Anda di halaman 1dari 11

FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No.

SELUBUNG BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LUAR


(PASSIVE COOLING)
Oleh : Sonden Winarto *)

ABSTRAK

Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan di


sekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan.
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan aspek kenyamanan pada bangunan
tergantung pada obyek bangunan yang dihadapi.
Untuk bangunan yang menghendaki kualitas hunian yang sempurna maka persyaratan
tersebut mutlak harus diadopsi dan diterapkan. Penerapan ini akan lebih efisien bila
dikaitkan dengan masalah hemat energi dalam bangunan yang bersangkutan.
Agar suatu bangunan hunian dapat memberikan nilai kenyamanan yang cukup bagi
penghuninya maka perlu direncanakan dan dirancang mengikuti pedoman teknis yang telah
tersedia. Dimana nilai kenyamanan ruang dalam bangunan tidak terlepas daripada pemilihan
bahan bangunan yang dipergunakan, rancangan bentuk bangunan, pengaturan letak ruang
bangunan, warna dan bukaan pada dinding.
Di samping faktor ekternal pada lingkungan bangunan sekitarnya seperti pemilihan bahan,
tektur bahan, vegetasi serta orientasi bangunan terhadap sumber bunyi dan
cahaya/matahari. Dengan demikian diharapkan tercipta suatu bangunan yang sehat baik
pada bangunan bertingkat maupun bangunan tidak bertingkat.

I. LATAR BELAKANG baru. Tantangan tersebut antara lain


adalah :
1. Pembangunan berkelanjutan
Di dunia berkembang metode/konsep 1. Aksesibilitas
pembangunan yang berkelanjutan, oleh
2. Keamanan
karena itu pada semua kegiatan/proyek
termasuk bangunan gedung 3. Kesehatan
mengedepankan/memprioritaskan konsep 4. Produktivitas
tersebut. Sudah menjadi pengertian
bersama bahwa pembangunan bangunan Ke empat faktor tersebut harus seiring
gedung membawa dampak langsung dan dengan meminimalkan dampak terhadap
tidak langsung pada lingkungan seperti lingkungan. Berdasarkan evaluasi Levin H
penggunaan energi, emisi atmosfer, di Amerika pada tahun 2007 dampak
penggunaan bahan baku, menghasilkan gedung terhadap lingkungan terlihat pada
buangan, penggunaan air dll. Berkaitan gambar 1. dimana penggunaan energi
dengan perkembangan ekonomi secara mencapai 42 %.
keseluruhan dan juga populasi, maka
desain, konstruksi dan operasi komunitas
manusia menghadapi naiknya tantangan
dalam memenuhi kebutuhan akan fasilitas

