Anda di halaman 1dari 13

REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR

WISMA ATLIT PON XXI


Bab 4 - 1

Bab 4
Konsep Bangunan Hijau
1. KONSEP “GREEN DESIGN”
Green Building adalah bangunan yang sejak dimulai dalam tahap perencanaan,
pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi
penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan,
dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semua berpegang pada kaidah
bersinambungan. Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan
bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan
sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan,
pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran.
Bangunan hijau (Green Building) didesain untuk mereduksi dampak lingkungan
terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui efisiensi dalam penggunaan
energi, air dan sumber daya lain, perlindungan kesehatan penghuninya dan
meningkatkan produktifitas pekerja, mereduksi limbah/buangan padat, cair dan gas,
mengurangi polusi/pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan. Berikut adalah beberapa elemen yang penting dalam penerapan
bangunan hijau (green building).

1.1. ASD (Appropriate Site Development)

a. Basic green area


REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 2

Pengolahan tapak bangunan dan dasar hijau yang bebas dari bangunan minimal
10% dapat dipenuhi dalam disain sehingga syarat dasar penilaian memenuhi
syarat.
b. ASD 1 (Site Selection)
Pemilihan lahan perancangan berdasarkan standar penilaian bangunan hijau
sudah memenuhi beberapa kriteria yang menjadi prasyarat utama. Karena
kedekatan fungsi bangunan dengan beberapa sarana publik yang memudahkan
pengguna dalam kehidupan keseharian.
c. Community Accessibilty
Daerah perancangan didalam kawasan rumah susun yang secara umum
mempunyai konektifitas yang tinggi dengan banyak fasilitas publik seperti
tempat ibadah, kantin dan lain lain yang dapat diakses dengan mudah oleh
pejalan kaki.
d. Public Transportation
Area ini terdapat didalam kawasan perumahan sehingga moda transportasi
publik terbatas pada kendaraan yang sudah mendapat ijin khusus dari pengelola
perumahan.
e. Bicycle
Penggunaan sepeda disarankan di dalam kawasan
f. Site landscaping
Penataan ruang dalam dan ruang luar hijau menjadi kriteria utama disain,
dimana untuk menambah intensitas hijau pada lahan digunakan beberapa
strategi disain lansekap secara horizontal maupun vertical memanfaatkan
selubung bangunan.
g. Micro climate
Disain memungkinkan untuk menurunkan suhu lingkungan dan dampak disain
terhadap lingkungan dengan menggunakan material material yang mempunyai
performa tinggi dalam mengurangi efek urban heat island.
h. Storm Water management
Pengolahan secara terpadu air limpasan didalam maupun dari luar site untuk
kepentingan daur ulang maupun resapan. Dalam konsep utama adalah
memperlambat air keluar dari tapak dan menyerapkan serta menggunakan
sebanyak banyaknya air hujan untuk kebutuhan bangunan.
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 3

1.2. EEC (Energy Efficiency and Conservation)


a. Electrical sub metering
Penggunaan kwh meter yang berbeda untuk setiap fungsi.
b. OTTV calculation
Merupakan prasarat dasar yang merupakan perhitungan berdasar SNI untuk
konservasi energy selubung bangunan gedung.
Disain arsitektural yang secara aktif maupun pasif diharapkan mampu mengurangi
kebutuhan konsumsi energy untuk kegiatan dalam bangunan. Disain ini akan
mempengaruhi performa bangunan dalam hal energy listrik, air, penghawaan, dan
lainya. Hal yang akan menjadi kriteria disain kami adalah pemilihan letak dan
besaran bukaan, penggunaan material yang meningkatkan performa bangunan.

1.3. Water Conservation


Disain yang mengutamakan efisiensi penggunaan air dan juga manajemen air
secara keseluruhan termasuk air hujan dan limbah. Pemanfaatan air didalam dan
diluar bangunan secara terpadu dilakukan dengan disain arsitektur-lansekap-dan
mekanikal yang baik.

1.4. Material Resources and Cycle


Pemilihan disain dengan menggunakan material yang mempunyai kriteria tinggi
dalam bangunan hijau. Selain ramah lingkungan, juga merupakan produk local
yang mudah didapat sekaligus memanfaatkan secara optimum penggunaan material.

1.5. Indoor Health and Comfort


Kenyamanan pengguna bangunan yaitu penghuni rumah susun diharapkan dapat
tercapai secara optimum dengan disain yang memperhatikan bukaan dan pengontrol
suhu otomatis.
Kenyamanan bekerja didapatkan bukan hanya dari pengaturan udara namun juga
pengaturan bukaan agar cahaya yang cukup untuk bekerja. Strategi ini akan
mempengaruhi disain interior dan selubung bangunan agar didapatkan performa
yang optimum.
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 4

1.6. Building Environment Management


Merupakan strategi disain dan juga implementasi disain (konstruksi) yang
mengutamakan efisiensi kerja dan juga pemanfaatan potensi serta pengolahan
limbah pekerjaan yang optimum.

