Anda di halaman 1dari 63

KOMPETISI INOVASI AGROTEKNOLOGI AMONIA FUEL CELL : INOVASI TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN BERBAHAN BAKAR AMONIA YANG BERASAL

DARI LIMBAH

DISUSUN OLEH : Angga Pradikta C.P. (2310.100.075) Fajar Mardhi Hutama (2310.100.112) Teguh Saputra (2310.100.080)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Lembar Pengesahan

1. Judul AMONIA WASTE TEKNOLOGI

Konsep Inovasi Agroteknologi : WATER TREATMENT (A-WET) LIMBAH AIR

INOVASI YANG

PENGOLAHAN

AMMONIA

MULTIFUNGSI UNTUK PEMUKIMAN 2. 3. Topik Ketua Pelaksana Kegiatan : Energi terbarukan ramah

lingkungan a. Nama Lengkap : ANGGA PRADIKTA C. P. b. NIM : 2310100075 c. Jurusan / Fakultas : Teknik Kimia / FTI d. Nama Perguruan Tinggi: ITS Surabaya e. Alamat Rumah dan No. Telp. /HP : Jl. Kaliurang Perum PTP 14 Jember f. Alamat e-mail : anggapradiktacp@yahoo.com 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang 5. Dosen Pendamping a. M.Eng b. Nama Lengkap dan Gelar : NIP : Donny Satria Bhuana, S.T., 1981 03 03 2006 04 1002 Surabaya, 10 Mei 2011 Menyetujui Dosen Pembimbing Ketua Tim

(Donny Satria Bhuana, S.T., M.Eng) NIP. 198103032006041002

(Angga Pradikta C. P.) NRP. 2310 100 075

ii

Pembantu Rektor III

Ketua Jurusan

(Prof. Dr. Suasmoro) NIP. 195502101980101001

(Prof. Dr. Ir) NRP. 2310 100 075

KATA PENGANTAR Selama ini permasalahan akan limbah sangat memprihatinkan, kebanyakan dari limbah tersebut terutama limbah pabrik tidak dapat diolah secara benar sehingga mencemari lingkungan. Dengan perkembangan industri yang semakin maju, sudah saatnya limbah dapat kita manfaatkan sehingga membawa profit bagi masyarakat luas. Dari permasalahan tersebut penulis mengangkat sebuah karya tulis dengan judul AMONIA FUEL CELL :INOVASI TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN BERBAHAN BAKAR AMONIA YANG BERASAL DARI LIMBAH. Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar. Penulis menyadari karya tulis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Suasmoro selaku Pembantu Rektor III Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atas bantuan moral dan materiil yang telah diberikan. 2. Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja M,Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia FTI ITS atas bantuan moral dan materiil yang telah diberikan. 3. Bapak Donny Satria Bhuana, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan ilmunya kepada penulis. 4. Dosen-dosen Teknik Kimia FTI-ITS yang telah memberikan ilmunya kepada penulis 5. Keluarga besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), khususnya teman-teman angkatan 2009 dan 2010 Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS atas dukungannya. 6. Berbagai pihak yang telah membantu proses terselesaikannya karya tulis ini Kami menyadari karya tulis ini tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan karya ilmiah ini. Surabaya, 10 Mei 2011

iii

Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Krisis Energi 2.1.1 Kondisi Sumber Daya Air Bersih di Indonesia 2.1.2 Upaya Mengurangi Krisis Air 2.2 Limbah 2.2.1 Limbah Amonia 2.3 Proses Elektrolisis Amonia 2.5 Solusi yang Pernah Ditawarkan BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tahapan Penulisan 3.2 Metode Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis 3.4 Kerangka Berpikir 11 12 12 13 5 5 6 6 7 8 10 1 3 4 4 i ii iii iv vi vi vii

2.4 Fuel Cell sebagai Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Hidrogen 9

BAB IV

PEMBAHASAN v

4.1 Teknologi yang Efektif dan Efisien Untuk Menangani Limbah Air Ammonia 4.2 Mengatasi Pencemaran Limbah Kegiatan Rumah Tangga Menggunakan Teknologi A-WET 4.3 Langkah-langkah Penerapan Teknologi A-WET 4.3.1 Pihak-Pihak yang Dapat Mendukung Terwujudnya Teknologi A-WET 4.4 Kualitas A-WET Ditinjau dari Segi Lingkungan dan Ekonomi 4.4.1 Keuntungan penerapan A-WET dari Aspek Ekonomi 4.4.2 Keuntungan Penerapan A-WET dari Aspek Lingkungan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran 24 24 21 22 23 21 15 17 14

vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Rangkaian Alat Elektrolisis Ammonia Beserta Reaksi Yang Terjadi Dan Potensial Reaksi Gambar 2.2 Prototype Stack 20 Cell Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penulisan Gambar 4.1 Teknologi Pengolahan Air Limbah Amonia A-WET Gambar 4.2 Blok Diagram Alur Penerapan Teknologi Gambar 4.3 Skema Pembuatan A-WET 8 9 13 15 18 20

Gambar 4.4 Bagan Plant Terintregasi Pengolahan Limbah Dan Pembangkit Energi 22

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Pengaruh Ammonia Terhadap Kesehatan Pada Berbagai Konsentrasi Data Daya Yang Dihasilkan Fuel Cell Jenis PEMFC Perbandingan Proses Pengolahan Limbah Amonia
Identifikasi Pelaksana Dan Program Yang Diterapkan

6 9 8 21

Perbandingan Proses Pengolahan Limbah Dengan Kandungan Amonia 14

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4


Lampiran 5

Konsep Desain A-Wet Pencemaran Di Pulai Jawa Analisis Keuntungan Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010 Manfaat Teknologi A-WET Sesuai dengan Bagan Plant Pengolahan Limbah Dan Pembangkit Energi

ABSTRAK

vii

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka jika tidak tersedia dengan kondisi yang baik, baik kualitas maupun kuantitasnya karena tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Salah satunya yaitu amonia. Limbah yang mengandung ammonia dapat berasal dari pemukiman warga karena pada pemukiman berlangsung kegiatan rumah tangga yang berkontribusi terhadap pencemaran. Namun teknologi saat ini masih belum maksimal terhadap pengolahan limbah air ammonia sehingga perlu dicari solusinya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah mengetahui cara yang efektif dan efisien untuk menangani limbah rumah tangga yang mengandung ammonia, mengetahui cara mengatasi pencemaran limbah kegiatan rumah tangga menggunakan teknologi A-WET, mengetahui langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan teknologi A-WET, dan mengidentifikasi kualitas penerapan AWET bila diterapkan di kehidupan masyarakat khususnya di lingkungan pemukiman. Penyusunan karya tulis ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses penulisannya yang dilakukan sebagai landasan untuk pengembangan konsep dasar dalam perumusan permasalahan yang diangkat. Pengumpulan data berasal dari tinjauan pustaka dan media dengan pendekatan analisa deskriptif dan komparatif. Pengolahan limbah dengan cara elektrolisis merupakan pengolahan limbah yang paling efektif dan efisien diantara teknik-teknik pengolahan limbah yang lain. Teknologi A-WET mengatasi limbah amonia dengan cara mengelektrolisis amonia sehingga dihasilkan air bersih yang aman terhadap lingkungan, hidrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang bersih dan nitrogen yang dapat dimanfaatkan kembali dan sebagai bahan baku industri pupuk. Langkah-langkah penerapan teknologi A-WET terdiri dari survey, analisis masalah, studi literature, perijinan, perencanaan, sosialisasi, pembuatan unit, persiapan lapangan, penerapan teknologi dan perluasan penerapan teknologi. Perwujudan penerapan teknologi ini perlu didukung oleh pihak pemerintah, swasta dan mesyarakat setempat. Manfaat teknologi A-WET (Amonia Wastewater Treatment) akan maksimal jika disesuaikan dengan bagan plant terintegrasi pengolahan limbah dan pembangkit listrik. Penerapan A-WET juga memiliki keuntungan baik dalam aspek ekonomi maupun lingkungan. Hendaknya mengadakan sosialisasi dan mengoptimalkan penggunaan A-WET serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengolahan limbah amonia ini sehingga pengembangan dari proses pengolahan limbah ammonia ini kedepannya bisa lebih maksimal lagi sehingga benar-benar bisa menjadi solusi mengatasi pencemaran lingkungan, krisis air, dan juga masalah krisis energi. Kata Kunci : A-WET, elektrolisis, krisis air, energi alternative

viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Di masa sekarang ini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi bagi kehidupan adalah hal yang wajib bagi kelangsungan hidup manusia. Selama ini kebanyakan energi Indonesia ditopang oleh bahan bakar fosil yang semakin hari harganya semakin melambung. Namun tidak selamanya energi tersebut bisa mencukupi seluruh kebutuhan manusia dalam jangka waktu yang panjang mengingat cadangan energi yang semakin lama semakin menipis dan juga proses produksinya yang membutuhkan waktu jutaan tahun. Cadangan minyak sebesar 3,99 miliar barel diperkirakan akan habis 11 tahun lagi. Sedangkan, stok gas hanya 187 triliun kaki kubik yang akan habis dalam waktu kurang dari 50 tahun dengan tingkat produksi per tahun sebesar 2,77 triliun kaki kubik (Kementerian ESDM, 2008). Isu krisis energi ini telah mengundang banyak negara untuk ikut berperan aktif mencari solusi. Salah satu solusi yang ditawarkan dunia adalah mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis fosil yang juga mempunyai potensi penyumbang emisi karbon yang menyebabkan global warming (Sri Sarjiyati, 2009). Salah satu energi alternatif yang sekarang mulai banyak diteliti ialah pengembangan sumber energi yang berasal dari hasil elektrolisis air yang dikenal dengan sebagai Brown Gas. Penelitian dan pengembangan sistem brown gas dari elektrolisis air telah dilakukan oleh beberapa pihak (Manubinuri, 2010). Namun saat ini juga mulai dikembangkan penelitian mengenai elektrolisis ammonia yang ternyata memiliki kelebihan dibanding elektrolisis air. Perbandingan elektrolisis air dan ammonia dapat dilihat tabel 1.1.

10

Tabel 6. Elektrolisa air dan ammonia ( menggunakan energi matahari pada $ 0.214 / KW-h1 )

Energi ( W-h /g H2 ) Harga H2 ( $ / Kg H2 )

Elektrolisa air 33.0 7.10

Elektrolisa ammonia 1.55 2.00


Sumber: (Hollinger, 2008)

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa teknologi elektrolisa ammonia untuk menghasilkan hidrogen menghemat energi sebesar 95,3 % serta harga hidrogen yang dihasilkan akan lebih murah 87,3 % jika dibandingkan dengan teknologi elektrolisa air. Ketersediaan ammonia di alam seringkali dalam bentuk pencemar lingkungan. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan manusia yang dapat menghasilkan limbah amonia. Limbah yang mengandung ammonia dapat berasal dari kegiatan rumah tangga (urin), limbah dari plant ammonia dan plant pupuk pada industri. Pada kegiatan rumah tangga, pencemaran ammonia yang terbesar berasal dari urin. Tiap hari, normalnya, tiap orang menghasilkan urin sebanyak 1200-1500 cc yang mengandung 5,3-14,3 gram Nitrogen/liter yang 76-82% adalah ammonia (Ganong, 2001). Seperti halnya pada rumah tangga, industri yang memiliki plant ammonia maupun plant pupuk menghasilkan ammonia setiap liter limbahnya. Seperti pada Pabrik Pupuk Sriwijaya (Pusri) yang berlokasi di dekat sungai Musi, Palembang. Pabrik Pusri tiap harinya menghasilkan limbah yang berasal dari Pabrik Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung urea 10.000 ppm dan amonia 3.500 mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada masing-masing pabrik (PT Pupuk Sriwijaya, 2007). Melihat ketersediaan ammonia di alam adalah sebagai pencemar, maka solusi berupa konsep Amonia Fuel Cell (AFC) dibutuhkan untuk mengatasi krisis energi yang sekaligus dapat mengatasi permasalahan lingkungan. 10

11

1.2

Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang dijadikan landasan dalam pembahasan tulisan ini yaitu: 1. Bagaimanakah konsep AFC yang efektif dan efisien dalam menghasilkan energi ? 2. Bagaimanakah kualitas penerapan AFC bila diterapkan di kehidupan masyarakat? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini antara lain: 1. Mengetahui konsep AFC yang efektif dan efisien dalam menghasilkan energi ? 2. Bagaimanakah kualitas penerapan AFC bila diterapkan di kehidupan masyarakat ? 1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ini antara lain: 1. Bagi Masyarakat Menambah wacana untuk melestarikan lingkungan secara menyeluruh dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk mendapatkan keuntungan. 2. Bagi Pemerintah Mengatasi masalah krisis energi, pelestarian ligkungan dan membantu masyarakat untuk menambah peluang penghasilan. 3. Bagi Penulis Merupakan wawasan baru sebagai mahasiswa tentang teknologi baru penghasil energi dan sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma perguruan tinggi 4. Bagi Lingkungan Sebagai teknologi penghasil energi yang ramah lingkungan dan n menguntungkan.

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Krisis Energi dan Listrik Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2008-2027, dibutuhkan kapasitas pembangkit listrik tak kurang dari 149 GW pada tahun 2027. Sementara itu saat ini kapasitas pembangkit kita tak lebih dari 21 GW. Fenomena inilah yang terjadi dalam pengadaan energi di Indonesia. Krisis energi menjadi perhatian serius yang harus segera dicarikan solusinya. Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini tentu membutuhkan pasokan energi listrik yang tidak sedikit apalagi bahan bakar untuk keperluan sehari-hari yang semakin meningkat seiring bertambahnya kebutuhan masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab kelangkaan energi adalah terlalu besarnya ketergantungan penyediaan energi Indonesia pada bahan bakar minyak. Saat ini, sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Sedangkan bila dilihat dari sisi supply, sumur-sumur minyak yang ada di Indonesia sudah sangat tua dan tidak layak lagi untuk dioperasikan. Ditambah lagi dengan semakin berkurangnya kegiatan eksplorasi menyebabkan semakin berkurangnya produksi minyak Indonesia. Penurunan kapasitas produksi ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1995, dengan penurunan tercepat terjadi sekitar tahun 2002.( Henry U.S.S.A, 2009) 2.1.1 Penyebab Kelangkaan Energi di Indonesia Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran energi yang didorong pesatnya laju pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi dunia, mengakibatkan tersedotnya cadangan energi, khususnya energi fosil yang merupakan sumber energi utama dunia. Pemulihan ekonomi global yang dimotori pertumbuhan ekonomi tinggi di Asia diiringi peningkatan

13

permintaan energi untuk industri dan konsumsi, ternyata turut mendorong kenaikan harga energi dunia.

Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi mencapai 40% dari total permintaan energi dunia, namun cadangannya terus berkurang. Pada tahun 2011 pertumbuhan permintaan minyak bumi dunia akan mencapai 1,7% sementara peningkatan produksi hanya mencapai 0,9%. Keadaan ini menyebabkan negara-negara termasuk Indonesia rentan terhadap risiko terjadinya krisis energi dunia. Cadangan minyak bumi terbukti saat ini di Indonesia diperkirakan 9 milyar barel, dengan tingkat produksi rata-rata 0,5 milyar barel per tahun, sehingga diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam waktu 18 tahun. Cadangan gas diperkirakan 170 TSCF (trilion standart cubic feed) sedangkan kapasitas produksi mencapai 8,35 BSCF (billion standart cubic feed). Cadangan batubara diperkirakan 57 miliar ton dengan kapasitas produksi 131,72 juta ton per tahun.(Kemenlu RI, 2011) 2.1.2 Dampak Negatif Krisis Energi Listrik di Indonesia Kerugian yang dialami baik masyarakat maupun pemerintah akibat kelangkaan energy yang selama ini masih terjadi di Indonesia antara lain adalah 1. Dunia Usaha mengalami hambatan hingga stagnasi dalam menjalankan usahanya, 2. Kerugian pelaku usaha secara materiil (money loss) 3. Kerugian pelaku usaha secara inmateriil seperti:

Berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen terhadap Terjadinya pengangguran karena karyawan terpaksa diliburkan, 13

pelaku usaha,

14

Resiko kerusakan mesin karena mesin sering tidak bisa dijalankan, Kehilangan efisiensi waktu dan tenaga, martabat umat dan bangsa Berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan konsumen energi Larinya Investor Domestik maupun Asing dari pasar Indonesia

Indonesia di mata dunia

listrik di Indonesia terhadap Pemerintah dan PLN

karena tiadanya jaminan energi listrik dan jaminan usaha di Indonesia serta berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan terhadap Pemerintah dan PLN

Rentetan masalah dari larinya Investor berakibat banyak hal

diantaranya, terhambatnya kemajuan pembangunan ekonomi dan bidang lain yang terkait baik di lingkup kenegaraan maupun daerah

Kualitas dan kuantitas Pencurian Listrik oleh warga makin Terhambatnya kreativitas anak bangsa yang menggunakan sarana Terganggunya proses recovery pasien dan pengembangan Resiko gejolak sosial pada masyarakat luas yang bisa berakibat

meningkat

listriknya untuk implementasi kecerdasan otaknya

penemuan di laboratorium pada dunia kesehatan.

menjadi chaos.

2.1.3 Upaya Penanganan Krisis Energi Melihat dampaknya yang bisa semakin meluas mempengaruhi seluruh sektor kehidupan, diversifikasi pemerintah pemakaian Indonesia sumber sedang energi, melakukan yang upaya-upaya semula hanya penanggulangan krisis tersebut. Salah satu diantaranya adalah melakukan dari memanfaatkan energi fosil, lalu diperluas dengan memanfaatkan energi berbahan baku nabati sebagai sumber energi alternatif.

14

15

Bahan bakar nabati yang sedang dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif adalah tanaman jarak karena tanaman ini dapat diolah menjadi biofdiesel. Pengolahan 3 kg biji jarak akan menghasilkan satu liter biodiesel. Namun, yang masih menjadi kendala adalah konversi lahan untuk penanaman jarak, karena semakin menurunkan persentase lahan untuk pertanian yang pada akhirnya berdampak pada hasil pertanian yang dihasilkan. Hasil yang ditargetkanpun belum maksimal. Tercatat baru sekitar 5 % lahan yang baru terealisasikan sebagai lahan Jarak pada 2007 lalu (dari 600.000 hektar target, hanya tercapai 25.000 hektar). Kondisi seperti ini tentunya harus menjadi pemantik bagi para peneliti di Indonesia agar bisa dengan cepat menemukan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan bisa mengatasi krisis energi yang semakin mengkhwatirkan. Bila berharap pada bahan bakar fosil tentunya kita akan semakin sulit mengimbangi harga minyak dunia yang semakin melambung harganya. Karena pada saat ini Indonesia sudah mulai mengandalkan impor minyak dari negara lain. Tidak lagi sebagai negara pengekspor minyak seperti beberapa tahun lalu.

2.1.4 Potensi Sumber Energi Terbarukan di Indonesia Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanah air, seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Hampir semua sumber energi tersebut sudah dicoba diterapkan dalam skala kecil di tanah air. Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut. Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar fosil, namun implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk segera

15

16

dimulai. Di bawah ini dibahas secara singkat berbagai sumber energi terbarukan tersebut. 2.1.4.1 Bioethanol Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Brazil, dengan 320 pabrik bioethanol, adalah negara terkemuka dalam penggunaan serta ekspor bioethanol saat ini [5]. Di tahun 1990-an, bioethanol di Brazil telah menggantikan 50% kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi [8]; ini jelas sebuah angka yang sangat signifikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Bioethanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun dia mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18% di Brazil. Dalam hal prestasi mesin, bioethanol dan gasohol (kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin; bahkan dalam beberapa hal, bioethanol dan gasohol lebih baik dari bensin. Pada dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 neto ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, singkong, ubi, dan sagu; ini merupakan jenis tanaman yang umum dikenal para petani di tanah air. Efisiensi produksi bioethanol bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak digunakan sebagai bahan bakar yang bisa menghasilkan listrik. 2.1.4.2 Biodiesel Serupa dengan bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa negara, seperti Brazil dan Amerika, sebagai pengganti solar. Biodiesel didapatkan dari minyak tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar, kapok, dsb [4]. Beberapa lembaga riset di Indonesia telah mampu menghasilkan dan menggunakan biodiesel sebagai pengganti solar, misalnya BPPT serta Pusat Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Kandungan sulfur yang relatif rendah serta angka cetane yang lebih

16

17

tinggi menambah daya tarik penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti telah diketahui, tingginya kandungan sulfur merupakan salah satu kendala dalam penggunaan mesin diesel, misalnya di Amerika. Serupa dengan produksi bioethanol, pemanfaatan bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi biodiesel perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat, bioethanol dan biodiesel merupakan dua kandidat yang bisa segera diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 2.1.4.3 Tenaga Panas Bumi Sebagai negara yang terletak di daerah ring of fire, Indonesia diperkirakan memiliki cadangan tenaga panas bumi tak kurang dari 27 GW [16]. Jumlah tersebut tidak jauh dari daya total pembangkitan listrik nasional yang saat ini mencapai 39.5 GW [14]. Pemanfaatan tenaga panas bumi di Indonesia masih sangat rendah, yakni sekitar 3% [16]. Tenaga panas bumi berasal dari magma (yang temperaturnya bisa mencapai ribuan derajad celcius). Panas tersebut akan mengalir menembus berbagai lapisan batuan di bawah tanah. Bila panas tersebut mencapai reservoir air bawah tanah, maka akan terbentuk air/uap panas bertekanan tinggi. Ada dua cara pemanfaatan air/uap panas tersebut, yakni langsung (tanpa perubahan bentuk energi) dan tidak langsung (dengan mengubah bentuk energi). Untuk uap bertemperatur tinggi, tenaga panas bumi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memutar turbin dan generator yang selanjutnya menghasilkan listrik. Sedangkan uap/air yang bertemperatur lebih rendah (sekitar 100 oC) bisa dimanfaatkan secara langsung untuk sektor pariwisata, pertanian, industri, dsb. Dengan adanya UU No 27 Tahun 2003 tentang panas bumi serta inventarisasi data panas bumi yang telah dilakukan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral [16], maka eksploitasi tenaga panas bumi ini bisa segera direalisasikan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil.

