Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Sustainable building adalah bangunan yang dirancang, dibangun dan
dioperasikan dengan sekecil mungkin dampaknya terhadap lingkungan, atau justru
memberi dampak positif terhadap lingkungan, seraya meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dan kualitas hidup penghuni/pemakainya. (Lighthouse Sustainable
Building Centre;2005).
Hal ini sesuai dengan definisi yang muncul pertama kali di tahun 1987, pada the
UN Brundtland Report, menyebutkan definsi resmi sustainable development
adalah ‘mempertemukan kebutuhan generasi saat ini terhadap kemampuan
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya tanpa kompromi’.
Forum yang ‘mendeklarasikan’ definisi ini adalah suatu forum dimana dialog
publik digelar dan selanjutnya semakin aktif dan penting di hari-hari berikutnya.
Disamping itu Building Research Establishment Environmental Assessment
Method (BREEAM) memberikan definisi sustainable development dengan ilustrasi
peran tiga pilar utama : ekonomi, sosial dan lingkungan seperti gambar di bawah
ini.
What is Sustainable Development?
Gambar 1.1 : Definisi sustainable development menurut BREEAM Sumber :
BREEAM Sustainable development berarti hidup dengan cara yang mendukung
kesehatan lingkungan demi generasi yang akan datang. Kenyataannya, pada saat
ini telah dirasakan terjadi perubahan cuaca, kematian/kepunahan beberapa spesies
dan terjadi masalah lingkungan hidup yang dapat membebani dan mewarisi
persoalan pada generasi akan datang. Untuk mencegahnya, di beberapa lembaga
jasa konstruksi dunia, telah banyak yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
teknik di lapangan untuk membangun, membongkar/merobohkan dan membangun
kembali berbagai macam bangunan dengan cara yang sekecil mungkin dampak
negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan, dari pada cara-cara konvensional.
Lembaga seperti ini berarti juga telah melaksanakan sustainable design, yang
merupakan philosophi desain dengan memaksimalkan pembangunan kualitas
lingkungan hidup, sekaligus meminimumkan atau menghilangkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup alamiahnya. (McLennan;2004).
Green building adalah sesuatu (bangunan) yang melulu diakui secara hukum
sebagai produk yang bisa didaur ulang atau minimum dampak negatipnya
kepada/terhadap lingkungan. (McLennan;2004).

Selain dari itu LEED/USGBC juga memberikan pengertian sebagai gedung


berkinerja tinggi yang dibuat berwawasan lingkungan, menguntungkan secara
ekonomi dan sehat bagi kehidupan maupun tempat kerja. Aspek lingkungan yang
ditinjau diantaranya berkaitan dengan waste, air dan pilihan bahan yang digunakan,
harus sesedikit mungkin atau tidak menimbulkan dampak negatip pada lingkungan.
(U.S. Green Building Council;2010. LEED Rating Systems).

Penerapan Sustainable building bagi bangunan pendidikan seperti di kampus


perguruan tinggi, tidak hanya harus memenuhi ketentuan tata ruang saja, namun
juga harus dapat beradaptasi dengan berbagai tingkat kebutuhan pengembangan
dan penggunaan kampus masa depan. (Guidelines21;2008).
Sustainable building semakin dikenal dan menjadi harapan di seluruh dunia dengan
adanya upaya bagi pelestarian lingkungan dan efisiensi sumber-sumber
(McLennan ;2004).
Lebih jauh dari itu telah ditetapkan pula beberapa batasan dan persyaratan untuk
Sustainable building yaitu : kualitas lingkungan di dalam gedung, bahan-bahan dan
pemakaian sumber lain, energi dan atmosphere, efesiensi pemakaian air dan
keberlangsungan penggunaan lahan. (U.S. Green Building Council ;2010. LEED
Rating Systems)

