BAB I
PENDAHULUAN
3
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut BMKG Karangploso Kota Malang (2014), kondisi iklim kota Malang
rata-rata memiliki suhu udara berkisar antara 22,7°C - 25,1°C dengan suhu tertinggi
30,3°C dan terendah 18,4°C . Kelembaban udara rata-rata berkisar 76% - 80% dengan
nilai maksimum 95% dan minimum 45%. Curah hujan tinggi umumnya terjadi pada
6
bulan Februari, Nopember, Desember. Sedangkan curah hujan terendah ada pada bulan
Juni dan September. Kecepatan angin relative rendah berkisar 6-8 km/jam. Dari arah
Tenggara ke Barat Daya.
2.2.1 Ventilasi
Ventilasi adalah proses menggerakan udara dari luar ke arah dalam gedung.
Ventilasi juga didefinisikan sebagai suatu proses “pengolahan” atau mengganti udara
dalam ruang apapun untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan, yaitu untuk
mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau menghilangkan kelembaban, bau, asap, panas,
debu, bakteri di udara dan karbon dioksida. Selain itu ventilasi digunakan untuk
menghilangkan bau tak sedap dan kelembaban yang berlebihan, memasukan udara luar,
untuk menjaga sirkulasi udara didalam bangunan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Tujuan Ventilasi :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya, serta gas-gas pembakaran (C02) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor (panas) yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
7
karena kemiringan dan gaya dan ini pada gilirannya dapat mempengaruhi “cerobong
asap” efek yang berkembang di dalam gedung. Para penghuni (unggas dalam hal ini)
juga mempengaruhi kinerja bangunan berventilasi alami. Kepadatan penduduk
mempengaruhi respon dari sebuah bangunan untuk perubahan ventilasi serta distribusi
udara segar di dalam gedung. Efek simultan dari semua komponen tersebut menentukan
keberhasilan bangunan berventilasi alami.
Beberapa keuntungan utama dan kerugian dari bangunan ventilasi alami dibandingkan
dengan bangunan ventilasi mekanik adalah :
a. Keuntungan ventilasi alami adalah biaya, pemeliharaan dan penggunaan listrik
lebih rendah.
b. Kekurangan harus melakukan pengontrolan yang lebih rutin, penggantian secara
periodik penutup terbuka karena masuknya hujan atau sinar matahari dalam
bangunan.
(https://www.scribd.com/doc/21612235/Natural-Ventilation-Systems)
Selain itu apabila dibandingkan dengan penghawaan buatan (AC) maka ventilasi
alami dapat menghemat biaya untuk pengkondisian udara karena tidak terlalu banyak
memanfaatkan sistem penghawaan buatan atau Heating Ventilation and Air
Conditioning (HVAC) dan tetap mampu memberikan rasa nyaman bagi pengguna.
Suatu penelitian menunjukan dengan memanfaatkan ventilasi alami dan digabungkan
dengan sistem penghawaan buatan gedung dapat mengurangi 20% - 30% penggunaan
energi.
a. Bukaan Ventilasi
Pengarah bukaan ventilasi sangatlah berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan
angin dalam pengkondisan ruangan. Pengarah pada inlet akan menentukan arah gerak
dan pola udara dalam ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan memberikan
pola aliran udara yang berbeda-beda. Penggunaan kanopi pada bukaan inlet akan
mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan bukaan inlet tanpa kanopi.
9
Tipe bukaan ventilasi yang berbeda akan memberi sudut pengarah yang berbeda
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang serta efektifitas berbeda dalam
mengalirkan udara masuk/ keluar ruang.
d. Desain Ventilasi/Jendela
Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan tipe
atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat dimungkinkan
terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal. Ventilasi silang juga
akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut diperhitungkan. Jendela
yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya diletakkan pada ketinggian
manusia yaitu 60 cm - 150 cm (aktivitas duduk maupun berdiri), agar udara dapat
mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh rasa nyaman yang diharapkan.
Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan lebih
tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat dengan mudah dikeluarkan.
Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang
memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0
m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat
atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih dimensi
10
jendela yang berbeda antara inlet dan outlet (Gambar 2.3) atau dengan memilih tipe
jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara (Gambar 2.4).
100% 100%
130% 70%
Gambar 2.3 Tipe jendela efektif yang mengalirkan udara [Moore, 1993]
Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation”
11
Untuk menghitung pertukaran udara per jam (ACH) pada ruangan/bangunan yaitu
dengan menggunakan rumus :
ACH = (Q/V) x 3600 ............................................................................................(1)
Dimana,
Q = tingkat penghawaan alami (m3/s), dan
V = volume ruangan (m3)
Tingkat penghawaan alami (Q) sendiri diperoleh dengan menggunakan rumus:
Q = 0.025 x A x v ........................................................................(2)
Dimana,
A = luas bukaan (m2)
v = kecepatan angin pada bukaan (m/s), dan
0.025 = faktor pengali
(Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/)
Pergerakan udara dapat berubah dari kategori yang satu ke yang lain sepanjang
waktu dan pada jarak tertentu. Sebagai contoh pergerakan udara laminar dapat menjadi
turbulen apabila tingkat kekasaran topografi semakin besar seperti gambar 2.4.
13
Gambar 2.4 Perubahan pola pergerakan udara dari (A) laminar ke (B) terpisah ke (C) turbulen
(Sumber:Controlling Air Movement, hal 43)
software ini sudah cukup memenuhi bagi seorang arsitek untuk melakukan simulasi
(Chris Wiliams, 2004). Dalam hal ini penulis memanfaatkan software Ecotect dan
Vasari untuk membantu pelaksanaan simulasi penghawaan alami. Dengan
menggunakan kedua software tersebut dapat memberikan gambaran arah pergerakan
angin dan kondisi termal di dalam dan di luar bangunan. Zona yang bertekanan positif
maupun negatif dapat terlihat dengan menggunakan software tersebut. Adapun beberapa
kekurangan dari penggunaan kedua software tersebut antara lain :
a. Simulasi diperoleh dari hasil input data kecepatan rata-rata angin selama 1 tahun
sehingga tidak dapat dilihat pergerakan angin dari tiap-tiap menitnya pada saat
ini. Namun hasil simulasi dapat memberikan gambaran arah pergerakan angin
di luar maupun di dalam bangunan pada saat ada angin yang bergerak di sekitar
bangunan.
b. Arah pergerakan angin pada bagian dalam bangunan kurang mendetail, hanya
terbaca secara tegak lurus pada bidang bukaan (jendela). Sehingga tidak
tergambar secara mendetail arah turbulensi/perputaran udara segar dalam
bangunan.
(www.cadlearning.com/courses/autodesk-ecotect-analysis-training-tutorials/)
Sedangkan untuk jumlah daya yang tertera dalam spesifikasi pada AC dapat di hitung
dengan rumus :
∑W = D x E
Keterangan:
∑W = Jumlah daya yang tertera dalam unit AC di masing-masing ruangan
Ilustrasi perhitungan daya listrik dalam penggunaan AC dengan metode konsumsi daya
otomatis berulang.
Contoh :
Diasumsi AC beroperasi selama 6 jam per hari, untuk mendinginkan ruangan hingga
temperatur 25 ºC, kondisi yang terjadi saat pertama kali dinyalakan mesin beroperasi
selama 15 menit untuk mendinginkan ruangan. Selanjutnya setiap kali siklus
mendinginkan ruangan mesin menyala selama 10 menit dan siaga selama 5 menit.
Dalam 1 jam beroperasi terjadi : 60/15 = 4 kali siklus mendinginkan ruangan, empat
21
kali mesin menyala selama 4 x 10 menit = 40 menit dan empat kali mesin siaga selama
4 x 5 menit = 20 menit.
