Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ke tahun jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka kita akan merasakan
suatu perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini semakin panas dan cuaca menjadi tidak
menentu. Para ahli menyebutnya dengan istilah pemanasan global atau global warming, dimana
terjadi peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca.

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa
(stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas
tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca
di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka
terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu
berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama beberapa dekade terakhir ini
menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi ini terkait langsung dengan gas-gas
rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin maju
perkembangan zaman maka teknologi pun semakin maju, mau tidak mau manusia juga akan
mangikuti perkembangan tersebut. Salah satunya adalah pemakaian bahan bakar fosil yang
menghasilkan kontributor pemanasan global yaitu carbondioksida (CO2), metana (CH4) yang
dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak),
nitrogen oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan (CFC). Diamana gas-gas tersebut sangat sulit untuk diuraikan di atmosfer bumi.
Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin
memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang
tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, diperoleh beberapa rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Aspek apa yang termasuk dalam arsitektur lingkungan?


2. Bagaimana kerusakan lingkungan itu bisa terjadi?
3. Apa penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon?
4. Apa pengertian efek dari rumah kaca dan penyebabnya?
5. Bagaimana pengaruh efek rumah kaca terhadap penipisan lapisan ozon?
6. Bagaimana keterkaitan arsitektur dengan pemanasan bumi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui aspek tentang arsitektur lingkungan


2. Untuk mengetahui bagaimana kerusakan lingkungan itu bisa terjadi
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon
4. Untuk mengetahui pengertian efek dari rumah kaca dan penyebabnya
5. Untuk mengetahui pengaruh efek rumah kaca terhadap penipisan lapisan ozon
6. Untuk mengetahui keterkaitan arsitektur dengan pemanasan bumi

1.4 Manfaat

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan


dalam makalah ini tercakup secara teoritis dan secara praktis yang meliputi:

1. Secara teoritis
Makalah ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan tentang mengetahui
dampak penipisan lapisan ozon akibat efek rumah kaca.
2. Secara praktis
Tujuan praktis dari makalah ini adalah: Mendorong Dosen, Mahasiswa dan
Pembaca untuk dapat memahami dan mengetahui tentang penipisan lapisan ozon
akibat efek rumah kaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arsitektur Lingkungan


Arsitektur lingkungan adalah ilmu bangun membangun yang berkaitan dengan
perencanaan tata kota, landscape planning, urban design, interior maupun eksterior yang
memperhatikan kondisi fisik sumber daya alam yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya,
bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau
(green architecture) karena sama – sama berhubungan dengan sumber daya alam.

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup


keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga
dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal
ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan
arsitektur pada umumnya. Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang
menggambarkan tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan
menjadi pembangunan berkesinambungan.

Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak untuk
desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas
dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan
kenyamanan.

Dalam mengusung tema Arsitektur Lingkungan ada beberapa aspek yang


mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:

2.1.1 Material Organik

Material yang di maksud secara ekologi adalah material yang ramah lingkungan, dan
mudah di dapat, sebenarnya tidak larangan jika harus menggunakan bahan – bahan modern
yang ada, hanya saja volume penggunaan yang harus ada kesepakatan, di samping bahan
konvensional secara umum dan moderen, material Ekologis secara spisifikasi dapat kita
bedakan sebagai berikut:

3
 Pondasi, dapat menggunakan material: batu kali, batu gunung, kayu / bamboo sebagai
pasak bumi.
 Dinding, dapat menggunakan bahan bamboo, batu bata, kayu, tanah liat, bahan daur
ulang dari kertas.
 Jendela, dapat menggunakan kayu, bamboo, kertas, secara teknis dapat kita gunakan
sebagai tirai atap, dapat menggunakan daun – daunan, bambu, kayu, dan lainnya.

2.1.2 Sirkulasi Udara

Bangunan Ekologi secara umum memaksimalkan sirkulasi udara secara alami dan
meminimalkan penggunaan udra buatan seprti AC, Kipas angin, Exhause, dll. Jendela serta
ventelasi yang di terapkan pada bangunan haru s juga di sesuai dengan arah angin, penerapan
atap bangunan tradisional adalah salah satu solusi untuk memberikan kenyamanan dalam
ruang,atap yang tinggi juga membuat udara dapat mengatur pola sirkulasinya, Angin juga
berlaku dapat kasar terhadap lingkungan serta fisik bangunan,jadi perlu di adakan antisipasi
terhadap pengaruh negative angin, seperti, pembuatan ventilasi/bukaan secara maksimal,
pemasangan tirai – tirai, penaman pohon – pohon atau tanaman yang sesuai dengan kondisi
lingkungan.

2.1.3 Bentuk Masa Bangunan

Bentuk masa bangunan secara ekologi, yaitu pengadopsian bentuk – bentuk yang ramah
lingkungan, seperti: Bentuk Arsitektur Tradisional lokal, bentuk masa bangunan lebih terbuka
sehingga ada keterikatan antara lingkungan dan bangunan atau sebaliknya, dimensi bangunan
diolah semaksimal mungkin sehingga tidak terjadinya perbedaan yang mencolok terhadap
bangunan penduduk lokal, bentuk bangunan juga di sesuaikan dengan material yang
digunakan.

2.1.4 Penghijauan (Vegetasi)

Penghijauan sangatlah penting untuk tetap terjaganya kualitas lingkungan yang


berkelanjutan, penerapan bangunan di daerah – daerah lingkungan hutan yang terjaga dan di
lindungi dapat menimbulkan resiko yang berpotensi terhadap kerusakan lingkungan, seperti
yang telah kita bahas di atas, bahwa perencanaan bangunan harus di melalui studi lingkungan
terlebih dahulu.

4
Arsitektur Lingkungan selain dari pada bentuk masa bangunan, material, tata ruang atau
pun nilai kearifan lokal yang ada, juga adalah kepedulian kita sendiri terhadap bangunan
tersebut, bagaimana kita mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut, bagaimana kita
mengelolanya, dan bagaimana kita merawatnya.

2.2 Kerusakan Lingkungan

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita
makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kita berada di sekolah,
lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua
orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta
hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi,
papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai
lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar
peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

2.2.1 Lingkungan Hidup

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di
bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun

5
sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam
kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

 Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.
Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang
diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

 Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar
peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi
jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di
muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak
hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit,
dan lain-lain.

2.2.2 Faktor-Faktor Kerusakan Lingkungan Hidup

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan


menjadi 2 jenis, yaitu:

 Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang
memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang
meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam
sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.

Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

6
- Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan
tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan
gunung berapi antara lain berupa:

1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.


2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.

- Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di
antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena
gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun
manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.

Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan
dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1) Berbagai bangunan roboh.


2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).

- Angin topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke
kawasan bertekanan rendah.

Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaansuhu udara yang mencolok.
Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan

7
hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan
Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi
Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.

Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan
atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan
angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:

1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal

 Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak
kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan
lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

- Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak
adanya kawasan industri.
- Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
- Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

- Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).


- Perburuan liar.

8
- Merusak hutan bakau.
- Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
- Pembuangan sampah di sembarang tempat.
- Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
- Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

2.2.3 Dampak Kerusakan Lingkungan


 Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Pemanasan Global

Kerusakan demi kerusakan tersebut menyebabkan terjadinya pemanasan global.


Konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal sebagai gas rumah kaca, terus bertambah di udara
akibat tindakan manusia melalui kegiatan industri, khususnya CO2 dan chloro fluorocarbon.
Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan dari penggunaan batubara,
minyak bumi, gas, penggundulan hutan, serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh
kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan
pertanian. Chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca
menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon
dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di
udara dan menyaring banyak panas dari matahari.

Proses pemanasan global dipicu oleh adanya efek rumah kaca, dimana energi dari
matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi
mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atmosfer (uap air, karbon
dioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti
rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada
sekarang dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca
menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60°F/15°C. Tetapi
permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrai gas rumah kaca pada atmosfer bertambah.
Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati
30%, konsetrasi metan lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%.
Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi.
Mengapa konsentrasi gas rumah kaca bertambah? Para ilmuwan umumnya percaya bahwa
pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan manusia lainnya merupakan penyebab utama dari
bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah kaca.

9
Sementara lautan dan vegetasi yang bertugas menangkap banyak CO2 tidak mampu
mengimbangi pertambahan CO2 dari kegiatan manusia di bumi, hal ini berarti bahwa jumlah
akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah setiap tahunnya dan berarti
mempercepat pemanasan global. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah
secara spektakuler, dimana sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari
energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang
mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan.
Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan” energi tak dapat habis” seperti matahari, angin,
biogas, air, khususnya hidro mini dan makro, baik di negara maju maupun miskin tetaplah
rendah (dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk
bahan bakar fosil dan energi nuklir). Padahal sumber energi ini dapat mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil.

Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan


emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis,
sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Padahal tanah mengandung karbon sebanyak 24
milyar ton dan hutan Indonesia menyumbangkan emisi CO2 sebesar 2.6 milliar ton per tahun,
walaupun juga mengandung 19 milliar ton carbon.

Jika diamati maka sumber pencemar utama adalah transportasi, kebakaran hutan,
limbah rumah tangga, limbah tambang, dan limbang industri. Selama 1985 – 2000 jumlah
kendaraan sebagai sarana transportasi meningkat dari 1.2 juta menjadi 19 juta. Pada tahun 1985
– 1997 seluas 20 juta hektar hutan terbakar dan dibakar, dan pada tahun 1997-1998 luas hutan
yang terbakar dan dibakar sebesar 10 juta hektar. Dalam hal limbah rumah tangga – hanya 3-
5% yang punya akses saluran limbah rumah tangga, sehingga menyumbangkan Emisi CO2
sebanyak 35 juta ton CO2. Pertambangan menyumbang limbah seperti tailing dan merkuri
dalam jumlah yang besar, sedangkan industri lainnya menyumbangkan limbah cair (black
liquor) karena system daur ulang limbah yang tidak ada, tidak lengkap, atau tidak baik dan juga
menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 275 juta ton per tahun.

Terjadinya Global Warming diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang tidak
tepat. Pengelolaan hutan yang salah dan menyebabkan hutan tropis hancur serta tidak
memberikan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di
sekitarnya. Yang mengeruk keuntungan adalah pengusaha yang secara semena-mena telah
menghancurkan hutan yang menjadi tempat menyimpan air dan penghasil oksigen bagi mahluk

10
hidup dan tempat hidup flora dan fauna. Pengelolaan yang salah menyebabkan bencana banjir
dan dampak lingkungan lain, rakyat yang sudah miskin tetap miskin dan bahkan menjadi lebih
miskin karena hutannya sudah hancur. Bertambahanya suhu global yang tidak dapat dicegah
lagi dan bahwa perubahan iklim mungkin sudah terjadi sekarang. Selain itu penyebab utamanya
adalah adanya konsumsi yang berlebihan. Bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan
bumi, tetapi oleh 20% penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam
dunia. Program konversi minyak tanah menjadi gas juga dapat diambil sebagai contoh bahwa
ketidaksiapan pemerintah secara infrastruktur dan juga sosialisasi, menyebabkan banyak orang
desa menggunakan lagi kayu bakar dengan merambah hutan, karena untuk memasak mereka
sulit memperoleh minyak tanah dan gas, serta harga gas terus membumbung tinggi. Kampanye
dalam rangka Pemilu juga memacu kerusakan lingkungan, karena penyumbang dana pemilu
bisa jadi disumbang oleh pengusaha pembalakan hutan liar sebagai upaya pencucian uang.

Situasi seperti ini bahkan menjadi lebih buruk lagi dikarenakan banyak dan luasnya
areal hutan alam menurun, begitu juga dengan manfaatnya bagi masyarakat. Banyak tanaman
liar yang juga komersial, telah dieksploitasi secara berlebihan. Cadangan hutan dan area yang
dilindungi oleh pemerintah, dikelola oleh pihak yang dalam pengelolaannya tidak melibatkan
komunitas setempat, sehingga mengakibatkan konflik sosial yang seharusnya tidak perlu
terjadi. Banyak spesies tumbuh-tumbuhan yang manfaat potensialnya belum diketahui, tetapi
spesies tersebut telah berkurang pada tingkat yang membahayakan dan punah lebih cepat
dibandingkan laju pengumpulan tumbuhan tersebut untuk dapat diteliti, dikenal dan
diregenasikan kembali.

Gaya hidup manusia modern juga menjadi penyebab rusaknya lingkungan. Sampah
yang dihasilkan perumahan atau kota turut menyumbang kematian sungai yang mengaliri
perkotaan. Bencana itu masih ditambah dengan tumbuhnya industri di sepanjang sungai yang
sering digunakan sebagai sarana pembilasan dan pembuangan sampah industri. Hampir semua
sungai di Indonesia mengalami tekanan kerusakan fungsi ekosistemnya.

 Dampak Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim

Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi dunia di abad
21. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir memperlihatkan bahwa
masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia.
Pemanasan global di masa depan lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Saat ini kita

11
menghadapi bertambahnya suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan
iklim mungkin sudah terjadi sekarang.

Dalam Panel Antar Pemerintah Mengenai Perubahan Iklim yang diselenggarakan pada
bulan Desember 1977 dan Desember 2000, badan yang terdiri dari 2000 ilmuwan tersebut
menyebutkan sejumlah realitas yang terjadi saat ini, diantaranya:

- Mencairnya es di kutub utara dan selatan sebagai akibat dari pemanasan global
menyebabkan dampak yang sangat besar, karena air mempunyai konsep bejana
berhubungan, sehingga menyebabkan naiknya permukaan air laut rata-rata 0.57
cm/tahun yang dapat menyebabkan banyak pulau di Indonesia akan terendam dan
tenggelam. Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 seluruh pesisir Indonesia bakal
tenggelam 0.28 – 4.17 meter. Bahkan di DAS Citarum 26 ribu hektar kolam dan 10 ribu
hektar sawah terancam terendam air laut,
- Curah hujan rata-rata naik 2-3%, tetapi ada di beberapa tempat di Indonesia yang justru
menurun. Serangan angin kencang yang sebelumnya jarang terjadi menjadi lebih
sering. Musim hujan menjadi berubah dan selalu terlambat, hal ini menyebabkan petani
di beberapa tempat seperti di Subang dan Pati gagal panen. Musim hujan juga menjadi
lebih pendek, sebagaimana yang dirasakan di Manggarai – NTT.
- Suhu rata-rata udara di Indonesia naik 0.3 o C per tahun sejak tahun 1990.
- Terumbu karang menjadi rusak karena suhu air laut meningkat 0.2 – 2.5 derajat Celcius
setiap tahun, bahkan di pulau Pari – Kep. Seribu terjadi pemutihan 50% terumbu
karangnya.
- Kesuburan tanah pertanian merosot hingga 2-8%, sehingga produksi padi menurun 4%
per tahun. Pasokan beras lokal di Karawang dan Subang menurun 95%, dan produksi
jagung menurun 59% per tahun. Produksi kacang-kedelai turun 10% per tahun.
- Permukaan tanah turun 0.8 cm per tahun
- Bencana-bencana alam lebih sering terjadi dan lebih dahsyat seperti gempa bumi,
banjir, angin topan, siklon dan kekeringan akan terus terjadi. Bencana badai besar
terjadi empat kali lebih besar sejak tahun 1960.
- Suhu global meningkat sekitar 5 derajat C (10 derajat F) sampai abad berikut, tetapi di
sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu.
- Permukaan es di kutub utara makin tipis.
- Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga menghilangkan
kemampuan untuk menyerap karbon.

12
- 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan ilim.
- Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan motor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi
680 juta; kendaraan motor termasuk merupakan produk manusia yang menyebabkan
adanya emisi carbon dioksida pada atmosfer.
- Selama 50 tahun ini kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber
energi yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan dunia.
- Negara-negara miskin akan dilanda kekeringan dan banjir, dimana sekitar tahun 2020
penduduk dunia akan terancam bahaya kekeringan dan banjir dan akan menderita luar
biasa akibat perubahan iklim karena letak geografisnya serta kekurangan sumber alam
untuk penyesuaian dengan perubahan dan melawan dampaknya.
- Biaya tahunan untuk menangkal pemanasan global dapat mencapai 300 miliar dollar,
50 tahun ke depan jika tidak diambil tidakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Jika pemimpin politik kita dan pembuat kebijaksanaan politik tidak bertindak cepat,
dunia ekonomi akan menderita kemunduran serius. Selama dekade lalu bencana alam
telah mengeruk dana sebesar 608 milliar dollar.
- Panen makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai 30%
seratus tahun mendatang akibat pemanasan global (Wakil PBB untuk Program
Lingkungan Hidup pada Konferensi Perubahan Iklim ke-7 di Maroko November 2001)
- Para petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk, menyebabkan
terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan terancamnya mutu serta
jumlah suplai air. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari rakyat
pedesaan di negara berkembang sudah mengalami dan menderita kelaparan dan gizi
buruk tersebut. Pengungsi akibat lingkungan hidup sudah berjumlah 25 juta di seluruh
dunia.

