PENDAHULUAN
Bertitik tolak dari uraian di atas, pembangunan gedung di kampus ITS Sukolilo
Surabaya sudah waktunya mengikuti ketentuan Sustainable building, dimana
institusi pendidikan ini tentunya sudah memahami perkembangan tersebut di atas.
Setidaknya pada satu gedung yang telah ada akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui kriteria senyatanya terhadap ketentuan di atas, yaitu gedung H.
Dengan demikian dapat dilihat hasilnya perbandingan antara kriteria konvensional
saat ini terhadap kriteria sustainable, yaitu efisiensi pemakaian sumber-sumber,
energi dan kualitas lingkungan. Sehingga bangunan yang telah ada maupun yang
akan dibangun nantinya diharapkan mengikuti kriteria sustainable building.
Hal ini juga pernah dilakukan di University of Rochester, Rochester, New York.
(Dow; 1998).
Dalam pelaksanaan pisik konstruksi di lapangan, implikasi green construction
untuk mewujudkan sebuah gedung berpredikat sustainable building sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan yang selama ini telah dilakukan dilingkungan jasa
konstruksi. Namun demikian agar tecapai pemenuhan kriteria yang telah
ditentukan, perlu ada keseriusan dalam penerapan prinsip-prinsip kerja ramah
lingkungan dan hemat energi serta keperdulian terhadap keselamatan kerja.
Diharapkan nantinya pada proses pembangunan atau operasional gedung di
lingkungan kampus, tidak timbul kebisingan, kotor, polusi udara, polusi air, hemat
energi dan mengurangi terjadinya sampah.
pemilihan kriteria dari beberapa sistem pemeringkatan yang ada atau baru mulai
diadakan di Indonesia. Yang penting kriteria yang dipilih nantinya masih masuk
dalam kriteria pokok atau utama dari semua sistem pemeringkatan yang ada di
Indonesia maupun Negara lain. Sehingga diperlukan acuan pada kriteria
sustainable building.
1.5 Sistematika penulisan Penelitian ini dalam penulisannya akan dimulai dari
peninjauan keadaan senyata di gedung H. Baik dari bagian luar dan dalam.
Peninjauan juga dilakukan pengumpulan informasi dari para mantan
penghuninya. Dilain kesempatan bersamaan dilakukan studi pustaka berkaitan
dengan konsep sustainable building. Semua data yang terkumpul dengan
acuan dari pustaka yang didapat dianalisa untuk mendapatkan kesimpulannya.
Proses tersebut melibatkan para mantan penghuni/pemakai dan pakar yang
berkompeten.
A. PENGERTIAN GREEN BUILDING
Green Building ( Bangunan Hijau ) adalah bangunan yang didesain khusus
dengan tema yang ramah lingkungan, hemat energi, layout sederhana tapi tidak
membosankan, kualitasnya bermutu dan material yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan green building ini salah satu upaya mencegah pemanasan global yang
menyebabkan bumi semakin panas. Green building lebih dimaksudkan pada
bentuk fisik bangunan yang berwawasan lingkungan. Upaya untuk menghasilkan
bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan,
penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak
perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga
pembongkaran.
Di Negara-negara yang telah menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang
diukur, yakni :
· Tepat Guna Lahan – Appropriate site development (ADS)
· Efisiensi dan konversi Energi – Energy efficiency & conservation (EEC)
·
· Kualitas di dalam ruangan, dan inovasi.
· Pengolahan lahan sekitar,
· Pengolahan lahan sekitar,
Masing-masing kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya
diberi nilai yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah
tertentu, barulah ia bisa diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat disebut juga green construction atau
sustainable building. mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang
siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi, dan pembongkaran. Di bidang arsitektur dan teknik sipil, konstruksi
(construction) adalah suatu proses yang terdiri dari membangun atau perakitan
infrastruktur.
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk
semua jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak boleh
menciderai lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah sawah
ataupun ladang yang menjadi tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi tersebut
sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana transportasi memadai. Itu agar
ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas, proses pembukaan lahan
tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan lantas
menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi
lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak
perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal.
Contoh: menggunakan air hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta
menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang
menimbulkan polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet
yang proses pembuatannya menggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang
agar tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis
seperti Indonesia, ventilasi yang lebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk
menurunkan suhu ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah
lingkungan. Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab,
bahan impor otomatis melahap banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian
lebih baik tak menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti
kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan
gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di
seluruh elemen bangunan, terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
· Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak
terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis persediaannya
akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan material yang
mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan
untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu
menggunakan lampu dan pendingin udara pada siang hari.
· Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding. Penggunaan
kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih ringan. Ruangan-
ruangannya dapat didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat menggeser
dinding kontainer untuk mendapatkan atau menambah fungsi ruang baru tanpa
mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke ruangan.
· Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti semen,
batu bata, aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi
pemakaian sumber daya alam yang sulit diperbarui.
· Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara
berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk mengurangi biaya transportasi,
serta diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi terdekat.
b. Refleksi pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di luar rumah dan
masuk melalui jendela.
c. Refleksi / pantulan cahaya matahari dari halaman ,yang untuk kedua kalinya di
pantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kearah bidang kerja.
d. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oieh langi-langit besarnya refleksi
cahaya matahari ini sangat dipengaruhi oleh bahan pemantulan dan warna.
E. CONTOH PENERAPAN GREEN BUILDING
Konsep green school building didesai untuk penghematan energy listrik,
penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan pemanfaatan limbah sesuai dengan
kaidah-kaidah lingkungan. Maka dari itu, penggunaan bahan bangunannya pun
diupayakan menggunakan bahan eco-friendly ( ramah lingkungan ). Gubernur DKI
Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan konsep green school building meruppakan
bagian proses pendidikan lingkungan kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa
yang sekolahnya sudah berorientasi lingkungan dan mengadaptasi kaidah
lingkungan tadi harus memahami pentingnya mencintai dan pelestarian
lingkungan.
Pemprov DKI akan menjadikan gedung sekolah sebagai contoh dan teladan yang
baik untuk seluruh bangunan yang akan didirikan di Jakarta.
Pada 2010, setidaknya sudah ada dua gedung sekolah yang dijadikan proyek
percontohan sekolah hijau yaitu Sekolah Dasar (SD) di Semanan, Jakarta Barat dan
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cikini, Jakarta Pusat.