Jika rata-rata pengoperasian AC dalam ruangan adalah 6 jam per hari maka AC akan
menyala selama 6 x 40 menit = 240 menit. Dengan tambah waktu saat pertama kali
mesin dinyalakan selama 5 menit (15-10), sehingga konsumsi daya sebenarnya oleh
mesin AC selama 6 jam pengoperasiannya adalah : 6 x 40 + 5 = 240 + 5 = 245 menit.
Sehingga rumus jumlah penggunaan daya listrik setiap ruangan selama 1 tahun :
∑ P = ∑ W x (40 x A+5)/60 x B x C
Keterangan:
∑P = Jumlah penggunaan daya listrik dalam pengoperasian AC setiap ruang selama 1 tahun
∑W = Jumlah daya listri pada spesifikasi AC yang ada dalam setiap ruang
40 = Waktu mesin AC menyala dalam mendinginkan ruang selama satu jam (dalam menit)
Optimalisasi)Penghawaan)Alami)pada)
Bangunan)Pendidikan)Berlantai)Banyak)
)
Hipotesis
Sistem Penghawaan Alami tdk stndrt
Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect
Standart Kenyaman Ya
Penghawaan Alami Pada Gedung
Termal
Sudah Optimal
Tidak
Teori Pengotimalan
Penghawaan Alami Analisa dan Rekomendasi
Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect
Gambar 2.5 Alur Penelitian Kondisi Sistem Penghawaan Alami Gedung F FEB UB
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut BMKG Karangploso Kota Malang (2014), kondisi iklim kota Malang
rata-rata memiliki suhu udara berkisar antara 22,7°C - 25,1°C dengan suhu tertinggi
30,3°C dan terendah 18,4°C . Kelembaban udara rata-rata berkisar 76% - 80% dengan
nilai maksimum 95% dan minimum 45%. Curah hujan tinggi umumnya terjadi pada
6
bulan Februari, Nopember, Desember. Sedangkan curah hujan terendah ada pada bulan
Juni dan September. Kecepatan angin relative rendah berkisar 6-8 km/jam. Dari arah
Tenggara ke Barat Daya.
2.2.1 Ventilasi
Ventilasi adalah proses menggerakan udara dari luar ke arah dalam gedung.
Ventilasi juga didefinisikan sebagai suatu proses “pengolahan” atau mengganti udara
dalam ruang apapun untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan, yaitu untuk
mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau menghilangkan kelembaban, bau, asap, panas,
debu, bakteri di udara dan karbon dioksida. Selain itu ventilasi digunakan untuk
menghilangkan bau tak sedap dan kelembaban yang berlebihan, memasukan udara luar,
untuk menjaga sirkulasi udara didalam bangunan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Tujuan Ventilasi :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya, serta gas-gas pembakaran (C02) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor (panas) yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
7
karena kemiringan dan gaya dan ini pada gilirannya dapat mempengaruhi “cerobong
asap” efek yang berkembang di dalam gedung. Para penghuni (unggas dalam hal ini)
juga mempengaruhi kinerja bangunan berventilasi alami. Kepadatan penduduk
mempengaruhi respon dari sebuah bangunan untuk perubahan ventilasi serta distribusi
udara segar di dalam gedung. Efek simultan dari semua komponen tersebut menentukan
keberhasilan bangunan berventilasi alami.
Beberapa keuntungan utama dan kerugian dari bangunan ventilasi alami dibandingkan
dengan bangunan ventilasi mekanik adalah :
a. Keuntungan ventilasi alami adalah biaya, pemeliharaan dan penggunaan listrik
lebih rendah.
b. Kekurangan harus melakukan pengontrolan yang lebih rutin, penggantian secara
periodik penutup terbuka karena masuknya hujan atau sinar matahari dalam
bangunan.