37
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

Untuk itu harus memenuhi atau lebih dari


standar kinerja energi yang ada.
c. Konservasi air.
Salah satu visi dan misi dunia saat ini
adalah bagaimana mengkonservasi air,
dimana di sebagian besar dunia sekarang
menghadapi krisis air terutama air bersih.
Source: Levin, H. (1997) paper for presentation to
Suatu gedung yang berkelanjutan harus
"Buildings and Environment", Paris, 9-12 June, dapat mengurangi, mengontrol,
1997 menggunakan air secara efisien,
Gambar 1. Systematic Evaluation and menggunakan kembali/daur ulang air untuk
Assessment of Building Environmental penggunaan lain jika dimungkinkan.
Performance (SEABEP)
d. Menggunakan produk yang ramah
Dari gambaran di atas maka dapat lingkungan
disimpulkan bahwa pada desain, konstruksi
Gedung yang berkelanjutan harus
dan operasi suatu gedung/fasilitas ada
dibangun dengan bahan yang
suatu interface yang penting antara
meminimalkan dampak life cycle
lingkungan dalam dan lingkungan luar yaitu
lingkungan seperti pemanasan global,
selubung bangunan.
pengurasan sumberdaya dan kandungan
2. Perancangan gedung berkelanjutan berbahaya bagi manusia. Dalam konteks
Tujuan utama perancangan berkelanjutan bahan, antara lain life cycle bahan/material,
adalah untuk menghindari pengurasan manufaktur produk, pengepakan,
energi, air dan bahan baku, mencegah transportasi, instalasi, penggunaan dan
degradasi lingkungan yang disebabkan daur ulang/pembuangan.
oleh fasilitas dan infrastruktur selama life e. Meningkatkan kualitas udara indoor
cycle dan menciptakan lingkungan yang
Kualitas lingkungan indoor sangat
aksesibilitas, keamanan, kesehatan dan
berdampak pada kesehatan penghuni,
produktifitas.
kenyamanan dan produktivitas. Untuk itu
Berdasarkan definisi perancanangan gedung yang berkelanjutan harus
gedung berkelanjutan tersebut maka ada 6 memaksimalkan cahaya alami,
(enam) prinsip dasar yang diperlukan yaitu menyediakan ventilasi dan control
: humiditas serta menghindari penggunaan
a. Optimisasi potensi lokasi/tempat. bahan yang mempunyai emisi VOC
(Volatile organic compound) yang tinggi.
Untuk menciptakan keberlanjutan dimulai
dengan seleksi lokasi/tempat yang tepat f. Optimalisasi O&M
dari sisi orientasi, landscape bangunan Operasi dan maintenance yang sudah
berdampak pada ekosistem local, dikaitkan dalam pertimbangan desain
transportasi dan penggunaan energi. fasilitas akan memberikan kontribusi yang
b. Meminimalisasi konsumsi energi. besar terhadap lingkungan kerja,
produktivitas tinggi, dan mengurangi energi
Bangunan yang berkelanjutan harus dan biaya bahan. Desainer diharapkan
berdasar pada efisiensi dan langkah- dapat menspesifikasi bahan dan sistem
langkah desain pasif yang lebih dari pada yang dapat mempermudah dan
bahan baker fosil pada operasionalnya.

38
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

mengurangi maintenance, mengurangi memisahkan antara lingkungan interior dan


penggunaan air, energi dan bahan kimia eksterior dari suatu gedung yang
beracun, cost efektif dan mengurangi biaya melindungi bagian interior sekaligus
life cycle. menciptakan kontrol iklim.
Perancangan selubung bangunan
mempunyai 4 tujuan utama yaitu :
II. TUJUAN PENULISAN
 Kesatuan struktur
 Memberikan pengetahuan kepada para  Kontrol kelembaban
peserta untuk dapat melakukan  Kontrol temperature
perencanaan selubung bangunan yang  Kontrol tekanan udara
berkelanjutan. Komponen fisik gedung antara lain fondasi,
 Memberikan pengetahuan pada atap, dinding, jendela dan pintu. Efektifitas
peserta metode perhitungan kinerja dan daya tahan selubung bangunan
selubung, peluang konservasi energi, tergantung pada hubungan dan interaksi
penerapan teknologi dan integrasi antara dimensi, kinerja dan kompatibilitas
lingkungan luar dalam suatu bangunan dari bahan dan proses fabrikasi.
yang berkelanjutan. Indikator keberhasilan perancangan
selubung bangunan antara lain
kemampuan perlidungan terhadap cuaca
III. DASAR TEORI
dan iklim (kenyamanan), kualitas udara
1. Bangunan gedung
dalam ruangan (kebersihan dan
Bangunan gedung menurut Richards Rush kesehatan), daya tahan dan efisiensi.
dalam bukunya The Building Systems
2. Pengertian selubung bangunan
Integration Handbook dapat dibagi dalam
4 sistem yaitu : Secara umum selubung bangunan
 Struktur ditunjukkan pada gambar 2. terlihat garis
 Selubung (envelope) merah yang menunjukkan selubung
 Mekanikal bangunan merupakan pemisah antara
 Interior ruangan yang dikondisikan dengan
Dalam kategori ini selubung bangunan ruangan luar yang tidak dikondisikan.
merespon baik dari kekuatan alam maupun
nilai (kebutuhan) manusia. Kekuatan alam
dapat berupa angin, sinar matahari, hujan
dll. Sedangkan manusia membutuhkan
keselamatan, keamanan, kenyamanan dll.
Selubung bangunan menyediakan
perlindungan di area tersebut dan
menyeimbangkan kekuatan alam dari
dalam maupun dari luar. Untuk
mendapatkan perlindungan tersebut
diperlukan kontrol penetrasi yang tepat.
Secara umum symbol dari selubung
bangunan merupakan gelembung besar
yang menjadikan cuaca keluar dan iklim Gambar 2. Konsep dasar selubung bangunan
interior ke dalam. Selubung bangunan

