Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur tropis adalah produk arsitektur (bangunan, rumah, dan sejenisnya) yang
mampu beradaptasi dengan iklim tropis. Bentuk adaptasi dasar dari arsitektur tropis
antara lain, perancangan orientasi bangunan, penghawaan dengan ventilasi silang,
perancangan bentuk teritisan dan atap yang miring, dan penggunaan material lokal.
Dalam konteks yang sama tentang adaptasi dari kondisi daerah, pemahaman dari
arsitektur tropis mempunyai dasar pemikiran yang sama dengan Traditional
architecture. Bukan secara vernakular dilihat dari bentuk bangunan dan
aplikasinya, namun alasan dasar mengapa perancangan terbentuk.

“ Traditional architecture is a product of its environment, each region variant develops in response
to the conditions and materials determined by the local climate and vegetation.” (Barry Dawson,
1994, 19).
Traditional architecture, ingin menyatakan bahwa produk arsitektur yang
terbangun berasal dari lingkungan itu sendiri, hadir sebagai respon terhadap kondisi
iklim yang ada. Jadi, berangkat dari dasar tersebut arsitektur tropis merupakan
produk arsitektur yang menanggapi konteks lokal beserta permasalahan yang
mengikutinya. Oleh karena itu, sangat penting bagi arsitek untuk mengetahui akan
hal tersebut.

" Local traditional architecture is the most adequate and suitable answer to the requirements of
environmental and energy consumption need. It is necessary to create a new architecture
perspective for the next century. A deeper understanding of climate and natural components inside
existing historical contexts is helpful in enhancing ecological awareness in modern building
design.” (Xia, 1996, 306).
Dimana lebih dalam lagi dijelaskan bahwa memahami konteks lokal akan
meningkatkan kesadaran akan konteks ekologi terhadap desain bangunan. Konteks
ekologi terhadap desain bangunan atau biasa disebut ecodesign, adalah dimana
arsitek mempertimbangkan lingkungan sebagai dasar dari desain bangunannya. Hal
ini bertujuan agar bangunan yang terbangun tidak membuat masalah baru atau
dampak buruk bagi lingkungan karena bangunan yang terbangun merupakan
produk dari lingkungan yang ada.

1
Merancang bangunan tinggi yang berdampak baik terhadap lingkungan merupakan
isu vital pada jaman ini. secara produk, bangunan tinggi sendiri bukan merupakan
gagasan arsitektur yang mendukung konsep arsitektur berkelanjutan dikarenakan
banyaknya sumber daya alam maupun energi yang dibutuhkan untuk membuat
bangunan tinggi. Oleh karena itu, bangunan tinggi sendiri tidak dapat menjadi
sepenuhnya total berkelanjutan namun mendekati. Dengan begitu, konsep
ecodesign dibuat sebagai perangkat agar bangunan tinggi adalah lingkungan itu
sendiri. Salah satu tujuan dasar dari dari eco design sendiri adalah menggabungkan
konteks fisik bangunan yakni passive design dengan konteks mekanikal yakni
active design, dalam perancangan bentuk dan infrastruktur berdasarkan konteks
ekosistem area bangunan terbangun, dalam hal ini area tropis. (Yeang, 2010, 78)

“ Pada bangunan tinggi, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang terkait dengan
kepedulian perancang terhadap lingkungan, karena secara langsung berhubungan dengan tingkat
kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni atau pengguna bangunan (Juwana, 2005, 9).”
Secara umum aplikasi penerapan arsitektur tropis terbentuk dan terlihat jelas pada
bangunan dengan skala ketinggian yang rendah seperti landed housing, atau low-
rise. Oleh karena itu, penerapan konsep tropis terhadap banguna tinggi saat ini,
mengesampingkan adaptasi terhadap konteks lingkungan. Dimana terdapat elemen
baru yakni, teknologi mesin yang ditambahkan tanpa memperhatikan perancangan
pada iklim tropis itu sendiri. sebagai contoh, penambahan mesin penghawaan
buatan yakni AC sebagai pengontrol suhu didalam ruang mengesampingkan
perancangan orientasi bangunan tinggi maupun perancangan ventilasi ruang
sebagai solusi dari pemecahan masalah iklim tropis. Dengan terjadinya hal seperti
itu, lama kelamaan elemen dari arsitektur tropis seperti perencanaan orientasi
bangunan, teritisan, serta ventilasi sebagai penghawaan pada high-rise akan
tergantikan dengan elemen aktif seperti mesin yang adalah produk perkembangan
jaman. perkembangan teknologi akan menghasilkan bentuk adaptasi yang baru,
salah satu contohnya adalah penghawaan buatan atau AC.