(https://www.scribd.com/doc/21612235/Natural-Ventilation-Systems)
Selain itu apabila dibandingkan dengan penghawaan buatan (AC) maka ventilasi
alami dapat menghemat biaya untuk pengkondisian udara karena tidak terlalu banyak
memanfaatkan sistem penghawaan buatan atau Heating Ventilation and Air
Conditioning (HVAC) dan tetap mampu memberikan rasa nyaman bagi pengguna.
Suatu penelitian menunjukan dengan memanfaatkan ventilasi alami dan digabungkan
dengan sistem penghawaan buatan gedung dapat mengurangi 20% - 30% penggunaan
energi.
a. Bukaan Ventilasi
Pengarah bukaan ventilasi sangatlah berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan
angin dalam pengkondisan ruangan. Pengarah pada inlet akan menentukan arah gerak
dan pola udara dalam ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan memberikan
pola aliran udara yang berbeda-beda. Penggunaan kanopi pada bukaan inlet akan
mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan bukaan inlet tanpa kanopi.
9
Tipe bukaan ventilasi yang berbeda akan memberi sudut pengarah yang berbeda
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang serta efektifitas berbeda dalam
mengalirkan udara masuk/ keluar ruang.
d. Desain Ventilasi/Jendela
Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan tipe
atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat dimungkinkan
terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal. Ventilasi silang juga
akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut diperhitungkan. Jendela
yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya diletakkan pada ketinggian
manusia yaitu 60 cm - 150 cm (aktivitas duduk maupun berdiri), agar udara dapat
mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh rasa nyaman yang diharapkan.
Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan lebih
tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat dengan mudah dikeluarkan.
Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang
memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0
m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat
atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih dimensi
10
jendela yang berbeda antara inlet dan outlet (Gambar 2.3) atau dengan memilih tipe
jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara (Gambar 2.4).
100% 100%
130% 70%
Gambar 2.3 Tipe jendela efektif yang mengalirkan udara [Moore, 1993]
Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation”
11
Untuk menghitung pertukaran udara per jam (ACH) pada ruangan/bangunan yaitu
dengan menggunakan rumus :
ACH = (Q/V) x 3600 ............................................................................................(1)
Dimana,
Q = tingkat penghawaan alami (m3/s), dan
V = volume ruangan (m3)
Tingkat penghawaan alami (Q) sendiri diperoleh dengan menggunakan rumus:
Q = 0.025 x A x v ........................................................................(2)
Dimana,
A = luas bukaan (m2)
v = kecepatan angin pada bukaan (m/s), dan
0.025 = faktor pengali
(Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/)
Pergerakan udara dapat berubah dari kategori yang satu ke yang lain sepanjang
waktu dan pada jarak tertentu. Sebagai contoh pergerakan udara laminar dapat menjadi
turbulen apabila tingkat kekasaran topografi semakin besar seperti gambar 2.4.
13
Gambar 2.4 Perubahan pola pergerakan udara dari (A) laminar ke (B) terpisah ke (C) turbulen
(Sumber:Controlling Air Movement, hal 43)
software ini sudah cukup memenuhi bagi seorang arsitek untuk melakukan simulasi
(Chris Wiliams, 2004). Dalam hal ini penulis memanfaatkan software Ecotect dan
Vasari untuk membantu pelaksanaan simulasi penghawaan alami. Dengan
menggunakan kedua software tersebut dapat memberikan gambaran arah pergerakan
angin dan kondisi termal di dalam dan di luar bangunan. Zona yang bertekanan positif
maupun negatif dapat terlihat dengan menggunakan software tersebut. Adapun beberapa
kekurangan dari penggunaan kedua software tersebut antara lain :
a. Simulasi diperoleh dari hasil input data kecepatan rata-rata angin selama 1 tahun
sehingga tidak dapat dilihat pergerakan angin dari tiap-tiap menitnya pada saat
ini. Namun hasil simulasi dapat memberikan gambaran arah pergerakan angin
di luar maupun di dalam bangunan pada saat ada angin yang bergerak di sekitar
bangunan.
b. Arah pergerakan angin pada bagian dalam bangunan kurang mendetail, hanya
terbaca secara tegak lurus pada bidang bukaan (jendela). Sehingga tidak
tergambar secara mendetail arah turbulensi/perputaran udara segar dalam
bangunan.