Hubungan antara konsep sustainable development dan sustainability adalah


integrasi yang terdapat pada green building. Karena green building yang efektif
akan mengusahakan :
1. Penghematan biaya operasi dengan meningkatkan produktifitasnya dan
menggunakan energy dan air secara hemat.
2. Memperbaiki kesehatan umum dan penghuninya, dengan memperbaiki
kualitas udara di dalam gedung.
3. Mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan, misalnya dengan
mengurangi gelombang aliran air dan efek panas daratan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, pembangunan gedung di kampus ITS Sukolilo
Surabaya sudah waktunya mengikuti ketentuan Sustainable building, dimana
institusi pendidikan ini tentunya sudah memahami perkembangan tersebut di atas.
Setidaknya pada satu gedung yang telah ada akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui kriteria senyatanya terhadap ketentuan di atas, yaitu gedung H.
Dengan demikian dapat dilihat hasilnya perbandingan antara kriteria konvensional
saat ini terhadap kriteria sustainable, yaitu efisiensi pemakaian sumber-sumber,
energi dan kualitas lingkungan. Sehingga bangunan yang telah ada maupun yang
akan dibangun nantinya diharapkan mengikuti kriteria sustainable building.
Hal ini juga pernah dilakukan di University of Rochester, Rochester, New York.
(Dow; 1998).
Dalam pelaksanaan pisik konstruksi di lapangan, implikasi green construction
untuk mewujudkan sebuah gedung berpredikat sustainable building sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan yang selama ini telah dilakukan dilingkungan jasa
konstruksi. Namun demikian agar tecapai pemenuhan kriteria yang telah
ditentukan, perlu ada keseriusan dalam penerapan prinsip-prinsip kerja ramah
lingkungan dan hemat energi serta keperdulian terhadap keselamatan kerja.
Diharapkan nantinya pada proses pembangunan atau operasional gedung di
lingkungan kampus, tidak timbul kebisingan, kotor, polusi udara, polusi air, hemat
energi dan mengurangi terjadinya sampah.
pemilihan kriteria dari beberapa sistem pemeringkatan yang ada atau baru mulai
diadakan di Indonesia. Yang penting kriteria yang dipilih nantinya masih masuk
dalam kriteria pokok atau utama dari semua sistem pemeringkatan yang ada di
Indonesia maupun Negara lain. Sehingga diperlukan acuan pada kriteria
sustainable building.

1.3 Tujuan penelitian


Mendapatkan identifikasi kriteria bagi kinerja sustainabile building gedung H
kampus ITS Sukolilo, sebagai bagian dari indikasi mengenai fakta keadaan
gedung H.

1.4 Manfaat penelitian


Diharapkan dari hasil penelitian ini :
1.4.1Kriteria yang akan diidentifikasi bisa menjadi informasi bagi penelitian
lanjutan dibidang Sustainable academic building.
Karena bangunan kampus pendidikan pada masa akan datang disyaratkan
untuk memenuhi standar sustainable criteria in accreditation and
sustainability outcomes.
1.4.2 Kriteria kinerja sustainable building gedung H kampus ITS Sukolilo
Surabaya dijadikan perbandingan untuk mengkaji gedung-gedung lain di
kampus ITS Sukolilo saat ini, sebagai bagian dari upaya penyesuaian
pada kriteria sustainable building.

1.5 Sistematika penulisan Penelitian ini dalam penulisannya akan dimulai dari
peninjauan keadaan senyata di gedung H. Baik dari bagian luar dan dalam.
Peninjauan juga dilakukan pengumpulan informasi dari para mantan
penghuninya. Dilain kesempatan bersamaan dilakukan studi pustaka berkaitan
dengan konsep sustainable building. Semua data yang terkumpul dengan
acuan dari pustaka yang didapat dianalisa untuk mendapatkan kesimpulannya.
Proses tersebut melibatkan para mantan penghuni/pemakai dan pakar yang
berkompeten.
A. PENGERTIAN GREEN BUILDING
Green Building ( Bangunan Hijau ) adalah bangunan yang didesain khusus
dengan tema yang ramah lingkungan, hemat energi, layout sederhana tapi tidak
membosankan, kualitasnya bermutu dan material yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan green building ini salah satu upaya mencegah pemanasan global yang
menyebabkan bumi semakin panas. Green building lebih dimaksudkan pada
bentuk fisik bangunan yang berwawasan lingkungan. Upaya untuk menghasilkan
bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan,
penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak
perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga
pembongkaran.
Di Negara-negara yang telah menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang
diukur, yakni :
· Tepat Guna Lahan – Appropriate site development (ADS)
· Efisiensi dan konversi Energi – Energy efficiency & conservation (EEC)
·
· Kualitas di dalam ruangan, dan inovasi.
· Pengolahan lahan sekitar,
· Pengolahan lahan sekitar,

Masing-masing kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya
diberi nilai yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah
tertentu, barulah ia bisa diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat disebut juga green construction atau
sustainable building. mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang
siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi, dan pembongkaran. Di bidang arsitektur dan teknik sipil, konstruksi
(construction) adalah suatu proses yang terdiri dari membangun atau perakitan
infrastruktur.
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :

 Menggunakan energi yang seminimal mungkin.


 Memanfaatkan ruang alam
 Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
 Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
 Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
 Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi
berdasarkan aspek lingkungan hidup.