17

18

2.1.4.4 Mikrohidro Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil (bisa mencapai beberapa ratus kW). Relatif kecilnya energi yang dihasilkan mikrohidro (dibandingkan dengan PLTA skala besar) berimplikasi pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal tanah yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum terjangkau listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air 2.5 m bisa dihasilkan listrik 400 W [7]. Potensi pemanfaatan mikrohidro secara nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang dimanfaatkan saat ini baru sekitar 600 MW [1]. Meski potensi energinya tidak terlalu besar, namun mikrohidro patut dipertimbangkan untuk memperluas jangkauan listrik di seluruh pelosok nusantara. 2.1.4.5 Tenaga Surya Energi yang berasal dari radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya, energi matahari bisa dijumpai di seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air, dsb, sesungguhnya juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi matahari umumnya terbagi dalam dua jenis, yakni termal dan photovoltaic. Pada sistem termal, radiasi matahari digunakan untuk memanaskan fluida atau zat tertentu yang selanjutnya fluida atau zat tersebut dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Sedangkan pada sistem photovoltaic, radiasi matahari yang mengenai permukaan semikonduktor akan 18

19

menyebabkan loncatan elektron yang selanjutnya menimbulkan arus listrik. Karena tidak memerlukan instalasi yang rumit, sistem photovoltaic lebih banyak digunakan. Sebagai negara tropis, Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari yang hampir sama sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 [2]. Meski terbilang memiliki potensi yang sangat besar, namun pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua kendala serius: rendahnya efisiensi (berkisar hanya 10%) dan mahalnya biaya per-satuan daya listrik. Untuk pembangkit listrik dari photovoltaic, diperlukan biaya US $ 0.25 - 0.5 / kWh, bandingkan dengan tenaga angin yang US $ 0.05 - 0.07 / kWh, gas US $ 0.025 - 0.05 / kWh, dan batu bara US $ 0.01 - 0.025 / kWh [13]. Pembangkit lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara maju serta terus mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala yang ada. 2.1.4.6 Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total pembangkit listrik yang berasal dari tenaga angin di seluruh dunia berkisar 17.5 GW [17]. Jerman merupakan negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin terbesar, yakni 6 GW, kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2 GW [17]. Listrik tenaga angin menyumbang sekitar 12% kebutuhan energi nasional di Denmark; angka ini hendak ditingkatkan hingga 50% pada beberapa tahun yang akan datang. Berdasar kapasitas pembangkitan listriknya, turbin angin dibagi dua, yakni skala besar (orde beberapa ratus kW) dan skala kecil (dibawah 100 kW). Perbedaan kapasitas tersebut mempengaruhi kebutuhan kecepatan minimal awal (cut-in win speed) yang diperlukan: turbin skala besar beroperasi pada cut-in win speed 5 m/s sedangkan turbin skala kecil bisa bekerja mulai 3 m/s. Untuk Indonesia dengan estimasi kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih cocok digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah 19

20

yang berkecepatan angin lebih tinggi (Sumatra Selatan, Jambi, Riau [10], dsb) bisa dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki kecepatan angin ratarata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya lebih besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/s akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan, dsb 2.2 2.3 Limbah Amonia Amonia secara alamiah terjadi di alam dalam konsentrasi rendah pada tempattempat yang tidak tercemar. Pada konsentrasi yang lebih tinggi akan meracuni organisme yang ada di perairan dengan skala yang luas. Ikan merupakan spesies yang paling sensitif terhadap perubahan konsentrasi amonia di dalam perairan (Van Katwijk, 1997). Dalam larutan air amonia berada dalam bentuk terionisasi (NH4+) maupun tidak terionisasi (NH3). Konsentrasi relatif dari masing-masing jenis tergantung dari beberapa faktor diantaranya pH dan suhu. Sifat racun dari amonia berhubungan dengan konsentrasi dari bentuk tak terionisasi (NH3). Sifat racun dari amonia tak terionisasi ini akan tinggi pada lingkungan dengan suhu yang rendah dan pH tinggi. Sedangkan pada pH yang rendah sebagian besar dari amonia akan terionisasi menjadi ion amonium (NH4+). Konsentrasi amonia diatas 0,11 mg/ L akan menimbulkan resiko gangguan pertumbuhan pada semua spesies ikan laut (PersonLe Ruyet 1998). Untuk tumbuhan air konsentrasi amonium pada 25 mikromol per liter menyebabkan spesies Zostera marina mati setelah lima minggu (Van Katwijk, 1997). Selain baunya, amonia dalam bentuk gas merupakan polutan yang berbahaya terutama jika terhirup ke dalam sistem pernafasan. Bahaya tersebutdiantaranya

20

21

menyebabkan iritasi hidung dan tenggorokan, penyakit paru-paru kronis, batuk, asma dan pengerasan paru-paru. Sedangkan pada kulit dan mata dapat menyebabkan luka seperti terbakar, katarak dan gloukoma.

2.3 Proses Elektrolisis Amonia Elektrolisis ammonia dapat dilakukan di dalam larutan alkali. Reaksi yang terjadi dijelaskan pada gambar 2.1. Di anoda : oksidasi ammonia 2 NH3 + 6 OH- N2 + 6 H2O + 6e Di katoda : reduksi air 2 H2O + 2 e - H2 + 2 OHReaksi keseluruhan 2 NH3 N2 + 3 H2

E0 = - 0,77 V E0 = 0,82 V E0 = 0,059 V

Gambar 2.1. Rangkaian Alat Elektrolisis Ammonia Beserta Reaksi yang Terjadi dan Potensial Reaksi (Sumber :Matthew, 2006) Pada suhu 25o C , oksidasi ammonia mempunyai potensial sebesar 0.77 V versus Standard Hydrogen Electrode (SHE) , hanya 0.06 V lebih negative daripada evolusi hydrogen dalam larutan alkali (-0.83 V). Namun demikian produksi hydrogen dengaan oksidasi ammonia secara termodinamik lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan produksi hydrogen dengan elektrolisis air . Secara teoritis voltase sel untuk elektrolisa ammonia sebesar 1.23 V. Kebutuhan energi teoritis selama proses elektrolsis ammonia dapat dihitung dari potensial standar dari sel yaitu sebesar 1.55 Wh /g H2 , sedangkan elektrolisis air membutuhkan sedikitnya 33 Wh / g H2 pada kondisi standar. Hal ini berarti energi yang dibutuhkan untuk elektrolisa ammonia 95 % lebih rendah jika dibandingkan dengan elektrolisa air. (Oxtoby , 2001). 2.4 Fuel Cell sebagai Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Hidrogen

21

22

Fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. Dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan hidrogen. Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia. Reaksi di anoda adalah 2H2 4H+ + 4e- dan reaksi di katoda adalah O2 + 4H+ + 4e- 2H2O. Sehingga keseluruhan reaksi yang terjadi adalah 2H2 + O2 2H2O. dihasilkan aliran elektron yang menghasilkan listrik serta energi panas. Untuk menghasilkan daya yang besar dibutuhkan barlapis-lapis unit fuel cell yang dikumpulkan menjadi satu unit yang disebut fuel cell stack (Eniya dkk, 2005). Berdasarkan penelitian Eniya dkk (2008) menggunakan jenis Fuel Cell PEMFC (Proton exchange membrane Fuel Cell) dengan aliran hidrogen 1 L/menit dan aliran oksigen yang dipertahankan tekanannya pada 0-5 psi dihasilkan data yang dijelaskan pada tabel 2.1. Rangkaian alat stack ini disusun seperti pada gambar 2. Tabel 2.1. Data Daya Yang Dihasilkan Fuel Cell Jenis PEMFC Unit Potensial Arus Daya (V) (I) (W) 1 0,434 1,551 0,67 5 1,908 6,036 11,517 20 8,697 21,140 187,66 (Sumber : Eniya dkk, 2008)

Gambar 2.2. Prototype Stack 20 Cell (Sumber : Eniya dkk, 2008)