1.7. Konsep Ramah Lingkungan


Lingkungan sekitar atau semesta terdiri dari unsur-unsur tanah, api atau cahaya, air
dan angin. Ramah terhadap lingkungan berarti ramah dan memanfaatkan dengan
baik dan proporsional unsur-unsurnya tersebut.
Konsep ramah lingkungan tak berarti bebas dari penggunaan bahan alam. Namun,
memang konsep rumah ramah lingkungan sedapat mungkin mengurangi
penggunaan bahan atau material dari alam, seperti kayu. “Lingkungan yang
dimaksud tentu bukan lingkungan di sekitar kita saja, tetapi lingkungan yang lebih
makro.”
Dalam konsep hunian ramah lingkungan, kayu merupakan bahan yang paling
ditekan penggunaannya. Rumah ramah lingkungan biasanya menggantikan kayu
dengan material lain, seperti besi atau baja. Misalnya rangka atap yang dibuat dari
baja ringan. “Selain ramah lingkungan, harga baja ringan juga lebih murah dari
kayu.”
Bahan yang umum digunakan untuk rumah ramah lingkungan adalah material yang
bisa didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.
Rumah ramah lingkungan juga membutuhkan perlengkapan pendukung, seperti
saluran sirkulasi udara dan cahaya yang memadai. Jika sirkulasi udara baik,
otomatis rumah tidak akan terasa gerah. Jadi, pemilik rumah tidak perlu menyetel
alat/pendingin ruang atau air conditioner (AC) sepanjang hari. Selain soal
pemakaian material yang tidak merusak alam, unsur hemat energi juga merupakan
bagian penting dalam konsep rumah ramah lingkungan.
Yang harus dicatat, rumah ramah lingkungan tak hanya mengurangi atau bahkan
memantangkan pemakaian AC yang makan banyak arus listrik, tapi juga
menghindari pemakaian aluminium foil. Aluminium foil yang diletakkan di bawah
genting rumah ini memang bisa meredam sengatan matahari sehingga rumah jadi
sejuk.
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 5

Tapi karena dia membalikkan panas cahaya matahari ke udara, pemakaiannya


merusak lapisan ozon.

1.8. Konsep Hemat Energi


Isu pemanasan global masih menghangat di segala bidang kehidupan. Berbagai
upaya terus dilakukan untuk menghambat pemanasan buana, perubahan iklim
secara ekstrem, dan degradasi kualitas lingkungan. Belum usai berbenah menata
lingkungan, krisis ekonomi global kembali menggoyang sendi-sendi kehidupan
kota dan kita, termasuk sektor properti. Krisis yang datang beruntun dan bertubi-
tubi seharusnya sanggup menggugah kesadaran kita.
Bentuk arsitektur bangunan (rumah, gedung) harus berempati, tanggap, dan
memberikan solusi. Salah satunya adalah memadukan bangunan (rumah, gedung)
yang hemat energi dan ramah lingkungan. Bak ibarat tubuh, kita perlu melakukan
diet mengurangi kadar kolesterol dalam bangunan dan menjadikan bangunan lebih
langsing dan segar yang dapat menyehatkan diri sendiri (kantong tabungan,
bangunan, penghuni) dan lingkungan (warga, kota) serta menghindari stroke
komplikasi sosial. Untuk itu, kita perlu mengenali pokok-pokok permasalahan dan
upaya-upaya yang dapat dilakukan.
Pembangunan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan harus murah, mudah,
dan berdampak luas. Pengembangan kota hijau (green city), properti hijau (green
property), bangunan hijau (green building), kantor/sekolah hijau (green
school/office), hingga pemakaian produk hijau (green product) terus dilakukan
untuk turut mengurangi pemanasan global dan krisis ekonomi global.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong
pembangunan bangunan berarsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan
selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi,
membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan
bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan (green product).
Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen), konsumsi dan
pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30 persen), bahan
bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan terobosan inovasi
(teknologi, operasional) sebesar 15 persen. Seberapa besar bangunan (rumah,
gedung) yang akan dibangun? Cukup adalah cukup. Volume bangunan dijaga agar
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 6

biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan terkendali dan lebih hemat.