2
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada bangunan tinggi saat ini, bisa dikatakan
bahwa perancangannya masih mengandalkan elemen mechanical and engineering
yang dapat merusak lingkungan sekitar. Sedangkan perancangan yang sebaiknya
dilakukan adalah perancangan yang menanggapi konteks lingkungan tropis melalui
penerapan elemen elemen dasar seperti perancangan orientasi dan penghawaan
bangunan sebagai desain pasif yang menanggapi konteks lingkungan. Padahal
dalam penggunaannya, desain pasif mempunyai kelebihan yakni kemungkinan
lebih kecil akan terjadinya malfungsi sistem dibandingkan dengan penggunaan
mesin, yakni elemen mechanical and engineering (Drexler & El, 2012, 41). Oleh
karena itu, penambahan elemen mechanical and engineering kedalam bangunan
tinggi dianggap kurang relevan untuk menjawab masalah lingkungan yang ada.

” Any technical installation with moving parts and electronic circuits is by definition more
susceptible to glitches than a wall or a window. As a result of the lesser complexity of the systems,
unwanted internal and external consequences are far less likely with low-tech solutions. ” (Drexler
& El, 2012, 41).

Adapun dari segi teknis, elemen mechanical dapat diartikan sebagai high-tech
karena merupakan produk teknologi perkembangan jaman. Sebaliknya, elemen
low-tech dapat diartikan sebagai elemen pasif pada bangunan. Oleh karena itu,
penerapan desain pasif pada bangunan tinggi perkantoran akan menghasilkan
produk arsitektur yang berkelanjutan yakni penghematan energi.

“ Passive strategies should be utilized to the fullest extent since their cost is minimal and their effect
on energy efficiency is significant. ” (Aksamija, 2013, 19).
Desain pasif sangat memperhatikan pemanfataan energi pada bangunan serta
efeknya terhadap lingkungan. Arsitek dalam perancangan bangunannya sudah
selayaknya menggunakan kriteria desain pasif secara maksimal karena sangat
berpengaruh signifikan terhadap efisiensi energi bangunan tinggi perkantoran.
Jadi, penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan fenomena penerapan desain
aktif pada bangunan tinggi tropis dengan menggunakan konsep ecodesign sebagai
solusi dari permasalahan yang ada saat ini

3
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas adalah sebagai berikut:


1) Apa kriteria dari ecodesign dan indikatornya terhadap bangunan tinggi
perkantoran tropis?
2) Bagaimana konsep ecodesign diterapkan pada studi kasus ?
3) Bagaimana cara menerapkan konsep ecodesign dalam perancangan
bangunan tinggi perkantoran tropis ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1) Mengetahui kriteria dan indikator dari ecodesign terhadap bangunan tinggi


perkantoran tropis.
2) Mengetahui bagaimana konsep ecodesign diterapkan pada studi kasus.
3) Mengetahui cara penerapan konsep ecodesign dalam perancangan
bangunan tinggi perkantoran tropis.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui elemen pasif pada arsitektur tropis dan elemen aktif apa yang
dapat diterapkan pada highrise atau bangunan tinggi perkantoran. Dan juga
mengetahui apakah bentuk adaptasi bangunan tinggi secara pasif tersebut dapat
membuat gedung lebih menjawab permasalahan yang ada, atau adaptasi mengikuti
perkembangan jaman yang semakin modern dengan munculnya teknologi, dapat
menjadi jawaban akan permasalahan pada iklim tropis.

4
1.5 Sistematika Penulisan

Bagian pendahuluan lebih memperlihatkan fenomena desain aktif pada


perancangan bangunan tinggi perkantoran tropis yang masih menjadi faktor
dominan dibandingkan menggunakan desain pasif. Adapun langkah integrasi dari
desain pasif dan aktif adalah salah satu tujuan dari konsep berkelanjutan yang
merupakan solusi dari fenomena yang diangkat. Selain itu rumusan masalah, tujuan
& manfaat penelitian juga dipaparkan sesuai dengan topij penerapan desain pasif
yang berkelanjutan terhadap banguna tinggi perkantoran tropis.

Bab II berisikan kajian teori mengenai bangunan tinggi perkantoran secara


fungsional, dan secara konteks tropis. Lalu kriteria dasar desain pasif dan
hubungannya dengan konsep berkelanjutan. Bagian ini bertujuan untuk meneliti
lebih dalam lagi akan fenomena yang diangkat.

Bab III berisikan analisis terhadap objek studi mengenai elemen pasif dan aktif
arsitektur tropis dan hubungannya dengan konsep sustainabilitas terhadap
bangunan tinggi / highrise perkantoran. Analisis dilakukan berdasarkan teori yang
telah ditemukan pada bab dua. Bagian ini menghasilkan temuan berupa
rekomendasi perancangan bangunan tinggi yang mengedepankan konsep
berkelanjutan serta integrasi dari desain pasif dan aktif pada bangunan tinggi yang
menanggapi konteks daerah tropis.

Bab IV berisikan rekomendasi perancangan bangunan tinggi / highrise


perkantoran. Proses perancangan didasari oleh temuan dari kajian teori serta studi
kasus pada bab sebelumnya.

Bab V berisikan kesimpulan hasil pembahasan dari keseluruhan penelitian beserta


saran.

Anda mungkin juga menyukai