Bangunan hijau didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun


pada kesehatan manusia dan alam, melalui :
§ Efesiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
§ Perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
§ Mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas
§ Mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan
Manfaat yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
· Meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
· Memperbaiki kualitas udara
· Memperbaiki kualitas air
· Mereduksi limbah
· Konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
· Mereduksi biaya operasional
· Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
· Meningkatkan produktivitas penghuni
· Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
· Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
· Meningkatkan kualitas estetika
· Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
· Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan

B. MATERIAL YANG DIGUNAKAN GREEN BUILDING

Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau


(green building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur
bangunan dengan kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam
membentuk konsep green building.
Setiap rancangan infrastruktur dengan bahan materialnya memiliki pengaruh
terhadap koefisien lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan
menciptakan bangunan yang efisien dalam memanfaatkan sumber energi,seperti
air,cahaya,dan listrik. Perkembangan desain struktur rumah dan gedung yang cepat
juga turut memengaruhi perkembangan penggunaan bahan material.
Gambar 1. Konsep Green Building

Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk
semua jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak boleh
menciderai lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah sawah
ataupun ladang yang menjadi tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi tersebut
sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana transportasi memadai. Itu agar
ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas, proses pembukaan lahan
tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan lantas
menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi
lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak
perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal.
Contoh: menggunakan air hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta
menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang
menimbulkan polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet
yang proses pembuatannya menggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang
agar tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis
seperti Indonesia, ventilasi yang lebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk
menurunkan suhu ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah
lingkungan. Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab,
bahan impor otomatis melahap banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian
lebih baik tak menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti
kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan
gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di
seluruh elemen bangunan, terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
· Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak
terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis persediaannya
akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan material yang
mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan
untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu
menggunakan lampu dan pendingin udara pada siang hari.
· Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding. Penggunaan
kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih ringan. Ruangan-
ruangannya dapat didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat menggeser
dinding kontainer untuk mendapatkan atau menambah fungsi ruang baru tanpa
mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke ruangan.
· Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti semen,
batu bata, aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi
pemakaian sumber daya alam yang sulit diperbarui.
· Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara
berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk mengurangi biaya transportasi,
serta diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi terdekat.

Gambar 2. Contoh desain green building


C. PELAKSANAAN GREEN BUILDING
Suatu keterpaduan dari perencanaan atau desain, penggunaan bahan ( alam
atau buatan ), sistim bangunan, sistim utilitas dan metode konstruksi yang inovatif
mewujudkan terjadinya green building, seperti skematik gambar dibawah ini :