39
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

Selubung bangunan merupakan elemen pencahayaan pasif. Pengambilan


terluar dari bangunan seperti pondasi, keputusan yang tepat akan dapat
dinding, atap, jendela, pintu, matahari dan memperkecil masalah yang mungkin telah
kontrol termal, kontrol humiditas, kontrol timbul pada tingkat pertama.
kualitas udara di lingkungan dalam, akses
c. Tingkat ke tiga sistem mekanikal
cahaya alami, pandangan ke luar,
ketahanan terhadap api, akustik, biaya Tingkat ini merupakan perancangan
efektif dan estetika. Karena bervariasinya perangkat mekanikal yang lebih banyak
fungsi-fungsi tersebut dan terkadang saling menggunakan sumber tenaga yang tidak
berkompetisi dan sangat berkaitan dengan dapat didaur ulang untuk menangani sisa
selubung bangunan, maka perlu beban dari tingkat pertama dan kedua.
dipertimbangkan pendekatan terintegrasi Tingkat pertama dan tingkat ke dua
dan sinergis. Pendekatan berkelanjutan ini terwujud oleh perancangan arsitektural
akan mendukung komitmen terhadap terutama selubung bangunan. Sedangkan
lingkungan dan konservasi yang akan tingkat ke tiga merupakan perancangan
menghasilkan biaya yang optimal, mekanikal antara lain tata udara buatan
lingkungan, sosial dan keuntungan dan juga tata cahaya buatan.
manusia.
3. Pendekatan arsitektural
TINGKAT III
Selubung bangunan sangat berkaitan
SISTEM MEKANIKAL
dengan arsitektural bangunan.
Perancangan suatu sistem tata udara dan
TINGKAT II
tata cahaya dalam suatu gedung meliputi
SISTEM PASIF
tiga tingkatan seperti pada gambar 3. di
bawah yaitu :
TINGKAT I
a. Tingkat pertama rancangan bangunan RANCANGAN BANGUNAN DASAR
dasar
Gambar 3. Pendekatan perancangan bangunan
Rancangan bangunan dasar adalah
rancangan arsitektural yang berfungsi gedung
untuk memperkecil kehilangan panas di 4. Istilah dalam selubung bangunan
musim dingin dan memperkecil
peningkatan panas dimusim panas. Dalam standar selubung bangunan baik
Khusus daerah tropis seperti di Indonesia yang memakai standar ASHRAE maupun
maka rancangan yang diperlukan adalah standar SNI, ada beberapa istilah yang
bagaimana memperkecil peningkatan perlu diketahui dalam melakukan
panas dan kelembaban. Pengambilan perancangan, mengoperasikan, memeli-
keputusan yang kurang tepat akan hara, memeriksa dan menguji suatu
mengakibatkan penggunaan perangkat selubung bangunan.
mekanis dan tenaga listrik dua sampai tiga a. Beda temperatur ekuivalen
kali lipat dari semestinya.
Beda temperatur yang diakibatkan oleh
b. Tingkat ke dua sistem pasif efek radiasi matahari dan temperatur udara
Tingkat ke dua melibatkan penggunaan luar, sehingga menimbulkan aliran panas
tenaga alami dengan metode seperti total ke dalam bangunan.
pemanasan, pendinginan dan

