Anda di halaman 1dari 60

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak pertengahan abad ke 20 pemanasan global menjadi perhatian dunia, hal ini
disebabkan karena suhu rata-rata global pada permukaan bumi terus meningkat
diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang menimbulkan gas
karbon dioksida (CO2) serta gas lain seperti : metana (CH4), dinitroksida (N2O) dan
clhoro fluoro carbon (CFC) yang merupakan salah satu penyebab menipisnya lapisan
ozon. Pemanasan global yang juga disebabkan oleh penggunaan sumber daya energi
yang sangat besar bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti halnya : naiknya
permukaan laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan lain-lain. (sumber : wikipedia.org)
Penggunaan energi yang didapatkan dari eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan ternyata banyak terserap oleh bangunan gedung, khususnya bangunan
berlantai banyak. Energi di dalam gedung tersebut sebagian besar digunakan untuk
mengkondisikan udara ruangan hingga pada batas kenyamanan termal hunian.
Kepedulian penghematan energi telah berkembang sejak beberapa dekade, mulai dari
rekayasa teknologi, desain arsitektur, sistem engineering bangunan, tata aturan dan
kelola bangunan, bahkan rekayasa management gedung. Namun isu hemat energi pada
bangunan gedung diperkotaan masih menjadi perhatian baik dari sisi perencana,
pengelola gedung, pemilik, pemerintah daerah maupun pemerhati lingkungan hidup.
Universitas Brawijaya (UB) adalah salah satu dari sekian gedung kampus yang
cukup boros terhadap pemakaian energi. Konsumsi energi listrik pada kampus UB
mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya hingga berujung pada pemborosan
anggaran belanjanya. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian yang mendalam akan sistem
bangunan yang terkait dengan konsumsi energi, dalam hal ini konsumsi listrik
diantaranya : sistem penerangan, sistem penghawaan, pola penggunaan peralatan
elektronik penghuni.
Bangunan gedung berlantai banyak seperti halnya di kampus UB, penggunaan
energi listrik yang terbesar adalah pada sistem penghawaan buatan (AC), hal ini
disebabkan banyaknya ruang-ruang didalam gedung pada saat operasionalnya
menggunakan AC untuk menciptakan kenyamanan termal penghuninya. Oleh karena itu
 
  2

perlu dilakukan langkah-langkah penghematan penggunaan energi listrik dengan


mengkaji dan memanfaatkan sistem penghawaan alaminya.
Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB Malang adalah salah satu
gedung berlantai 7 (tujuh) yang berada di lingkungan UB dengan total luas 4.758,36 m2
dipergunakan untuk kegiatan perkuliahan program magister (S2) dan doktor (S3),
adalah gedung yang menjadi objek kajian atau penelitian tentang penghawaan alami
guna mengurangi penggunaan energi listrik pada gedung tersebut.
Melalui kajian atau penelitian ini akan dilakukan pendataan dan pengukuran
sistem penghawaan alami (kecepatan angin, kelembapan udara dan temperatur ruangan)
pada kondisi eksisting serta melakukan simulasi pergerakan udara dan kondisi termal
dalam bangunan dengan menggunakan aplikasi software Vasari dan Ecotect untuk
mengetahui apakah sistem penghawaan alami yang ada saat ini memenuhi syarat atau
tidak, terhadap persyaratan Standart Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001 sebagai
standart tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung berlantai banyak. Kemudian dilakukan analisa tentang kebutuhan dimensi
bukaan ventilasi sebagai bahan rekomendasi agar sistem penghawaan alami dapat
diterapkan atau dimanfaatkan pada gedung F FEB UB dan memenuhi syarat SNI.
Sehingga dapat memberikan solusi alternative untuk penghematan penggunaan energi
listrik dalam gedung F FEB UB.

 
  3

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang dibahas dalam kajian studi kasus penghawaan alami pada
gedung F FEB UB antara lain adalah :
1. Apakah penghawaan alami dalam ruangan-ruangan gedung sudah memenuhi
standart SNI-03-6572-2001?
2. Bagaimana mengoptimalisasi penghawaan alami pada ruang-ruang gedung, agar
dapat menghemat penggunaan energi listrik ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian penghawaan alami pada gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB
ini antara lain bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi penghawaan alami di ruang gedung seberapa jauh ukuran bukaan
ventilasi dengan tolok ukur ketentuan dalam SNI 03-6572-2001.
2. Mengetahui arah pergerakan udara dan kecepatan angin pada ruang gedung
dengan menggunakan aplikasi simulasi software Vasari pada kondisi luas
bukaan ventilasi yang ada saat ini.
3. Mengetahui suhu udara pada ruang gedung dengan menggunakan aplikasi
simulasi software Ecotect pada kondisi luas bukaan ventilasi yang ada saat ini
dan kondisi luas bukaan ventilasi yang direkomendasi.
4. Mengetahui pengaruh pemanfaatan/memaksimalkan penghawaan alami terhadap
konsumsi energi listrik pada gedung.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian studi kasus penghawaan alami pada Gedung F Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UB antara lain :
1. Bagi pemilik gedung : Dapat menghemat biaya operasional gedung. Terutama
penggunaan energi listrik.
2. Bagi perancang gedung : Dapat melakukan revisi desain apabila terdapat
penghawaan dalam ruang bangunan yang belum optimal, serta dapat menjadi
masukan dalam mendesain selanjutnya.
3. Bagi pengguna gedung : Dapat menikmati penghawaan alami dan lebih sehat.
4. Bagi peneliti : Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penghawaan
alami dalam gedung.
 
  4

5. Bagi universitas : Dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi


pengembangan penelitian yang sejenis untuk waktu yang akan datang.

6. Bagi masyarakat : Dapat memberikan contoh bahwa kepedulian terhadap


pemanasan global dapat dilakukan dengan cara melakukan penghematan energi
dengan mengoptimalkan penghawaan alami dan mengurangi penggunaan energi
listrik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan pada gedung F FEB UB yang berada di jalan MT.
Haryono 165 Kota Malang. Pada saat penelitian ini dibuat, gedung sudah tahap
operasional dan dipergunakan dalam kegiatan perkuliahan.
2. Metode analisa penyebaran aliran angin dan suhu ruangan yang terjadi pada
kondisi eksisting di dalam gedung F FEB UB dengan menggunakan program
software Vasari dan Ecotect.
3. Data yang digunakan pada saat simulasi pada software Vasari dan Ecotect
adalah data rata-rata kecepatan angin, temperatur dan kelembapan udara dalam
gedung yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat
Anemometer dan Thermometer.
4. Perhitungan persentase penghematan jumlah jam penggunaan penghawaan
buatan (AC) yang dikombinasi dengan pemanfaatan penghawaan alami pada
gedung F FEB UB, sebagai asumsi penghematan penggunaan energi listrik.

 
  5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Kondisi Iklim Tropis


Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca tahunan yang meliputi wilayah relatif
luas. Tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm di
sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang utara
dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat
dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana
kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis, daerah-daerah dengan
angin musim dan savana lembap. (http://kopite-geografi.blogspot.com)

2.1.1 Karakteristik iklim tropis


Karakteristik iklim tropis adalah memiliki temperatur yang tinggi sepanjang
tahun yaitu sekitar 27ºC dan range rata-rata temperatur bulanan sekitar 1-3 °C
sedangkan kelembapan rata-rata harian relatif konstan sekitar 75%, namun kisaran
kelembabannya adalah 55% sampai hampir 100%. Curah hujan tinggi hampir sepanjang
tahun rata-rata 70 mm/tahun. Relative humidity berkisar sekitar 90%. Kondisi angin
tergantung pada jarak dari laut dan bervariasi sepanjang tahun. Langit hampir setiap
saat berawan (Givoni,1998)

2.1.2 Wilayah dan kondisi iklim Kota Malang


Kota Malang terletak pada posisi 112.06° - 112.07° Bujur Timur, 7.06°- 8.02°
Lintang Selatan. Wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 440 - 667
meter di atas permukaan laut (Malang Dalam Angka, 2011) :
1. Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang.
2. Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab. Malang.
3. Sebelah Selatan : Kec. Tajinan dan Kec. Pakisaji Kab. Malang.
4. Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab. Malang.

Menurut BMKG Karangploso Kota Malang (2014), kondisi iklim kota Malang
rata-rata memiliki suhu udara berkisar antara 22,7°C - 25,1°C dengan suhu tertinggi
30,3°C dan terendah 18,4°C . Kelembaban udara rata-rata berkisar 76% - 80% dengan
nilai maksimum 95% dan minimum 45%. Curah hujan tinggi umumnya terjadi pada
  6

bulan Februari, Nopember, Desember. Sedangkan curah hujan terendah ada pada bulan
Juni dan September. Kecepatan angin relative rendah berkisar 6-8 km/jam. Dari arah
Tenggara ke Barat Daya.

2.2 Sistem Penghawaan Alami


Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam
bangunan dengan udara dari luar bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan
yang terbuka. Proses ini akan mengganti udara kotor (mengandung CO2) hasil aktivitas
di dalam bangunan dengan udara bersih yang lebih banyak mengandung O2. Sebuah
bangunan perlu menerapkan siasat desain sedimikian rupa, agar udara mengalir dengan
baik dari luar ke dalam ruang dan sebaliknya. Untuk itu perlu peletakan lubang ventilasi
secara cross ventilation adalah sistem ventilasi alami yang paling efektif untuk
mencapai tingkat ventilasi ini. (Sumber : http://journal.unisfat.ac.id)

2.2.1 Ventilasi
Ventilasi adalah proses menggerakan udara dari luar ke arah dalam gedung.
Ventilasi juga didefinisikan sebagai suatu proses “pengolahan” atau mengganti udara
dalam ruang apapun untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan, yaitu untuk
mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau menghilangkan kelembaban, bau, asap, panas,
debu, bakteri di udara dan karbon dioksida. Selain itu ventilasi digunakan untuk
menghilangkan bau tak sedap dan kelembaban yang berlebihan, memasukan udara luar,
untuk menjaga sirkulasi udara didalam bangunan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Tujuan Ventilasi :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya, serta gas-gas pembakaran (C02) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor (panas) yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

 
  7

2.2.2 Ventilasi alami


Ventilasi alami adalah proses memasukkan dan mengeluarkan udara di dalam
ruang bangunan tanpa menggunakan sistem mekanik. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara atau temperatur didalam dan diluar ruangan. Ada dua jenis
ventilasi alami yang ada pada bangunan yaitu ventilasi angin dan ventilasi apung.
Ventilasi angin penggerak utamanya adalah angin, sedangkan ventilasi apung terjadi
sebagai akibat dari gaya apung yang dihasilkan dari perbedaan suhu antara di dalam dan
di luar ruangan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Berdasarkan SNI 03-6572-2001 (lampiran hal 89) ventilasi alami terjadi adanya
perbedaan tekanan udara di luar suatu bangunan yang disebabkan oleh angin dan karena
adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam
saluran ventilasi. Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen,
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan :
a. Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas ruangan yang
membutuhkan ventilasi.
b. Arah yang menghadap halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau
daerah yang terbuka keatas.
c. Teras terbuka, pelataran parkir, atau
d. ruang yang bersebelahan.