22

23

BAB III METODE PENULISAN

3.1

Tahapan Penulisan

Penyusunan karya tulis ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses penulisannya yang dilakukan sebagai landasan untuk pengembangan konsep dasar dalam perumusan permasalahan yang diangkat. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap perumusan tema dan permasalahan Tahapan ini merupakan suatu awal bagi perumusan keseluruhan isi karya tulis. Penentuan tema dan penjabaran masalah-masalah yang diangkat merupakan tujuan dalam tahap ini yang dapat dianalogikan sebagai suatu pijakan pertama bagi keselanjutan proses dalam penyelesaian karya tulis. Tahap pengumpulan landasan teori dan data

Tahap pengumpulan teori merupakan tahap lanjutan dari penjabaran permasalahan. Tahap ini secara makro memiliki tujuan mencari beberapa teori dan data atau informasi yang memiliki relevansi dengan penjabaran permasalahan dan studi kasus yang diangkat dalam penyusunan karya tulis. Tahap analisis

23

24

Tahap penganalisaan data dan teori yang digunakan dalam penulisan, dirumuskan dalam tahapan ini. Keduanya akan disintesa dan dihubungkan dengan permasalahan yang diangkat sehingga hubungan keduanya jelas dan dapat ditemukan beberapa alternatif solusinya. Tujuan utama dalam tahap ini adalah mencapai tujuan yang telah dijabarkan dalam tahapan pendahuluan yang dikemukakan pada bagian awal penulisan.

24

12

Tahapan kesimpulan dan rekomendasi

Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan menjadi satu pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif. Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari keseluruhan isi penulisan akan ditemukan beberapa alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang dibahas.

3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan beberapa metode-metode yaitu : Tinjauan pustaka Data-data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang diperoleh dari perpustakaan yang memiliki relevansi dengan pembahasan. Tinjauan media Informasi-informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari internet, media cetak dan media elektronik Informasi yang diperoleh dalam tinjauan ini merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.

3.3

Metode Analisis

Metode pendekatan pada proses analisa yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini adalah, Metode analisa deskriptif yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang dikaji.

26

26

13

Metode analisa komparatif untuk melihat perbandingan gagasan yang ditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan. 3.4 Kerangka Berpikir Tulisan ini memiliki kerangka berpikir dalan proses penulisannya. Kerangka atau alur berpikir digunakan untuk mempermudah proses penulisan. Adapun kerangka berpikir dalam tulisan ini akan dijelaskan pada gambar 3.1 berikut ini.
IDE TULISAN Semakin berkurangnya cadangan air di Indonesia dan masalah pencemaran lingkungan. Kurangnya pengembangan teknologi aplikatif dalam pengolahan limbah amonia. TINJAUAN PUSTAKA Krisis air, kondisi sumber daya air di Indonesia, dan upaya mengurangi krisis air Limbah Amonia, elekrolisis amonia

Teknik Pengolahan limabah yang telah dikembangkan


EKSPLORASI PERMASALAHAN Perkembangan pengolahan air bersih yang ada di masyarakat kurang optimal dan masih mengakibatkan krisis air bersih. Limbah air amonia mengakibatkan krisis air dan masalah lingkungan Kurangnya pemanfaatan limbah air amonia.

INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAH AIR LIMBAH AMONIA A-WET UNTUK PEMUKIMAN DAN SKALA PABRIK PENERAPAN A-WET
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penulisan

15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gagasan Konsep Inovasi Amonia Fuel Cell (AFC) sebagai Teknologi Penghasil Energi yang Ramah Lingkungan AFC merupakan inovasi teknologi pengolahan air limbah amonia yang kontinu dan multi fungsi. Teknologi ini berperan dalam menghasilkan air bersih melalui proses elektrolisis limbah yang mengandung amonia. Konsep ini multifungsi karena teknologi ini bekerja sebagai penghasil air murni kontinu dan penghasil gas hidrogen untuk bahan bakar dan energi serta menghasilkan gas nitrogen untuk bahan baku industri. Desain teknologi A-WET dapat dilihat pada gambar 4.1 (lampiran 1).

Gambar 4.1 Teknologi Pengolahan Air Limbah Amonia A-WET

16

A-WET

mengolah limbah dengan kadar ammonia tinggi. Cara kerja alat ini

menggunakan konsep pengendapan dan elektrolisis sehingga tidak dihasilkan hasil samping yang berbahaya. Setelah limbah melewati keseluruhan proses, akan dihasilkan air bersih, hidrogen, nitrogen, dan kompos (lampiran 1). Pembuatan AWET juga sederhana (lampiran 2). Komponen-komponen yang menyusun unit teknologi A-WET terdiri dari: 1) Tangki Limbah yang berguna untuk penampung limbah sementara. 2) Clarifier untuk mengendapkan pengotor atau lumpur limbah. 3) Komposter untuk menampung pengotor atau lumpur limbah. 4) Filter untuk menyaring pengotor yang lolos dari proses pengendapan sebelumnya agar air ammonia siap dielektrolisis. 5) Elektrolisis Box sebagai tempat terjadinya proses elektrolisis ammonia. 6) Tangki Penampung Hidrogen dan Tangki Penampung Nitrogen. 7) Power Suply untuk menyediakan energi listrik untuk proses elektrolisis. 8) Kran Air sebagai tempat keluarnya air bersih. Berikut proses cara kerja teknologi A-WET : a) Limbah dengan kandungan amonia ditampung dalam tangki limbah. b) Limbah dialirkan menuju clarifier untuk mengendapkan partikel pengotor. Endapan tersebut selanjutnya akan ditampung dalam komposter. Endapan ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. c) Limbah mengalir menuju pipa yang memiliki filter. Limbah difiltrasi untuk menyaring pengotor yang tidak terendapkan. d) Limbah yang sudah bebas dari bahan pengotor dialirkan menuju elektrolisis box. Disini ditambahkan basa seperti kalium hidroksida untuk mempercepat reaksi sehingga terjadi proses elektrolisis ammonia dengan reaksi kimia : Di anoda : oksidasi ammonia 2NH3 + 6 OH- N2 + 6 H2O + 6eDi katoda : reduksi air 2H2O + 2 e- H2 + 2 OHE0 = 0,82 V vs SHE E0 = - 0,77 V vs SHE

30

Reaksi keseluruhan

30

17

2NH3 N2 + 3 H2

E0 = 0,059 V

Power supply yang digunakan oleh A-WET adalah sebuah power supply bertegangan 12 volt agar menghasilkan volume H2 lebih banyak. Untuk menghasilkan arus DC sebesar 12 volt di perlukan AC to DC converter. Dalam proses ini dihasilkan gas nitrogen sebanyak 3,46 L dan hidrogen sebanyak 5,28 L (lampiran 3). Gas nitrogen dapat dijual kembali sebagai bahan baku industri sementara gas hidrogen dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan sumber energi (fuel cell) misalnya untuk brown gas, kompor hidrogen dan bahan bakar kendaraan. e) Setelah limbah melewati elektrolisis box, maka kadar ammonia dalam limbah tereduksi hampir 100% sehingga akan dihasilkan air yang jernih dan tidak berbahaya bagi lingkungan, akan tetapi masih memerlukan proses lebih lanjut untuk kegiatan rumah tangga. 4.3 Langkah-langkah Penerapan Teknologi A-WET Teknologi ini diterapkan di pemukiman sesuai dengan bagan plant yang terintegrasi (lampiran 5). Hal ini dikarenakan lingkungan pemukiman memiliki kepadatan penduduk yang tinggi sehingga memiliki intensitas produksi limbah air amonia yang besar. Berikut adalah alur penerapan teknologi pengolah limbah AWET. Survey Lapangan dan Pengumpulan fakta Menganalisa dan Merumuskan masalah Studi Literatur Persiapan perijinan Perencanaan Teknis Penerapan Teknologi Penerapan Teknologi Pra Penerapan Teknologi

