salah satu senjata tradisional Banten yang bisa juga digunakan
untuk membantu kegiatan sehari-hari. Senjata ini banyak digunakan untuk
membangun rumah yang berbentuk panggung. Alam pembangunan rumah
tersebut, diperlukan banyak bambu sehingga parang sangat berguna untuk
membelahnya.

Parang harus dicuci bersih setelah digunakan agar lebih tahan lama. Setelah
dicuci, parang juga harus ditunggu sampai benar-benar kering sebelum
dimasukkan ke dalam sarungnya. Hal ini bertujuan agar parang tidak mudah
berkarat. Parang lebih sering digunakan daripada golok, jadi sebaiknya lebih
sering diasah agar tidak tumpul.

Nah, itu dia penjelasan macam-macam senjata tradisional Banten beserta


gambar-gambarnya. Meskipun memiliki kemiripan satu sama lain, tetapi setiap
daerah tetap memiliki keunikan senjata yang membuatnya berbeda. Sebagai
warga Indonesia yang cinta tanah air, kita harus ikut melestarikan kebudayaan,
termasuk senjata tradisional.
7+ Lagu Daerah BANTEN beserta Lirik dan
Maknanya
By Candra NovitasariPosted on 13 March 2023

Lagu Daerah Banten – Di kesempatan kali ini, Admin Senipedia akan kembali


mengulas Daftar Lagu Tradisional Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa, dan
tepatnya ialah Lagu Daerah asal Banten.

Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan
kekayaan alam dan budaya yang melimpah, termasuk dalam hal kesenian,
yang sejak dulu hingga sekarang terus mengalami perkembangan, salah
satunya ialah Kesenian provinsi Banten.

Menurut Wikipedia, Banten adalah provinsi paling barat di Pulau Jawa,


dengan total luas wilayah 9.662,92 km² dan beribukota Serang. Selain Rumah
Adat Baduy yang menjadi andalan provinsi ini, nyatanya juga terdapat
beberapa Nyanyian Daerah Banten yang begitu fenomenal.

Salah satu Lagu Tradisional Banten yang fenomenal yakni Dayung Sampan
ciptaan Osman. Lagu ini sangat booming dan banyak dikenal hingga ke
pelosok negeri. Nah, selengkapnya silakan simak Lirik Lagu Daerah Banten di
bawah ini :

Contents  show 

Kumpulan Lirik Lagu Daerah Banten


1. Lirik Lagu Daerah Banten Dayung Sampan
Yang pertama berjudul Dayung Sampan. Siapa sih, yang tidak kenal lagu ini?
Pastinya kamu kenal, dong? Ini adalah salah satu lagu daerah di Indonesia
yang paling banyak dikenal dan dinyanyikan, mulai dari penjuru kota hingga
pelosok desa.

Makna lagu dayung sampan bercerita tentang kegiatan mencari ikan


masyarakat Banten, yang terus mendayung sampannya hingga ke tengah laut,
untuk kelangsungan hidup sehari-hari. Lagu ini sangat tersohor terutama di
daerah pesisir.

Selain itu, mata pencarian masyarakat Banten paling mencolok ialah nelayan.
Banten memang terkenal dengan dunia pelayaran dan nelayannya. Bahkan
pada abat ke-16 dulu, Pesisir Banten menjadi pintu gerbang pelayaran
internasional, sekaligus pusat perdagangan Indonesia.

Hingga kini, Budaya maritim tetap melekat dalam diri mayoritas masyarakat
Banten. Nah, berikut adalah Lirik Lagu Dayung Sampan untuk kamu :

Dayung sampan mencari ikan 


ikan dicari hai nelayan di tengah muara 
Kalau tuan mencari makan
cari makan jual suara menjual suara…

Lay lay la la la la lay menjual suara 


lay lay laylay lay lay lay lay lay lay lay lay 
Dayung dayung dayung dayung dayung sampan…

Dayung sampan sampan didayung


sampan didayung hai nelayang
ke tengah lautan…

Kalau tuan mencari jodoh


jangan mencari hai nalayan
hai nelayan Lay layLay lay la la la la lay

Hai nelayan lay lay laylay lay lay lay lay


lay lay lay lay 
Dayung dayung dayung
dayung dayung sampan..
2. Jereh Bu Guru
Lagu Daerah asal Banten berikutnya berjudul Jereh Bu Guru, yang artinya
“Kata Bu Guru”. Lagu ini diciptakan oleh A Syahri Aliman, dimana
mengandung pesan moral dan makna yang sangat dalam sekali, terutama soal
pendidikan.

Makna Lagu Jereh Bu Guru bercerita tentang ajaran kebaikan dan nasihat
kepada anak-anak, untuk senantiasa berbakti, patuh dan hormat kepada
orangtua, serta ajakan untuk selalu belajar menjadi orang yang berguna dan
taat dalam beribadah. Berikut, lirik lagunya :

Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu nurut ning wong tue
Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu gelema akeh belajar…

Supaye engko dadi wong soleh


Sing akeh ilmune
Supaya engko dadi menuse
Sing akeh gunane…

Jereh bu guru,
Dadi bocah kudu ngebantu wong tue
Jereh bu guru
Dadi bocah kudu belajar agame…
3. Tong Sarakah
Masih diciptakan oleh A Syahri Aliman, lagu Tong Sarakah yang artinya
“Jangan Serakah” ini tentu sudah bisa ditebak maknanya, yakni agar jangan
serakah dalam menjalani hidup, baik kepada kehendak sendiri, maupun saat
bekerjasama dengan orang lain.