40
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

b. Faktor radiasi matahari Adalah jumlah panas yang mengalir lewat


satu satuan luas bagian bangunan, pada
Laju rata-rata setiap jam dari radiasi
kondisi mantap, per satuan waktu, per
matahari pada selang waktu tertentu yang
satuan beda temperatur udara yang
sampai pada suatu permukaan.
terdapat di tiap permukaan bagian
c. Fenetrasi bangunan tersebut.
Bukaan atau lubang cahaya di dalam 5. Standard Nasional Indonesia (SNI)
bangunan yang mentransmisikan cahaya tentang selubung bangunan
termasuk di sini adalah bahan yang tembus
Selubung bangunan untuk Indonesia
cahaya seperti kaca atau plastik, peralatan
(daerah tropis) mempunyai karakteristik
peneduh luar atau dalam dan sistem
tersendiri dan mempunyai SNI tahun 2011
peneduh lainnya.
berjudul Konservasi Energi Pada Selubung
d. Nilai perpindahan termal menyeluruh Bangunan. Dalam SNI tersebut teradapat
(OTTV) beberapa kriteria khusus yaitu :
Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria  Standar SNI selubung bangunan tahun
perancangan untuk selubung bangunan 2011 berlaku untuk komponen dinding
pada bangunan yang dikondisikan. (termasuk jendela) dan atap pada
e. Nilai perpindahan termal atap (RTTV) bangunan yang dikondisikan. Bangunan
yang dikondisikan umumnya
Nilai perpindahan termal menyeluruh untuk
menggunakan Air Conditioning (AC/tata
atap yang ditetapkan sebagai kriteria
udara), oleh karena itu semakin kecil
perancangan penutup atap yang dilengkapi
perpindahan panas kedalam bangunan
dengan lubang cahaya atap.
maka akan memperkecil beban
f. Kriteria peneduh pendingin sehingga akan menghemat
energi.
Angka perbandingan antara perolehan
panas radiasi matahari melalui lubang-  Berdasarkan SNI tersebut ditetapkan
lubang cahaya terhadap perolehan kalor perolehan panas radiasi matahari total
radiasi matahari yang melalui kaca bening untuk dinding dan atap tidak boleh
setebal 3 mm yang tidak terlindung. melebihi harga perpindahan panas
menyeluruh (OTTV) yaitu 45 Watt/m2.
g. Selubung bangunan
Meskipun untuk negara-negara ASEAN
Adalah elemen bangunan yang melingkupi lain tahun 2003 menetapkan OTTV
bangunan seperti dinding dan atap adalah 20 Watt/m2 (lihat tabel 1. di
bangunan di mana sebagian besar energi bawah).
termal berpindah lewat elemen tersebut.
h. Transmitansi termal yang selanjutnya
disebut nilai U
Tabel 1. OTTV di Negara ASEAN
2
OTTV (Overall Thermal Transfers Value) (w/m )
Tahun
Indonesia Sing, MaL, Thai, Phil

2000~2001 45 45

2001~2002 40 35

2002~2003 >=35 <= 20

41
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

Dari benchmark OTTV di atas maka beban pendinginan. Semakin tinggi transfer
selubung bangunan di Indonesia masih termal pada selubung bangunan, maka
mempunyai potensi yang cukup besar semakin tinggi pula beban pendinginan.
berkaitan langsung dengan penghematan Selain itu perlu diperhatikan adalah
energi (semakin kecil OTTV maka semakin kebocoran-kebocoran yang sering terjadi
hemat daya tata udara sehingga secara pada bangunan, baik karena faktor
keseluruhan gedung akan lebih hemat). rancangan, faktor manajemennya dan
adanya tambahan peralatan lain.
V. PELUANG KONSERVASI ENERGI
Pada bangunan konstruksi selubung
bangunan sangat berpengaruh terhadap

Gambar 4. Peluang terjadinya kebocoran

Pada gambar 4. terlihat kebocoran- kebocoran yang terjadi berkaitan dengan


kebocoran yang terjadi pada selubung beban pendinginan.
bangunan terjadi pada sambungan antar
rangka, ventilasi, pembuangan udara 1. Pengaruh penyerapan kalor matahari
dapur, lubang pada sistem kelistrikan dll. terhadap selubung bangunan.
Jika diidentifikasi kebocoran yang terjadi
Pengaruh penyerapan kalor matahari
adalah pada dinding maupun atap
terhadap selubung bangunan ditunjukkan
dikarenakan pemilihan bahan yang salah
dalam bentuk nilai OTTV. Besarnya nilai
maka perlu dilakukan perhitungan ulang
OTTV, ditunjukkan dengan persamaan :
OTTV dan dilakukan modifikasi selubung
tersebut. OTTV =  { UW x (1 – WWR) x TDEQ} + (
Peluang hemat energi pada selubung WWR x SF x SC ) + ( Uf x WWR x T)
bangunan yang paling dominan adalah
dengan:
pengaruh penyerapan kalor matahari dan