(www.cadlearning.com/courses/autodesk-ecotect-analysis-training-tutorials/)
Sedangkan untuk jumlah daya yang tertera dalam spesifikasi pada AC dapat di hitung
dengan rumus :
∑W = D x E
Keterangan:
∑W = Jumlah daya yang tertera dalam unit AC di masing-masing ruangan
Ilustrasi perhitungan daya listrik dalam penggunaan AC dengan metode konsumsi daya
otomatis berulang.
Contoh :
Diasumsi AC beroperasi selama 6 jam per hari, untuk mendinginkan ruangan hingga
temperatur 25 ºC, kondisi yang terjadi saat pertama kali dinyalakan mesin beroperasi
selama 15 menit untuk mendinginkan ruangan. Selanjutnya setiap kali siklus
mendinginkan ruangan mesin menyala selama 10 menit dan siaga selama 5 menit.
Dalam 1 jam beroperasi terjadi : 60/15 = 4 kali siklus mendinginkan ruangan, empat
21
kali mesin menyala selama 4 x 10 menit = 40 menit dan empat kali mesin siaga selama
4 x 5 menit = 20 menit.
Jika rata-rata pengoperasian AC dalam ruangan adalah 6 jam per hari maka AC akan
menyala selama 6 x 40 menit = 240 menit. Dengan tambah waktu saat pertama kali
mesin dinyalakan selama 5 menit (15-10), sehingga konsumsi daya sebenarnya oleh
mesin AC selama 6 jam pengoperasiannya adalah : 6 x 40 + 5 = 240 + 5 = 245 menit.
Sehingga rumus jumlah penggunaan daya listrik setiap ruangan selama 1 tahun :
∑ P = ∑ W x (40 x A+5)/60 x B x C
Keterangan:
∑P = Jumlah penggunaan daya listrik dalam pengoperasian AC setiap ruang selama 1 tahun
∑W = Jumlah daya listri pada spesifikasi AC yang ada dalam setiap ruang
40 = Waktu mesin AC menyala dalam mendinginkan ruang selama satu jam (dalam menit)
Optimalisasi)Penghawaan)Alami)pada)
Bangunan)Pendidikan)Berlantai)Banyak)
)
Hipotesis
Sistem Penghawaan Alami tdk stndrt
Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect
Standart Kenyaman Ya
Penghawaan Alami Pada Gedung
Termal
Sudah Optimal
Tidak
Teori Pengotimalan
Penghawaan Alami Analisa dan Rekomendasi
Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect
Gambar 2.5 Alur Penelitian Kondisi Sistem Penghawaan Alami Gedung F FEB UB
23
Berikut merupakan studi yang pernah dilakukan dan terkait dengan optimalisasi penghawaan alami pada gedung F Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya yang merupakan bangunan pendidikan berlantai banyak (Tabel 2.4)
1 Pengaruh
Luas
Novan H. Jurnal Arsitektur Analisis pengaruh Luas Bukaan Ventilasi Membantu peneliti dalam
Bukaan
Ventilasi
Toisi dan Vol. 1, No. 1, 2012 terhadap Kenyamanan Termal dan mengidentifikasi aspek penghawaan
Terhadap
Kussoy Penghawaan Alami dilakukan dengan alami yang mempengaruhi kondisi
Penghawaan
Alami
Wailan John menyimpulkan pengaruh Luas Bukaan termal di dalam bangunan Gedung F
dan
Kenyamanan
terhadap Kecepatan Angin dalam FEB UB.