2.2.4 Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Lingkungan Hidup

Mengenai sanksi hukum terhadap pelaku pelanggaran lingkungan hidup, dari apa yang
telah diatur oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 mengatur mengenai sangsi berupa sanksi
Administrasi diatur oleh Pasal 25 sampai dengan Pasal 27 dan sanksi Pidana diatur oleh Pasal
41 sampai dengan Pasal 48. Penggunaan sangsi administrasi adalah merupakan sebagai
hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku pelanggaran terhadap lingkungan hudup, yang berupa
pencabutan perizinan usaha/kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan berakibat

13
usaha/kegiatan tersebut berhenti secara total, dengan berkewajiban memulihkan kembali
lingkungan hidup yang telah tercemar tersebut. Dapat dikenakan pula sanksi pidana adalah
merupakan sebagai hukuman yang dilakukan dengan sengaja, kealpaannya atau informasi
palsu melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran atau pengrusakan terhadap
lingkungan hidup dapat di pidana penjara sekurang-kurangnya 5 tahun atau sampai seberat-
beratnya15 tahun atau denda sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,- atau sampai sebesar Rp.
500.000.000,- sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha lingkungan
hidup. Telah diuraikan diatas bahwa terhadap masalah dampak pencemaran, akibat, landasan
hukum serta sosial kontrol pencemaran terhadap lingkungan hidup adalah merupakan suatu
lingkaran yang tidak terputus didalam kehidupan manusia.

Jika masalah-masalah tersebut diabaiakan maka akan mengakibatkan bencana yang


tidak dapat dihindari atau dicegah oleh manusia, walaupun dengan tekhnologi yang modern
sekalipun, mengingat pemulihan terhadap lingkungan hidup yang telah rusak akibat
pencemaran memerlukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk melakukan tindakan
pemulihkan lingkungan hidup tersebut. Walaupun sudah terdapat Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tentang lingkungan hidup yang merupakan sebagai payung hukum yang
membatasi segala tindak tanduk pelaku usaha atau kegiatan dengan diatur pula mengenai
sanksi administrative dan sanksi pidananya, akan tetapi tetap harus diperhatikan pula dengan
tidankan koordinasi dengan dasar surat keputusan bersama antara menteri lingkungan hidup,
Menteri dalam negeri, menteri luar negeri dan Kapolri untuk melakukan pemantauan terhadap
lingkungan hidup Dan berdasarkan suatu kebijakan secara internal merupakan sebagai
kewenangan Menteri Lingkungan Hidup dengan UU No. 23 Tahun 1997, akan tetapi secara
eksternal harus ikut sertanya instansi-instansi yang terkait, seperti disebutkan diatas agar
terciptanya lingkungan hidup yang terhindar dari pencemaran disegala sector seperti
penebangan hutan baik legal maupun ilegal, pencemaran limbah kimia dari rumah sakit/pabrik
kimia, pemboran gas alam dan lain-lain. Masalah ini harus dilakukan pemantauan oleh instansi
terkait, yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap pencegahan pencemaran
lingkungan hidup, maka akan dapat dimungkinkan akan terhindarnya dari berbagai macam
bencana seperti bencana banjir, longsong, polusi terhadap bahan kimia maupun polusi udara
akibat industri-industri maupun kendaran bermotor.

Sebagai upaya untuk menganalisa permasalah baik secara internal maupun secara
eskternal terhadap permasalahan: bagaimanakah Pendekatan Intrumental yang berupa undang-
undang dan Pendekatan Alam akibat dampak pencemaran Lingkungan Hidup dan

14
bagaimanakah caranya untuk memperkecil akibat dampak pencemaran Lingkungan Hidup
tersebut, agar terhindar dari berbagai macam bencana.

2.2.5 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan


Berkelanjutan

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya
tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program
pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan
lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia


secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan
berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di
dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:

- Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.


- Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

- Menjamin pemerataan dan keadilan.


- Menghargai keanekaragaman hayati.
- Menggunakan pendekatan integratif.
- Menggunakan pandangan jangka panjang.

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi
berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem

15
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
mempunyai tujuan di antaranya:

- Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,


dan berkelanjutan.
- Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
- Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan.

 Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki


tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian
lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

- Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna
Tanah.
- Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
- Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
- Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan
tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
- Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-
masing.

16
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup antara lain:

- Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan
dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah
dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan
terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus.
Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon
atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah
perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau
sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

- Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas,
salah satunya oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar
oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap
organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar
tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap
bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapat
menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi
oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman
lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu
tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot
kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di
perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke

17
udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta
pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak
lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun
kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat
bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan
ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu
memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh
matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan
menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena
makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.

- Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak.
Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab
hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga
penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.


2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.

- Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota
laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di

18
laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam
kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan
telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap
gempuran ombak. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan
cara:

1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar
pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut,
karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

- Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan,


tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan
mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan
demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian
flora dan fauna di antaranya adalah:

1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.


2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.

2.3 Penipisan Lapisan Ozon

Rusaknya lapisan ozon dan efek pemanasan global antara lain disebabkan oleh
penggunaan bahan yang mengandung unsur Chlor (Cl) dan salah satunya adalah ditimbulkan
oleh refrigeran dari golongan CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang mempunyai beberapa unsur
Cl. Unsur chlor ini akan mengikat ozon (O3), dengan chlor sebagai katalisator, ozon akan
terurai dan menjadi semakin tipis yang akhirnya membentuk lubang. Menipisnya lapisan ozon
mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan

19
rantai makanan di laut, musnahnya ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya,
menurunnya hasil produksi pertanian yang dapat menganggu ketahanan pangan, dan bencana
alam lainnya.

Mata rantai dampak penipisan lapisan ozon berikutnya adalah terjadinya pemanasan
global (global warning). Gas karbon dioksida (CO2) memiliki kontribusi paling besar sekitar
50 persen, diikuti chloroflourcarbon (CFC) 25 persen, gas methan 10 persen, dan sisanya
gaslain terhadap pemanasan global. Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya lapisan
es di Benua Antartika. Akibatnya, muka air laut global naik sampai 25 cm di akhir abad ke-20.
Sehingga terjadi ketidakseimbangan iklim, dimana di suatu tempat terjadi bencana kekeringan,
dan di tempat lainnya terjadi bencana banjir.

Salah satu alternatif untuk menjaga lingkungan digunakan refrigeran hidrokarbon


pengganti yang terdapat berbagai merk antara lain, Safe, Rossy, Artek, Hycool, Musicool dan
masih banyak lagi, pada pengujian ini dipilih refrigeran Hycool HCR-22 yang akan diuji pada
AC Splite dan ternyata cukup memuaskan karena performansi dan prestasi mesin pendingin
makin baik.

Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan, lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari
radiasi UV-B ini semakin menipis. Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan
sekitar tiga setengah dekade yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey
(BAS), di benua Antartika. Beberapa tahun kemudian hasil pantauan menyimpulkan kerusakan
ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Lapisan ozon melindungi kehidupan di bumi
dari radiasi ultraviolet matahari. Namun, semakin membesarnya lubang ozon di kawasan kutub
bumi akhir- akhir ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebuttidak diantisipasi, bisa
menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa.

Pada awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika mendeteksi hilangnya
ozon secara periodik di atas benua tersebut. Keadaan yang dinamakan lubang ozon (suatu area
ozon tipis pada lapisan ozon) ini, terbentuk pada musim semi di Antartika dan berlanjut selama
beberapa bulan sebelum menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada
ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukan bahwa persentase ozon secara
keseluruhan di Antartika sebenarnya terus menurun. Penerbangan yang dilakukan untuk
meneliti hal ini juga memberikan hasil yang sama.

Gas chlofluorocarbons (CFC) disebut juga sebagai gas yang menyebabkan terjadinya
penipisan lapisan ozon ini. Selain CFC, ada pula hydrochlorofluorocarbons (HCFC), halons,

20
methyl bromide, carbon tetra chloride, dan methylchloform. Ozon tercipta jika radiasi yang
berasal dari matahari bertemu dengan oksigen di dalam atmosfer. Penipisan lapisan ozon
disebabkan meningkatkan persentasi gas-gas yang bereaksi dengan ozon (O3) sehingga
mengurangi kadarnya di atmosfir. Di pihak lain, lapisan ozon ini diperlukan untuk mengurangi
penetrasi ultraviolet dari matahari.

Di lain pihak, manusia juga membutuhkan ultraviolet ini guna menunjang ketersediaan
vitamin D bagi setiap orang. Oleh karena itu, ozon perlu dijaga konsentrasinya sehingga
kehidupan dapat berjalan dengan baik.

Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
bumi. Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetap sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya.
Atmosfer mempunyai peranan dalam kehidupan di permukaan bumi antara lain.

- Melindungi bumi dari jatuhnya benda angkasa seperti meteor, komet dll.
- Menjaga temperatur udara di permukaan bumi agar tetap bermanfaat untuk kehidupan.
- Memantulkan gelombang radio.
- Membantu menjaga stabilitas suhu udara siang dan malam.
- Menyerap radiasi dan sinar ultraviolet yang sangat berbahaya bagi manusia dan
makhluk bumi lainnya.
- Menciptakan cuaca, berupa hujan dan salju sehingga terjadilah musim panas dan musim
dingin.
- Sarana berlangsungnya proses pembakaran, tanpa udara kita tidak dapat menyalakan
api, bernafas, dan sebagainya.

Selain itu gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran masing-masing antara lain:

- Nitrogen untuk pertumbuhan tanaman.


- Oksigen untuk pernafasan.
- Karbondioksida untuk fotosintesis.
- Neon untuk lampu listrik.
- Ozon untuk menyerap sebagian radiasi matahari.

2.3.1 Pembentukan Lapisan Ozon

21
Ozon ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840. Ozon merupakan
molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen yang dilambangkan dengan simbol O3. Meskipun
ozon bisa ditemukan dalam jumlah yang kecil di semua lapisan atmosfer, namun karena adanya
proses kimia dan radiasi, keberadaannya tidak terlalu signifikan. Hampir sekitar 90 persen dari
jumlah ozon yang ada di atmosfer berada pada lapisan teratasyang dikenal dengan nama
stratosfer, yang lokasinya sekitar 15-50 km di atas permukaan bumi. Wilayah yang berisikan
konsentrasi terbesar dari ozon ini dinamakan sebagai lapisan ozon.

Ozon membentuk cairan berwarna biru tua pada suhu di bawah -112 C, dan cairan
berwarna biru tua gelap pada suhu di bawah -193 C. Selain itu mempunyai bau yang keras,
menusuk hidung serta terbentuk pada kadar rendah dalam udara akibat arus elektrik
sepertikilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi eletromagnetik. Ozon adalah gas beracun
sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya dan bila terhisap dapat merusak
paru-paru bahkan mampu menyebabkan kematian.

Di tahun 1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapisan ozon. Olehitu
atas permintaan “United Nations Environment Programme” (UNEP), WMO memulai
Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi pemantauan dan
penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari tapak pemantauan di seluruh dunia
diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedia kepada masyarakat
ilmiah internasional.

Di tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap
lapisan ozon; 1987, ditandatangani Protokol Montreal, suatu perjanjian untuk perlindungan
terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara termasuk Amerika
Serikat. 1990 Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas
Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS George
Bush.

Di tahun 1991 untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National


Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit
dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukurvariasi
ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi
atmosfer di atas. Di tahun 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara
bertahapmenghentikan produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan

22
inidiperkirakan dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun
2000.

Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra
ungumemasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan manusia,
memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan hutan. Efek utama
pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena selain itu dapat merusak
matatermasuk kataraks dan juga mungkin akan melemahkan sistem imunisasi badan.

Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat memusnahkan
hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil tanaman seperti barli dan oat
menunjukkan penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman
diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkanakan cenderung kerdil,
sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada. Radiasi penuh ini juga dapat
mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, sertamengurangi jumlah plankton
yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut. Kerusakan lapisan
ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumiyang sering disebut sebagai “efek
rumah kaca”. Usaha-usaha untuk mencegah penipisan ozonmenjadi mulai dilakukan bersama
oleh semua negara di dunia. Usaha itu pun telah digalakkan secara serius melalui UNEP
(United Nation Environment Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak dibidang
program perlindungan lingkungan dan alam.

Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet dari pancaransinar
matahari. Pada tahun 1930, Chapman menjelaskan pembentukan ozon secara alamiah. Di mana
ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampumenguraikan gas
oksigen di udara bebas. Molekul oksigen tersebut terurai menjadi dua buahatom oksigen,
proses ini dikenal dengan nama photolysis. Lalu kedua atom oksigen tadisecara alamiah
bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, kemudianterbentuklah ozon.

Reaksi Pembentukan Ozon:

Sinar Ultra Violet → O ─ O + O → O3

Ozon yang terdapat pada lapisan stratosfer yang dikenal dengan nama lapisan
ozonadalah kumpulan ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis. Lapisan ozon ini
berada pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan bumi.

23
Selain terjadi proses pembentukan molekul ozon, secara alamiah terjadi juga proses
penguraian O3. Sinar ultraviolet yang mempunyai energi tinggi dapat memutus ikatan
rantaimolekul ozon, sehingga molekul ozon tersebut kembali menjadi atom oksigen bebas (O)
danmolekul oksigen (O2). Pada kondisi normal, tanpa adanya Bahan Perusak Ozon (BPO),
reaksi pembentukan dan penguraian molekul Ozon terjadi dalam keadaan seimbang sehingga
jumlah molekul Ozon di stratosfir relatif stabil.

Reaksi Penguraian Ozon:

Sinar UV + O3  O2 + O

O + O3  O2 + O2

2O3  3O2

2.3.2 Manfaat Lapisan Ozon

Lapisan Ozon sangat bermanfaat bagi segala kehidupan di bumi karena ia berfungsi
sebagai:

2.2.6 Melindungi makhluk hidup yang ada di bumi dengan cara menyerap
hampir 90% radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Telah
diketahui bahwa Sinar UV sangat berbahaya dan dapat menyebabkan:
- Penyakit kanker kulit
- Katarak
- Kerusakan genetik pada sel-sel manusia, hewan maupun tumbuhan.
- Penurunan sistem kekebalan hewan, tumbuhan dan organisme yang hidup di air
- Mengurangi hasil pertanian dan dan merusak tanaman
- Mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah
plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan- hewan laut.
2.2.7 Memberi efek pada suhu atmosfer yang menentukan suhu dunia

2.3.3 Faktor Penyebab Penipisan Lapisan Ozon

Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan, lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari
radiasi UV-B ini semakin menipis. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar udara

24
yang merusak lapisan ozon. Zat-zat perusak ozon tersebut dikenal dengan nama Bahan Perusak
Ozon (BPO), contohnya yaitu:

2.2.8 Chlorofluorocarbon (CFC) dan Hydrochlorofluorocarbons


(HCFC).

CFC yang berlebihan dikonsumsi oleh masyarakat modern dunia sejak berpuluh-
puluhtahun yang lalu. CFC dapat melepaskan atom Chlorine dan dapat merusak lapisan ozon.
CFCdigunakan oleh masyarakat di dunia dengan cara yang tidak terkira banyaknya,
misalnyadengan penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat pendingin lainnya
merupakansalah satu bentuk yang turut andil dalam pengrusakan lapisan ozon, karena alat
inimenggunakan CFC-11, CFC-12, CFC 114 dan HCFC-22 dalam proses kerjanya.

Catatan: Penentuan Rumus Kimia suatu CFC (Menggunakan Aturan 90)

Contoh: CFC-11 (Nama Dagang: Freon-11 atau R-11)

CFC-11 : 11 + 90 = 101

101 merupakan 3 digit angka, dimana:

1. Digit Pertama menunjukkan jumlah atom Karbon (a)


2. Digit Kedua menunjukkan jumlah atom Hidrogen (b)
3. Digit Ketiga menunjukkan jumlah atom Fluorin (c)
4. Menghitung jumlah atom klorin dengan Rumus (2.a + 2) - b –c

Sehingga CFC-11 dengan jumlah atom karbon adalah 1, jumlah atom hidrogen adalah
nol, jumlah atom fluorin adalah 1, dan jumlah atom klorin (2.1 + 2 - 0 - 1 =3). Jadi rumus kimia
CFC-11 adalah CFCl3. Artinya, ia memiliki 1 atom karbon, tidak memiliki hidrogen, 1atom
fluorin, dan 3 atom klorin.

2.2.9 Penggunaan CFC-11, CFC-12 dan CFC-114 secara luas juga


digunakan pada produk dengan alat kerja penyemprot atau disebut aerosol spray
seperti kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut (hair
spray), minyak wangi/parfum, insektisida, pembersih kaca (jendela), pembersih
oven, produk-produk farmasi, cat, minyak pelumas danoli.
2.2.10 Penggunaan CFC-113 sebagai cairan pembersih (cleaning solvent)
pada proses pembuatan peralatan elektronik, penghilangan lemak (degreasing)

25
logam selama proses fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-
cleaning dan spot-cleaning pada industri tekstil.
2.2.11 Haloncarbon yang digunakan dalam zat cair pemadam kebakaran
(aerosol fireextinguiser) seperti Methyl Bromide, Carbon Tetrachloride, dan
Methyl Chloroform.
2.2.12 Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai
bahan pelarut (solvent).