2.2.3 Pemanfaatan ventilasi alami (Sustainability Victoria, n.d.)


Seperti diketahui ventilasi alami adalah sebuah sistem yang menggunakan
kekuatan alam untuk memasok udara segar ke dalam ruang suatu bangunan. Pertukaran
udara dicapai melalui inlet dan outlet yang dirancang pada gedung. Terdapat dua bentuk
ventilasi yaitu ventilasi alami dan ventilasi mekanik yang keduanya beroperasi dalam
prinsip yang berbeda. Ventilasi mekanik menggunakan kipas angin untuk pertukaran
udara, sedangkan ventilasi alami ditentukan oleh apung termal dan angin yang
keduanya tergantung pada cuaca yang tak menentu.
Ventilasi alami adalah teknik manajemen yang menarik karena kipas dan
pemeliharaan fan beban dieliminasi. Desain atap, desain bukaan besar untuk ventilasi,
membangun orientasi, penghuni, dan akhirnya air di luar merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil dari proses ventilasi. Bukaan terletak di sepanjang dinding
samping yang disebut 'dinding samping bukaan', dan pembukaan di puncak atap, atau
ridge, disebut 'pembukaan punggungan. Variasi ada dalam bentuk atap interior sendiri
  8

karena kemiringan dan gaya dan ini pada gilirannya dapat mempengaruhi “cerobong
asap” efek yang berkembang di dalam gedung. Para penghuni (unggas dalam hal ini)
juga mempengaruhi kinerja bangunan berventilasi alami. Kepadatan penduduk
mempengaruhi respon dari sebuah bangunan untuk perubahan ventilasi serta distribusi
udara segar di dalam gedung. Efek simultan dari semua komponen tersebut menentukan
keberhasilan bangunan berventilasi alami.
Beberapa keuntungan utama dan kerugian dari bangunan ventilasi alami dibandingkan
dengan bangunan ventilasi mekanik adalah :
a. Keuntungan ventilasi alami adalah biaya, pemeliharaan dan penggunaan listrik
lebih rendah.
b. Kekurangan harus melakukan pengontrolan yang lebih rutin, penggantian secara
periodik penutup terbuka karena masuknya hujan atau sinar matahari dalam
bangunan.
(https://www.scribd.com/doc/21612235/Natural-Ventilation-Systems)
Selain itu apabila dibandingkan dengan penghawaan buatan (AC) maka ventilasi
alami dapat menghemat biaya untuk pengkondisian udara karena tidak terlalu banyak
memanfaatkan sistem penghawaan buatan atau Heating Ventilation and Air
Conditioning (HVAC) dan tetap mampu memberikan rasa nyaman bagi pengguna.
Suatu penelitian menunjukan dengan memanfaatkan ventilasi alami dan digabungkan
dengan sistem penghawaan buatan gedung dapat mengurangi 20% - 30% penggunaan
energi.

2.2.4 Desain bukaan dalam sistem ventilasi alami


Desain bukaan ventilasi udara sangatlah berpengaruh terhadap upaya
pemanfaatan angin dalam pengkondisan ruangan. Desain bukaan juga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan akan aliran udara.

a. Bukaan Ventilasi
Pengarah bukaan ventilasi sangatlah berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan
angin dalam pengkondisan ruangan. Pengarah pada inlet akan menentukan arah gerak
dan pola udara dalam ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan memberikan
pola aliran udara yang berbeda-beda. Penggunaan kanopi pada bukaan inlet akan
mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan bukaan inlet tanpa kanopi.
 
  9

b. Tipe Bukaan Ventilasi

Fixed Casement Casement Top- Casement Horizontal Vertically


0% Side-hung hung 75% Bottom-hung Pivoted 75% pivoted
90% 45% 75%
Gambar 2.1 Desain bukaan ventilasi
Sumber: Beckett, HE, 1974, Godfrey, JA.

Tipe bukaan ventilasi yang berbeda akan memberi sudut pengarah yang berbeda
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang serta efektifitas berbeda dalam
mengalirkan udara masuk/ keluar ruang.

c. Dimensi Bukaan Ventilasi


Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap luas inlet, maka akan
menciptakan kecepatan angin yang lebih tinggi, yang juga menghasilkan penyejukan
lebih besar.

d. Desain Ventilasi/Jendela
Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan tipe
atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat dimungkinkan
terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal. Ventilasi silang juga
akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut diperhitungkan. Jendela
yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya diletakkan pada ketinggian
manusia yaitu 60 cm - 150 cm (aktivitas duduk maupun berdiri), agar udara dapat
mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh rasa nyaman yang diharapkan.
Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan lebih
tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat dengan mudah dikeluarkan.
Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang
memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0
m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat
atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih dimensi
  10

jendela yang berbeda antara inlet dan outlet (Gambar 2.3) atau dengan memilih tipe
jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara (Gambar 2.4).

100% 100%
130% 70%

Gambar 2.2 Perbedaan dimensi inlet dan outlet


Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation

Gambar 2.3 Tipe jendela efektif yang mengalirkan udara [Moore, 1993]
Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation”

2.2.5 Kecepatan angin dalam bangunan


Kecepatan angin dalam batas tertentu di dalam bangunan dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan kenyamanan termal penghuni. Dimana keberadaan angin tersebut
mampu membantu proses penguapan keringat kulit akibat kelembaban udara yang
berlebih. Proses penguapan kulit tersebut pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
sejuk (nyaman secara termal) di seputar kulit tubuh manusia.

 
  11

Tabel 2.1 Efek kecepatan angin pada manusia


Sumber: fisika bangunan 1

Deskripsi m/s Km/h


Diam 0.0 0.0
Tak terasa 0.1 0.4
Sedikit terasa 0.3 1.0
Sepoi-sepoi tenang 0.5 1.8
Sepoi-sepoi ringan 0.7 2.5
Rambut dan kertas bergerak 1.0 4.0
Angin berhembus agak kencang 1.4 5.0
Berhembus tak nyaman 1.7 6.0
Berhembus mengganggu 2.0+ 6.5+

2.2.6 Pergantian udara per-jam (ACH )


Pergantian udara per-jam (ACH, Air Chang rate per Hour) adalah jumlah
pergantian seluruh udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jam- nya.
Proses pergantian udara ini sangat tergantung pada rancangan bangunan dan lingkungan
di sekitarnya. Penempatan dan ketinggian jendela, luas bukaan inlet dan outlet jendela,
model bukaan jendela dan bentuk atap bangunan akan mempengaruhi kecepatan udara
di dalam ruang, sedangkan arah, kecepatan angin, kerapatan dan ketinggian bangunan
sekitar layak diperhitungkan sebagai filter ataupun pengarah aliran angin masuk dalam
bangunan.
Adapun rate ACH ideal bagi suatu ruang tergantung pada tujuan yang hendak
dicapai. Menurut EnREI (Energy Related Environmental Issues), untuk tujuan
kesehatan dan kenyamanan penghuni diperlukan nilai pertukaran udara berkisar sebesar
0,5 - 5 ACH. Hal ini sesuai dengan standart kebutuhan udara yang bersumber dari
EnREI 1991, periksa tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standart kebutuhan udara.


Sumber : EnREI (1991)

Tujuan Standart kebutuhan (ACH) Standart kebutuhan (liter/detik m2)


Kesehatan 0.5 - 1 0.4 - 0.8
Kenyamanan 1-5 0.8 - 4
  12

Untuk menghitung pertukaran udara per jam (ACH) pada ruangan/bangunan yaitu
dengan menggunakan rumus :
ACH = (Q/V) x 3600 ............................................................................................(1)
Dimana,
Q = tingkat penghawaan alami (m3/s), dan
V = volume ruangan (m3)
Tingkat penghawaan alami (Q) sendiri diperoleh dengan menggunakan rumus:
Q = 0.025 x A x v ........................................................................(2)
Dimana,
A = luas bukaan (m2)
v = kecepatan angin pada bukaan (m/s), dan
0.025 = faktor pengali
(Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/)

2.2.7 Prinsip pergerakan udara


Terdapat tiga kategori pola pergerakan udara yaitu :

Tabel 2.3 Kategori pola pergerakan udara


No Nama Pola Ilustrasi Keterangan
1 Laminar Arus angin mengalir relatif
sejajar satu sama lain dan dapat
terprediksi karena turbulensi
internalnya rendah

2 Turbulen Pada awalnya merupakan pola


laminar yang mengalami
perubahan pola menjadi acak dan
tidak terprediksi akibat adanya
elemen eksternal
3 Terpisah Pergesekan antar arus angin
dapat mengurangi kecepatan
angin pada arus angin tertentu
dalam kesejajaran yang tetap
sama dan tanpa turbulensi

Pergerakan udara dapat berubah dari kategori yang satu ke yang lain sepanjang
waktu dan pada jarak tertentu. Sebagai contoh pergerakan udara laminar dapat menjadi
turbulen apabila tingkat kekasaran topografi semakin besar seperti gambar 2.4.

 
  13

Gambar 2.4 Perubahan pola pergerakan udara dari (A) laminar ke (B) terpisah ke (C) turbulen
(Sumber:Controlling Air Movement, hal 43)

2.3 Bangunan Berlantai Banyak


Bangunan berlantai banyak atau disebut sebagai bangunan tinggi adalah suatu
bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan
untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut.

2.3.1 Karakteristik bangunan berlantai banyak


Bangunan tinggi secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Ketinggian lebih dari 23 m, tinggi rata-rata satu tingkat 4 meter.
b. Memiliki struktur rangka dan penahan angin.
c. Umumnya menggunakan fondasi dalam (fondasi tak langsung) baik berupa tiang
pancang, tiang bor ataupun fondasi rakit (basement) dengan fondasi tiang.
d. Memiliki sistem transportasi vertical.
e. Menggunakan sistem tata udara Heating Ventilation and Air Conditioning
(HVAC) untuk pengkondisian udara dalam bangunan.
f. Dilengkapi sistem pemadam kebakaran dan tangga darurat.
g. Memiliki sistem pemipaan bangunan tinggi untuk sanitasi dan air bersih.
(Sumber : Wikipedia.org)

2.3.2 Perancangan bangunan berlantai banyak pada iklim tropis


  Sasaran utama sebuah desain adalah untuk memberikan kenyamanan kepada
penghuni atau pengguna bangunannya. Pada iklim tropis yang kelembabannya cukup
tinggi seperti di kota Malang, sasaran utama desain bangunan antara lain :    
a. Meminimalkan panas pada bangunan.
b. Memaksimalkan pendinginan.
c. Menyediakan ventilasi alami yang efektif.
d. Mencegah masuknya/perembesan air hujan.
  14

e. Mencegah masuknya serangga ketika jendela terbuka untuk ventilasi.


f. Menyediakan ruang untuk aktivitas semi outdoor sebagai bagian dari living
space.
Agar dapat tercapai sasaran utama dari sebuah desain yaitu kenyamanan bagi
penghuni atau pengguna bangunan perlu memperhatikan elemen bangunan pada saat
proses desain. Elemen-elemen bangunan yang akan mempengaruhi hasil dari sasaran
desain tersebut antara lain:
a. Site landscaping
b. Layout bangunan
c. Orientasi ruang utama dan bukaan
d. Ukuran dan detail jendela dan pintu
e. Susunan dan pembagian ruang dalam
f. Pembayangan bukaan dan dinding
g. Teras dan balkon
h. Tipe dan detail atap
i. Material dari dinding dan atap

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengkondisian Udara Dalam Bangunan


Sistem tata udara pada bangunan tinggi umumnya menggunakan mesin
pengkondisian udara Air Conditioning (AC) yang dipusatkan dengan menggunakan unit
penghantar udara Air Handling Unit. Penggunaan sistem tata udara ini sejalan dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia untuk mendapatkan kenyamanan di
dalam ruang bangunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkondisian udara dalam bangunan
terdapat dua indikator penting yaitu temperatur dan kelembaban udara. Sedangkan
faktor lain yang mempengaruhi pengkondisian udara dalam bangunan adalah sebagai
berikut:

2.4.1 Fungsi ruang dalam bangunan


Fungsi ruang dalam bangunan berdasarkan SNI 03-6572-2001, meliputi:
a. Kegiatan utama yang berlangsung dalam ruang (aktivitas).
b. Waktu kegiatan puncak.
c. Pola pakaian penghuni.
 
  15

Kegiatan utama yang berlangsung di dalam ruang memberikan pengaruh yang


cukup besar dalam perancangan sistem pengkondisian udara. Semakin tinggi aktifitas di
dalam ruangan, maka beban pendinginan semakin besar. Misalnya ruangan yang
didalamnya terdapat aktifitas menulis, membaca atau menggambar akan berbeda
dengan ruangan yang digunakan untuk berlatih menari/berdansa.
Beban pendinginan juga dipengaruhi oleh waktu kegiatan puncak gedung.
Beban paling besar terjadi pada saat pagi hingga siang hari, dimana fungsi ruang-ruang
yang ada di dalam gedung mencapai kondisi yang maksimal, pada saat proses belajar
mengajar terjadi. Pola pakaian penghuni pada saat melakukan aktifitas di dalam gedung
dapat membantu mengurangi beban pendinginan gedung. Karena bangunan terdapat di
kawasan yang beriklim tropis, maka dapat digunakan pakaian yang nyaman, yang dapat
mudah menyerap keringat. Juga bahan pakaian yang digunakan adalah bahan tidak
tebal. Misalnya pakaian yang berbahan dasar katun.

2.4.2 Ukuran ruangan


Ukuran ruangan menetukan berapa banyak BTU ( british thermal unit) atau
kecepatan pendinginan. BTU adalah kecepatan pendinginan untuk ruangan satu mater
persegi dengan tinggi standart (umumnya tiga meter). Semakin besar satu ruangan
tentunya akan semakin besar pula BTU yang dibutuhkan.

2.4.3 Beban pendinginan


Beban pendinginan berasal dari dalam ruangan (internal heat again). Misalnya
dari jumlah penghuni dan penggunaan penerangan seperti lampu. Beberapa jenis lampu
mengeluarkan panas yang tinggi, berarti juga harus memilih AC dengan daya yang
lebih tinggi. Selain dari dalam, beban pendinginan juga berasal dari luar. Seperti cahaya
matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap atau jendela.

2.4.4 Penggunaan jendela kaca


Saat ini banyak bangunan yang mempunyai jendela jaca atau menggunakan blok
kaca (glass block). Untuk ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih,
sebaiknya gunakan kaca film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi
beban pendinginan.
  16

2.4.5 Kondisi fisik bangunan


Kondisi fisik bangunan berdasarkan SNI 03-6572-2001, meliputi data bangunan
yang terdiri dari :
a. Data fisik bangunan.
b. Karakteristik termal selubung bangunan.
c. Data pemakaian bangunan, seperti misalnya profil beban pendinginan.
Identifikasi bahan bangunan yang akan digunakan sangat menentukan nilai
transmitansi termal yang menjadi salah satu variabel dalam proses perhitungan beban
pendinginan. Karena setiap bahan yang digunakan pada fisik bangunan, memiliki nilai
transmitansi termal yang berbeda-beda.
Bangunan yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan hemat energi, apabila
pada awal perencanaan diperhitungkan besarnya nilai perpindahan termal menyeluruh
(Overall Thermal Transfer Value = OTTV) dan dibandingkan dengan batasan yang
berlaku. Apabila nilai yang diperoleh melebihi batasan yang ditentukan untuk gedung
hemat energi, maka perlu dilakukan perubahan perencanaan arsitektur untuk selubung
bangunan agar diperoleh nilai yang memenuhi ketentuan untuk gedung hemat energi.

2.5 Kenyamanan Termal


Kenyamanan termal didefinisikan suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan
kepuasan dengan lingkungan termal dan dinilai oleh evaluasi subjektif American
Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer (ASHRAE). Definisi yang
lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan faktor pribadi yang akan
menghasilkan kondisi lingkungan termal yang dapat diterimal 80% atau lebih dari
penghuni dalam sebuah ruang, namun tidak pernah tepat didefinisikan oleh standart,
secara umum disepakati dalam komunitas riset kenyamanan termal yang diterima
adalah identik dengan “Kepuasan”, dan kepuasan dikaitkan dengan sensasi panas,
sedikit hangat, netral dan sedikit dingin.

2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal


Georg Lippsmeier menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kenyamanan dan kemampuan mental serta fisik penghuni bangunan antara lain :
a. Radiasi matahari
b. Pantulan dan penyerapan sinar matahari
 
  17

c. Temperatur dan perubahan temperatur


d. Kelembaban udara
e. Gerakan udara
Radiasi matahari adalah penyebab semua ciri umum iklim dan radiasi matahari yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Jarak terpendek adalah radiasi
vertikal. Pengaruh radiasi pada suatu tempat tertentu dapat ditentukan terutama oleh:
a. Durasi radiasi harian penyinaran matahari tergantun pada musim, garis lintang
geografis tempat pengamatan dan pergerakan awan.
b. Intensitas matahari ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya energi pada
atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari, penyebaran radiasi.
c. Sudut jatuh
Kenyamanan termal juga dapat diperoleh dengan cara mengendalikan atau mengatasi
hal-hal berikut :
a. Sumber panas (pembakaran karbohidrat dalam makanan, suhu udara, radiasi
matahari)
b. Kelembapan
c. Angin
d. Radiasi panas sumber
Untuk meningkatkan kenyamanan termal salah satunya ialah dengan teknologi passive
cooling melalui :
a. Penambahan shading untuk mengatasi sinar langsung
b. Insulasi panas untuk radiasi yang menembus
c. Permukaan sebagai difusser untuk radiasi tidak langsung
d. Vegetasi, atap dengan ventilasi untuk konveksi

2.5.2 Standart kenyamanan termal di daerah tropis


Berdasarkan Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis, menyatakan
bahwa sandart kenyaman termal yang berpatokan dengan kecepatan angin ialah :
a. 0,25 m/s ialah nyaman, tanpa dirasakan adanya gerakan udara.
b. 0,25 - 0,5 m/s ialah nyaman, gerakan udara terasa.
c. 1,0 - 1,5 m/s aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan.
d. Diatas 1,5 m/s tidak menyenangkan.
  18

Berdasarkan kondisi suhu, menyatakan daerah kenyamanan termal pada


bangunan yang dikondisikan untuk orang Indonesia yaitu :
a. Sejuk nyaman, antara suhu efektif 20,8 ºC - 22,8 ºC
b. Nyaman optimal, antara suhu efektif 22,8 ºC - 25,8 ºC
c. Hangat nyama, antara suhu efektif 25,8 ºC - 27,1 ºC

Sedangkan berdasarkan SNI 03-6572-2001 (lampiran hal 90) Ciptakarya


Pekerjaan Umum, kriteria kenyamanan temperatur udara kering sangat besar
pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor yang dilepas melalui penguapan (evaporasi)
dan melalui konveksi. Daerah kenyamanan termal untuk daerah tropis dapat dibagi
menjadi :
a. sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,5°C ~ 22,8°C.
b. nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8°C ~ 25,8°C.
c. hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8°C ~ 27,1°C.

2.5.3 Kelembapan udara relatif


Udara relatif dalam ruangan adalah perbandingan antara jumlah uap air yang
dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap air pada
keadaan jenuh pada temperatur udara ruangan tersebut.
Untuk daerah tropis, kelembaban udara relatif yang dianjurkan antara 40% ~
50%, tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan,
kelembaban udara relatif masih diperbolehkan berkisar antara 55% ~ 60%.

2.6 Simulasi Penghawaan Alami dengan Teknik Digital


Dalam merancang sebuah bangunan yang memanfaatkan sistem pengawaan
alami, dapat menggunakan simulasi dengan teknik digital diantaranya menggunakan
software Ecotect dan Vasari. Ecotec adalah sebuah software yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu seorang perancang dalam mendesain simulasi bangunan yang meliputi
pencahayaan alami, penghawaan alami, pencahayaan buatan, penghawaan buatan serta
akustik ruangan. Vasari adalah software yang cukup efektif dalam menganalisa sebuah
obyek bangunan dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi pergerakan arah angin
yang tidak terdapat dalam Ecotect. Walaupun software ini bukan merupakan software
yang terbaik untuk menganalisa simulasi angin akan tetapi hasil yang diperoleh dari
 
  19

software ini sudah cukup memenuhi bagi seorang arsitek untuk melakukan simulasi
(Chris Wiliams, 2004). Dalam hal ini penulis memanfaatkan software Ecotect dan
Vasari untuk membantu pelaksanaan simulasi penghawaan alami. Dengan
menggunakan kedua software tersebut dapat memberikan gambaran arah pergerakan
angin dan kondisi termal di dalam dan di luar bangunan. Zona yang bertekanan positif
maupun negatif dapat terlihat dengan menggunakan software tersebut. Adapun beberapa
kekurangan dari penggunaan kedua software tersebut antara lain :
a. Simulasi diperoleh dari hasil input data kecepatan rata-rata angin selama 1 tahun
sehingga tidak dapat dilihat pergerakan angin dari tiap-tiap menitnya pada saat
ini. Namun hasil simulasi dapat memberikan gambaran arah pergerakan angin
di luar maupun di dalam bangunan pada saat ada angin yang bergerak di sekitar
bangunan.
b. Arah pergerakan angin pada bagian dalam bangunan kurang mendetail, hanya
terbaca secara tegak lurus pada bidang bukaan (jendela). Sehingga tidak
tergambar secara mendetail arah turbulensi/perputaran udara segar dalam
bangunan.
(www.cadlearning.com/courses/autodesk-ecotect-analysis-training-tutorials/)

2.7 Pengukuran Kecepatan Angin dan Temperatur Udara


Untuk mengetahui kondisi kenyamanan termal pada keadaan eksisting dalam
ruang-ruang bangunan maka perlu dilakukan pengukuran yang meliputi kecepatan
angin, temperatur udara dan kelembaban udara.

2.7.1 Pengukuran kecepatan angin


Kecepatan angin pada tiap ruang dan lantai berbeda. Semakin tinggi lantai dari
permukaan tanah, maka kecepatan angin yang bergerak juga akan semakin tinggi.
Pengukuran kecepatan angin pada tiap ruang dan lantai diperoleh dari pengukuran
langsung dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin yaitu Anemometer.

2.7.2 Pengukuran temperatur udara


Temperatur udara pada tiap ruang dan lantai juga berbeda. Dalam pengukuran
temperatur udara pada tiap ruang dan lantai dilakukan secara langsung dengan
menggunakan alat pengukur temperatur udara yaitu Thermometer.
  20

2.8 Menghitung Penggunaan Penghawaan Buatan (AC)


Perhitungan penggunaan AC diperoleh melalui perhitungan penggunaan daya
listrik untuk mengoperasionalkan AC pada masing-masing ruang dalam satuan watt per
jam. Dimana jumlah tersebut diperoleh dari akumulasi rata-rata penggunaan AC dalam
satu tahun. Setiap ruang diasumsikan masing-masing mempunyai jam operasional setiap
harinya antara 2 - 8 jam per hari. Hari kerja diasumsikan 6 hari kerja dalam satu
minggu, sehingga dalam satu bulan diasumsikan 24 hari kerja, sedangkan tiap tahunnya
diasumsikan 11 bulan. Hal ini dikarenakan ada libur semester dan lain-lain dalam satu
tahun. Sehingga untuk setiap ruang jumlah jam untuk penggunaan AC dalam satu tahun
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∑t = A x B x 11
Keterangan:
∑t = Jumlah jam penggunaan AC per tahun

A = Asumsi jumlah jam operasional AC masing-masing ruangan per hari


B = Asumsi jumlah hari per bulan
11 = Asumsi jumlah bulan dalam satu tahun

Sedangkan untuk jumlah daya yang tertera dalam spesifikasi pada AC dapat di hitung
dengan rumus :
∑W = D x E
Keterangan:
∑W = Jumlah daya yang tertera dalam unit AC di masing-masing ruangan

D = Jumlah unit AC yang ada dalam masing-masing ruangan


E = Spesifikasi daya yang tertera dalam unit AC

Ilustrasi perhitungan daya listrik dalam penggunaan AC dengan metode konsumsi daya
otomatis berulang.
Contoh :
Diasumsi AC beroperasi selama 6 jam per hari, untuk mendinginkan ruangan hingga
temperatur 25 ºC, kondisi yang terjadi saat pertama kali dinyalakan mesin beroperasi
selama 15 menit untuk mendinginkan ruangan. Selanjutnya setiap kali siklus
mendinginkan ruangan mesin menyala selama 10 menit dan siaga selama 5 menit.
Dalam 1 jam beroperasi terjadi : 60/15 = 4 kali siklus mendinginkan ruangan, empat
 
  21

kali mesin menyala selama 4 x 10 menit = 40 menit dan empat kali mesin siaga selama
4 x 5 menit = 20 menit.
Jika rata-rata pengoperasian AC dalam ruangan adalah 6 jam per hari maka AC akan
menyala selama 6 x 40 menit = 240 menit. Dengan tambah waktu saat pertama kali
mesin dinyalakan selama 5 menit (15-10), sehingga konsumsi daya sebenarnya oleh
mesin AC selama 6 jam pengoperasiannya adalah : 6 x 40 + 5 = 240 + 5 = 245 menit.
Sehingga rumus jumlah penggunaan daya listrik setiap ruangan selama 1 tahun :

∑ P = ∑ W x (40 x A+5)/60 x B x C

Keterangan:
∑P = Jumlah penggunaan daya listrik dalam pengoperasian AC setiap ruang selama 1 tahun

∑W = Jumlah daya listri pada spesifikasi AC yang ada dalam setiap ruang

40 = Waktu mesin AC menyala dalam mendinginkan ruang selama satu jam (dalam menit)

A = Asumsi jumlah jam operasional AC masing-masing ruangan per hari

5 = Waktu tambahan saat pertama kali mesin AC dinyalakan (dalam menit)

60 = Pembagi pengoperasian mesin AC selama satu jam (dalam satuan menit)

B = Asumsi jumlah hari dalam satu bulan (24 hari)

C = Asumsi jumlah bulan dalam satu tahun (11 bulan)

  Guna mengetahui penghematan penggunaan AC dalam satu tahun, dilakukan


perhitungan penggunaan AC dengan menggunakan penghawaan buatan eksisting dan
perhitungan penggunaan AC dengan menggunakan penghawaan buatan yang
dikombinasi dengan penghawaan alami yang direkomendasikan. Dalam hal
penghawaan alami yang direkomendasikan ini diterapkan, maka sebagai contoh dapat
diasumsikan untuk beberapa ruang yang semula waktu operasionalnya rata-rata 6 jam
per hari bisa menjadi 4 jam per hari dan seterusnya. Sehingga terjadi selisih jam
penggunaan AC dari kedua perhitungan tersebut yang merupakan penghematan dalam
penggunaan AC atau energi listrik di gedung tersebut.
  22

2.9 Alur Penelitian 22

2.9 Alur Penelitian

Optimalisasi)Penghawaan)Alami)pada)
Bangunan)Pendidikan)Berlantai)Banyak)
)

Hipotesis
Sistem Penghawaan Alami tdk stndrt

Evaluasi Sistem Penghawaan


Alami Dalam Gedung

Pengukuran suhu dalam Pengukuran kecepatan angin dalam Pengukuran kelembapan


dan luar gedung dan luar gedung dalam dan luar gedung

Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect

Standart Kenyaman Ya
Penghawaan Alami Pada Gedung
Termal
Sudah Optimal

Tidak
Teori Pengotimalan
Penghawaan Alami Analisa dan Rekomendasi

Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.5 Alur Penelitian Kondisi Sistem Penghawaan Alami Gedung F FEB UB

 
  5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Kondisi Iklim Tropis


Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca tahunan yang meliputi wilayah relatif
luas. Tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm di
sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang utara
dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat
dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana
kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis, daerah-daerah dengan
angin musim dan savana lembap. (http://kopite-geografi.blogspot.com)

2.1.1 Karakteristik iklim tropis


Karakteristik iklim tropis adalah memiliki temperatur yang tinggi sepanjang
tahun yaitu sekitar 27ºC dan range rata-rata temperatur bulanan sekitar 1-3 °C
sedangkan kelembapan rata-rata harian relatif konstan sekitar 75%, namun kisaran
kelembabannya adalah 55% sampai hampir 100%. Curah hujan tinggi hampir sepanjang
tahun rata-rata 70 mm/tahun. Relative humidity berkisar sekitar 90%. Kondisi angin
tergantung pada jarak dari laut dan bervariasi sepanjang tahun. Langit hampir setiap
saat berawan (Givoni,1998)

2.1.2 Wilayah dan kondisi iklim Kota Malang


Kota Malang terletak pada posisi 112.06° - 112.07° Bujur Timur, 7.06°- 8.02°
Lintang Selatan. Wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 440 - 667
meter di atas permukaan laut (Malang Dalam Angka, 2011) :
1. Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang.
2. Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab. Malang.
3. Sebelah Selatan : Kec. Tajinan dan Kec. Pakisaji Kab. Malang.
4. Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab. Malang.

Menurut BMKG Karangploso Kota Malang (2014), kondisi iklim kota Malang
rata-rata memiliki suhu udara berkisar antara 22,7°C - 25,1°C dengan suhu tertinggi
30,3°C dan terendah 18,4°C . Kelembaban udara rata-rata berkisar 76% - 80% dengan
nilai maksimum 95% dan minimum 45%. Curah hujan tinggi umumnya terjadi pada
  6

bulan Februari, Nopember, Desember. Sedangkan curah hujan terendah ada pada bulan
Juni dan September. Kecepatan angin relative rendah berkisar 6-8 km/jam. Dari arah
Tenggara ke Barat Daya.

2.2 Sistem Penghawaan Alami


Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam
bangunan dengan udara dari luar bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan
yang terbuka. Proses ini akan mengganti udara kotor (mengandung CO2) hasil aktivitas
di dalam bangunan dengan udara bersih yang lebih banyak mengandung O2. Sebuah
bangunan perlu menerapkan siasat desain sedimikian rupa, agar udara mengalir dengan
baik dari luar ke dalam ruang dan sebaliknya. Untuk itu perlu peletakan lubang ventilasi
secara cross ventilation adalah sistem ventilasi alami yang paling efektif untuk
mencapai tingkat ventilasi ini. (Sumber : http://journal.unisfat.ac.id)

2.2.1 Ventilasi
Ventilasi adalah proses menggerakan udara dari luar ke arah dalam gedung.
Ventilasi juga didefinisikan sebagai suatu proses “pengolahan” atau mengganti udara
dalam ruang apapun untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan, yaitu untuk
mengontrol suhu, mengisi oksigen, atau menghilangkan kelembaban, bau, asap, panas,
debu, bakteri di udara dan karbon dioksida. Selain itu ventilasi digunakan untuk
menghilangkan bau tak sedap dan kelembaban yang berlebihan, memasukan udara luar,
untuk menjaga sirkulasi udara didalam bangunan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Tujuan Ventilasi :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya, serta gas-gas pembakaran (C02) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor (panas) yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

 
  7

2.2.2 Ventilasi alami


Ventilasi alami adalah proses memasukkan dan mengeluarkan udara di dalam
ruang bangunan tanpa menggunakan sistem mekanik. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara atau temperatur didalam dan diluar ruangan. Ada dua jenis
ventilasi alami yang ada pada bangunan yaitu ventilasi angin dan ventilasi apung.
Ventilasi angin penggerak utamanya adalah angin, sedangkan ventilasi apung terjadi
sebagai akibat dari gaya apung yang dihasilkan dari perbedaan suhu antara di dalam dan
di luar ruangan. (http://ikl-mdo.blogspot.com)
Berdasarkan SNI 03-6572-2001 (lampiran hal 89) ventilasi alami terjadi adanya
perbedaan tekanan udara di luar suatu bangunan yang disebabkan oleh angin dan karena
adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam
saluran ventilasi. Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen,
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan :
a. Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas ruangan yang
membutuhkan ventilasi.
b. Arah yang menghadap halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau
daerah yang terbuka keatas.
c. Teras terbuka, pelataran parkir, atau
d. ruang yang bersebelahan.

2.2.3 Pemanfaatan ventilasi alami (Sustainability Victoria, n.d.)


Seperti diketahui ventilasi alami adalah sebuah sistem yang menggunakan
kekuatan alam untuk memasok udara segar ke dalam ruang suatu bangunan. Pertukaran
udara dicapai melalui inlet dan outlet yang dirancang pada gedung. Terdapat dua bentuk
ventilasi yaitu ventilasi alami dan ventilasi mekanik yang keduanya beroperasi dalam
prinsip yang berbeda. Ventilasi mekanik menggunakan kipas angin untuk pertukaran
udara, sedangkan ventilasi alami ditentukan oleh apung termal dan angin yang
keduanya tergantung pada cuaca yang tak menentu.
Ventilasi alami adalah teknik manajemen yang menarik karena kipas dan
pemeliharaan fan beban dieliminasi. Desain atap, desain bukaan besar untuk ventilasi,
membangun orientasi, penghuni, dan akhirnya air di luar merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil dari proses ventilasi. Bukaan terletak di sepanjang dinding
samping yang disebut 'dinding samping bukaan', dan pembukaan di puncak atap, atau
ridge, disebut 'pembukaan punggungan. Variasi ada dalam bentuk atap interior sendiri
  8

karena kemiringan dan gaya dan ini pada gilirannya dapat mempengaruhi “cerobong
asap” efek yang berkembang di dalam gedung. Para penghuni (unggas dalam hal ini)
juga mempengaruhi kinerja bangunan berventilasi alami. Kepadatan penduduk
mempengaruhi respon dari sebuah bangunan untuk perubahan ventilasi serta distribusi
udara segar di dalam gedung. Efek simultan dari semua komponen tersebut menentukan
keberhasilan bangunan berventilasi alami.
Beberapa keuntungan utama dan kerugian dari bangunan ventilasi alami dibandingkan
dengan bangunan ventilasi mekanik adalah :
a. Keuntungan ventilasi alami adalah biaya, pemeliharaan dan penggunaan listrik
lebih rendah.
b. Kekurangan harus melakukan pengontrolan yang lebih rutin, penggantian secara
periodik penutup terbuka karena masuknya hujan atau sinar matahari dalam
bangunan.
(https://www.scribd.com/doc/21612235/Natural-Ventilation-Systems)
Selain itu apabila dibandingkan dengan penghawaan buatan (AC) maka ventilasi
alami dapat menghemat biaya untuk pengkondisian udara karena tidak terlalu banyak
memanfaatkan sistem penghawaan buatan atau Heating Ventilation and Air
Conditioning (HVAC) dan tetap mampu memberikan rasa nyaman bagi pengguna.
Suatu penelitian menunjukan dengan memanfaatkan ventilasi alami dan digabungkan
dengan sistem penghawaan buatan gedung dapat mengurangi 20% - 30% penggunaan
energi.

2.2.4 Desain bukaan dalam sistem ventilasi alami


Desain bukaan ventilasi udara sangatlah berpengaruh terhadap upaya
pemanfaatan angin dalam pengkondisan ruangan. Desain bukaan juga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan akan aliran udara.

a. Bukaan Ventilasi
Pengarah bukaan ventilasi sangatlah berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan
angin dalam pengkondisan ruangan. Pengarah pada inlet akan menentukan arah gerak
dan pola udara dalam ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan memberikan
pola aliran udara yang berbeda-beda. Penggunaan kanopi pada bukaan inlet akan
mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan bukaan inlet tanpa kanopi.
 
  9

b. Tipe Bukaan Ventilasi

Fixed Casement Casement Top- Casement Horizontal Vertically


0% Side-hung hung 75% Bottom-hung Pivoted 75% pivoted
90% 45% 75%
Gambar 2.1 Desain bukaan ventilasi
Sumber: Beckett, HE, 1974, Godfrey, JA.

Tipe bukaan ventilasi yang berbeda akan memberi sudut pengarah yang berbeda
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang serta efektifitas berbeda dalam
mengalirkan udara masuk/ keluar ruang.

c. Dimensi Bukaan Ventilasi


Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap luas inlet, maka akan
menciptakan kecepatan angin yang lebih tinggi, yang juga menghasilkan penyejukan
lebih besar.

d. Desain Ventilasi/Jendela
Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan tipe
atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat dimungkinkan
terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal. Ventilasi silang juga
akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut diperhitungkan. Jendela
yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya diletakkan pada ketinggian
manusia yaitu 60 cm - 150 cm (aktivitas duduk maupun berdiri), agar udara dapat
mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh rasa nyaman yang diharapkan.
Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan lebih
tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat dengan mudah dikeluarkan.
Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang
memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0
m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat
atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih dimensi
  10

jendela yang berbeda antara inlet dan outlet (Gambar 2.3) atau dengan memilih tipe
jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara (Gambar 2.4).

100% 100%
130% 70%

Gambar 2.2 Perbedaan dimensi inlet dan outlet


Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation

Gambar 2.3 Tipe jendela efektif yang mengalirkan udara [Moore, 1993]
Sumber : Jurnal desain jendela bangunan domestic untuk mencapai”cooling ventilation”

2.2.5 Kecepatan angin dalam bangunan


Kecepatan angin dalam batas tertentu di dalam bangunan dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan kenyamanan termal penghuni. Dimana keberadaan angin tersebut
mampu membantu proses penguapan keringat kulit akibat kelembaban udara yang
berlebih. Proses penguapan kulit tersebut pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
sejuk (nyaman secara termal) di seputar kulit tubuh manusia.

 
  11

Tabel 2.1 Efek kecepatan angin pada manusia


Sumber: fisika bangunan 1

Deskripsi m/s Km/h


Diam 0.0 0.0
Tak terasa 0.1 0.4
Sedikit terasa 0.3 1.0
Sepoi-sepoi tenang 0.5 1.8
Sepoi-sepoi ringan 0.7 2.5
Rambut dan kertas bergerak 1.0 4.0
Angin berhembus agak kencang 1.4 5.0
Berhembus tak nyaman 1.7 6.0
Berhembus mengganggu 2.0+ 6.5+

2.2.6 Pergantian udara per-jam (ACH )


Pergantian udara per-jam (ACH, Air Chang rate per Hour) adalah jumlah
pergantian seluruh udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jam- nya.
Proses pergantian udara ini sangat tergantung pada rancangan bangunan dan lingkungan
di sekitarnya. Penempatan dan ketinggian jendela, luas bukaan inlet dan outlet jendela,
model bukaan jendela dan bentuk atap bangunan akan mempengaruhi kecepatan udara
di dalam ruang, sedangkan arah, kecepatan angin, kerapatan dan ketinggian bangunan
sekitar layak diperhitungkan sebagai filter ataupun pengarah aliran angin masuk dalam
bangunan.
Adapun rate ACH ideal bagi suatu ruang tergantung pada tujuan yang hendak
dicapai. Menurut EnREI (Energy Related Environmental Issues), untuk tujuan
kesehatan dan kenyamanan penghuni diperlukan nilai pertukaran udara berkisar sebesar
0,5 - 5 ACH. Hal ini sesuai dengan standart kebutuhan udara yang bersumber dari
EnREI 1991, periksa tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standart kebutuhan udara.


Sumber : EnREI (1991)

Tujuan Standart kebutuhan (ACH) Standart kebutuhan (liter/detik m2)


Kesehatan 0.5 - 1 0.4 - 0.8
Kenyamanan 1-5 0.8 - 4
  12

Untuk menghitung pertukaran udara per jam (ACH) pada ruangan/bangunan yaitu
dengan menggunakan rumus :
ACH = (Q/V) x 3600 ............................................................................................(1)
Dimana,
Q = tingkat penghawaan alami (m3/s), dan
V = volume ruangan (m3)
Tingkat penghawaan alami (Q) sendiri diperoleh dengan menggunakan rumus:
Q = 0.025 x A x v ........................................................................(2)
Dimana,
A = luas bukaan (m2)
v = kecepatan angin pada bukaan (m/s), dan
0.025 = faktor pengali
(Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/)

2.2.7 Prinsip pergerakan udara


Terdapat tiga kategori pola pergerakan udara yaitu :

Tabel 2.3 Kategori pola pergerakan udara


No Nama Pola Ilustrasi Keterangan
1 Laminar Arus angin mengalir relatif
sejajar satu sama lain dan dapat
terprediksi karena turbulensi
internalnya rendah

2 Turbulen Pada awalnya merupakan pola


laminar yang mengalami
perubahan pola menjadi acak dan
tidak terprediksi akibat adanya
elemen eksternal
3 Terpisah Pergesekan antar arus angin
dapat mengurangi kecepatan
angin pada arus angin tertentu
dalam kesejajaran yang tetap
sama dan tanpa turbulensi

Pergerakan udara dapat berubah dari kategori yang satu ke yang lain sepanjang
waktu dan pada jarak tertentu. Sebagai contoh pergerakan udara laminar dapat menjadi
turbulen apabila tingkat kekasaran topografi semakin besar seperti gambar 2.4.

 
  13

Gambar 2.4 Perubahan pola pergerakan udara dari (A) laminar ke (B) terpisah ke (C) turbulen
(Sumber:Controlling Air Movement, hal 43)

2.3 Bangunan Berlantai Banyak


Bangunan berlantai banyak atau disebut sebagai bangunan tinggi adalah suatu
bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan
untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut.

2.3.1 Karakteristik bangunan berlantai banyak


Bangunan tinggi secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Ketinggian lebih dari 23 m, tinggi rata-rata satu tingkat 4 meter.
b. Memiliki struktur rangka dan penahan angin.
c. Umumnya menggunakan fondasi dalam (fondasi tak langsung) baik berupa tiang
pancang, tiang bor ataupun fondasi rakit (basement) dengan fondasi tiang.
d. Memiliki sistem transportasi vertical.
e. Menggunakan sistem tata udara Heating Ventilation and Air Conditioning
(HVAC) untuk pengkondisian udara dalam bangunan.
f. Dilengkapi sistem pemadam kebakaran dan tangga darurat.
g. Memiliki sistem pemipaan bangunan tinggi untuk sanitasi dan air bersih.
(Sumber : Wikipedia.org)

2.3.2 Perancangan bangunan berlantai banyak pada iklim tropis


  Sasaran utama sebuah desain adalah untuk memberikan kenyamanan kepada
penghuni atau pengguna bangunannya. Pada iklim tropis yang kelembabannya cukup
tinggi seperti di kota Malang, sasaran utama desain bangunan antara lain :    
a. Meminimalkan panas pada bangunan.
b. Memaksimalkan pendinginan.
c. Menyediakan ventilasi alami yang efektif.
d. Mencegah masuknya/perembesan air hujan.
  14

e. Mencegah masuknya serangga ketika jendela terbuka untuk ventilasi.


f. Menyediakan ruang untuk aktivitas semi outdoor sebagai bagian dari living
space.
Agar dapat tercapai sasaran utama dari sebuah desain yaitu kenyamanan bagi
penghuni atau pengguna bangunan perlu memperhatikan elemen bangunan pada saat
proses desain. Elemen-elemen bangunan yang akan mempengaruhi hasil dari sasaran
desain tersebut antara lain:
a. Site landscaping
b. Layout bangunan
c. Orientasi ruang utama dan bukaan
d. Ukuran dan detail jendela dan pintu
e. Susunan dan pembagian ruang dalam
f. Pembayangan bukaan dan dinding
g. Teras dan balkon
h. Tipe dan detail atap
i. Material dari dinding dan atap

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengkondisian Udara Dalam Bangunan


Sistem tata udara pada bangunan tinggi umumnya menggunakan mesin
pengkondisian udara Air Conditioning (AC) yang dipusatkan dengan menggunakan unit
penghantar udara Air Handling Unit. Penggunaan sistem tata udara ini sejalan dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia untuk mendapatkan kenyamanan di
dalam ruang bangunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkondisian udara dalam bangunan
terdapat dua indikator penting yaitu temperatur dan kelembaban udara. Sedangkan
faktor lain yang mempengaruhi pengkondisian udara dalam bangunan adalah sebagai
berikut:

2.4.1 Fungsi ruang dalam bangunan


Fungsi ruang dalam bangunan berdasarkan SNI 03-6572-2001, meliputi:
a. Kegiatan utama yang berlangsung dalam ruang (aktivitas).
b. Waktu kegiatan puncak.
c. Pola pakaian penghuni.
 
  15

Kegiatan utama yang berlangsung di dalam ruang memberikan pengaruh yang


cukup besar dalam perancangan sistem pengkondisian udara. Semakin tinggi aktifitas di
dalam ruangan, maka beban pendinginan semakin besar. Misalnya ruangan yang
didalamnya terdapat aktifitas menulis, membaca atau menggambar akan berbeda
dengan ruangan yang digunakan untuk berlatih menari/berdansa.
Beban pendinginan juga dipengaruhi oleh waktu kegiatan puncak gedung.
Beban paling besar terjadi pada saat pagi hingga siang hari, dimana fungsi ruang-ruang
yang ada di dalam gedung mencapai kondisi yang maksimal, pada saat proses belajar
mengajar terjadi. Pola pakaian penghuni pada saat melakukan aktifitas di dalam gedung
dapat membantu mengurangi beban pendinginan gedung. Karena bangunan terdapat di
kawasan yang beriklim tropis, maka dapat digunakan pakaian yang nyaman, yang dapat
mudah menyerap keringat. Juga bahan pakaian yang digunakan adalah bahan tidak
tebal. Misalnya pakaian yang berbahan dasar katun.

2.4.2 Ukuran ruangan


Ukuran ruangan menetukan berapa banyak BTU ( british thermal unit) atau
kecepatan pendinginan. BTU adalah kecepatan pendinginan untuk ruangan satu mater
persegi dengan tinggi standart (umumnya tiga meter). Semakin besar satu ruangan
tentunya akan semakin besar pula BTU yang dibutuhkan.

2.4.3 Beban pendinginan


Beban pendinginan berasal dari dalam ruangan (internal heat again). Misalnya
dari jumlah penghuni dan penggunaan penerangan seperti lampu. Beberapa jenis lampu
mengeluarkan panas yang tinggi, berarti juga harus memilih AC dengan daya yang
lebih tinggi. Selain dari dalam, beban pendinginan juga berasal dari luar. Seperti cahaya
matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap atau jendela.

2.4.4 Penggunaan jendela kaca


Saat ini banyak bangunan yang mempunyai jendela jaca atau menggunakan blok
kaca (glass block). Untuk ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih,
sebaiknya gunakan kaca film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi
beban pendinginan.
  16

2.4.5 Kondisi fisik bangunan


Kondisi fisik bangunan berdasarkan SNI 03-6572-2001, meliputi data bangunan
yang terdiri dari :
a. Data fisik bangunan.
b. Karakteristik termal selubung bangunan.
c. Data pemakaian bangunan, seperti misalnya profil beban pendinginan.
Identifikasi bahan bangunan yang akan digunakan sangat menentukan nilai
transmitansi termal yang menjadi salah satu variabel dalam proses perhitungan beban
pendinginan. Karena setiap bahan yang digunakan pada fisik bangunan, memiliki nilai
transmitansi termal yang berbeda-beda.
Bangunan yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan hemat energi, apabila
pada awal perencanaan diperhitungkan besarnya nilai perpindahan termal menyeluruh
(Overall Thermal Transfer Value = OTTV) dan dibandingkan dengan batasan yang
berlaku. Apabila nilai yang diperoleh melebihi batasan yang ditentukan untuk gedung
hemat energi, maka perlu dilakukan perubahan perencanaan arsitektur untuk selubung
bangunan agar diperoleh nilai yang memenuhi ketentuan untuk gedung hemat energi.

2.5 Kenyamanan Termal


Kenyamanan termal didefinisikan suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan
kepuasan dengan lingkungan termal dan dinilai oleh evaluasi subjektif American
Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer (ASHRAE). Definisi yang
lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan faktor pribadi yang akan
menghasilkan kondisi lingkungan termal yang dapat diterimal 80% atau lebih dari
penghuni dalam sebuah ruang, namun tidak pernah tepat didefinisikan oleh standart,
secara umum disepakati dalam komunitas riset kenyamanan termal yang diterima
adalah identik dengan “Kepuasan”, dan kepuasan dikaitkan dengan sensasi panas,
sedikit hangat, netral dan sedikit dingin.

2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal


Georg Lippsmeier menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kenyamanan dan kemampuan mental serta fisik penghuni bangunan antara lain :
a. Radiasi matahari
b. Pantulan dan penyerapan sinar matahari
 
  17

c. Temperatur dan perubahan temperatur


d. Kelembaban udara
e. Gerakan udara
Radiasi matahari adalah penyebab semua ciri umum iklim dan radiasi matahari yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Jarak terpendek adalah radiasi
vertikal. Pengaruh radiasi pada suatu tempat tertentu dapat ditentukan terutama oleh:
a. Durasi radiasi harian penyinaran matahari tergantun pada musim, garis lintang
geografis tempat pengamatan dan pergerakan awan.
b. Intensitas matahari ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya energi pada
atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari, penyebaran radiasi.
c. Sudut jatuh
Kenyamanan termal juga dapat diperoleh dengan cara mengendalikan atau mengatasi
hal-hal berikut :
a. Sumber panas (pembakaran karbohidrat dalam makanan, suhu udara, radiasi
matahari)
b. Kelembapan
c. Angin
d. Radiasi panas sumber
Untuk meningkatkan kenyamanan termal salah satunya ialah dengan teknologi passive
cooling melalui :
a. Penambahan shading untuk mengatasi sinar langsung
b. Insulasi panas untuk radiasi yang menembus
c. Permukaan sebagai difusser untuk radiasi tidak langsung
d. Vegetasi, atap dengan ventilasi untuk konveksi

2.5.2 Standart kenyamanan termal di daerah tropis


Berdasarkan Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis, menyatakan
bahwa sandart kenyaman termal yang berpatokan dengan kecepatan angin ialah :
a. 0,25 m/s ialah nyaman, tanpa dirasakan adanya gerakan udara.
b. 0,25 - 0,5 m/s ialah nyaman, gerakan udara terasa.
c. 1,0 - 1,5 m/s aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan.
d. Diatas 1,5 m/s tidak menyenangkan.
  18

Berdasarkan kondisi suhu, menyatakan daerah kenyamanan termal pada


bangunan yang dikondisikan untuk orang Indonesia yaitu :
a. Sejuk nyaman, antara suhu efektif 20,8 ºC - 22,8 ºC
b. Nyaman optimal, antara suhu efektif 22,8 ºC - 25,8 ºC
c. Hangat nyama, antara suhu efektif 25,8 ºC - 27,1 ºC

Sedangkan berdasarkan SNI 03-6572-2001 (lampiran hal 90) Ciptakarya


Pekerjaan Umum, kriteria kenyamanan temperatur udara kering sangat besar
pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor yang dilepas melalui penguapan (evaporasi)
dan melalui konveksi. Daerah kenyamanan termal untuk daerah tropis dapat dibagi
menjadi :
a. sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,5°C ~ 22,8°C.
b. nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8°C ~ 25,8°C.
c. hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8°C ~ 27,1°C.

2.5.3 Kelembapan udara relatif


Udara relatif dalam ruangan adalah perbandingan antara jumlah uap air yang
dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap air pada
keadaan jenuh pada temperatur udara ruangan tersebut.
Untuk daerah tropis, kelembaban udara relatif yang dianjurkan antara 40% ~
50%, tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan,
kelembaban udara relatif masih diperbolehkan berkisar antara 55% ~ 60%.

2.6 Simulasi Penghawaan Alami dengan Teknik Digital


Dalam merancang sebuah bangunan yang memanfaatkan sistem pengawaan
alami, dapat menggunakan simulasi dengan teknik digital diantaranya menggunakan
software Ecotect dan Vasari. Ecotec adalah sebuah software yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu seorang perancang dalam mendesain simulasi bangunan yang meliputi
pencahayaan alami, penghawaan alami, pencahayaan buatan, penghawaan buatan serta
akustik ruangan. Vasari adalah software yang cukup efektif dalam menganalisa sebuah
obyek bangunan dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi pergerakan arah angin
yang tidak terdapat dalam Ecotect. Walaupun software ini bukan merupakan software
yang terbaik untuk menganalisa simulasi angin akan tetapi hasil yang diperoleh dari
 
  19

software ini sudah cukup memenuhi bagi seorang arsitek untuk melakukan simulasi
(Chris Wiliams, 2004). Dalam hal ini penulis memanfaatkan software Ecotect dan
Vasari untuk membantu pelaksanaan simulasi penghawaan alami. Dengan
menggunakan kedua software tersebut dapat memberikan gambaran arah pergerakan
angin dan kondisi termal di dalam dan di luar bangunan. Zona yang bertekanan positif
maupun negatif dapat terlihat dengan menggunakan software tersebut. Adapun beberapa
kekurangan dari penggunaan kedua software tersebut antara lain :
a. Simulasi diperoleh dari hasil input data kecepatan rata-rata angin selama 1 tahun
sehingga tidak dapat dilihat pergerakan angin dari tiap-tiap menitnya pada saat
ini. Namun hasil simulasi dapat memberikan gambaran arah pergerakan angin
di luar maupun di dalam bangunan pada saat ada angin yang bergerak di sekitar
bangunan.
b. Arah pergerakan angin pada bagian dalam bangunan kurang mendetail, hanya
terbaca secara tegak lurus pada bidang bukaan (jendela). Sehingga tidak
tergambar secara mendetail arah turbulensi/perputaran udara segar dalam
bangunan.
(www.cadlearning.com/courses/autodesk-ecotect-analysis-training-tutorials/)

2.7 Pengukuran Kecepatan Angin dan Temperatur Udara


Untuk mengetahui kondisi kenyamanan termal pada keadaan eksisting dalam
ruang-ruang bangunan maka perlu dilakukan pengukuran yang meliputi kecepatan
angin, temperatur udara dan kelembaban udara.

2.7.1 Pengukuran kecepatan angin


Kecepatan angin pada tiap ruang dan lantai berbeda. Semakin tinggi lantai dari
permukaan tanah, maka kecepatan angin yang bergerak juga akan semakin tinggi.
Pengukuran kecepatan angin pada tiap ruang dan lantai diperoleh dari pengukuran
langsung dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin yaitu Anemometer.

2.7.2 Pengukuran temperatur udara


Temperatur udara pada tiap ruang dan lantai juga berbeda. Dalam pengukuran
temperatur udara pada tiap ruang dan lantai dilakukan secara langsung dengan
menggunakan alat pengukur temperatur udara yaitu Thermometer.
  20

2.8 Menghitung Penggunaan Penghawaan Buatan (AC)


Perhitungan penggunaan AC diperoleh melalui perhitungan penggunaan daya
listrik untuk mengoperasionalkan AC pada masing-masing ruang dalam satuan watt per
jam. Dimana jumlah tersebut diperoleh dari akumulasi rata-rata penggunaan AC dalam
satu tahun. Setiap ruang diasumsikan masing-masing mempunyai jam operasional setiap
harinya antara 2 - 8 jam per hari. Hari kerja diasumsikan 6 hari kerja dalam satu
minggu, sehingga dalam satu bulan diasumsikan 24 hari kerja, sedangkan tiap tahunnya
diasumsikan 11 bulan. Hal ini dikarenakan ada libur semester dan lain-lain dalam satu
tahun. Sehingga untuk setiap ruang jumlah jam untuk penggunaan AC dalam satu tahun
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∑t = A x B x 11
Keterangan:
∑t = Jumlah jam penggunaan AC per tahun

A = Asumsi jumlah jam operasional AC masing-masing ruangan per hari


B = Asumsi jumlah hari per bulan
11 = Asumsi jumlah bulan dalam satu tahun

Sedangkan untuk jumlah daya yang tertera dalam spesifikasi pada AC dapat di hitung
dengan rumus :
∑W = D x E
Keterangan:
∑W = Jumlah daya yang tertera dalam unit AC di masing-masing ruangan

D = Jumlah unit AC yang ada dalam masing-masing ruangan


E = Spesifikasi daya yang tertera dalam unit AC

Ilustrasi perhitungan daya listrik dalam penggunaan AC dengan metode konsumsi daya
otomatis berulang.
Contoh :
Diasumsi AC beroperasi selama 6 jam per hari, untuk mendinginkan ruangan hingga
temperatur 25 ºC, kondisi yang terjadi saat pertama kali dinyalakan mesin beroperasi
selama 15 menit untuk mendinginkan ruangan. Selanjutnya setiap kali siklus
mendinginkan ruangan mesin menyala selama 10 menit dan siaga selama 5 menit.
Dalam 1 jam beroperasi terjadi : 60/15 = 4 kali siklus mendinginkan ruangan, empat
 
  21

kali mesin menyala selama 4 x 10 menit = 40 menit dan empat kali mesin siaga selama
4 x 5 menit = 20 menit.
Jika rata-rata pengoperasian AC dalam ruangan adalah 6 jam per hari maka AC akan
menyala selama 6 x 40 menit = 240 menit. Dengan tambah waktu saat pertama kali
mesin dinyalakan selama 5 menit (15-10), sehingga konsumsi daya sebenarnya oleh
mesin AC selama 6 jam pengoperasiannya adalah : 6 x 40 + 5 = 240 + 5 = 245 menit.
Sehingga rumus jumlah penggunaan daya listrik setiap ruangan selama 1 tahun :

∑ P = ∑ W x (40 x A+5)/60 x B x C

Keterangan:
∑P = Jumlah penggunaan daya listrik dalam pengoperasian AC setiap ruang selama 1 tahun

∑W = Jumlah daya listri pada spesifikasi AC yang ada dalam setiap ruang

40 = Waktu mesin AC menyala dalam mendinginkan ruang selama satu jam (dalam menit)

A = Asumsi jumlah jam operasional AC masing-masing ruangan per hari

5 = Waktu tambahan saat pertama kali mesin AC dinyalakan (dalam menit)

60 = Pembagi pengoperasian mesin AC selama satu jam (dalam satuan menit)

B = Asumsi jumlah hari dalam satu bulan (24 hari)

C = Asumsi jumlah bulan dalam satu tahun (11 bulan)

  Guna mengetahui penghematan penggunaan AC dalam satu tahun, dilakukan


perhitungan penggunaan AC dengan menggunakan penghawaan buatan eksisting dan
perhitungan penggunaan AC dengan menggunakan penghawaan buatan yang
dikombinasi dengan penghawaan alami yang direkomendasikan. Dalam hal
penghawaan alami yang direkomendasikan ini diterapkan, maka sebagai contoh dapat
diasumsikan untuk beberapa ruang yang semula waktu operasionalnya rata-rata 6 jam
per hari bisa menjadi 4 jam per hari dan seterusnya. Sehingga terjadi selisih jam
penggunaan AC dari kedua perhitungan tersebut yang merupakan penghematan dalam
penggunaan AC atau energi listrik di gedung tersebut.
  22

2.9 Alur Penelitian 22

2.9 Alur Penelitian

Optimalisasi)Penghawaan)Alami)pada)
Bangunan)Pendidikan)Berlantai)Banyak)
)

Hipotesis
Sistem Penghawaan Alami tdk stndrt

Evaluasi Sistem Penghawaan


Alami Dalam Gedung

Pengukuran suhu dalam Pengukuran kecepatan angin dalam Pengukuran kelembapan


dan luar gedung dan luar gedung dalam dan luar gedung

Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect

Standart Kenyaman Ya
Penghawaan Alami Pada Gedung
Termal
Sudah Optimal

Tidak
Teori Pengotimalan
Penghawaan Alami Analisa dan Rekomendasi

Test Simulasi :
software Vasari dan Ecotect

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.5 Alur Penelitian Kondisi Sistem Penghawaan Alami Gedung F FEB UB

 
  23

2.10 Studi Terdahulu

Berikut merupakan studi yang pernah dilakukan dan terkait dengan optimalisasi penghawaan alami pada gedung F Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya yang merupakan bangunan pendidikan berlantai banyak (Tabel 2.4)

Tabel 2.4 Studi yang pernah dilakukan

Kaitan dengan penelitian


Nama Kategori Optimalisasi Penghawaan Alami
No Judul Penelitian Isi
Peneliti Penelitian Pada Bangunan Pendidikan
Berlantai Banyak

1 Pengaruh  Luas   Novan H. Jurnal Arsitektur Analisis pengaruh Luas Bukaan Ventilasi Membantu peneliti dalam
Bukaan  Ventilasi   Toisi dan Vol. 1, No. 1, 2012 terhadap Kenyamanan Termal dan mengidentifikasi aspek penghawaan
Terhadap   Kussoy Penghawaan Alami dilakukan dengan alami yang mempengaruhi kondisi
Penghawaan  Alami   Wailan John menyimpulkan pengaruh Luas Bukaan termal di dalam bangunan Gedung F
dan  Kenyamanan   terhadap Kecepatan Angin dalam FEB UB.
Thermal  Pada   bangunan disaat menyentuh Kulit, di saat
Rumah  Tinggal  Hasil   jendela tertutup dan terbuka, serta
Modifikasi  dari   menyimpulkan apakah Kecepatan Angin
Rumah  Rumah   tersebut memenuhi standar dalam
Tradisional   bangunan. Penelitian ini juga
Minahasa   menyimpulkan apa saja elemen bangunan
yang harus dirubah dan yang harus
dipertahankan untuk perancangan rumah
tinggal hasil Modifikasi dari Rumah
Tradisional Minahasa dimasa mendatang.
  24

2 Kajian Kenyamanan Nur Laela Jurnal Ilmiah Vol. 1, Metode penelitian yang digunakan dalam Membantu peneliti dalam menentukan
Termal Pada Latifah, Harry No. 1, 2013 kajian ini adalah metode penelitian metode penelitian penghawaan alami
Bangunan Student Perdana, deskriptif baik kualitatif maupun yang mempengaruhi kondisi termal di
Center Itenas Bandung Agung kuantitatif. Pada akhirnya dari hasil dalam bangunan Gedung F FEB UB.
Prasetya dan analisis kuantitatif dan kualitatif tersebut
Oswald P.M dilakukan pembobotan secara kuantitatif.
Siahaan Diperoleh kesimpulan bahwa, desain
bangunan dan desain bukaan udara Student
Center Itenas mempengaruhi aliran udara
yang dapat mendukung kenyamanan
termal.

3 Desain Jendela Christina E. Jurnal Teknik Hasil uji manual yang telah dilengkapi Membantu peneliti dalam melakukan
Bangunan Domestik Mediastika Arsitektur Vol. 30, dengan data-data primer dan sekunder analisis pengukuran dan uji simulasi
untuk Mencapai No.1, 2002 mengenai suhu, kecepatan dan arah angin penghawaan alami di dalam bangunan
“Cooling Ventilation” kemudian disusun sebagai input uji pada kondisi eksisting dan
Kasus uji: Rumah komputasi. Variabel yang senantiasa rekomendasi.
Sederhana Luas 45 m2 dirubah pada proses uji kali ini adalah
di Yogyakarta dimensi dan jumlah jendela. Uji komputasi
ini juga bertujuan untuk mem-validasi
hasil uji manual tersebut. Kesimpulan
yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda
dari kesimpulan pada uji manual.

4 Menciptakan Basaria Jurnal Sistem Cara yang paling murah memperoleh Menciptakan Kenyamanan Thermal
Kenyamanan Thermal Talarosha Teknik Industri kenyamanan thermal adalah secara Dalam Bangunan ini sebagai referensi
Dalam Bangunan Volume 6, No. 3 alamiah melalui pendekatan arsitektur, tentang aspek-aspek yang mendukung
Juli 2005 yaitu merancang bangunan dengan terciptanya kenyamanan termal di
mempertimbangkan orientasi terhadap

 
  25

matahari dan arah angin, pemanfaatan dalam bangunan Gedung F FEB UB.  
elemen arsitektur dan material bangunan,
serta pemanfaatan elemen-elemen  
lansekap.
 

5 Pemanfaatan Potensi Muhammad Simposium Kondisi udara luar memiliki temperatur Memberikan pengetahuan dan referensi
Angin Bagi Ventilasi Siam Priyono Nasional RAPI XII - udara bola kering yang cukup tinggi dan tentang kondisi luar mempengaruhi
Alami Gedung Baru Nugroho 2013 FT UMS kecepatan angin yang rendah sehingga tingkat kenyamanan termal di dalam
Fakultas Kedokteran berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan gedung.
UMS termal di dalam gedung.
  26

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Umum Penelitian


Metode umum penelitian yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan ialah mengidentifikasi elemen penghawaan alami pada
bangunan pendidikan berlantai banyak Gedung F FEB UB yaitu dengan melakukan
pendataan dan pengukuran kecepatan angin, kelembaban udara, temperatur ruangan,
ventilasi, tata ruang gedung dan penggunaan energi listrik. Memproses data penelitian
tersebut dengan metode simulasi menggunakan software Vasari dan Ecotect. Hasil dari
penelitian berupa kondisi penghawaan alami yang ada saat ini (eksisiting) memenuhi
syarat atau tidak terhadap persyaratan SNI 03-6572-2001 dan solusi penghematan
penggunaan energi listrik di gedung F FEB UB.

3.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan menyesuaikan urutan kegiatan dan jadwal yang
diberikan dari pihak akademis awal hingga akhir kegiatan penelitian. Selain itu perlunya
waktu toleransi yang dimaksudkan untuk mengantisipasi kegiatan diluar kendali
penelitian, mengingat setiap penelitian memiliki kendala atau hambatan yang tak
terduga.

3.2.1 Tahap input data


Awal penelitian untuk input data dilakukan pada awal November 2014 hingga
akhir November 2014 sebagai batasan terakhir dari tahap persiapan penelitian. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan data sebagai penunjang proses perhitungan dan
analisa.

3.2.2 Tahap proses data


Pemrosesan data dilakukan pada awal Desember 2014 hingga akhir Desember
2014. Proses ini bersifat exact sehingga dapat menggambarkan secara jelas dan hasilnya
dapat dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan.
  27

3.2.3 Tahap Output


Pengambilan kesimpulan dan saran dapat dilakukan pada pertengahan Januari
2015. Seminar hasil dapat dilakukan pada awal Mei 2015, setelah dilakukan revisi -
revisi dari hasil seminar hasil penelitian tersebut maka sidang diperkiran Juni 2015.
Penelitian ini secara lengkap dikumpulkan pada akhir Juni 2015.

3.3 Lokasi dan Objek Penelitian


Lokasi penelitian terpilih merupakan bangunan pendidikan berlantai banyak
pada lingkungan kampus UB yaitu pada gedung F FEB UB.

3.3.1 Lokasi penelitian


Gedung F FEB UB penelitian terletak di Jl. MT. Haryono 165 Malang. Wilayah
studi berjarak 3 km dari pusat Kota Malang dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar
15 menit menggunakan perjalanan darat.

Gambar 3.1 Peta Kota Malang. Lokasi Universitas Brawijaya


(Sumber : http://commons.wikimedia.org)

Gambar 3.2 Lokasi penelitian


(Sumber : Diolah dari Google Earth)
  28

3.3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah bangunan pendidikan tinggi berlantai banyak (tujuh
lantai). Spesifikasi dan data gedung F FEB UB diperoleh dengan cara survey lapangan
dan informasi dari pengelola gedung.

Gambar 3.3 Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB

3.4 Prosedur Penelitian


Secara garis besar penelitian ini mempunyai 3 (tiga) langkah utama yaitu input
(pengumpulan data), proses (analisa dan pembahasan data) dan output (kesimpulan dan
saran).

3.4.1 Input (pengumpulan data)


Input berisi data-data yang diambil dari data gedung yang diperlukan untuk
melakukan analisa dan pembahasan data penelitian.
Langkah dan data yang diambil untuk memproses penelitian ini :
a. Mengumpulkan data tentang gedung F FEB UB sebagai acuan. Data yang
diperoleh adalah berupa data denah gedung, site plan gedung, data fungsi
ruangan gedung, data jam-jam aktivitas dalam bangunan, data ruang-ruang yang
menggunakan penghawaan alami dan ruang-ruang yang menggunakan
penghawaan buatan.
b. Menentukan ruangan-ruangan yang akan diteliti berdasarkan diskusi dengan
pengelola gedung, yaitu ruangan-ruangan yang dianggap paling penting pada
tiap-tiap lantai gedung.
c. Pendataan penggunaan energi listrik rata-rata pada tiap bulan dan tiap tahun.
d. Mengumpulkan data kecepatan angin, temperatur, kelembapan didalam dan
diluar gedung. Data kecepatan angin dan temperatur yang diperoleh merupakan
  29

hasil survey lapangan selama 5 hari dengan menggunakan alat anemometer.


Data temperatur dan kelembapan menggunakan alat thermometer. Data ini
merupakan acuan dan menjadi input saat simulasi.

Gambar 3.4 Alat pengukur Gambar 3.5 Alat pengukur


kecepatan angin (Anemometer) temperatur dan kelembapan
(Thermometer).

Pengukuran pada tiap-tiap ruang pada gedung dilakukan dengan cara membuat
grid terlebih dahulu, lalu pada masing-masing titik dilakukan pengukuran kecepatan
angin, kelmbaban dan temperatur, setelah itu diperoleh hasil dari masing-masing titik
dan diambil hasil rata-rata dari pengukuran pada masing-masing titik tersebut. Sebagai
contoh pada lantai 2 ruang perpustakan. (Gambar 3.6)

Gambar 3.6 Metode grid dalam pengukuruan penghawaan alami pada tiap ruang
  30

3.4.2 Proses (analisa dan pembahasan)


Proses mengolah, menganalisa dan membahas data yang diperoleh dengan cara
yang bersifat exact, yaitu dengan melakukan pengukuran, perhitungan, pembuatan
simulasi dan analisa, antara lain :
A. Membuat simulasi kecepatan dan penyebaran angin dalam gedung.
Pada simulasi ini menggunakan software Vasari dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
• Location Setting. Lokasi menentukan data dari banyak hal yang ingin
dianalisa seperti suhu, arah angin, dan sebagainya.

Gambar 3.7 Location Setting pada software Vasari

• Wind Rose. Setelah menetukan lokasi yaitu memeriksa arah peredaran


angin di lokasi tersebut.

Gambar 3.8 Wind Rose pada software Vasari


  31

• Wind Tunnel. Dari hasil wind rose yang didapat, lalu diterpakan ke
dalam gedung kajian.

Gambar 3.9 Wind Tunnel pada software Vasari

B. Membuat simulasi suhu ruangan dalam gedung dengan menggunakan software


Ecotect, berikut langkah-langkahnya :
• Setting Up Grids, untuk menetukan permukaan ruangan yang akan
disimulasi temperaturnya.

Gambar 3.10 Setting Up Grids pada software Ecotect


  32

• Running a Spatial Comfort Analysis, memeriksa kembali grid yang ada


pada permukaan ruang untuk kemudian dilakukan analisis kenyamanan
termalnya.

Gambar 3.11 Running a spatial comfort analysis pada software Ecotect

• Weather Data : Input data iklim dan geografis. Terdiri dari kondisi iklim,
garis lintang, garis bujur dan zona waktu GMT. Bila letak geografisnya
tidak bisa didapat, Ecotect menyediakan data yang akan menampilkan
keempat variabel di atas secara otomatis. Untuk wilayah Indonesia
terwakili oleh Kota Jakarta sebagai Ibu Kota.

Gambar 3.12 Weather Data pada software Ecotect


  33

Gambar 3.13 Daily Conditions 3 November pada software Ecotect

Gambar 3.14 Daily Conditions 5 November pada Software Ecotect

Gambar 3.15 Daily Conditions 10 November pada Software Ecotect


  34

• Setting Zone Properties : Karakteristik ruang dan waktu aktifitas yang


dimaksud dalam Ecotect adalah kondisi ruang yang berkaitan dengan
kenyamanan termal..Hal ini dipengaruhi oleh pengaturan nilai
diantaranya humidity, air speed, hours of operation. Input data
menggunakan kondisi hasil pengukuran di lapangan. Fitur ini utamanya
berfungsi untuk membuat skenario jenis tipikal penghuni yang
berpengaruh pada beban panas ruangan dan perilaku penghuni dalam
menggunakan AC.

Gambar 3.16 Setting Zone Properties pada software Ecotect

• Mean Radiant Temperature, berasal dari dampak panas yang dihasilkan


dari radiasi oleh seluruh permukaan ruangan. Input data dengan dimensi
bukaan ventilasi eksisting Simulasi MRT pada Ecotect diantaranya
ditampilkan dalam bentuk grid warna sesuai dengan tingkat suhu yang
dihasilkan pada suatu ruangan yang disimulasi.
T hermal C omfort
M e a n R a d ia nt T e mp
Value R ange: 0.0 - 35.0 °C °C
© E COT E CT v5
35.0+

31.5

28.0

24.5

21.0

17.5

14.0

10.5

7.0

3.5

0.0

Gambar 3.17 Mean Radiant Temperatur pada software Ecotect kondisi eksisting
  35

• Setelah itu melakukan simulasi Mean Radiant Temperature kembali


dengan input data tipe dan dimensi bukaan ventilasi yang optimal dari
hasil rekomendasi.

T hermal C omfort
M e a n R a d ia nt T e mp
Value R ange: 0.0 - 35.0 °C °C
© E COT E CT v5
35.0+

31.5

28.0

24.5

21.0

17.5

14.0

10.5

7.0

3.5

0.0

Gambar 3.18 Mean Radiant Temperatur pada software Ecotect kondisis rekomendasi

C. Melakukan perbandingan dari hasil simulasi software Vasari dan Ecotect


kondisi eksisting dan hasil rekomendasi.
D. Melakukan perhitungan dan perbandingan dari penggunaan energi listrik rata-
rata per tahun pada kondisi eksisting dan hasil rekomendasi.

3.4.3 Output ( kesimpulan dan saran)


Merupakan hasil dari seluruh penelitian yang berupa kondisi penghawaan alami
eksisting pada gedung F FEB UB dan solusi alternative berupa rekomendasi agar dapat
tercapai optimalisasi pemanfaatan penghawaan alami yang dapat menghemat
penggunaan energi listrik pada gedung tersebut.
36

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Iklim Kota Malang


Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meterologi dan Geofisika
Stasiun Klimatologi Karangploso data iklim Kota Malang mengenai kecepatan angin,
temperatur udara, lembab nisbi setiap bulan selama satu tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Kecepatan angin (km/jam) tiap bulan
2014

Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso

Tabel 4.2 temperatur udara (°C) setiap bulan


2014

Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso

 
37

Tabel 4.3 Lembab nisbi (%) tiap bulan


2014

Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso

Data kecepatan angin, temperatur dan kelembapan pada daerah Malang yang
termasuk beriklim tropis dapat bermanfaat dalam proses analisa optimalisasi
penghawaan alami pada gedung F FEB UB. Dimana kecepatan angin rata-rata tiap
bulannya berkisar 6 - 8 km/jam, temperatur udara berkisar antara 22,7 ºC - 25,1 ºC,
kelembapan udara rata-rata berkisar 76% - 80%. Sehingga pada kondisi suhu udara
tinggi zona kenyamanan masih dapat diusahakan dengan sirkulasi angin yang melalui
ruangan-ruangan dalam bangunan.

4.2 Data Arah Angin Kota Malang

Gambar 4.1 Arah angin Kota Malang bulan November 2014

 
38

Data arah angin pada lokasi penelitian di Universitas Brawijaya Malang di dapat
dari simulasi dengan menggunakan software Vasari, input data dari : data tapak, tahun
dan bulan saat dilakukannya penelitian dengan data BMKG Karangploso Malang.
Berdasarakan hasil simulasi tersebut diperoleh bahwa arah angin di Kota Malang
bergerak dari Tenggara menuju Barat Laut dengan rata-rata kecepatan 6 - 8 km/jam.

4.3 Data Layout Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB

Gedung penelitian :
Gedung F FEB UB
Gedung F FEB UB yang memiliki 7
UT
AR lantai dengan total luas 4,758.36 m2
A  

Utara  

Sebelah Barat :
Gedung Baru FEB Sebelah Utara :
Gedung D FEB UB
Sebelah Tenggara :
Sebelah Timur :
Gedung FTP
Masjid UB

Gambar 4.2 Bangunan sekitar Gedung F FEB UB

 
39

Bangunan gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB yang terletak di


lingkungan kampus Universitas Brawijaya Malang, dikelilingi oleh beberapa bangunan
diantarannya :
a. Sebelah Utara : Gedung D Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB dengan tinggi
gedung ± 15 m.
b. Sebelah Timur : Bangunan masjid Universitas Brawijaya Malang dengan tinggi
bangunan ± 25 m.
c. Sebelah Selatan: Lahan terbuka berupa taman, pepohonan dan lahan parkir serta
gedung baru Fakultas Teknologi Pertanian dengan tinggi
gedung ± 30 m yang letak tepatnya disebelah tenggara gedung
F Fakultas Ekonomi dan Bisni UB.
d. Sebelah Barat : Gedung baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB dengan tinggi
gedung ± 35 m.
Dari data kondisi situasi layout gedung F FEB UB terdapat beberapa bangunan
baru yang juga berlantai banyak di sekitar gedung tersebut. Sehingga bisa
mempengaruhi pergerakan udara di luar gedung tersebut.

4.4 Analisis Aliran Udara di Lingkungan Gedung F FEB UB

Gambar 4.3 Arah aliran angin pada Gedung FEB UB

 
40

Gambar 4.4 Perspektif arah aliran angin lingkungan Gedung FEB UB

Dengan adanya gedung-gedung baru yang dibangun di sekitar gedung F FEB


UB, maka angin yang bergerak dari arah Tenggara tidak secara langsung mengenai
gedung F FEB UB. Aliran angin yang umumnya bergerak dari arah Tenggara terhalang
oleh gedung baru Fakultas Teknologi Pertanian yang memiliki ketinggian ± 30 m dari
permukaan tanah. Pada sisi timur gedung F FEB UB juga telah di bangun Masjid UB
dengan ketinggian ± 25 m dari permukaan tanah. Sehingga pola pergerakan udara di
luar gedung mengalami perubahan yang awalnya dari pola laminar dengan adanya
gedung-gedung baru berlantai banyak (elemen eksternal) berubah menjadi pola
turbulensi dan dapat pula berubah menjadi pola terpisah. (Sumber:Controlling Air
Movement). Arah angin yang awalnya dari Tenggara ke Barat Laut sering berubah -
ubah arah.

4.5 Analisis Perbandingan Luas Bukaan Ventilasi Eksisting dengan Standart


SNI 03-6572-2001

Dalam mengalisis perbandingan luas bukaan ventilasi eksisiting pada gedung F


FEB UB dengan luas bukaan yang dipersyaratkan standart SNI 03-6572-2001 telah
dilakukan pendataan dan pengukuran luas ruangan yang diteliti, luas bukaan ventilasi
yang ada saat ini dan sebagai pembanding dicantumkan luas bukaan sesuai persyaratan
standart SNI pada tiap-tiap ruangan yang diteliti. Hasil dari analisis perbandingan ini
disajikan dalam tabel 4.4 berikut.

 
41

Tabel 4.4 Perbandingan luas bukaan eksisting dengan standar minimum SNI
Lantai Luas Bukaan
Jenis Ruang Luas Ruang Ventilasi Eksisting Ventilasi Orientasi / Keterangan
Standart SNI
2 Perpustakaan 162.00 m2 2,3 m2 8,1 m2 Timur/Tidak standart
Lab. Komp. 76.56 m2 2,3 m2 3,8 m2 Barat/Tidak standart
R.BEI UB 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Kajur (D) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R.Kajur (A) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R.Kajur (B) 8 m2 0,575 m2 0,4 m2 Timur/ standart
R. Prof (E) 5 m2 0,575 m2 0,25 m2 Timur/standart
3 R.Prof (F) 15 m2 0,575 m2 0,75 m2 Timur/Tidak standart
R.Prof (G) 14 m2 - - Tidak ada bukaan
R.Prof (H) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Keuangan 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Prof (J) 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Kuliah (A) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (B) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (C) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (F) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
4 R.Kuliah (G) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Prof (E) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Barat/Standart
R.Prof (D) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Timur/Standart
R.Tunggu Dosen(H) 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart

 
42

R.Kuliah (A) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart


R.Kuliah (B) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
5 R.Kuliah (C) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (F) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Kuliah (G) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Tunggu sidang/kuliah (H) 36.00 m2 1,44 m2 1,8 m2 Di dalam ruang/Tidak
standart
R.Prof (D) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Timur/Standart
R.Prof (E) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Barat/Standart
R.Administrasi 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
R.Kuliah (A) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (B) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
R.Kuliah (C) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Timur/Tidak standart
6 R.Kuliah (F) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Kuliah (G) 48.00 m2 1,15 m2 2,4 m2 Barat/Tidak standart
R.Prof (D) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Timur/Standart
R.Prof (E) 5.345 m2 0,81 m2 0,27 m2 Barat/Standart
R. Prof (H) 36.00 m2 - 1,8 m2 Tidak ada bukaan
R.Pengelola 36.00 m2 1,15 m2 1,8 m2 Barat/Tidak standart
7 Hall 179.66 m2 2,4 m2 18 m2 Utara/Tidak standart

Anda mungkin juga menyukai