Thermal
Pada
bangunan disaat menyentuh Kulit, di saat
Rumah
Tinggal
Hasil
jendela tertutup dan terbuka, serta
Modifikasi
dari
menyimpulkan apakah Kecepatan Angin
Rumah
Rumah
tersebut memenuhi standar dalam
Tradisional
bangunan. Penelitian ini juga
Minahasa
menyimpulkan apa saja elemen bangunan
yang harus dirubah dan yang harus
dipertahankan untuk perancangan rumah
tinggal hasil Modifikasi dari Rumah
Tradisional Minahasa dimasa mendatang.
24
2 Kajian Kenyamanan Nur Laela Jurnal Ilmiah Vol. 1, Metode penelitian yang digunakan dalam Membantu peneliti dalam menentukan
Termal Pada Latifah, Harry No. 1, 2013 kajian ini adalah metode penelitian metode penelitian penghawaan alami
Bangunan Student Perdana, deskriptif baik kualitatif maupun yang mempengaruhi kondisi termal di
Center Itenas Bandung Agung kuantitatif. Pada akhirnya dari hasil dalam bangunan Gedung F FEB UB.
Prasetya dan analisis kuantitatif dan kualitatif tersebut
Oswald P.M dilakukan pembobotan secara kuantitatif.
Siahaan Diperoleh kesimpulan bahwa, desain
bangunan dan desain bukaan udara Student
Center Itenas mempengaruhi aliran udara
yang dapat mendukung kenyamanan
termal.
3 Desain Jendela Christina E. Jurnal Teknik Hasil uji manual yang telah dilengkapi Membantu peneliti dalam melakukan
Bangunan Domestik Mediastika Arsitektur Vol. 30, dengan data-data primer dan sekunder analisis pengukuran dan uji simulasi
untuk Mencapai No.1, 2002 mengenai suhu, kecepatan dan arah angin penghawaan alami di dalam bangunan
“Cooling Ventilation” kemudian disusun sebagai input uji pada kondisi eksisting dan
Kasus uji: Rumah komputasi. Variabel yang senantiasa rekomendasi.
Sederhana Luas 45 m2 dirubah pada proses uji kali ini adalah
di Yogyakarta dimensi dan jumlah jendela. Uji komputasi
ini juga bertujuan untuk mem-validasi
hasil uji manual tersebut. Kesimpulan
yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda
dari kesimpulan pada uji manual.
4 Menciptakan Basaria Jurnal Sistem Cara yang paling murah memperoleh Menciptakan Kenyamanan Thermal
Kenyamanan Thermal Talarosha Teknik Industri kenyamanan thermal adalah secara Dalam Bangunan ini sebagai referensi
Dalam Bangunan Volume 6, No. 3 alamiah melalui pendekatan arsitektur, tentang aspek-aspek yang mendukung
Juli 2005 yaitu merancang bangunan dengan terciptanya kenyamanan termal di
mempertimbangkan orientasi terhadap
25
matahari dan arah angin, pemanfaatan dalam bangunan Gedung F FEB UB.
elemen arsitektur dan material bangunan,
serta pemanfaatan elemen-elemen
lansekap.
5 Pemanfaatan Potensi Muhammad Simposium Kondisi udara luar memiliki temperatur Memberikan pengetahuan dan referensi
Angin Bagi Ventilasi Siam Priyono Nasional RAPI XII - udara bola kering yang cukup tinggi dan tentang kondisi luar mempengaruhi
Alami Gedung Baru Nugroho 2013 FT UMS kecepatan angin yang rendah sehingga tingkat kenyamanan termal di dalam
Fakultas Kedokteran berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan gedung.
UMS termal di dalam gedung.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengukuran pada tiap-tiap ruang pada gedung dilakukan dengan cara membuat
grid terlebih dahulu, lalu pada masing-masing titik dilakukan pengukuran kecepatan
angin, kelmbaban dan temperatur, setelah itu diperoleh hasil dari masing-masing titik
dan diambil hasil rata-rata dari pengukuran pada masing-masing titik tersebut. Sebagai
contoh pada lantai 2 ruang perpustakan. (Gambar 3.6)
Gambar 3.6 Metode grid dalam pengukuruan penghawaan alami pada tiap ruang
30
• Wind Tunnel. Dari hasil wind rose yang didapat, lalu diterpakan ke
dalam gedung kajian.
• Weather Data : Input data iklim dan geografis. Terdiri dari kondisi iklim,
garis lintang, garis bujur dan zona waktu GMT. Bila letak geografisnya
tidak bisa didapat, Ecotect menyediakan data yang akan menampilkan
keempat variabel di atas secara otomatis. Untuk wilayah Indonesia
terwakili oleh Kota Jakarta sebagai Ibu Kota.
31.5
28.0
24.5
21.0
17.5
14.0
10.5
7.0
3.5
0.0
Gambar 3.17 Mean Radiant Temperatur pada software Ecotect kondisi eksisting
35
T hermal C omfort
M e a n R a d ia nt T e mp
Value R ange: 0.0 - 35.0 °C °C
© E COT E CT v5
35.0+
31.5
28.0
24.5
21.0
17.5
14.0
10.5
7.0
3.5
0.0
Gambar 3.18 Mean Radiant Temperatur pada software Ecotect kondisis rekomendasi
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
37
Data kecepatan angin, temperatur dan kelembapan pada daerah Malang yang
termasuk beriklim tropis dapat bermanfaat dalam proses analisa optimalisasi
penghawaan alami pada gedung F FEB UB. Dimana kecepatan angin rata-rata tiap
bulannya berkisar 6 - 8 km/jam, temperatur udara berkisar antara 22,7 ºC - 25,1 ºC,
kelembapan udara rata-rata berkisar 76% - 80%. Sehingga pada kondisi suhu udara
tinggi zona kenyamanan masih dapat diusahakan dengan sirkulasi angin yang melalui
ruangan-ruangan dalam bangunan.
38
Data arah angin pada lokasi penelitian di Universitas Brawijaya Malang di dapat
dari simulasi dengan menggunakan software Vasari, input data dari : data tapak, tahun
dan bulan saat dilakukannya penelitian dengan data BMKG Karangploso Malang.
Berdasarakan hasil simulasi tersebut diperoleh bahwa arah angin di Kota Malang
bergerak dari Tenggara menuju Barat Laut dengan rata-rata kecepatan 6 - 8 km/jam.
Gedung penelitian :
Gedung F FEB UB
Gedung F FEB UB yang memiliki 7
UT
AR lantai dengan total luas 4,758.36 m2
A
Utara
Sebelah Barat :
Gedung Baru FEB Sebelah Utara :
Gedung D FEB UB
Sebelah Tenggara :
Sebelah Timur :
Gedung FTP
Masjid UB
39
40
41
Tabel 4.4 Perbandingan luas bukaan eksisting dengan standar minimum SNI
Lantai Luas Bukaan
Jenis Ruang Luas Ruang Ventilasi Eksisting Ventilasi Orientasi / Keterangan
Standart SNI
2 Perpustakaan 162.00 m2 2,3 m2 8,1 m2 Timur/Tidak standart
Lab. Komp. 76.56 m2 2,3 m2 3,8 m2 Barat/Tidak standart
R.BEI UB 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Kajur (D) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R.Kajur (A) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R.Kajur (B) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R. Prof (E) 5 m2 0,575 m2 0,25 m2 Timur/standart
3 R.Prof (F) 15 m2 0,575 m2 0,75 m2 Timur/Tidak standart
R.Prof (G) 14 m2 - - Tidak ada bukaan
R.Prof (H) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Keuangan 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Prof (J) 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Kuliah (A) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (B) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (C) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (F) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
4 R.Kuliah (G) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Prof (E) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Barat/Standart
R.Prof (D) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Timur/Standart
R.Tunggu Dosen(H) 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
42