2.3.4 Mekanisme Penipisan Lapisan Ozon

Aktivitas manusia di permukaan Bumi banyak menghasilkan polutan yang ditransfer


keatmosfer. Diantara polutan-polutan tersebut ada yang dapat menghambat radiasi bumi
menujuangkasa, yaitu gas CO2. Gas ini akan menyerap radiasi panjang Bumi, sehingga
radiasitersebut terperangkap di atmosfer Bumi. Terperangkapnya radiasi ini akan menimbulkan
efek pemanasan bumi yang dikenal dengan istilah efek rumah kaca. CO2 banyak dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar fosil yang banyak diterjadi pada sektor transportasi dan industri
di Bumi. Polutan-polutan juga dapat menyebabkan perusakan atau penipisan Ozonosfer.
Kerusakan ini terjadi akibat adanya reaksi kimia antara lapisan ozon dengan khlor
yangdihasilkan dari gas-gas khlorin seperti CFC yang banyak digunakan dalam peralatan
rumahtangga, seperti gas pengisi refrigerator, atau alat pendingin udara.

Pada lapisan Stratosfer radiasi matahari memecah molekul gas yang mengandung
khlorinatau bromin yang dihasilkan oleh zat/bahan perusak ozon seperti CFC terutama CFCl3
(Freon 11) dan CFCl2 (Freon 12) telah banyak dipakai sebagai bahan pembakar (propellants)
dalam kaleng-kaleng semprotan, gas alat pendingin (refrigerator), gas pengatur udara
(airconditioner), dan sebagai agen busa untuk plastik) serta Haloncarbon yang akan
menghasilkan radikal khlor dan brom. Radikal-radikal khlorin dan bromin kemudian
melaluireaksi berantai memecahkan ikatan gas-gas lain di atmosfer, termasuk ozon. Molekul-
molekul ozon terpecah menjadi oksigen dan radikal oksigen. Dengan terjadinya reaksi iniakan
mengurangi konsentrasi ozon di stratosfer. Semakin banyak senyawa yang mengandungkhlor
dan brom perusakan lapisan ozon semakin parah.

Ketika CFC berdifusi ke lapisan stratosfer, maka radiasi energi tinggi matahari yaitu
yangmemiliki panjang gelombang dalam daerah antara 190 dan 225 nm menyebabkan

26
fotolisisatau pemecahan ikatan karbon-klorin dari CFC melalui reaksi kimia seperti berikut:
(Tjasyono, 2006).

CFxCl4-x (g) + hv  CF3Cl3-x (g) Cl (g)

Dimana h adalah konstanta Planck yang nilainya 6,625 x 10-34 J.s, v adalah frekuensi
radiasi, g artinya berbentuk gas, dan hv adalah energi foton (radiasi). Dari reaksi tersebut
dihasilkanatom khlor (Cl). Pembentukan atom khlor dengan laju terbesar terjadi pada
ketinggian sekitar30 km di atas permukaan Bumi. Atom khlor yang dihasilkan dapat bereaksi
cepat dengan ozon untuk membentuk khlor monoksida (ClO) dan molekul oksigen (O2).
Selanjutnya ClO dapat bereaksi dengan atom O untuk kembali membentuk atom khlor,
menurut persamaan reaksi:

Cl (g) + O3 (g)  ClO + O2 (g)

ClO (g) + O (g)  Cl + O2 (g)

O3 (g) + O  2O2 (g)

Hasil reaksi di atas adalah perubahan Ozon (O3) menjadi O2. Artinya lapisan Ozon (O3)
menjadi rusak. Dalam reaksi ini khlor dapat menipiskan lapisan ozon dengan bertindaksebagai
katalis dalam suatu reaksi kimia yang merubah ozon (O3) menjadi oksigen (O2). Reaksi ini
dipercepat dengan adanya kristal-kristal es di stratosfer yang merupakan salah satu dari sumber
bagi kerugian besar ozon di Antartika. Karena CFC bertindak sebagai katalis, maka mereka
tidak dikonsumsi dalam reaksi yang merubah ozon menjadi oksigen, tetapi tetap ada di
stratosfer dan terus menerus merusak ozon selama bertahun-tahun. Menurut hasil penelitian,
satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000 senyawa ozon dan bertahan sampai 40-150
tahun di atmosfer. Padahal stratosfer hanya bisa menyerap sejumlahatom klorin, sehingga pada
akhirnya meskipun penggunaan CFC ditekan, jumlah yang adadalam atmosfer masih cukup
besar dan perlu waktu yang sangat lama untuk diserap.

Fotodisosiasi CFC:

CFCl3 + UV  CFCl2 + Cl

Reaksi dengan O3:

O3 + Cl  ClO + O2

ClO + O  Cl + O2

27
Hasil:

O3 + O  2O2

Reaksi Perusakan Ozon oleh Bromin

Senyawa Bromine dipecah oleh sinar UV sehingga melepaskan Bromin, dan mengkatalisa
perusakan Ozon:

O3 + Br  BrO + O2

BrO + O  Br + O2

O3 + O  2O2

2.3.5 Dampak Penipisan Lapisan Ozon

Apabila lapisan ozon semakin tipis akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut:

- Lapisan ozon akan membentuk lubang sehingga makin banyaknya sinar UV


yangmencapai bumi, karena untuk tiap 10 persen penipisan lapisan ozon akan terjadi
kenaikkan radiasi UV sebesar 20 persen. Hal ini sangat berbahaya terhadap
kelangsungan makhluk hidup di bumi. Sinar ultraviolet dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan:
1. Kanker kulit pada manusia
2. Penyakit katarak pada mata manusia
3. Rusaknya sistem imunisasi tubuh
4. Perusakan genetik atau sel-sel hidup pada manusia dan hewan
5. Kehidupan laut, ekosistem, dan hutan pun akan terganggu bila volume sinar ultra
ungumelebihi batas normal
6. Menurunkan produktifitas pertanian.
7. Dengan banyaknya radiasi gelombang pendek UV-B maka akan memicu reaksi
kimiawi diatmosfer bawah, yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah reaksi
fotokimia yang menghasilkan asap beracun, terjadinya hujan asam dan berakibat
naiknya gangguan saluran pernapasan pada manusia.

28
8. Gunung-gunung es di kutub utara akan mencair yang mengakibatkan naiknya
permukaan air laut dunia. Sehingga lambat laun daratan di bumi pun akan
tenggelam
9. Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi
yang sering disebut sebagai “Global Warming”. Sebagian besar ozon stratosfer
dihasilkan dikawasan tropis dan diangkut ke ketinggian yang tinggi dengan skala
besar putaran atmosfer semasa musim salju hingga musim semi. Umumnya
kawasan tropis memiliki ozon yang rendah.

2.3.6 Pencegahan Penipisan Lapisan Ozon

Dalam memelihara lapisan ozon, seluruh masyarakat di dunia harus bertindak yaitu
dengan cara:

- Mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang


mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi (Bahan Perusak
Ozon) dari sinar UV.
- Menggunakan selalu produk-produk yang berlogo ramah ozon.
- Menggunakan alat pemadam api yang tidak mengandung Haloncarbon.
- Memeriksa dan merawat peralatan pendingin/pengatur suhu dan sistem pemadam
apisecara berkala untuk memastikan tidak adanya kebocoran BPO (CFC, HCFC atau
Halon)
- Memastikan bahwa CFC/HCFC/Halon yang ada di dalam sistem diambil
kembali(recovery) dan didaur ulang (recycle) dalam proses perawatan dan perbaikan
sistem pendingin atau pemadam api.
- Mengirim CFC/HCFC/Halon yang sudah tidak terpakai ke fasilitas pengolahan BPO
bekas seperti Halon Bank, Pusat Reklamasi CFC atau Pemusnahan BPO.
- Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak ozon
dengan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan misalnya pembangkit tenaga listrik
dari sel surya, angin atau arus air terjun/turbin.
- Diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam
program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan
lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak
merusak lapisan ozon dengan cara mengadakan seminar “Save Our Earth”.
- Tidak membakar hutan maupun menebang pohon-pohon secara liar.

