Anda di halaman 1dari 37

SISTEM SUSTAIN GREEN-BUILDING DI INDONESIA YANG

BERKONTRIBUSI TERHADAP PERMASALAHAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :
OGUNG SORI SIANTURI (03111640000065)
SAFIRA RACHMASARI DAMAYANTI (03111640000152)
BIMA WIRA KUMARA CITTOPACAMA (03111740000056)
MUHAMMAD NADIM CUNDOKO (03111740000116)
MUHAMMAD RIFAT HIDAYAT (03111740000147)
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi


topik permasalahan. Didalam konstruksi muncul fenomena sick building
syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena
kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati yang
mempengaruhi produktivitas penghuniadanya ventilasi udara yang
buruk, dan pencahayaan alami kurang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Sustainable building atau dapat disebut sebagai green
building atau dalam bahasa indonesia, bangunan hijau
berkelanjutan adalah sebuah konsep dalam pendesainan
bangunan yang sebisa mungkin mempertahankan sumber
daya alam sebagai ikon utama dalam unsur bangunan
tersebut. Dan sumber daya alam tersebut merupakan
sebagai potensi vital hubungan manusia yang tinggal
didalam bangunan tersebut dengan lingkungan sekitar.

Green Building
Penerapan Green Building sebagai upaya pencapaian
Sustainable Building merupakan studi untuk
mendapatkan pemahaman yang
BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah
jelas mengenai makna
dari penerapan konsep itu sendiri. Standar bangunan
yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana,
karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi
'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic
(sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan
menjadi 'green' biasanya tidak murah.
Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah
cara menerapkan perencanaan bangunan sejak awal
berdasarkan konsep green building dan sustainable
building? bagaimana mendesain sebuah bangunan yang
'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Green Building
Bagaimana konsep terapan green architecture dan green
building dapat mendukung konsep arsitektur
berkelanjutan?
BABBangunan hijau (Green
II KAJIAN PUSTAKA Building)
Konsep mengacu pada
Green Building
struktur dan menggunakan proses yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien
di seluruh siklus hidup bangunan. Green building adalah
konsep untuk ‘bangunan berkelanjutan’ dan mempunyai
syarat tertentu, yaitu lokasi, sistim perencanaan dan
perancangan, renovasi dan pengoperasian, yang
menganut prinsip hemat enrgi serta harus berdampak
positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial.

Green Building
BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Green Building
Tujuan umum adalah bahwa bangunan hijau dirancang
untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan
binaan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alam
dengan cara :
1. Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya
lainnya. Dirancang dengan biaya lebih sedikit untuk
mengoperasikan dan memiliki kinerja energi yang
sangat baik.
2. Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan
produktivitas karyawan Green Building
3. Mengurangi sampah, polusi dan degradasi lingkungan
4. Bangunan alami, yang biasanya pada skala yang lebih
kecil dan cenderung untuk fokus pada penggunaan
bahan-bahan alami yang tersedia secara lokal.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Green Building
Tujuan umum adalah bahwa bangunan hijau dirancang
untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan
binaan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alam
dengan cara :
5. Bangunan hijau tidak secara khusus menangani
masalah perkuatan rumah yang ada..
6. Mengurangi dampak lingkungan : Praktek green
building bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan
dari bangunan
Green Building
BABSustainable
II KAJIAN PUSTAKA Sustainable
Architecture atauBuilding
dalam bahasa
Indonesianya adalah Arsitektur Berkelanjutan, adalah
sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk
mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih
lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti
sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan,
dan tentu saja arsitektur

Green Building
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning
 Memiliki Konsep High Perfomance Building & Earth
Friendly.
Dapat dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di
beberapa bagiannya. Fungsinya adalah untuk menghemat
penggunaan elektrisiti untuk bangunan terutama dari segi
pencahayaan dari lampu. Menggunakan energi alam
seperti angin, sebagai penyejuk lingkungan. Bahan-bahan
bangunan yang digunakan cenderung ramah pada
lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada Green Archritecture
lantai untuk mengurangi pantulan panas yang dihasilkan
dari dinding yang berkaca. Kolam air disekitar Bangunan
berfungsi selain dapat memantulkan sinar lampu, juga
dapat mereduksi panas matahari sehingga udara tampak
sejuk dan lembab.
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning

 Memiliki Konsep Sustainable


Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah
lahan lingkungan wilayah yang sangat terbatas, dengan
konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep
teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus
bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak
lingkungan sekitar yang ada. Green Archritecture
 BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning
a) Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang
mengelilingi
Memiliki Konsep bangunan, membuat iklim udara yang
Future Healthly.
sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan
tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat
digunakan sebagai penahan kebisingan.
b) Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium
dapat berguna untuk UV protector untuk bangunan itu
sendiri. Tentunya ini semua dapat memberi efek positif
Green Archritecture
untuk kehidupan.
c) Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para
pengguna yang akan menuju lantai atas. Ini dapat
meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau
eskalator.
.
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning

 Memiliki Konsep Future Healthly.


d) Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap
bangunan terdapat rumput yang digunakan sebagai
green roof, pengguna juga mendapatkan sinar
matahari.

Green Archritecture
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning

 Memiliki Konsep Climate Supportly


Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim
yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat
penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat
kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.

Green Archritecture
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Planning
 
Penggunaan
Memiliki Konsep green roof
Esthetic pada kampus ini, selain untuk
Usefully.
keindahan dan agar terlihat menyatu dengan alam, juga
dapat digunakan sebagai water catcher sebagi proses
pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak
diserap beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu
panas di siang hari dan sejuk di malam hari untuk
lingkungan sekitarnya. Desainnya yang melengkung
digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan Green Archritecture
dapat di minimalisasikan.
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Bangunan
Efisiensi Energyhijau sering termasuk langkah-langkah
untuk mengurangi
konsumsi energi - energi yang terkandung baik diperlukan
untuk mengekstrak, proses, transportasi dan menginstal
bahan bangunan dan energi operasi untuk menyediakan
layanan seperti pemanasan dan listrik untuk peralatan.
Seperti kinerja tinggi bangunan menggunakan energi
Green Archritecture
operasi yang kurang, energi yang terkandung telah
diasumsikan penting jauh lebih besar – dan mungkin
membuat sebanyak 30% dari konsumsi energi secara
keseluruhan siklus hidup.
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Mengurangi
Efisiensi Air konsumsi air dan melindungi kualitas air
merupakan tujuan utama dalam bangunan yang
berkelanjutan. Salah satu isu penting dari konsumsi air
adalah bahwa di banyak daerah, tuntutan terhadap
penyediaan akuifer melampaui kemampuannya untuk
mengisi dirinya sendiri. Titik perawatan menggunakan air
dan pemanas meningkatkan baik kualitas air dan efisiensi
Green Archritecture
energi sementara mengurangi jumlah air dalam sirkulasi.
Penggunaan non-limbah dan greywater untuksitus
digunakan seperti situs-irigasi akan meminimalkan
tuntutan pada akuifer setempat
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Bahan
Efisiensi bangunan biasanya dianggap sebagai 'hijau'
Bahan / Material
termasuk kayu dari hutan yang telah disertifikasi dengan
standar hutan pihak ketiga, bahan tanaman cepat
terbarukan seperti bambu dan jerami, batu dimensi, batu
daur ulang, logam daur ulang, dan produk lainnya yang
non- beracun, dapat digunakan kembali, terbarukan, dan /
atau didaur ulang (misalnya, Trass, Linoleum, wol domba,
panel terbuat dari kertas serpih, tanah liat, vermikulit, Green Archritecture
linen rami, sisal, padang lamun, gabus , kelapa, kayu
piring serat, kalsium pasir batu, beton) juga menyarankan
menggunakan barang-barang industri daur ulang, seperti
produk pembakaran batubara, pasir pengecoran, dan
puingpuing pembongkaran dalam proyek konstruksi
 
