Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KP

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………………….. i


Lembar Pengesahan ………………………………………………………………………………….. ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….. iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………... iv
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek .................................................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ....................................................................................................... 1
1.4 Metodologi .................................................................................................................................. 2
1.5 Sistematika Pembahasan ............................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................. 4
TINJAUAN UMUM PROYEK ............................................................................................................ 4
2.1 Latar Belakang Proyek ................................................................................................................ 4
2.2 Data Proyek Awana Condotel ..................................................................................................... 5
2.3 Struktur Organisasi Proyek ......................................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................. 8
TEORI DAN PENGAMATAN SISTEM UTILITAS ........................................................................... 8
BANGUNAN AWANA CONDOTEL .................................................................................................. 8
3.1 Sistem Transportasi ..................................................................................................................... 8
3.2 System Distribusi Air Bersih dan Air Panas.............................................................................. 17
3.3 System Distribusi Air Kotor...................................................................................................... 21
3.4 Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ................................................................ 28
3.5 Sistem Pengudaraan/ Penghawaan ............................................................................................ 33
3.6 Sistem Pencahayaan/ Penerangan ............................................................................................. 38
3.7 Intalasi TV Terpusat/ MA TV ................................................................................................... 44
3.8 Sistem Tata Suara ..................................................................................................................... 46
3.9 Sistem Penangkal Petir.............................................................................................................. 48

iv
LAPORAN KP

BAB IV ............................................................................................................................................... 51
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................... 51
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 51
4.2 Saran ......................................................................................................................................... 51

LAMPIRAN
Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek
Gambar Kerja

v
LAPORAN KP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek


Perkembangan rancang bangun gedung/ bangunan mengalami kemajuan yang
signifikan dari waktu ke waktu. Perkembangan rancang bangunan dapat terlihat dari
desain façade yang beragam, luasan dan ketinggian bangunan yang meningkat, fungsi
bangunan yang beragam dalam satu bangunan dan system operasional bangunan/ utilitas
yang semakin praktis dan nyaman.
Semakin kompleksnya rancang bangun gedung/ bangunan terutama bangunan tinggi
tentunya membutuhkan system utilitas yang lebih kompleks juga untuk operasional
bangunan tersebut. System utilitas ini menyangkut system transportasi vertical,
penyediaan dan pengelolaan air bersih/ air kotor, system pencahayaan, penghawaan, dll.
Kemajuan rancang bangun di atas terutama system utilitas bangunan tinggi yang
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tidak hanya dipelajari dalam bentuk teori di
perkuliahan tetapi juga dapat diamati langsung penerapannya di lapangan dalam
pelaksanaan kerja praktek.
Dengan kerja praktek ini mahasiswa dapat mengimplementasikan teori ke dalam
praktek dan menemukan banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang menambah
khazanah pengetahuan mahasiswa tersebut.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam kurikulum Fakultas
Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Maksud dar ipelaksanaan kerjap raktek adalah:
1. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di bangku kuliah ke dalam
praktek pelaksanaan pekerjaan;
2. Mahasiswa memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman
baru di lapangan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan ini ditekankan pada penelitian mahasiswa akan
pelaksanaan system utilitas pada bangunan Awana Condotel, yakni menyangkut sistem
utilitas air bersih, air kotor, penghawaan buatan, pencahayaan buatan, transportasi vertikal
dan pencegahan serta pemadaman kebakaran.

1
LAPORAN KP

1.4 Metodologi
Penyusunan lapoan Kerja Praktek didasarkan pada pengamatan dan pengumpulan
data-data yang penulis laksanakan selama kerja praktek berlangsung.
Metode yang penulis lakukan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan,
foto-foto, gambar kerja akan pelaksanaan pekerjaan. Data sekunder akan sistem
utilitas bangunan tinggi diperoleh melalui studi literatur.
2. Analisis dan Penyajian Data.
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif/ penjelasan terhadap sistem
utilitas bangunan tinggi Awana Condotel yang termuat dalam kerja serta yang
terlaksana dilapangan dibandingkan dengan teori-teori dari literatur dan teori yang
diperoleh selama perkuliahan.Penyajian data berupa penjelasan teori dan kenyataan di
lapangan disertai foto-foto dan perhitungan-perhitungan umum.
3. Kesimpulan Hasil Analisis
Kesimpulan hasil analisis berupa perbaikan dan penyesuaian desain atapun
perhitungan terhadap sistem utilitas yang dianalisis yang berlum sesuai atau tidak
memenuhi standar-standar sistem utilitas bangunan tinggi.