32

32

18

Sosialisasi Penyediaan partisi unit A-WET Pembuatan unit A-WET Persiapan lapangan Penerapan teknologi A-WET Pembangunan unit tambahan Evaluasi Monitoring, pengembangan, dan perluasan penerapan teknologi di daerah pemukiman yang lain Pasca Pasca penerapan Teknologi Penerapan Teknologi

Gambar 4.2 Blok Diagram Alur Penerapan Teknologi A. Tahap Pra Penerapan Teknologi a. Survey lapangan dan pengumpulan fakta Tahap awal penyusunan program ini adalah survey lapangan dan pengumpulan fakta. Survey ini bertujuan untuk melihat langsung kondisi pemukiman sasaran, khususnya plant pengolahan limbah amonia industri tersebut, dengan permasalahannya. Hasil survey berupa fakta lapangan yang menjadi dasar kuat perlunya diterapkan teknologi inovatif pada industri sasaran tersebut. b. Menganalisa dan merumuskan permasalahan Menghimpun fakta dan informasi yang didapat di lapangan kemudian menentukan ide berupa teknologi yang efektif dan efisien untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah air amonia.

34

34

19

c. Studi literatur Untuk mempertajam gagasan ide, maka dilakukan studi literatur melalui media internet dan buku mengenai kajian terhadap limbah amonia dan dampaknya, teknologi elektrolisis dan cara-cara mengatasi limbah tersebut. B. Tahap Penerapan Teknologi a. Persiapan Permohonan izin dan kerjasama kepada masyarakat dan pemerintah setempat penerapan teknologi. b. Perencanaan teknis penerapan teknologi Menyusun rencana penerapan teknologi A-WET sebagai penyelesaian masalah pengolahan limbah amonia yang tidak efektif dan efisien di industri sehingga masih menyisakan masalah terhadap lingkungan. Tahapan perencanaan teknis ini meliputi penelitian dan kalkulasi terhadap limbah yang dihasilkan dan mendesain kembali teknologi yang akan diterapkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan pada sistem dan kecelakaan. c. Sosialisasi Sosialisasi kepada masyarakat setempat tentang pencemaran dan manfaat terhadap teknologi ini sehingga warga turut mendukung pembangunan unit teknologi A-WET d. Penyediaan partisi unit A-WET Menyediakan dengan cara pemesanan atau pembuatan langsung partisipartisi yang dibutuhkan untuk membuat unit A-WET. e. Pembuatan unit A-WET Setelah seluruh partisi serta alat yang dibutuhkan tersedia, selanjutnya merangkai dan membuat unit teknologi A-WET. Pembuatan ini dilaksanakan di bengkel.

36

36

20

Berikut ini disajikan skema pembuatan A-WET. Bahan Baku Pembuatan rangka Pengerjaan Electrolysis Box, Engine box, Fuel Tank Pembuatan sistem aliran air dan gas Pemasangan komponen sistem Pengerjaan eksterior desain Pengerjaan eksterior desain Unit A-WET
Gambar 4.3 Skema Pembuatan A-WET

g.

Persiapan lapangan yang dilakukan adalah pembangunan sistem

Persiapan-persiapan

pengolahaan air limbah yang diintegrasikan. Hal ini dilakukan dengan pemasangan pipa dari rumah-rumah menuju pusat pengolahan air limbah. Pusat pengolahan inilah yang nantinya akan dibangun unit A-WET. h. Penerapan teknologi A-WET Setelah pembuatan unit dan persiapan lapangan selesai dilaksanakan maka unit A-WET diletakkan pada pusat pengolahan air limbahnya yang selanjutnya difungsikan untuk mengolah air limbah untuk pemukiman. i. Pembangunan unit tambahan Untuk memanfaatkan hidrogen dan nitrogen yaang dihasilkan dari unit AWET maka diperlukan pembangunan unit baru, yaitu unit fuel cell sebagai pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen dan unit penampung dan

38

penyimpan nitrogen yang dapat dimanfaatkan kembali ataupun dijual untuk bahan baku industri.

38

21

C. Tahap Pasca Penerapan Teknologi Sebagaimana yang telah diuraikan dalam luaran, setelah pelaksanaan program ini, akan dilaksanakan beberapa program lanjutan, yaitu dilaksanakan monitoring terhadap unit yang telah diaplikasikan sebagai plant pengolahan limbah, dilakukan pengembangan sehingga teknologi ini menjadi lebih efektif dan efisien, dan dilakukan perluasan penerapan teknologi. 4.3.1 Pihak-Pihak yang Mendukung Terwujudnya Teknologi A-WET

Untuk mewujudkan teknologi A-WET diperlukan peran aktif dari pihakpihak tertentu. Pada tabel 6 dijelaskan pihak yang berperan dalam pembangunan teknologi A-WET dan program yang diterapkan.
Tabel 4.2 Identifikasi Pelaksana Dan Program Yang Diterapkan Pelaksana Pemerintah Kota dan Kabupaten serta masyarakat Kontraktor Kalangan akademisi (mahasiswa/Perguruan Tinggi) / BPPT / Instansi riset Organisasi social masyarakat pemerhati lingkungan hidup Program yang diterapkan Memberikan sumbangan dana dan pemberian ijin pembangunan unit A-WET Penyedia jasa pembuatan dan pemasangan unit A-WET Konsultan dalam pembuatan unit teknologi A-WET serta melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut. Sosialaisasi tentang pentingnya menangani limbah amonia

4.4 Kualitas A-WET Ditinjau dari Segi Lingkungan dan Ekonomi A-WET merupakan inovasi teknologi pengolahan air limbah amonia yang kontinu dan multi fungsi serta aplikatif. Manfaat teknologi ini akan maksimal jika diterapkan sesuai dengan bagan plant terintegrasi pengolahan limbah dan pembangkit listrik seperti pada gambar 4.4 (lampiran 5).

40

40

22

Gambar 4.4 Bagan Plant Terintregasi Pengolahan Limbah Dan Pembangkit Energi (Sumber: Frederic, 2006)

4.4.1

Keuntungan Penerapan A-WET dari Aspek Ekonomi

Kandungan nitrogen dalam limbah ammonia yang berasal dari urin yang dihasilkan manusia tiap harinya sebesar 5,3-14,3 gram/liter per individu. Dengan menggunakan elektrolisis, didapatkan gas hidrogen 17,66% dari berat amonia. Sehingga hidrogen yang dihasilkan untuk pulau Jawa dengan jumlah penduduk 136.610.590 sebesar 186,73 ton. Energi bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah tersebut adalah sebesar 6.821.837 MWh. Secara ekonomi energi sebesar itu yang dihasilkan dari A-WET dapat menghemat cadangan energi di seluruh Pulau Jawa, jika rata-rata tarif listrik pelanggan rumah tangga pelanggan kelas bisnis adalah Rp. 848,50 KWh (PLN, 2011), maka biaya yang dapat dihemat dari penggunaan unit A-WET untuk seluruh pulau Jawa adalah Rp. 5.788 Milyar (lampiran 2). Dengan memanfaatkan energi ini pada pemukiman maka akan sangat membantu masyarakat untuk menghemat pengeluaran

42

dalam pembayaran rekening listrik. Penerapan teknologi A-WET dapat menghemat.