29
2.3.7 Penanggulangan Penipisan Lapisan Ozon

Isu penipisan lapisan ozon telah dijadikan isu internasional oleh Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lingkungan Hidup, United Nations Environment Programme
(UNEP)sejak tahun 1987. Atas permintaan “United Nations Environment Programme”
(UNEP), WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk
mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari
penelitian pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto,
Kanada, yangtersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.

Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia
terhadap lapisan ozon, dengan ditandatanganinya Protokol Montreal pada tahun 1987, suatu
perjanjian untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh
36 negara termasuk Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1990 diumumkan pelarangan total
terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada
tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden Amerika Serikat, George Bush.

Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space
Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini
mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada
berbagaiketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di
atas.

Perhatian negara-negara di dunia terhadap penipisan lapisan ozon sebenarnya sudah


ada sebelum lahirnya Protokol Montreal. Yaitu dengan terciptanya kebijakan dalam
perlindungan lapisan ozon pada tahun 1981 melalui keputusan UNEP Governing Council,
merupakan kelompok kerja yang beranggotakan wakil dari beberapa negara. Kelompok
kerjaini menyusun suatu konsep “Konvensi untuk Perlindungan Lapisan Ozon.”

Sampai kemudian pada tahun 1985 dokumen ini dikenal dengan Konvensi Wina, yang
berisikan tentang perlindungan lapisan ozon. Dokumen ini diadopsi oleh negara-negara
UniEropa serta 21 negara lainnya di dunia. Konvensi Wina merupakan titik awal
pergerakandalam menyelamatkan lapisan ozon. Konvensi Wina merupakan landasan hukum
pelaksanaan perlindungan lapisan ozon ditingkat internasional yang mensyaratkan
seluruhnegara pihak untuk bekerjasama melaksanakan pengamatan, penelitian, dan
pertukaraninformasi guna memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mengkaji dampak

30
perbuatan manusia terhadap lapisan ozon serta dampak lapisan ozon terhadap terhadap
kesehatanmanusia dan lingkungan.

Tak lama setelah itu muncul Protokol Montreal pada tanggal 16 september 1987.
Protokal Montreal memuat aturan pengawasan produksi, konsumsi dan perdagangan bahan-
bahan perusak lapisan ozon. Dalam protokol tersebut tercantum jenis-jenis bahan kimia
yangmasuk dalam daftar pengawasan serta jadwal penghapusan masing-masing jenis BPO.
Protokol Montreal kemudian mengalami penyempurnaan melalui penetapanAmandemen
London (1989), Amandemen Kopenhagen (1992), Amandemen Montreal (1997) serta
Amandemen Beijing (1999).

Pada tahun 1992 Indonesia meratifikasi Protokol Montreal dan Konvensi Wina melalui
Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Konvensi Wina dan Protokol
Montreal. Dilakukannya hal ini sebagai bentuk upaya Indonesia dalam rangka upaya penipisan
lapisan ozon. Aksi nyata yang yang dilakukan seperti penghapusan CFC sebagai salah satu
Bahan Perusak Ozon (BPO) pada sektor manufaktur refrigrasi yang dilaksanakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan United Nations Development
Programme (UNDP). Kegiatan proyek dilaksanakan mulai tahun 2003 sampai 2007 dengan
tujuan untukmenghapuskan penggunaan CFC pada industri yang memproduksi alat pendingin.
Proyek ini merupakan pelaksanaan Konvensi Wina dan Protokol Montreal.

Salah satu upaya masyarakat dalam membantu upaya pemerintah untuk menanggulangi
menipisnya lapisan ozon yaitu dengan cara penanaman tumbuhan dan pohon - pohon sekaligus
melestarikannya. Karena dengan banyaknya pohon, maka banyak pula oksigen yang dihasilkan
oleh tumbuhan atau pohon tersebut. Dengan banyaknya kandungan oksigen di udara bebas
maka semakin banyak juga ozon yang terbentuk dan naik ke atmosfer. Sehingga membentuk
lapisan ozon yang tebal dan stabil keberadaannya.

2.4 Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari permukaan atmosfer
yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali ke segala arah. Mekanisme ini
pada dasarnya berbeda dari yang rumah kaca sebenarnya, yang bekerja dengan mengisolasi
udara hangat dalam struktur tersebut sehingga panas yang tidak hilang oleh konveksi. Efek
rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, dan pertama kali dilaporkan

31
kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896, merupakan proses pemanasan permukaan
suatu bendalangit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. (Wikipedia, 2011).

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yangmenghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas danmemantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan
dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh
awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan
normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara
siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpa nya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15°C
(59°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C (59°F) dari suhunya semula, jika tidak ada
efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.

2.4.1 Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca yang berlebih disebabkan karena naiknya konsentrasi gas-gas di
atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas
yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul
secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca
yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut,
danau dan sungai.

32
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya. Berikut akan dipaparkan mengenai gas-gas yang berperan dalam efek rumah kaca
dengan persentase kontribusi mereka terhadap efek rumah kaca;

 Uap Air (36-70%)

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab
terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional.
Aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala
lokal. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca yang
mengakibatkan meningkatnya temperatur dan semakin meningkatknya jumlah uap air di
atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan).

 Karbondioksida (9-26%)

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika


mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan
yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

 Metana (4-9%)

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca.
Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila
dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara,
gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat
pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama
sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada
pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.4.

 Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama
dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogenoksida dapat menangkap
panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen
bila dibandingkan masa pre-industri.

33
 Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk
selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan
tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapanegara berkembang masih
menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan
panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi
ultraviolet). Konsumsi CFC tertinggi terdapat pada negara-negara maju. Amerika Serikat
mengkomsumsi hamper sepertiga komsumsi CFC dunia. Negara-negara maju adalah penghasil
emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Menurut data dari PBB, urutan beberapa negara
penghasil emisi karbondioksida perkepala per tahun sebagai berikut:

- Amerika Serikat 20 ton


- Kanada dan Australia 18 ton
- Jepang dan Jerman 10 ton
- China 3 ton
- India 1 ton

2.4.2 Dampak Efek Rumah Kaca

Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan
menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas
yang dipantulkan dari permukaan bumi diserapatmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu
permukaan bumi menjadi meningkat (Wikipedia, 2011).

Efek rumah kaca yang berlebih mengakibatkan meningkatkannya suhu permukaan


bumi. Sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat
mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global
mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan
naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air

34
laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan
negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga menjadi sulit
diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan intensitas curah hujan yang
berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan belahan bumi yang lain bisa
mengalami musim kering yang berkepanjangan, karena kenaikan suhu dan turunnya
kelembaban. Selanjutnya perubahan iklim akan berdampak pada segala sektor. Meliputi:

 Ketahanan Pangan Terancam

Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir,
kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan
iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen dan jangka waktu penanaman. Peningkatan suhu
10C diperkirakan menurunkan panen padi sebanyak 10%.

 Dampak Lingkungan

Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan
gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem). Terumbu karang
akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi.
Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di
enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi
(Jhamtani, 2007).

 Risiko Kesehatan

Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa
memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa peningkatan suhu
dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap
tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah diperkirakan akan meningkat di
negara tropis seperti Indonesia.

 Air

Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama didaerah tropik


kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifikakibat musim kemarau
berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.

35
 Ekonomi

Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana,
dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana
menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau20 tahun mendatang perubahan iklim akan
berdampak besar terhadap ekonomi.

Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun
beberapa data menunjukkan bahwa:

- Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun 1990.


- Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif
sehingga meningkatkan risiko banjir.
- Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan
lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR, 2004).
- Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada
sektor pertanian dan ketahanan pangan.
- Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai
contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari
kota jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Soekarno-Hatta dan
Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007).
- Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang panti sekitar 430 km.
Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 Km per tahun dengan erosi ke daratan
50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi
dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter
pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal
ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan
kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali.
- Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko kehilangan
banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir akibat kenaikan
permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang dan akan ada pengungsi dalam
negeri.
- Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan perikanan yang
pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan rata-rata masyarakat petani dan
nelayan. Kerusakan pesisir dan bencana yang terkait dengan hal itu akan mengurangi

36
pendapatan negara dan masyarakat darisektor pariwisata. Sementara itu, negara harus
menaikkan anggaran untuk menanggulangi bencana yang meningkat, mengelola
dampak kesehatan, dan menyediakan sarana bagi pengungsi yang meningkat akibat
bencana. Industri di kawasan pesisir juga kemungkinan besar akan menghadapi dampak
ekonomi akibat permukaan air laut naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan beban
anggaran pembangunan nasional dan daerah.