Lagu yang bersajak pantun ini juga memberikan gambaran kepada kita akan
pentingnya kehidupan setelah dunia. Berikut, lirik lagu Tong Sarakah untuk
kamu :

Sora adzan di masigit


Ngabejaan geus waktuna sholat
Saha jalma nu masagi
Salamet dunya akherat..

Di masigit sholat berjamaah


Ambeh gede pahalana
Mun masagi hirup tuma’ninah
Tangtu hade darajatna..

Hirup mah ulah sarakah


Ambeh urang meunang berkah
Tapi lamun sarakah jeung harak
Bakal ruksak kana awak..
4. Ibu

Lirik Lagu Tradisional Banten | Hipwee.com


Lagu Daerah Banten berikutnya berjudul, lagi-lagi, lagu ini penciptanya masih
A Syahri Aliman. Sesuai dengan judulnya, Lagu Ibu asal Banten ini bercerita
tentang bagaimana perjuangan seorang ibu dalam melahirkan, merawat dan
membesarkan anak-anaknya.

Selain itu, lagu ini juga mengajak semua pendengar agar senantiasa menjaga,
menghormati, melindungi dan menyayangi sosok ibu, atas semua jasa-jasanya
yang tidak akan pernah terbalas. Berikut, Lirik Lagu Ibu untuk kamu :

Sekabeh menuse
Kudune krunye ning ibu
Sing ngelahirake lan ngegedekaken
Ngemong kite ore lirenan krase akeh susahe..

Sekabeh menuse
Kudune eman ning ibu
Sing ngedoakaken lan akeh ngajari
Endah dadi uwong uripe ore sengsare..

Siki kite uwis pade ngerti


Mase iye nangkel ning ibu
Bengen kite masih durung ngerti
Akeh nglarane atine ibu..

Mumpung kite masih due umur


Kite bise nyenangake atine ibu
Lamun dudu akrne pengorbanane
Kite ore dadi kaye siki..
5. Yu Ragem Belajar
Lagu Tradisional Banten berikutnya berjudul Yu Ragem Belajar. Lagu ini
menjadi lagu penghantar tidur anak-anak pada malam hari, yang dinyanyikan
oleh ibunya. Tidak diketahui pasti siapa yang menciptakan lagu ini.

Yang jelas, Makna Lagu Yu Ragem Belajar bercerita tentang nasihat sekaligus
harapan orangtua kepada anak mereka, untuk selalu semangat dalam belahar,
agar menjadi orang yang berilmu. Berikut, Lirik lagu Yu Ragem Belajar untuk
kamu :

Aje gelem dadi wong bodo


Bakale akeh dibebodo
Mangane kudu rajin belajar
Endah uripe ore susah..

Lamun uwis dadi wong pinter


Aje elok meminteri
Tambah pinter kudune tambah bener
Endah duhur derajate..

Yu ragem belajar endah kite dadi pinter


Yu ragem belajar endah kite tambah bener
Yu ragem belajar endah pinter tambah bener
Dadi pinter tambah bener ore kebelinger..

✓ Lagu Daerah Jakarta


6. Bendrong Lesung
Berikutnya berjudul Bendrong Lesung, lagu ini tumbuh dan populer di kota
Cilegon, Banten. Bendrong Lesung sendiri adalah nama salah satu tari
tradisional asal Banten, dengan menggunakan properti Lesung. Berikut, lirik
lagunya :

Batur, batur
Hayu kita seneng-seneng batur
Nabuh lesung nerageman
Kebeneran pada ngulan ning arep latar umah…

Ngangengakeun ati uwong-uwong


Lesunge ditabuh sembari pada jingkrak, digoyang
Bari nginget karo nembang
Trang treng trong…

Munine suara lesung


Lagune berirama
Sekabeh pada senenge
Ngilangakeun ati lare…
7. Bondolan
Nyanyian adat Banten berikutnya berjudul Bondolan. Lagu ini sangat populer
di daerah Banten Utara dan Serang. Lagu ini akan sering terdengar di acara
pesta pernikahan dan hiburan lainnya.

Nah, karena liriknya cukup panjang, Saya tampilkan dalam bentuk gambar
saja. Berikut, Lirik lagu Bondolan untuk kamu :
8. Upuk Upuk
Puk upuk, walang ngepuk
Si senong turune ngelumpuk
Puk upuk walang gencer
Si senong turune ngelonjor

Puk upuk walang pedang


Si senong turune ngebapang
Puk upuk walang udur
Si senong seladag seludug…

Senong turune sing lali


Aja pati nangis bae
Mengko nana kucing garong
Mirong-mirong ning sor gentong…

Untuk wawasan selanjutnya, silakan disimak Lagu Daerah Jawa


Tengah ini.

Anda mungkin juga menyukai