Gambar 2. Diagram keterkaitan antar elemen bangunan,komponen bangunan dan


sistem konstruksi yang inovatif menjadi green building
¨ Elemen yang dimaksud seperti fasade, lantai, dinding, cladding;
¨ Komponen yang dimaksud berupa bahan bangunan, mesin, peralatan dan utilitas
¨ Sistim yang dimaksud adalah metode konstruksi inovatif dan hasilnya adalah
green building.
D. INTEGRASI BAHAN DAN METODE TEKNOLOGI
Bahan semen sebagai komponen utama pembanguan dimana pabrik semen
ternyata merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup besar, sekitar 930 juta
ton/tahun , menempati urutan kedua setelah pembangkit tenaga lintrik atau dengan
kata lain berkontribusi sekitar 7% dari total emisi gas CO2 yang berkisar 13.470
juta ton/tahun ( berdasarkan data dari Inter-Governmental Panel on climate
Change/IPCC), dengan inovatif antara bahan dan teknologi dapat membuat beton
yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengurangi kadar semen yang otomatis
mengurangi gas CO2, permasalahannya adalah pengurangan porsi semen harus
digantikan dengan material cementitious sebagai aditif yang berkualitas dengan
kadar yang sesuai, sehingga tetap diperoleh beton berkinerja tinggi, aditif tersebut
adalah abu terbang, silica fume yang diolah pada silo semen dengan teknologi
beton modern dapat memperoleh penghematan energy 21,1% ( IPCC ).
Bahan Hebel dan b-panel sebagai komponen utama dinding bangunan.
Hebel yaitu bahan bangunan sebagai komponen bangunan berupa blok dinding
yang mempunyai keunggulan dari segi kekuatan dan efisiensi waktu pada
pelaksanaan pemasangan dinding, dengan material kapur, semen, pasir silica dan
air melalui teknologi penggilingan dan pemintalan dan pencampuran di cetak dan
dipotong sesuai dengan ukuran yang efisien pada dimensi dinding, sehingga
mengurang waste factor pemakaian bahan, sehingga dapat dikategorikan bahan
hemat sampah konstruksi
B-panel adalah panel beton pracetak-prategang, merupakan sistem bahan
bangunan hemat energi dan ramah lingkungan yang inovatif, karena terpadu dari
panel komposit beton reinforced – expanded polystyrene ( EPS ) yang memiliki
karakteristik insulasi thermal dan akustik serta ketahanan terhadap gempa, disebut
komponen bangunan ramah lingkungan karena 100% recyclable dapat didaur-
ulang, jangka pemakaian lama ( selama umur bangunan ), tidak beracun dan tidak
membusuk.
Atap genteng dan atap beton sebagai komponen penutup atap bangunan,
penutup atap bahan tanah liat genteng dengan teknologi pembakaran yang modern
(tunnel) dapat menciptakan genteng keramik yang beraneka warna dan kuat
menahan terik panas matahari dan juga terhadap curah hujan, sebaiknya
menggunakan warna terang agar sinar matahari dapat dipantulkan dan tidak
menyerap kedalam ruangan.
Atap beton dapat direduksi panasnya dengan roof garden yaitu membuat
penghijauan atap dengan Prefabricated Extensive Green Roof Tray System ( PEG
), yaitu bahan ramah lingkungan dan dibuat pra-fabrikasi,sistem
modul,implementasi praktis dan reduksi panas, terbukti dapat mengurangi panas
pada permukaan atap bangunan sebesar delapan ( 8 ) derajat celcius menjadi lebih
sejuk ( paten system milik United Premas Limited ). Penghijauan atap juga
memberikan nilai estetika, memperbaiki kualitas udara karena menyerap CO2 dan
mengeluarkan O2, menyejukan udara karena mengurangi suhu permukaan atap
melalui bayangan dan evapotranspiration saat tanaman bernafas, karena pepohonan
dapat memberikan kontribusi oksigen, demikian pula rerumputan dapat membantu
menghilangkan partikel udara panas.
Gambar 4. Pengunaan atap warna terang

Gambar 5. Pemanfaatan road garden dengan pohon dan landscape


Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan
bangunan harus menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan
perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur,
perancangan interior dan lain-lain.

Penerangan bangunan harus mempelajari masalah pencahayaan sehingga


bangunan dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Selain itu, perancang bangunan
harus juga memperhatikan manfaat penerangan atau pencahayaan alam selama
masih dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan cahaya matahari selain memberikan panas
(radiasi) juga memberikan cahaya yang bermanfaat sekali bagi semua kehidupan di
darat dan air, maka cahaya matahari sangat diperlukan khususnya dalam
pencahayaan bangunan, tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerang
alami dalam bangunan adalah sebagai berikut:
a. Menghemat energi dan biaya operasional bangunan,
b. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet
yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang,
c. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai
sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan berbagai


cara, dilihat dari arah jauhnya sinar matahari dan komponen / bidang-bidang yang
membantu memasukan dan memantulkan cahaya matahari. Surut jauhnya sinar
matahari ini berbeda - beda pada setiap daerah. Pada umumnya, cahaya matahari
yang jauh ke permukaan tanah / bangunan dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Cahaya matahari langsung jatuh pada bidang kerja.

b. Refleksi pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di luar rumah dan
masuk melalui jendela.
c. Refleksi / pantulan cahaya matahari dari halaman ,yang untuk kedua kalinya di
pantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kearah bidang kerja.
d. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oieh langi-langit besarnya refleksi
cahaya matahari ini sangat dipengaruhi oleh bahan pemantulan dan warna.
E. CONTOH PENERAPAN GREEN BUILDING
Konsep green school building didesai untuk penghematan energy listrik,
penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan pemanfaatan limbah sesuai dengan
kaidah-kaidah lingkungan. Maka dari itu, penggunaan bahan bangunannya pun
diupayakan menggunakan bahan eco-friendly ( ramah lingkungan ). Gubernur DKI
Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan konsep green school building meruppakan
bagian proses pendidikan lingkungan kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa
yang sekolahnya sudah berorientasi lingkungan dan mengadaptasi kaidah
lingkungan tadi harus memahami pentingnya mencintai dan pelestarian
lingkungan.
Pemprov DKI akan menjadikan gedung sekolah sebagai contoh dan teladan yang
baik untuk seluruh bangunan yang akan didirikan di Jakarta.
Pada 2010, setidaknya sudah ada dua gedung sekolah yang dijadikan proyek
percontohan sekolah hijau yaitu Sekolah Dasar (SD) di Semanan, Jakarta Barat dan
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cikini, Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai