XI MIPA 4
Kejadian Awal
Pontianak dibom oleh sembilan kapal terbang. Sinar matahari membuat tulisan pada
ekor pesawat:Hinomaru, Nippon no hatta, menjadi kelihatan. Kota menjadi gempar, beberapa
rumah hangus terbakar dan cuaca tiba-tiba menjadi gelap. Bom disana-sini. Banyak orang
mencari perlindungan di parit-parit.
Konon serangan mengarah ke Gang Masrono dan dari situ pesawat terbang telah
mulai memuntahkan pelurunya ke arah sasaran di hadapannya sekitar Sekolah Mulo RK dan
Kampung Bali. Ada seorang fotografer dan penjual bunga dari Jepang, tukang gambar,
tinggal di Gang Masrono itu yang bernama Honda. Diceritakan dia seorang opsir dan mata-
mata Jepang yang menyamar untuk mengambil gambar tokoh-tokoh kaya dari Pontianak. Dia
mengambil foto untuk kepentingan militer dan dikirimkan ke Tokyo.
Orang-orang Jepang dan Jerman diperintahkan meninggalkan Pontianak. Tak lama,
Pontianak diserang setelah kejadian itu yakni pada 19 Desember. Kejadian itu dikenal
sebagai Bom Sembilan oleh warga Pontianak. Serangan ini diulangi lagi beberapa hari
sesudah itu, termasuk serangan terhadap Sanggau Ledo, tidak terduga sama sekali, sebab
sampai saat itu belum ada kabar yang memberitakan telah terjadi serangan atas kota atau
tempat lain di mana pun di seluruh Indonesia (Hindia Belanda).
Kejadian Lanjutan
Pasca Kemerdekaan
Berita kemerdekaan baru sampai ke Kalimantan dibawa oleh A.A. Hamidhan, seorang
wartawan dari Kalimantan Selatan kelahiran Tapin, 25 Februari 1909 dan meninggal di
Banjarmasin, 1997. Ia membawa berita proklamasi pada 24 Agustus 1945 dengan
menggunakan pesawat Jepang
Sultan Hamid II
Bardan Nadi
Siradj Sood
Oevaang Oeray
Mohammad Ali Anyang
Drs. Samza, sejarawan Kalimantan Barat.