1.5 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan laporan Kerja Praktek disajikan dalam 5 Bab, sebagai
berikut:
Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang Kerja Praktek, tujuan Kerja Praktek, ruanglingkup
pembahasan Kerja Praktek, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
Membahas tentang Latar Belakang Proyek, Data Proyek, Struktur Organisasi Proyek
(meliputi prosedur & hubungan kerja.
BAB III TEORI DAN PENGAMATAN SISTEM UTILITASBANGUNAN AWANA
CONDOTEL
Membahas mengenai system utilitas air berih/ kotor, sism transportasi, system
penghawaan, system pencahayaan, system MATV, system pencegahan dan
pemadaman kebakaran, system tata suara dan system penangkal petir.

2
LAPORAN KP

BAB IV KESIMPULAN
Sebagai akhir dari laporan Kerja Praktek penulis membahas tentang kesimpulan
secara menyeluruh dari hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama kerja
praktek.

3
LAPORAN KP

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Latar Belakang Proyek


Proyek dapat di definisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas pekerjaan yang terdiri
dari rangkaian bagian pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan
melibatkan banyak orang serta sumber daya manusia untuk mengerjakan segala sesuatu
didalamnya, dengan biaya serta waktu tertentu, menyangkut persiapan, survey,
penyusunan konsep, hingga pada tahap implementasi konsep tersebut, yang pada
akhirnya secara bersama-sama mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Pada beberapa tahun terakhir ini, proyek condominium dan hotel mengalami
pertumbuhan yang pesat di Yogyakarta.Hal ini disebabkan iklim wisata yang membaik
serta investasi yang meningkat di wilayah Yogyakarta.Yogyakarta sebagai jota pelajar
juga turut mendongkrak minat investor untuk berinvestasi condotel di Yogyakarta.
Awana Condotel merupakan salah satu proyek yang menggabungkan fungsi
apartement serta condominium dan hotel dengan konsep pembangunan
vertikal.Pengelolaan Awana Condotel seperti pengelolaan hotel pada umumnya tetapi
kepemilikan unit hunian merupakan milik pribadi para investor.
Awana Condotel merupakan proyek pengembangan dari Bakrieland Development
dan dalam pengelolaannya bekerjasama dengan Aston Group. Fasilitas yang
ditawarkan di Awana Condotel yang berlokasi di Jl. Mayjen Sutoyo No. 52
Yogyakarta ini adalah 296 unit hunian serta kolam renang, ruang meeting, coffe shop
dan lounge.

Gbr. 1 Peta Lokasi Proyek

4
LAPORAN KP

2.2 Data Proyek Awana Condotel


Data proyek Awana Condotel sebagai berikut:
2.2.1 Data Umum Proyek
1. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Condotel Awana
Yogyakarta
2. Lokasi : Jalan Mayjend Sutoyo No.52, Mantrijeron, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Nama pemilik : PT. GRAHA MULTI INSANI
4. Konsultan Struktur : PT. KETIRA ENGINERING KONSULTAN
5. Konsultan Arsitektur : PT. WASTUMATRA KENCANA INDONESIA
6. Konsultan ME (Mekanikal Elektrikal)
PT. WASTUMATRA KENCANA
INDONESIA
7. KonsultanQS (Quantiti Surveyor)
PT. PANATA ESTIMA SARANA
8. Kontraktor Pelaksana : PT. SAPTAWIBAWA MANDIRIPRIMA
9. Konsultan Pengawas : PT. POLA DWIPA
10. NilaiKontrakFisik : ±Rp. 40.000.000.000,00
11. Waktu Pelaksana : 280 hari kalender
12. Awal Pelaksanaan : 8 Mei 2013
13. Masa Pemeliharaan : 360 hari

2.2.2 Data teknis


1. Luas Lahan : 13.012 m²
2. Luas Tapak : 2.460 m²
3. Luas Bangunan : 11.889 m²
4. Tinggi Lantai Tipikal : 3,1 m
5. Jumlah Lantai : 10 Lantai
6. Luas dan Elevasi Bangunan
Jenis Lantai Luas Bangunan Elevasi Terendah
Basement 1059 7.05
Bawah 1430 6.50