42

23

pengeluaran seluruh pelanggan rumah tangga kelas bisnis di Pulau Jawa sebesar Rp. 5.788 Milyar. 4.4.2 Keuntungan penerapan A-WET dari Aspek Lingkungan

Limbah ammonia yang berasal dari urin manusia tiap harinya adalah sebesar 1500 cc/individu. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang menembus angka 200 juta jiwa lebih, maka jumlah pencemar berupa ammonia yang terdapat di lingkungan jumlahnya sangat membahayakan. Dengan menerapkan teknologi A-WET pada skala pemukiman maka akan membantu untuk mengolah limbah ammonia yang berasal dari urin tersebut. Pengolahan limbah dengan A-WET akan mengolah urin dan menghasilkan buangan berupa air bersih yang dapat dikembalikan lagi ke alam. Teknologi ini dapat memulihkan kembali kondisi lingkungan yang telah tercemar dengan men-treatment limbah ammonia tersebut. Proses pengolahan relative aman yaitu menggunakan metode elektrolisis. Dari ammonia yang terkandung di dalam urin tersebut nantinya akan dihasilkan gas hidrogen yang merupakan energi alternative yang ramah lingkungan. Selain itu sumber energi yang dihasilakan juga dapat menghemat penggunaaan listrik secara konvensional yang hanya mengandalkan energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan. Hasil buangan selama proses elektrolisis berlangsung adalah berupa air bersih, air bersih hasil elektrolisis ini nantinya akan dikembalikan lagi ke sungai, danau, dan tempat penampungan air yang dapat diolah lebih lanjut dan dapat menjaga kontinuitas pasokan air bersih di Indonesia.

44

44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dalam penulisan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengolahan limbah dengan cara elektrolisis merupakan pengolahan limbah yang paling efektif dan efisien diantara teknik-teknik pengolahan limbah yang lain. 2. Teknologi A-WET mengatasi limbah amonia dengan cara mengelektrolisis amonia sehingga dihasilkan air bersih yang aman terhadap lingkungan, hidrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang bersih dan nitrogen yang dapat dimanfaatkan kembali dan sebagai bahan baku industri pupuk. 3. Langkah-langkah penerapan teknologi A-WET terdiri dari survey, analisis masalah, studi literature, perijinan, perencanaan, sosialisasi, pembuatan unit, persiapan lapangan, penerapan teknologi dan perluasan penerapan teknologi. Perwujudan penerapan teknologi ini perlu didukung oleh pihak pemerintah, swasta dan mesyarakat setempat. 4. Manfaat teknologi A-WET (Amonia Wastewater Treatment) akan maksimal jika disesuaikan dengan bagan plant terintegrasi pengolahan limbah dan pembangkit listrik. Penerapan A-WET juga memiliki keuntungan baik dalam aspek ekonomi maupun lingkungan. 5.2 Saran Untuk keseluruhan penulisan dapat dibuat beberapa saran, yaitu :

46

1. Menentukan proses pretreatment limbah yang paling efektif dan efisien sebelum dilakukan proses elektrolisa.

46

25

2. Pemerintah hendaknya mengadakan sosialisasi dan mengoptimalkan

penggunaan A-WET (Amonia Wastewater Treatment) guna mengatasi krisis air dan permasalahan lingkungan.
3. Kalangan peneliti hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut tentang

pengolahan limbah ammonia ini sehingga pengembangan dari proses pengolahan limbah ammonia ini kedepannya bisa lebih maksimal lagi sehingga benar-benar bisa menjadi solusi mengatasi pencemaran lingkungan, krisis air, dan juga masalah krisis energi.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta. 1999. Environment, Wastewater Management Review for the fertilizer Manufacturing Sector, Environment sciences Division Environmental Service Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Data Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa. BPS. Jakarta Eniya dkk. 2008. Pengembangan dan Aplikasi Fuel Cell. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Frederic Vitse and Gerardine G. Botte. 2006. Ammonia Elektrolysis to Power a Hydrogen Fuel Cell : Case Study of an Integrated System. Departement of Chemical Engineering Russ College of Engineering and Technology Ohio University. Ganong, 2010. Anatomi Manusia. Erlangga. Jakarta Liang Li dan Yan Liu. 2009. Ammonia Removal in Electrochemical Oxidation: Mechanism and Pseudo-kinetics, Journal of Hazardous Materials, vol 161 hal. 1010-1016. Matthew Cooper and Gerardine G. Botte. 2006. Hydrogen Production from the Electro-oxidation of Ammonia Catalyzed by Platinum and Rhodium on Raney Nickel Substarte, Journal of The Electrochemical Society, 153 ( 10 ) A1894-A1901

Marfai, Aris. 2008. Krisis Air, Tantangan Manajemen Sumberdaya Air. www.wahanahijau.wordpress.com/2008/05/07/krisis-air-tantanganmanajemen-sumberdaya-air. (9 Februari 2011) Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta. Erlangga Person-Le Ruyet , J., Boeuf, G. 2006. Ammonia, a potential Toxic to Fish : Application to turbot. Bulletin Francais de la Peche et de la Pisciculture 350-51 :393-412 Perusahaan Listrik Negara. 2011. Tarif Listrik. PLN. Jakarta Suara Pembaruan Daily. Kerusakan Lingkungan Penyebab Utama Kekeringan. www.suarapembaruan.com. (9 Februari 2011) Ted Hollinger. 2008. AmmoniaFueled Engines ; Updated and New technology, Hydrogen Engine Center, Inc. United States Agency for International Development. 2011. Water Crisis in The Unreachable Area. www.usaid.gov/2010/09/12water-crisis-in-theinreachable-area. (9 Februari 2011) Van Katwijk, M.M., Vergeer, L.H.T., G.H.W., Roelofs, J.G.M. 1997. Ammonium Toxicity in eelgrass Zostera marina, Marine EcologyProgress Series, 157: 159-173 Wikipedia Ensiklopedia Bebas Bahasa Indonesia. 2011. Waste Water Treatment. www.wikipedia.org/Waste_water_treatment.(9 April 2011)

Lampiran 1 Konsep Desain A-Wet

Gambar 1 Teknologi Pengolahan Limbah A-WET

51

51

Lampiran 2 Pencemaran Di Pulai Jawa a. Tiap hari, normalnya, seseorang menghasilkan urin sebanyak 1200-1500 cc yang mengandung 5,3-14,3 gram Nitrogen/liter yang 76-82% adalah ammonia (Ganong, 2001). b. Mengambil nilai rata-rata kandungan nitrogen dalam urin yaitu (5,3+14,3)/2 = 9,8 gram/liter c. Nilai rata-rata presentase senyawa ammonia yaitu (76%+82%)/2 = 79% d. Menghitung ammonia yang dihasilkan tiap orang untuk tiap harinya :
Ammonia = presentase senyawa ammonia x kandungan nitrogen dalam urin Ammonia = 79% x 9,8 Ammonia = 77,4 gram/liter = 0,0774 kg/liter

e. Menjadikan Pulau Jawa sebagai sampel karena memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan menggunakan perhitungan dibawah ini, maka jumlah amonia dapat diketahui sebagai berikut :
Jumlah ammonia = jumlah penduduk x ammonia yang dihasilkan tiap orang

Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Jumlah

Jumlah Penduduk (jiwa) 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 136.610.590

Jumlah Amonia (ton) 74,364 333,236 250,642 26,761 290,070 82,293 1.057,366

Lampiran 3 Analisis Keuntungan f. Tiap hari, normalnya, seseorang menghasilkan urin sebanyak 12001500 cc yang mengandung 5,3-14,3 gram Nitrogen/liter yang 76-82% adalah ammonia (Ganong, 2001). g. Mengambil nilai rata-rata kandungan nitrogen dalam urin yaitu (5,3+14,3)/2 = 9,8 gram/liter h. Nilai rata-rata presentase senyawa ammonia yaitu (76%+82%)/2 = 79% i. Menghitung ammonia yang dihasilkan tiap orang untuk tiap harinya :
Ammonia = presentase senyawa ammonia x kandungan nitrogen dalam urin Ammonia = 79% x 9,8 Ammonia = 77,4 gram/liter = 0,0774 kg/liter

j. Menjadikan Pulau Jawa sebagai sampel karena memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan menggunakan perhitungan dibawah ini, maka jumlah amonia dapat diketahui sebagai berikut :
Jumlah ammonia = jumlah penduduk x ammonia yang dihasilkan tiap orang

Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Jumlah

Jumlah Penduduk (jiwa) 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 136.610.590

Jumlah Amonia (ton) 74,364 333,236 250,642 26,761 290,070 82,293 1.057,366 (Sumber : BPS 2011)

k. Menggunakan elektrolisis, didapatkan gas hidrogen 17,66% dari berat amonia. Sehingga hidrogen yang dihasilkan untuk pulau Jawa adalah : 1.057,366 x 17,66% = 186,73 ton l. Dengan asumsi keadaan gas pada kondisi standar (25 o C ; 1 atm) maka volume gas adalah : PxV=nxRxT P x V = m/Mr x R x T 1 x V = 183.730.000/2 x 0,082 x 298

V = 2.244.813.000 L m. Dengan berdasar pada data hasil penelitian Eniya dkk tahun 2008, bahwa menggunakan jenis Fuel Cell PEMFC (Proton exchange membrane Fuel Cell) dengan aliran hidrogen 1 L/menit dan aliran oksigen yang dipertahankan tekanannya pada 0-5 psi menghasilkan daya 187,66 Watt dengan arus 21,140 A. Jadi tiap 0,0167 L hidrogen menghasilkan daya 187,66 per detiknya. Jadi energi listrik yang dihasilkan adalah 675,576 KWh tiap 60 L hydrogen. n. Sementara energi listrik untuk unit A-WET sendiri adalah 27,9 W/gram H2. Jadi untuk mengolah 60 L hidrogen, daya yang dibutuhkan adalah adalah 137 W. Jadi energi yang dibutuhkan tiap jamnya adalah 493,239 KWh. o. Jadi energi bersih yang dihasilkan adalah 675,576 KWh 493,239 KWh = 182,336 KWh p. Merujuk pada volume hidrogen yang dihasilkan di Pulau Jawa, maka energi yang dapat dihasilkan adalah : 2.244.813.000/60 L x 182,336 KWh = 6.821.837.000 KWh = 6.821.837 MWh q. Jika rata-rata tarif listrik pelanggan rumah tangga pelanggan kelas bisnis adalah Rp. 848,50 KWh (PLN, 2011), maka biaya yang dihasilkan dari penggunaan unit A-WET untuk seluruh pulau Jawa adalah : 6.821.837.000 KWh x Rp. 848,50 = Rp. 5.788.328.000.000,00 = Rp. 5.788 Milyar

55

55

Lampiran 4

57

57

Lampiran 5

Manfaat Teknologi A-WET Sesuai dengan Bagan Plant Pengolahan Limbah Dan Pembangkit Energi Pengolahan limbah yang mengandung ammonia untuk menghasilkan hidrogen yang digunakan untuk fuel cell akan menghasilkan energi yang dapat dimanfaaatkan untuk memenuhi kebutuhan sebagian energi (listrik) untuk masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat sistem yang terintegrasi antara plant pengolahan limbah, plant elektrolisa ammonia dan system pembangkit energi. Secara umum bagan plant terintregasi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4. Limbah dari tiap-tiap rumah yang mengandung ammonia dialirkan menuju pusat pengolahan limbah. Lalu dielektrolisis dengan memanfaatkan power supply. Dari elektrolisis diperoleh gas nitrogen (N2) dan hidrogen (H2). Gas hidrogen diumpankan sebagai bahan bakar pada fuel cell untuk menghasilkan energi listrik dan dapat dimanfaatkan untuk mensuplai energi untuk masyarakat. Gas nitrogen yang dihasilkan dapat dilepas ke udara atau diambil untuk dijual dan menjadi bahan baku industri pupuk. Air limbah yang telah ditreatmen dengan elektrolisis dapat dibuang ke lingkungan atau ditampung dalam waduk untuk diolah lebih lanjut supaya layak minum.

Gambar 4.4 Bagan plant terintregasi pengolahan limbah dan pembangkit energi (Sumber: Frederic, 2006)

59

59

BIODATA

Nama Nama Panggilan Jenis Kelamin Agama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Asal Telephone/Handphone Email RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1998 2004 2004 2007 2007 2010 2010 - sekarang

: ANGGA PRADIKTA CAHYONO PURBA : ANGGA : Laki-laki : Islam : Jember, 21 Januari 1991 : Jl. Kaliurang Perum PTP No. 14 Jember : 085746081879 : anggapradiktacp@yahoo.com

Tingkatan SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Institusi SDN Jember Lor III SMPN 2 Jember SMAN 1 Jember FTI - Teknik Kimia ITS

PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA 1. Juara 1 PPKM-GT 2010 Jurusan Teknik Kimia ITS

Karya tulis yang pernah dibuat: GEOBACTER GUNA METALLIREDUCENS ENERGI MICROBIAL ALTERNATIF FEUL YANG Penulis, CELL :

PEMANFAATAN AKTIVITAS BAKTERI PENGURAI LOGAM BERAT MENGHASILKAN RAMAH LINGKUNGAN

( ANGGA PRADIKTA) NRP: 2310100080

Nama Nama Panggilan Jenis Kelamin Agama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Asal Telephone/Handphone Email RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1998 2004 2004 2007 2007 2010 2010 - sekarang

: TEGUH SAPUTRA : TEGUH : Laki-laki : Islam : Pasuruan, 15 Februari 1992 : Jl. Imam Bonjol 9/12B Pasuruan : 085646704868 : tegoeh_moc@yahoo.co.id

Tingkatan SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Institusi SDN Bugul Lor SMPN 1 Pasuruan SMAN 1`Pasuruan FTI - Teknik Kimia ITS

PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA 1. Juara 1 OSN Kimia Tingkat Kota Pasuruan 2. Australian Nasional Chemistry Quiz certificate of merit Credit 3. Australian Nasional Chemistry Quiz certificate of merit Distinction

Karya tulis yang pernah dibuat: FRUITY FRESH ME (F2 Me) : INOVASI MINYAK ANGIN FRUITHERAPHY YANG MENYEGARKAN DAN EKONOMIS SEBAGAI USAHA KREATIF Penulis,

( TEGUH SAPUTRA) NRP: 2310100080

Nama Nama Panggilan Jenis Kelamin Agama Tempat / Tanggal Lahir Alamat Asal Telephone/Handphone Email RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1998 2004 2004 2007 2007 2010 2010 - sekarang

: FAJAR MARDHI HUTAMA : FAJAR : Laki-laki : Islam : Probolinggo, 14 Desember 1991 : Probolinggo : 085746160334 : hutama.mardhi@gmail.com

Tingkatan SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Institusi SDN Sebaung 1 SMPN 1 Probolinggo SMAN 1 Probolinggo FTI - Teknik Kimia ITS

PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA 1. Juara 1 OSN Kimia Tingkat Kota Probolinggo

Karya tulis yang pernah dibuat: -

Penulis,

( FAJAR MARDHI H.) NRP: 2310100112

BIODATA DOSEN PEMBIMBING Nama Lengkap dan Gelar Golongan Pangkat NIP Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas/Program Studi Perguruan Tinggi Bidang Keahlian Waktu pembimbingan : Donny Satria Bhuana, S. T., M.Eng : III / a : 1981 03 03 2006 04 1002 : Asisten Ahli : Dosen Pengajar Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya : Fakultas Teknologi Industri / Teknik Kimia : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya : Teknologi Proses Kimia : 2 Jam/minggu

Anda mungkin juga menyukai