2.4.3 Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca


 Penggunaan Alat Listrik
- Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai 22.00.
- Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena pada kondisi stand by,
alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt.
- Kabel dari barang elektronik akan lebih baik jika dilepas dari stop kontak bila sudah
tidak digunakan.
- Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor cahaya untuk lampu
taman, sehingga lampu akan hidup dan mati secara otomatis tergantung cahaya
matahari. Memanfaatkan cahaya matahari untuk penerangan di dalam ruangan di
pagi dan siang hari. Selain menghemat listrik juga dapat menurunkan emisi
penyebab pemanasan global.
 Penggunaan Kendaraan Bermotor.
 Penanaman Pohon.

Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat dilakukan
juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa pohon dapat dilakukan di
halaman dan tempat-tempat yang banyak menghasilkan polusi udara, seperti di pinggir-pinggir
jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada gunung-gunung yang gundul dan membuat
taman-taman di perkotaan atau biasa disebut dengan taman kota.

 Pengelolaan Sampah
- Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik.
- Menghemat penggunaan kertas.
- Mengurangi penggunaan tisu
- Mendaur ulang kertas, plastik, dan logam
- Membuat kompos

37
2.5 Keterkaitan Arsitektur dengan Pemanasan Bumi

Karbon dioksida bukan saja diemisi dari pembakaran bahan bakar industri dan
transportasi, namun juga pembakaran bahan bakar untuk pembangkit listrik yang digunakan
bangunan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan fisik manusia di dalamnya.

Arsitek merubah kawasan hutan, pertanian, rawa dan ruang hijau lain menjadi
perumahan dan kota. Dari tangan arsitek ditentukan apakah kota dan bangunan yang dirancang
akan hemat enegi atau sebaliknya, konsumtif terhadap pemakaian BBM dan mengemisi banyak
CO2 serta menyebabkan pemanasan bumi? Dari tangan arsitek, kota dirancang minim jalur
pedestrian. Kota disterilkan dari pejalan kaki dan hanya memberi ruang maksimal bagi
kendaraan bermotor, berkonsekuensi terhadap melonjaknya konsumsi BBM. Dari tangan
arsitek pula, sejumlah kota menjadi miskin vegetasi. Kota dipenuhi oleh hamparan aspal dan
beton, menaikkan suhu udara kota. Karena tangan arsiteklah kota menjadi panas. Di sisi lain
vegetasi berfungsi sebagai penyerap CO2 di udara. Udara kota yang panas memaksa arsitek
mulai merancang bangunan dengan mesin pendingin (AC). Konsumsi listrik melonjak,
pembakaran minyak melonjak. Emisi CO2 tidak terbendung lagi. Dan sekali lagi, memanaskan
bumi.

Pemanasan bumi mengakibatkan kenaikan suhu rata-rata di permukaan bumi. Hal ini
menimbulkan masalah terhadap pemenuhan kebutuhan kenyaman termal manusia, terutama
yang tinggal di kawasan tropis seperti Indonesia. Semua manusia di muka bumi, tanpa kecuali,
memerlukan suhu nyaman agar dapat melangsungkan aktifitasnya dengan baik. Tanpa suhu
nyaman manusia tidak dapat bekerja secara optimal.

Arsitek, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pengukiran kulit bumi, dan
bertanggung jawab terhadap penyediaan lingkungan buatan yang nyaman, harus mampu
mangantisipasi kenaikan suhu udara luar rata-rata dan menyediakan tempat tinggal yang layak
serta nyaman bagi manusia. Bagaimana kenaikan suhu luar rata-rata dapat diantisipasi dan
dimodifikasi melalui rancangan bangunan yang tepat sehingga menghasilkan suhu di dalam
bangunan yang nyaman sesuai dengan kebutuhan manusia tanpa harus menguras sumber energi
tidak terbarukan. Bagaimana rancangan kota mampu mengantisipasi kenaikan suhu udara luar
rata-rata sehingga suhu udara kota masih tetap berada dalam batas-batas yang dapat ditolerir
oleh kemampuan fisik manusia.

38
Berikut adalah Peran Arsitek Untuk Meminimalkan Pemanasan Bumi:

 Penghijauan Kota dan Kawasan

Taman dan jalur hijau kota umumnya diinterpretasikan sebagai lahan kota di mana
tumbuhan berada. Meskipun wujud fisik dari taman atau jalur hijau kota tidak seluruhnya
berupa tumbuhan, namun peran tumbuhan pada taman dan jalur hijau terhadap kota sangat
penting. Bagi kota tropis seperti di Indonesia tumbuhan atau pohon yang ditanam pada taman
dan jalur hijau berfungsi paling tidak untuk mengurangi pencemaran dan pemanasan udara
kota. Dalam proses fotosintesis: 6CO2 + 6H2O + katalis (5 kWh/kg radiasi matahari +
khlorofil) = C6H12O6 + 6O2 terlihat bagaimana CO2 diikat air dengan bantuan radiasi matahari
dan khlorofil sebagai katalis. Sementara O2 dihasilkan sebagai produk ikutan yang bermanfat
bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan digunakannya radiasi matahari dalam jumlah
tertentu dalam proses fotosintesis tersebut, secara langsung tumbuhan berfungsi menyerap
sebagian panas matahari yang jatuh ke permukaan bumi. Artinya tumbuhan akan menurunkan
suhu udara di sekitarnya. Di sisi lain, dalam proses fotosintesis tersebut diserap pula sejumlah
gas CO2, yang berarti tumbuhan akan mereduksi sejumlah CO2 sebagai polutan udara kota.
Dengan kata lain tumbuhan akan membantu 'membersihkan' udara kota.

Peneliti Norwegia memperlihatkan, dalam satu musim pertumbuhan, pohon dengan


diameter 14 m dengan luas permukaan daun sekitar 1.600 m2 menyerap sejumlah CO2 dan SO2
di udara untuk menghasilkan sejumlah O2 yang cukup bagi keperluan bernafas satu orang
dalam satu tahun. Pohon yang sama akan memfilter satu ton debu per tahun, mengurangi
kotornya udara kota. Sementara itu pada kasus lain, dengan perkiraan sebuah mobil menempuh
perjalanan rata-rata 1600 km per tahun di dalam kota diperlukan 200 batang pohon untuk
menyerap CO2, maka kota baru hemat energi Milton Keynes, 65 km utara London, ditanami
sejuta pohon untuk mengantisipasi CO2 yang dihembuskan oleh 5 ribu kendaraan bermotor di
kota itu.

Pada sisi lain, tumbuhan juga berfungsi menyerap polutan udara dalam bentuk NOx.
Penelitian Nanny Kusminingrum dari Puslitbang PU terhadap kemampuan tumbuhan dalam
mengurangi tingkat polusi (NOx) memperlihatkan kemampuan tumbuhan dalam menyerap
NOx. Dari penelitian tersebut diperlihatkan bahwa jenis tumbuhan yang sering ditanam pada
taman kota dan jalur hijau kota seperti Angsana, Mahoni, Kenari, Salam, Bugenfil, Nusa Indah,
Kembang Sepatu, dan lainnya, mampu mengurangi NOx rata-rata di atas 50%.

 Meminimalkan Efek ‘Heat Urban Island’


39
Matahari memancarkan panasnya melalui radiasi ke permukaan bumi. Implikasi radiasi
matahari ke permukaan bumi berbeda sesuai dengan perbedaan karakter permukaan tanah.
Material keras menyerap panas banyak namun pada saatnya dipancarkan kembali. Warna
permukaan juga menentukan jumlah penyerapan panas, warna gelap lebih banyak menyerap
sementara warna terang lebih banyak memantulkan panas radiasi tersebut. Akibat tertutupnya
permukaan tanah oleh beton - baik berupa bangunan, parkir atau jalan di kawasan kota, radiasi
matahari yang jatuh pada kawasan itu sebagian besar diserap dan kemudian dilepaskan kembali
ke udara di sekitarnya. Karena sebagian besar area kota tertutup material keras, suhu udara kota
menjadi lebih tinggi dibanding kawasan rural di sekelilingnya. Fenomena ini disebut heat urban
island, dimana area fisik kota seolah menjadi sebuah pulau yang memancarkan panas di tengah
hamparan kehijauan kawasan rural. Bagaimana agar fenomena ini berkurang, dalam arti suhu
udara kota tidak jauh berbeda dengan suhu udara kawasan rural atau desa sekitarnya?

Dalam proses fotosintesis di atas tampak bahwa sejumlah panas matahari digunakan
untuk mengikat CO2 dengan air, akibatnya suhu udara di sekitar tumbuhan turun. Dalam hal
ini keberadaan tumbuhan secara langsung atau tidak langsung akan menurunkan suhu udara di
sekitarnya, karena radiasi panas matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan
penguapan seperti terlihat pada reaksi fotosintesis tersebut. Dengan demikian, selain
mengurangi CO2 dan meningkatkan O2, tumbuhan juga berfungsi menurunkan suhu udara kota,
atau dengan kata lain menyejukkan kota.