Kualitas
BAB Lingkungan diwujudkan
III PEMBAHASAN dalam
Penerapan Green kategori untuk
Building
memberikan
kenyamanan,
Peningkatan Mutukesejahteraan,
Lingkungan dan produktivitas
penghuninya, kualitas udara dalam ruangan, kualitas
termal, dan pencahayaan kualitas. Indoor Air Quality
berusaha untuk mengurangi senyawa organik yang
mudah menguap, atau kotoran udara lainnya seperti
kontaminan mikroba. Bangunan bergantung pada sistem
ventilasi yang dirancang dengan baik (passively/naturally-
atau mekanis bertenaga) untuk menyediakan ventilasi Green Archritecture
yang memadai udara bersih dari luar rumah atau
diresirkulasi, udara disaring serta operasi terisolasi
(dapur, pembersih kering, dll) dari hunian lain. Selama
proses desain dan konstruksi memilih bahan bangunan
dan produk selesai interior dengan emisi nol atau rendah
akan meningkatkan kualitas udara
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Keberkelanjutan
Operasi bangunan
dan Optimasi dapat dioperasikan secara
Pemeliharaan
bertanggung jawab dan dipelihara dengan baik. Jika
tahap operasi dan pemeliharaan merupakan bagian dari
perencanaan proyek dan proses pembangunan akan
membantu mempertahankan kriteria hijau yang
dirancang pada awal proyek. Setiap aspek dari bangunan
hijau adalah diintegrasikan ke dalam fase Operating dan
Green Archritecture
Maintenance. Meskipun tujuan pengurangan limbah dapat
diterapkan selama fase desain, konstruksi dan
pembongkaran tetapi siklus hidup bangunan itu adalah
dalam fase O & M dengan cara seperti daur ulang dan
peningkatan kualitas udara berlangsung.
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Arsitektur Sampah
Pengurangan hijau juga berusaha untuk mengurangi
pemborosan energi, air dan bahan yang digunakan
selama konstruksi. Selama fase konstruksi, satu tujuan
harus untuk mengurangi jumlah bahan pergi ke tempat
pembuangan sampah. Bangunan yang dirancang dengan
baik juga membantu mengurangi jumlah limbah yang
dihasilkan oleh penghuni juga, dengan menyediakan di
tempat sampah solusi seperti Green Archritecture
kompos untuk mengurangi masalah akan ke tempat pembuangan
Untuk mengurangi jumlah kayu yang masuk ke TPA, saat bangunan
sampah.
mencapai akhir masa pakainya, mereka biasanya dibongkar dan diangkut
ke tempat pembuangan sampah. Dekonstruksi adalah metode apa yang
umumnya dianggap "sampah" dan reklamasi menjadi bahan bangunan
yang berguna. Memperpanjang masa manfaat struktur juga mengurangi
limbah
 BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
Masalah yang paling dikritik tentang membangun
bangunan ramah
Optimasi Biaya dan lingkungan
Manfaat adalah harga, peralatan
baru, dan teknologi modern cenderung biaya lebih
banyak uang. Penghematan uang berasal dari
penggunaan yang lebih efisien utilitas yang menghasilkan
tagihan energi menurun. Studi telah menunjukkan selama
masa hidup rentabilitas investasi green building,
mencapai sewa secara signifikan lebih tinggi, harga jual
 dan tingkat hunian serta tingkat kapitalisasi yang lebih Green Archritecture
rendah berpotensi mencerminkan risiko investasi yang
lebih rendah
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Green Building
 
Sebagaidan
Peraturan akibat dari meningkatnya minat dalam konsep
Operasi
green building dan praktek, sejumlah organisasi telah
mengembangkan standar, kode dan sistem rating yang
memungkinkan regulator pemerintah, membangun
profesional dan konsumen menerima green building
dengan keyakinan. Dalam beberapa kasus, kode ini ditulis
sehingga
 
pemerintah daerah dapat mengadopsi mereka sebagai Green Archritecture

peraturan untuk
mengurangi dampak lingkungan lokal bangunan. Perlu Kode dan
Peraturan
Bangunan tentang
Hijau / Standar
Green Building yang membantu menentukan tingkat
konsumen struktur dari kinerja lingkungan, membangun fitur opsional
yang mendukung desain hijau dalam kategori seperti lokasi dan
pemeliharaan bangunan, konservasi air, energi, dan bahan bangunan,
dan kenyamanan penghuni dan kesehatan.
 