42
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

OTTV = Nilai perpindahan termal k1 = koeffisien regresi kombinasi dari


menyeluruh pada dinding luar yang faktor-faktor internal yang
mempengaruhi beban chiller
memiliki arah atau
(seperti pencahayaan, orang,
orientasi tertentu (W/m2); peralatan, dan lain-lain).
α = absorbtans radiasi matahari. (Tabel 1 k2 = k2A x k2B x k2C ……………………(2).
k2A = koeffisien regresi ekuivalen untuk
dan 2);
TEQ.
UW = Transmitans termal dinding tidak k2B = koeffisien regresi ekuivalen untuk
tembus cahaya (W/m2.K); T.
WWR = Perbandingan luas jendela dengan k2C = koeffisien regresi ekuivalen untuk
SF.
luas seluruh dinding luar pada orientasi
yang 3. Peluang Hemat Energi dari selubung
ditentukan; bangunan.
Dari rumus OTTV dapat dilihat bahwa
TDEk = Beda temperatur ekuivalen (K);
penghematan energi hanya bisa diperoleh
SF = Faktor radiasi matahari (W/m2); dengan melakukan modifikasi terhadap ,
SC = Koefisien peneduh dari sistem Uw, WWR , SC dan Uf . Oleh karena itu
fenestrasi; untuk memodifikasi selubung bangunan
perlu diperhatikan beberapa rekomendasi
Uf = Transmitans termal fenestrasi di bawah ini.
(W/m2.K); Sebelum melakukan program
ΔT = Beda temperatur perencanaan antara penghematan perlu ditinjau dulu bagian-
bagian yang penting dari selubung
bagian luar dan bagian dalam. (diambil 5K)
bangunan yang mempunyai peluang paling
tinggi. Pada Gambar 5. di bawah terlihat
Dalam persamaan tersebut, ada 5 variabel bangunan sebagai ruang dingin (karena
yang menentukan variasi besarnya OTTV, dikondisikan). Kemungkinan terjadinya
yaitu : , UW, WWR, SC dan Uf . kehilangan energi baik energi dingin yang
Dengan analisa regresi, menggunakan keluar atau panas yang masuk adalah
program DOE-2, dilakukan simulasi untuk dikarenakan :
memperoleh angka kombinasi dari kelima  Radiasi matahari
variabel tersebut, dan dinyatakan dalam  Transmisi lewat dinding/jendela
bentuk koefisien regresi k2 .  Radiasi lewat dinding atau jendela
 Transmisi lewat atap
2. Hubungan selubung bangunan dan  Infiltasi/exfiltrasi lewat celah
beban Chiller. pintu/jendela
Hubungan selubung bangunan yang  Tranmisi lewat lantai
dinyatakan dalam bentuk OTTV dan beban  Kalor dari lampu, peralatan listrik dan
Chiller, diperoleh dengan persamaan : manusia

Beban Chiller = k1 + k2. (OTTV). …… (1).

dimana :

43
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

Radiasi Matahari
Masukan Energi Kimia
C

Transmisi lwt atap

Energi Infiltrasi Energi Eksfiltrasi


&/ Ventilasi mha &/ Ventilasi mha
RUANG DINGIN Transmisi
lewat:
Ti: suhu dalam Kalor perolehan
dinding,
Wi: kand. uap air dlm. dari: lampu, orang, Infiltrasi/
Masukan Energi Keluaran Energi jendela
alat listrik, produk Exfiltrasi
Termal Q i Termal Q o lewat:
Radiasi celah,
lewat: pintu,
To: suhu luar dinding, jendela
Wo: kand. uap air luar Masukan Energi jendela
Listrik E

Transmisi
lewat lantai

a. Ruang dingin sebagai system boundary b. Mekanisme perpindahan dan pembangkitan kalor