Bangunan dirancang dengan massa ruang, keterbukaan ruang, dan hubungan ruang
luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi bersilangan, dan void berimbang yang
secara klimatik tropis berfungsi untuk sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan
alami merata ke seluruh ruangan agar hemat energi.
Untuk menghemat pemakaian listrik, langkah sehari hari yang mudah dilakukan,
misal :
1. kita dapat menggunakan lampu hemat energi,
2. mempertahankan adanya cross ventilation,
3. membuka tirai jendela bila memungkinkan agar terang,
4. dan mematikan peralatan elektronik jika tidak diperlukan (bukan posisi stand-
by).
Penghuni diajak memanfaatkan energi alternatif dalam memenuhi kebutuhan listrik
yang murah dan praktis, serta ditunjang pengembangan teknologi energi tenaga
surya, angin, atau biogas untuk bangunan rumah/ gedung.
Tenaga surya berarti berarti “tenaga dari matahari”. Cara termudah untuk
memperoleh tenaga surya adalah dengan menangkap cahaya matahari untuk
memanasi sebuah rumah kaca.. Panel-panel surya sekarang digunakan untuk
mengumpulkan cahaya matahari dan menyimpannya untuk pemanasan. Sel surya
mengubah cahaya matahari menjadi listrik dan digunakan pada berbagai macam
peralatan, seperti satelit buatan dan kalkulator saku.
Penggunaan material lokal justru akan lebih menghemat biaya (biaya produksi,
angkutan). Kreativitas desain sangat dibutuhkan untuk menghasilkan bangunan
berbahan lokal menjadi lebih menarik, keunikan khas lokal, dan mudah diganti dan
diperoleh dari tempat sekitar. Perpaduan material batu kali atau batu bata untuk
fondasi dan dinding, dinding dari kayu atau gedeg modern (bambu), atap genteng,
dan lantai teraso tidak kalah bagus dengan bangunan berdinding beton dan kaca,
rangka dan atap baja, serta lantai keramik, marmer, atau granit. Motif dan ornamen
lokal pada dekoratif bangunan juga memberikan nilai tambah tersendiri.
Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar
bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen
ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan
menyerap air. Keseluruhan atau sebagian atap bangunan dikembalikan sebagai
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 7

ruang hijau pengganti lahan yang dipakai massa bangunan di bagian bawahnya.
Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden) dan dinding
dijalari tanaman rambat (green wall) agar suhu udara di luar dan dalam turun,
pencemaran berkurang, dan ruang hijau bertambah.
Keberadaan taman dan pohon penting dalam mengantisipasi pemanasan bumi.
Ruang dalam bangunan diisi tanaman pot. Ruang hijau diolah menjadi kebun
sayuran dan apotek hidup serta ditanami pohon buah-buahan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Penghuni dapat memelihara dan melindungi pohon dengan
mengadopsi dan menjadi orangtua angkat pohon-pohon besar yang ada di depan
jalan depan bangunan (rumah, gedung) kita.
Idealnya, air hujan bisa diserap ke dalam tanah sebesar 30 persen. Dengan
banyaknya bangunan beton, jalan aspal, dan minim ruang terbuka hijau, kota
(seperti Jakarta) hanya mampu menyerap 9 persen air hujan. Maka, saat musim
hujan kebanjiran, musim panas kekeringan. Sementara konsumsi air dari PDAM
hanya 47 persen, sedangkan air tanah mencapai 53%.
Bangunan harus mulai mengurangi pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air
untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih
(recycle), dan mengisi kembali air tanah (recharge) dengan sumur resapan air (1 x 1
x 2 meter) dan/atau lubang resapan biopori (10 sentimeter x 1 meter).
Semua air limbah dimasukkan ke dalam sumur resapan air dengan pengolahan
konvensional supaya tidak harus terlalu bergantung kepada sistem lingkungan yang
ada. Cara hemat penggunaan air adalah tutup keran bila tidak diperlukan, jangan
biarkan air keran menetes, hemat air saat cuci tangan dan cuci gelas/piring, pilih
dual flush untuk toilet, selalu habiskan air yang Anda minum.
Dalam mengolah budaya sampah, bangunan menyediakan tempat pengolahan
sampah mandiri sejak dari sumbernya. Penghuni diajak mengurangi (reduce)
pemakaian barang sulit terurai. Sampah anorganik dipilah dan digunakan ulang atau
dijual ke pemulung. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos untuk
menyuburkan tanaman kebun. Tidak ada sampah yang terbuang (zero waste).
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 8