5
LAPORAN KP

1 1080 3.95
2 1040 7.05
3 1040 10.15
5 1040 13.25
6 1040 16.35
7 1040 19.45
8 1040 22.55
9 1040 25.65
10 1040 28.75
Total 11.889

2.2.3 Peruntukan Ruang


Rencana peruntukan ruang pada Condotel Awana sebagai berikut:
1. Lantai Basement
Ruang genzet, ruang panel, house keeping area, ground water tank dan
sewage treatment plan.
2. Lantai Bawah
Lobby dan lounge, office dan bussinesse lounge.
3. Lantai 1
Ruang pertemuan, outdoor coffe shop, kolam renang dan pool bar.
4. Lantai 2-10
Apartemen dan hotel

2.2.4 Nilai Proyek dan Sumber Pembiayaan


Nilai proyek Awana Condotel sebesar Rp. 40.000.000.000, yang
pembiayaannya bersumber dari Bakrieland Development.

6
LAPORAN KP

2.3 Struktur Organisasi Proyek

7
LAPORAN KP

BAB III
TEORI DAN PENGAMATAN SISTEM UTILITAS
BANGUNAN AWANA CONDOTEL

3.1 Sistem Transportasi


Bangunan yang besar dan tinggi serta memiliki fungsi ekonomi yang tinggi
memerlukan system transportasi baik vertical maupun horizontal.System transportasi
horizontal berupa konveyor yang biasanya ditempatnya pada ruang public dengan
koridor yang panjang.System transportasi vertical sebagai sarana transportasi antar lantai
berupa tangga/ramp, tangga berjalan/ escalator, escalator ramp dan elevator/ lift.
3.1.1 Transportasi Tangga
Transportasi tangga pada bangunan ini terdiri dari tangga service ke lantai
basement, tangga terbuka pada void lantai dasar dan lantai 1 serta tangga tertutup
dari lantai 2 sampai dengan lantai 11/ lantai atap. Tangga dari lantai 2 s/d 11
berfungsi juga sebagai tangga darurat Penempatan 2 unit tangga darurat pada ke
dua ujung bangunan yang berbentuk letter U ini dari segi keamanan dan fungsi
sebagai tangga darurat telah memenuhi syaratkarena penempatannya pada
ruang/areal yang langsung berhubungan dengan ruang luar.

Gbr. 3.1 Denah tangga pada lantai dasar dan 1

8
LAPORAN KP

Gbr. 3.2 Denah penempatan tangga darurat lantai 2 s/d 11

Konstruksi tangga menggunakan beton bertulang, pelaksanaan pekerjaan


dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan struktur bangunan. Pada saat
pengecoran balok, kolom dan plat lantai, pembesian untuk tangga yang bertumpu
pada balok/kolom/lantai telah terpasang. Pembesian selanjutnya, pemasangan
begesting dan pengecoran dapat dilaksanakan setelah perancah balok, kolom, plat
lantai dibongkar.

Gbr. 3.3 Pekerjaan konstruksi tangga s/d 11


9
LAPORAN KP

3.1.2 Transportasi Lift/ Elevator


Lift/ elevator adalah alat angkut untuk mengangkut orang atau barang secara
vertical dalam suatu bangunan tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan dengan
ketinggian di atas 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik dan turun tangga
dalam melaksanakan aktifitasnya hanya mampu dilakukan secara optimal sampai
lantai ke empat.
Lift dari segi peruntukan terbagi atas, lift penumpang/ passenger elevator, lift
barang/ fright elevator, lift uang/ makanan (dumb waiters), lift pemadam
kebakaran (biasanyan berfungsi juga sebagai lift barang). Lift barang biasanya
ditempatkan sedekat mungkin dengan arela loading dock/ areal bongkar muat
barang, sedangkan lift passenger ditempatkan di tengah-tengah massa bangunan
agar mudah dijangkau dari segala arah.
Kriteria-kriteria perancangan lift antara lain tipe dan fungsi bangunan,
banyaknya lantai, luas lantai, jumlah penghuni/ muatan, kapasitas (car/kg),
kecepatan. Table kapasitas, jumlah dan kecepatan sebagai berikut:
Kapasitas (car/kg) Jumlah muatan Kecepatan
900 13 org 40 m/menit
1000 15 org 60 m/menit
1150 17 org 90 m/menit
1350 20 org 105 m/menit