Penelitian Parker dan Akbari di AS memperlihatkan penanaman pohon lindung di


sekitar rumah tinggal akan menurunkan suhu udara sekitar 3 oC, sehingga penggunaan energi
listrik pada rumah tinggal yang ber - AC berkurang hingga sekitar 30%, karena secara teori
penurunan suhu sekitar 1oC setara dengan pengurangan energi sekitar 10%. Dapat disimpulkan
penurunan suhu udara hingga 3oC dapat dicapai jika ruang terbuka sekitar bangunan ditanami
pohon pelindung, dengan pengertian halaman, jalan masuk kendaraan serta halaman parkir
terlindung dari radiasi matahari.

Kesimpulan penelitian Parker dan Akbari di atas menunjukkan suatu gambaran


kuantitatif mengenai kemampuan tumbuhan untuk mengurangi penggunaan energi pada
bangunan di kota yang disebabkan oleh penurunan suhu udara di sekitar tumbuhan tersebut.
Peran taman dan jalur hijau tampak jelas di sini, bahwa jika taman dan jalur hijau tersebut
ditanami cukup tumbuhan, maka penggunaan energi untuk pendinginan bangunan ber-AC pada

40
kawasan kota akan berkurang karena menurunnya suhu udara kota akibat keberadaan
tumbuhan tersebut.

 Merancang Bangunan dan Kota sesuai Iklim: Meminimalkan Penggunaan Energi


untuk Kenyamanan Fisik

Prinsip utama menurunkan suhu (panas) di dalam rumah adalah mengurangi ‘perolehan
panas’ (heat gain) radiasi matahari yang jatuh mengenai bangunan rumah. Pengurangan radiasi
matahari ini dapat melalui ‘pembayangan’ bangunan lain di sekitarnya, atau dengan
pembayangan pohon besar di sekitar rumah. Jika perolehan panas matahari dapat
diminimalkan, maka suhu udara di dalam rumah menjadi lebih rendah. Meskipun ini bersifat
relatif, artinya jika kondisi suhu udara luar di sekitar rumah sudah cukup tinggi, maka suhu
udara di dalam rumah juga akan sulit mencapai suhu nyaman, Dari hasil penelitian penulis,
suhu nyaman di Jakarta dicapai antara 24,5 hingga 28,5 oC, dengan kelembaban di bawah 70%
dan aliran udara di atas 0,2 m/detik. Namun seandainya pengkondisian udara mekanis (AC)
tetap harus digunakan, maka dengan memperhatikan hal-hal berikut ini diharapkan beban
pendinginan AC menjadi lebih rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan berkurang dan
konsekuensinya menghemat pemakaian listrik.

Usahakan agar ruang di bawah atap (antara penutup atap dan langit-langit) diberi
ventilasi semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agar udara panas yang terperangkap di
bawah penutup atap (karena radiasi matahari) dapat dibuang atau dialirkan keluar, sehingga
panas tersebut tidak merambat ke langit-langit melalui proses konduksi, yang akhirnya
memanaskan ruang di bawahnya melalui proses radiasi. Dalam membuat bukaan perlu
diperhatikan masuknya burung atau kelelawar, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi
kawat (ayakan pasir). Atap merupakan komponen utama yang membuat rumah menjadi panas.
Jika panas dari atap dapat dibuang, ruangan di bawahnya cenderung lebih dingin. Atap yang
tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar) membantu mengurangi
pemanasan ruang-ruang di dalam rumah. Coba perhatikan desain rumah-rumah masa kolonial
Belanda dengan atap yang tinggi dan besar.

Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang menerus
(ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang dirasa panas. Dari sisi
akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun ini merupakan pilihan, mana yang
perlu dikalahkan. Hindari menutup seluruh lahan dengan bangunan yang menyebabkan aliran
udara menerus tidak dimungkinkan. Aliran udara penting untuk menciptakan efek dingin bagi

41
tubuh manusia. Ciptakan ruang-ruang terbuka di sekitar rumah jika lahan memungkinkan, agar
ventilasi silang mudah berlangsung.

Hindarkan penempatan ruang-ruang utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan
lainnya pada sisi barat, kecuali ada pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada
sisi tersebut. Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan sore
yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas. Sebaiknya sisi barat rumah
digunakan untuk ruang-ruang servis seperti KM/WC, gudang, tangga, terutama jika sisi ini
tidak mendapat pembayangan.

Minimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup permukaan


halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras yang terkena radiasi matahari
langsung akan menaikkan suhu udara di sekitar rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam
rumah panas.

 Menggunakan Sumber Energi non BBM bagi Bangunan

Lalu bagaimana caranya agar fenomena pemanasan bumi ini dapat dicegah? Jenis
sumber energi apa yang cukup aman digunakan bagi pembangkit listrik?

Sumber energi lain di luar minyak bumi yang digunakan sebagai pembangkit listrik
adalah energi nuklir. Sumber energi ini sebetulnya relatif bersih dengan harga yang cukup
bersaing setelah digunakan beberapa waktu, namun yang menjadi kendala adalah sampah
radioaktif yang dihasilkan dari reaksi fusi Uranium (U235 dan U238) pada reaktor pembangkit.
Teknologi pembuangan limbah radioaktif ini (yang umumnya ditanam dalam tanah hingga
kedalaman 600 meter) masih menjadi perdebatan para ilmuwan, politisi dan wakil rakyat di
banyak negara, karena limbah buangan ini diperkirakan tetap akan bersifat radioaktif
selamanya. Alternatif pembuangan di dasar laut bahkan di ruang angkasa kiranya masih sulit
diterima oleh berbagai kalangan karena tetap akan membahayakan kelangsungan hidup
manusia.

Sumber energi alternatif yang dianggap paling aman adalah energi matahari atau tenaga
surya. Tenaga (energi) surya adalah tenaga yang berasal langsung dari radiasi matahari, seperti
halnya panas matahari, energi listrik yang dibangkitkan photovoltaic, serta jenis tenaga yang
terbentuk sebagai akibat (efek) langsung atau tidak langsung dalam jangka yang relatif pendek
dari radiasi matahari, seperti halnya angin. Konversi dari tenaga surya menjadi tenaga listrik
tidak akan menghasilkan polutan ataupun limbah.

42
Tenaga surya dapat dimanfatkan secara pasif dan aktif. Dalam pemanfaatan tenaga
surya secara aktif, dimana dilakukan konversi menjadi tenaga listrik, dikenal beberapa
teknologi konversi. Secara teori teknologi konversi yang dapat digunakan untuk merubah
tenaga surya menjadi tenaga listrik diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pembangkit listrik tenaga surya - secara teori panas matahari digunakan untuk
memanaskan benda cair yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik. Meskipun pada kenyataannya hal ini sangat sulit dilakukan
meingingat jumlah panas yang diterima relatif sangat sedikit, efisiensi mesin rendah,
serta banyaknya panas yang terbuang dalam proses.
2. Satelit pembangkit listrik tenaga matahari dengan menggunakan satelit ruang angkasa
(di luar atmosphere bumi) yang berupa panel solar sel raksasa dengan dimensi sekitar
10 km2 untuk menangkap dan mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
yang kemudian ditransmisikan - setelah dirubah dahulu dengan konverter menjadi
energi gelombang pendek ke stasiun penerima di bumi yang berupa panel seluas 10 x
15 km. Sistem ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 5 giga watt atau setara
dengan lima stasiun pembangkit listrik raksasa di bumi.
3. Solar-sel (photovoltaic) yang ditempatkan di luar bangunan sebagai alat konversi
gelombang radiasi matahari menjadi arus listrik.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (wind-power), dimana tenaga angin digunakan untuk
menggerakan turbin pembangkit tenaga listrik.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Air (hydro-power), umumnya digunakan pada bendungan
atau air terjun, dimana tenaga gerak air digunakan sebagai pemutar turbin pembangkit
listrik.

43
BAB III

PENUTUP

44
DAFTAR PUSTAKA

Parker, J. (1981), Uses of landscaping for energy conservation, Florida International


University and the Governor's Energy Office of Florida. 11.

Karyono, T.H. (2000), Report on Thermal Comfort and Building Energy Studies in Jakarta,
Journal of Building and Environment, vol. 35, pp 77-90, Elsevier Science Ltd., UK

45

Anda mungkin juga menyukai