BABMaterial
III PEMBAHASAN Penggunaan Beton
inovasi yang digunakan adalahRamah
jenis pozzolan
dengan cara mengganti Lingkungan Sebagai
sebagian dariPenerapan
semen dengan
Bahan
bahan Inovasi
pozzolan. Konsep Green
Pozzolan adalahBuilding
bahan yang
mengandung silika. Penggantian sebagian semen oleh
pozzolan akan menghasilkan reaksi antara Ca(OH)2 dan
silika yang menyebabkan terbentuknya CSH sekunder.
Jumlah CSH sekunder yang terbentuk tergantung pada
proporsi antara silika yang dikandung oleh material
pozzolan
  dan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi hidrasi
semen. Reaksi silika dengan Ca(OH)2 mengakibatkan
jumlah Ca(OH)2 akan berkurang, CSH bertambah, dan
permeabilitas berkurang.
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Abu
Bahan Sekam
InovasiPadi Konsep Green Building
Abu sekam padi adalah limbah yang dihasilkan dari
penggilingan padi yang tidak digunakan. Abu sekam padi
tersedia hampir di semua wilayah di Indonesia mengingat
beras sebagai makanan pokok penduduk Indonesia.
Secara tradisional, abu sekam padi digunakan sebagai
pembersih peralatan dapur. Selain itu abu sekam padi
 biasa diolah menjadi arang sebagai media tumbuh untuk Abu Sekam Padi

tanaman.
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Ground Granulated BlastKonsep
Bahan Inovasi Furnace
GreenSlag
Building
GGBFS/Ground Granulated Blast Furnace Slag berbentuk
butiran/pasir merupakan residu pembakaran pada tanur
(furnace) dari proses pemurnian baja atau produk
samping dari pabrik baja. GGBFS merupakan limbah yang
dapat merusak alam dimana penanganan untuk
membuang limbahnya secara aman memerlukan biaya
 
yang mahal. Satu-satunya cara yang aman untuk GGBFS/Ground
Granulated Blast
menghindari bahaya perusakan lingkungan yang dapat Furnace Slag
dilakukan yaitu dengan memanfaatkannya sebagai bahan
tambahan pada beton.
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi
Superplasticizer Konsep Green Building
Superplasticizer merupakan bahan additive yang
berfungsi untuk mengurangi kebutuhan air tanpa
mengurangi flowability. Superplasticizer bekerja dengan
cara terserap ke permukaan semen lalu meningkatkan
muatan negative pada permukaan partikel semen
sehingga terjadi tolak-menolak elektrostatik yang
  Gambar 2. 1
akhirnya akan meningkatkan flowabilty dari campuran Perbandingan
beton. Superplasticizer yang digunakan adalah Elektrostatis
Sebelum dan
MasterGlenium ACE 8590. Sesudah ditambah
SP (Aman S dkk,
2010)
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building
Data Bahan
1. Bahan Agregat halus

a. Asal lumajang - Stok pile ESP SUKOLILO


b. Spesifik Grafity : 2,58 ton/m3

c. Adsorption : 2.88%

2. Bahan Agregat kasar

  a. Asal Mojokerto - Stok Pile BSP SUKOLILO

b. Spesifik Grafity Agregat Kasar : Ukuran 5-10 = 2.52 ton/m3

Ukuran 10-20 = 2.65 ton/m3

c. Adsorption Agregat Kasar : Ukuran 5-10 = 1.84%

Ukuran 10-20 = 0.93%

3. Jenis Semen : Semen Portland Tipe 1

Keterangan : Data agregat lebih lengkap terdapat di lampiran 4 – 6


BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building
Mix Design
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur 28 hari. fc’=40 MPa.