2. KONSEP ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE)

2.1. PENGOLAHAN SITE (SITE DEVELOPMENT)


Lahan yang diperuntukkan pembangunan Rumah Susun Wisma Atlit PON XXI
ini seluas 12.751 m2. Lokasinya berada di Jl. Tengku Hasan di Bakoy, Desa
Bakoy, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nangroe
Aceh Darussaam. Di dalam lahan/tapak ini direncanakan untuk kegiatan hunian
para ASN PUPR.
Bangunan Rumah Susun terdiri dari 1 tower dengan luas :
1. Tapak dasar bangunan seluas : ± 1.893 m2
Bangunan Utama dan bangunan-bangunan penunjang
2. Jalan : 4.212 m2 termasuk area parkir kendaraan, jalan akses dan lapangan
bulutangkis

2.2. RUANG TERBUKA HIJAU

Posisi lahan yang cenderung kotak dengan posisi jalan lingkungan diarah utara,
dengan beberapa bagian lahan berupa tekukan kecil, menjadikan bagian ini
dimanfaatkan sebagai area parkir dan ruang terbuka hijau yang cukup luas dengan
koefisien dasar hijau (KDH) sebesar 34,85%. Posisi jalan lingkungan yang
mengelilingi bangunan direncanakan tetap memberikan area hijau di sekeliling
bangunan dan sepanjang pagar keliling , berkonsep alami dengan vegetasi yang
membantu pendinginan iklim pada lahan.

2.3. AKSESIBILITAS DAN TRANSPORTASI PUBLIK


REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 9

Lokasi lahan yang ditepi jalan lingkungan membuat mudah dicapai .


Namun untuk transportasi umum tidak mudah dicapai, karena lahan berada didalam
kompleks perumahan.
Disediakan bus karyawan untuk melayani transportasi sehari-hari penghuni ASN
untuk ke tempat kerja.
Di area rusun ASN ini juga tersedia parkir mobil dan motor , bahkan direncanakan
parkir bertingkat untuk tetap mempertahankan area hijau yang lebih luas.

KELUAR
MASUK

2.4. SELUBUNG BANGUNAN

2.4.1. Orientasi bangunan


Orientasi bangunan memanjang dari arah Timur ke Barat, sehingga memberi
peluang untuk menempatkan bukaan diarah Utara dan Selatan serta mengurangi
radiasi sinar matahari ke dalam bangunan.
Berikut adalahperhitungan OTTV bangunan rusun ASN:

2.4.2. Efek pembayangan


Masa bangunan yang di ‘split’ membentuk bidang tangkap dan membentuk
bayangan. Pada bidang tangkap ini dibuat balkon di kedua sisi utara – selatan yang
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 10

dihubungkan oleh lobby di tiap lantai. Balkon sebagai ruang antara luar-dalam
membantu pendinginan ke dalam bangunan sebagai proteksi pasif.

Meminimalkan bukaan di arah timur-barat dan menempatkan balkon dilobby dan di


setiap unit sebagai proteksi pasif.

2.4.3. Atap dak dan sebagian besar adalah PV roof, ruang dibawahnya

dimanfaatkan sebagai ruang olahraga dan restoran.


REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 11

2.4.4. Material selubung bangunan yang dipilih adalah yang ramah

lingkungan dan memberi proteksi terhadap radiasi matahari, baik itu


kaca, dinding panel precast, roster, termasuk vertical garden.

2.5. VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA

Pengkondisian udara pada bangunan Rumah Susun ASN PUPR ini


menggunakan pengkondisian udara buatan/AC di ruang-ruang fasilitas
umum indoor dan unit. Didalam unit AC hanya terdapat di kamar tidur
untuk back up, karena bukaan-bukaan ventilasi tetap dibuat cross
ventilation. Selain unit dilakukan dengan memaksimalkan bukaan-
bukaan namun tetap melindungi dari tampias air hujan dengan
memanfaatkan roster dan grill/louver.
Memaksimalkan cross ventilation sepanjang koridor bangunan, lobby
yang diapit balkon dan bukaan-bukaan di setiap unit, dimana dinding
unit disisi koridor terdapat lubang ventilasi berupa bovenlicht.
Pengkondisian udara secara aktif menempatkan exhaust fan diruang-
ruang tertentu sesuai dengan persyaratan yang ada, seperti di toilet,
ruang-ruang control elektronik dan fresh air fan di smoke lobby.
REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 12

Bukaan-bukaan sepanjang bangunan

Desain pintu dan jendela


REVIEW DESAIN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN LAPORAN AKHIR
WISMA ATLIT PON XXI
Bab 4 - 13

2.6. PENCAHAYAAN ALAMI

Bukaan – bukaan yang ada selain berfungsi untuk ventilasi juga menjadi
pencahayaan pasif, sehingga mengurangi konsumsi listrik di siang hari.
Sistem pencahayaan aktif semaksimal mungkin menggunakan sensor cahaya dan
gerak terutama untuk di koridor sehingga hanya akan aktif ketika ada penghuni.

Anda mungkin juga menyukai