Gambar 5. Mekanisme Perpindahan kalor

V. PASSIVE COOLING mengkonsumsi energi lebih kecil dan


memproduksi buangan paling kecil
Teknologi selubung bangunan pada
juga.
umumnya mengikuti perkembangan
3) Aestetik – gedung pasif lebih ramah
teknologi negara-negara 4 musim.
lingkungan dan meningkatkan
Teknologi tersebut mengadaptasi dua
keragaman dan ketertarikan manusia
cuaca yang berbeda secara ekstrim yaitu
panas dan dingin.
1. Strategi umum mengontrol iklim
Pada daerah tropis, perkembangan ruangan
teknologinya dipusatkan pada bagaimana Secara umum strategi untuk mengontrol
mengurangi transfer panas/thermal ke iklim ruangan adalah sebagai berikut :
dalam bangunan. Metode yang sudah  Untuk mencapai kenyamanan termal
banyak dikenal adalah passive cooling didalam ruang, maka bangunan harus
(pendinginan pasif). dirancang sedemikian rupa untuk dapat
Passive cooling adalah suatu cara mengontrol perolehan panas matahari
menggunakan passive control (gedung itu sesuai dengan kebutuhannya.
sendiri). Sedangkan kebalikannya adalah Bangunan yang berada pada iklim
active control (menggunakan AC/pemanas dingin harus mampu menerima radiasi
listrik). Pemanfaatan active control adalah matahari yang cukup untuk pemanasan,
keputusan yang diambil jika kenyamanan sedangkan bangunan yang berada pada
tidak dapat tercapai dengan passive iklim panas, harus mampu mencegah
control. radiasi matahari secukupnya untuk
Pendekatan passive cooling dilakukan pendinginan.
dengan alasan sebagai berikut :  Untuk mencapai kenyamanan visual
1) Ekonomi – pemasangan peralatan didalam ruang, maka bangunan harus
mekanik membutuhkan biaya modal dirancang sedemikian rupa untuk dapat
awal, operasional dan mengontrol perolehan cahaya matahari
perbaikan/perawatan (penerangan) sesuai dengan
2) Ekologi/lingkungan – gedung pasif kebutuhannya.
paling kecil membebani ekosistem,

44
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

 Kontrol Lingkungan Pasif dilakukan  Untuk mencapai sasaran penghematan


untuk mencapai kenyamanan termal energi yang optimal, maka prioritas
maupun visual dengan memanfaatkan utama adalah kontrol pasif, lalu disusul
seluruh potensi iklim setempat yang kontrol hibrid dan kontrol aktif sebagai
dikontrol dengan elemen elemen pilihan akhir.
bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, Untuk mencapai sasaran penghematan
jendela,aksesori, lansekap) yang energi yang optimal, maka prioritas utama
dirancang secara cermat dan akurat adalah Aliran panas yang dikontrol secara
tanpa menggunakan energi (listrik). pasif adalah :
 Kontrol Lingkungan Aktif dilakukan a. Jika kondisi dingin tidak nyaman (kurang
untuk mencapai kenyamanan termal panas) yang akan terjadi adalah :
maupun visual dengan memanfaatkan - meminimalisasi kehilangan panas
potensi iklim yang ada dan dirancang - memanfaatkan panas dari matahari
dengan bantuan teknologi maupun atau sumber dari dalam
instrumen yang menggunakan energi b. Jika kondisi panas tidak nyaman (terlalu
(listrik). panas) yang akan terjadi adalah :
 Kontrol Lingkungan Hibrid dilakukan - mencegah panas
untuk mencapai kenyamanan termal - memaksimalkan membuang panas
maupun visual dengan kombinasi pasif
dan aktif untuk memperoleh kinerja Strategi umum seperti pada gambar 6 di
bangunan yang maksimal. bawah.

Gambar 6. Strategi Umum Mengendalikan Iklim ruangan

mengurangi peralatan pemanasan. Pada


3. Pengendalian iklim ruangan
iklim yang panas gedung massive,
Pada semua iklim untuk mendapatkan pendinginan evaporasi dan peneduh yang
kenyamanan termal dengan menggunakan baik dapat dipakai untuk meningkatkan
metoda passive adalah untuk mengurangi kenyamanan.
peralatan control aktif. Pada iklim dingin
Perkecualian lain adalah pada iklim sedang
atau musim dingin, pemanasan pasif
dan humiditas tinggi. Untuk Indonesia,
matahari, insulasi yang baik dan
suatu gedung yang didesain dengan
mengontrol infiltrasi udara untuk
metoda passive cooling adalah suatu hal