2. Menentukan nilai devisiasi standar berdasarkan tingkat mutu pengendalian


pelaksanaan campuran. Berdasarkan SNI butir 4.2.3.1 1 (5) nilai margin
ditentukan sebagai berikut

Gambar 3. 1 Tabel Penentuan Pengali Deviasi Standar dan Jumlah Pengujian

Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi
persyaratan butir (4.2.3.1 1) di atas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata
yang ditargetkan f cr harus diambil tidak kurang dari (f ,c+12 MPa);

3. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata rencana ( SNI butir 4.2.3.1 3. )

 
fc’ = fc’ + M = 40 + 12 = 52 MPa

4. Menetapkan faktor air-semen, berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat
tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan

Berdasarkan tabel 2 SNI 03-2834-2000 ( Grafik Lampiran 2 ) didapat kuat


tekan rata-rata 52 MPa, Dari titik kekuatan tekan 52 MPa tarik garis datar
hingga memotong garis 28 hari. Absis dari perpotongan tersebut menunjukkan
besarnya FAS, yaitu 0,31.

5. Menetapkan nilai “slump”

Slump ditentukan berdasarkan pengaplikasian dari beton itu sendiri yang


didasarkan pada tabel Slump PBI’71 berikut:
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building
Mix Design
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur 28 hari. fc’=40 MPa.

2. Menentukan nilai devisiasi standar berdasarkan tingkat mutu pengendalian


pelaksanaan campuran. Berdasarkan SNI butir 4.2.3.1 1 (5) nilai margin
ditentukan sebagai berikut

Gambar 3. 1 Tabel Penentuan Pengali Deviasi Standar dan Jumlah Pengujian

Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi
pers yaratan butir (4.2.3.1 1) di atas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata
yang ditargetkan f cr harus diambil tidak kurang dari (f ,c+12 MPa);

 
3. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata rencana ( SNI butir 4.2.3.1 3. )

fc’ = fc’ + M = 40 + 12 = 52 MPa

4. Menetapkan faktor air-semen, berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat
tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan

Berdasarkan tabel 2 SNI 03 -2834-2000 ( Grafik Lampiran 2 ) didapat kuat


tekan rata-rata 52 MPa, Dari titik kekuatan tekan 52 MPa tarik gari s datar
hingga memotong garis 28 hari. Absis dari perpotongan tersebut menunjukkan
besarnya FAS, yaitu 0,31.

5. Menetapkan nilai “slump”

Slump ditentukan berdasarkan pengaplikasian dari beton itu sendiri yang


didasarkan pada tabel Slump PBI’71 berikut:
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
BAB III PEMBAHASAN Penggunaan Beton Ramah
Lingkungan Sebagai Penerapan
Bahan Inovasi Konsep Green Building

 
Kesimpulan
BAB pada pembahasan
IV KESIMPULAN diatas adalah Sistem Green Building
KESIMPULAN
yaitu terfokus pada dua atribut sesuai dengan pembahasan diatas,
yakni penerapan green planning and penerapan green building. Upaya
tersebut tercapainya, memerlukan peran, dukungan dan komitmen
seluruh stakeholder, yaitu masyarakat, pemda, swasta, dan sektor lain.
Penggunaan GGBFS sebagai substitusi semen beton konvensional
sangat mungkin untuk dilakukan. Hal ini telah dibuktikan dengan
Kronologi dan Contoh Bangunan di atas. Sedangkan penggunaan Abu
Sekam Padi turut mendukung perihal kekuatan pada beton
 dikarenakan kandungan silica reaktif pada Abu Sekam memungkinkan
reaksi hidrasi sekunder pada beton.
THANK YOU
 

Anda mungkin juga menyukai