45
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

yang sangat mungkin diterapkan. Metode 4. Strategi desain iklim yang hangat dan
ini dilakukan dengan memaksimalkan basah
ventilasi silang yang akan membuat Pada iklim hangat dan basah, pada malam
penggunaan air conditioning adalah tidak hari umumnya hangat dan perbedaan suhu
diterapkan. Jika gedung akan dipasang air tidak terlalu tinggi (kurang dari 5 oC). jika
conditioning maka desain yang akan humiditas tinggi maka evaporasi pada kulit
diterapkan adalah sangat berbeda. sebaiknya tidak terjadi. Pendinginan
Hasilnya adalah gedung harus ditutup, evaporatif akan efektif akan meningkatkan
dilapisi dan disumbat kebocorannya. Oleh humiditas.
karena itu dalam setiap membuat Perancang harus yakin bahwa suhu dalam
keputusan baik kontrol pasif atau aktif ruangan tidak akan naik dibanding suhu
harus diperhatikan apakah akan luar. Ventilasi yang cukup diharapkan
menggunakan ventilasi silang atau mampu memindahkan kelebihan input
menggunakan air conditioning. panas, tapi tidak cukup. Untuk itu kenaikan
Prosedur untuk iklim yang hangat dan suhu pada atap dapat diatasi dengan :
basah dengan membandingkan  Menggunakan atap/genteng yang
psychromatic chart dengan pergerakan reflektif
udara pada zona potensial. Jika garis iklim  Ada jarak yang cukup pada atap dan
adalah penuh menutup zona, kita dapat plafon
katakan masuk dalam desain pasif. Jika  Ventilasi yang cukup pada atap/plafon
tidak, maka ada dua alternative apakah  Menggunakan permukaan yang reflektif
diperlukan air conditioning atau dengan pada atap dan juga plafon
gedung tertutup atau batasan kenyamanan  Menggunakan insulasi yang mempunyai
dapat dipenuhi. tahanan tinggi
Panjang garis iklim dibawah zona control
potensial mengindikasikan proporsi waktu
seperti over heat yang dimungkinkan.

Gambar 7. Strategi desain iklim

46
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 4

Keseluruhan gedung mempunyai kontruksi Pada bagian atas dinding akan


ringan untuk mempermudah pendinginan menciptakan zona tekanan negatif.
pada malam hari. Dinding timur dan barat Kombinasi tersebut akan menimbulkan
harus minimal atau tidak ada jendela untuk ventilasi silang.
menghindari sudut rendah matahari timur
dan barat. Jika diperlukan dinding tersebut VI. PENUTUP
diinsulasi atau reflektif. Sedangkan untuk Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
dinding arah selatan dan utara diharapkan gambaran secukupnya tentang Selubung
dibuka untuk memungkinkan ventilasi Bangunan Dan Lingkungan Luar (Pasive
silang. Dengan demikian diperlukan Cooling), sehingga bermanfaat bagi
perancangan yang menghindari ruangan pengguna Bangunan Gedung.
yang ganda. Spasi ruangan harus Diharapkan tulisan ini dapat memberikan
diperhatikan untuk menghidari angin yang sumbangan pada program penghematan
tidak lancar. Bukaan yang ada energi pada Bangunan Gedung dan dapat
membutuhkan peneduh dari matahari dan disempurnakan lagi dengan masukan-
hujan tetapi juga serangga seperti nyamuk. masukan dari pembacanya.
Pada saat orientasi untuk angin dan Kritik dan saran yang membangun dari
matahari yang diperlukan saling para pembaca sangat membantu dalam
bertentangan, maka orientasi matahari penyempurnaan tulisan ini diwaktu
adalah prioritas, dimana masih ada jalan mendatang.
untuk mengarahkan arah angin. Dengan
memindahkan angin melalui sayap dinding
akan menjadikan zona tekanan positif.

DAFTAR PUSTAKA

1. SNI selubung bangunan


2. Energy conservartion text book, JICA training for trainers 1995
3. EERE (U.S. Department of Energy, Energy Efficiency and Renewable Energy),
“Elements of an Energy-Efficient House,” (Washington, DC: EERE, July 2000)
4. Lawrence Berkeley National Laboratory,“Cool Roofs,” (Berkeley, CA: LBNL, 27
April 2000), A. Wilson, J. Thorne & J. Morrill, Consumer
5. Guide to Home Energy, 8th ed. (Washington, DC: ACEEE, 2003)
6. EERE. Energy Savers: Tips on Saving Energy and Money at Home. (Washington,
DC: EERE)

*) Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Pusdiklat Migas

47

Anda mungkin juga menyukai