Sistem penggerak dalam elevator terdiri dari 2 jenis yaitu system gearless/
mesin di atas. System ini peruntukkannya pada lift kantor, pertokoan, hotel,
apartemen, rumah sakit, dll. System yang kedua adalah system hydrolic/ mesin di
bawah.System ini terbatas 3-4 lantai, peruntukaanya pada lift uang/ makanan.
Bagian-bagian lift terdiri dari lift pit/ tempat pemberhentian akhir yang paling
bawah, berupa buffer sangkar dan buffer beban pengimbang. Bagian lainnya
adalah ruang luncur (hoistway), yaitu tempat meluncurnya sangkar/ kereta lift,
tempat pintu masuk keluar lift, tempat meluncurnya beban pengimbang (counter
weight) dan tempat meletakkan rel-rel peluncur dari kereta lift dan beban
pengimbang. Bagian berikutnya dari lift adalah ruang mesin, yaitu tempat
meletakkan mesin/ motor traksi lift dan tempat panel kontrol (mengatur jalannya
kereta).

10
LAPORAN KP

Ukuran berat tergantung dari jumlah penumpang yang ditampung. Standar


yang terpakai 4 orang dewasa berat 320 kg, 8 orang/ 630 kg, 13 org/1000 kg, dst.
Dalam peraturan bangunan untuk lift,ketepatan berangkat dan berhentinya lift
harus tanpa hentakan/ sentakan yang mengganggu penumpang. Hal ini
dipengaruhi oleh kecepatan dan berat. Ketentuan ketinggian dan kecepatan
sebagai berikut:
Tinggi Kecepatan
4-10 lantai 60-150 m/menit
10-15 lantai 180-210 m/menit
15-20 lantai 210-240 m/menit
20-50 lantai 270-360 m/menit
Untuk rumah sakit 150-210 m/menit

System kerja lift berupa naik turunnya lift diatur oleh perimbangan antara
kereta penumpang / car dengan beban pengimbang yakni motor traksi lift yang
ada di ruang mesin. System ini bekerja berdasarkan sentuhan tombol-tombol di
pintu lift melalui panel kontrol.
Jika panel kontrol bekerja secara manual, maka carbekerja naik danturun,
sedangkan jika tidak ada penumpang yang akan turun, maka pintu akan terbuka
pada lantai di bawah saja. Apabila panel kontrol diatur secaraotomatis maka
kereta selalu bergerak naik turun untuk mencarai penumpang.
Pada waktu kebakaran, semua aliran listrik mati dan lift akan secara otomatis
bergerak turun dan tidak dapat digunakan. Lift kebakaran dapat bekerja dengan
daya listrik darurat/ generator set.
Dalam perancanaan lift, jumlah lift dalam bangunan harus dihitung agar
mendapatkan jumlah yang efisien dan operasional yang optimal. Untuk
menghitung jumlah lift, beberapa factor yang dipakai adalah fungsi dan
peruntukan lift, jumlah luas/ lantai, jumlah tinggi bangunan, jumlah penghuni,
besar kecilnya lift dan kecepatan lift.
Beberapa istilah dan rumus yang dipakai dalam perhitungan lift antara lain HC/
handling capacity (kapasitas pengangkutan yang dipengaruhi oleh ukuran dan
frekuensi, PHC/Percentage handling capacity (persentase dari jumlah orang yang
menggunakan lift terhadap jumlah penghuni bangunan, I (kapasitas yang
diijinkan, rata-rata 80% dari jumlah penumpang yang tertera dalam lift, D/
population density in square feet person (rata-rata gerak kerja per orang dalam
m2, BP/ Building Population ( jumlah penghuni dalam satu bangunan.

11
LAPORAN KP

PHC dan BP menurut standar sebagai berikut:


Bangunan PHC BP
Kantor/office 5-13% 6-10 m2/ orang
Apartemen/ flat 5-7% 1.5 orang/bed
Hotel 10-15% 1.3 orang/ bed

Rumus-rumus perhitungan antara lain rumus beban puncak kereta/ lift, rumus
daya angkut satu kereta dalam 5 menit, rumus RT /round time trip,dll.
Pada bangunan ini terdapat 2 jenis lift dari segi fungsinya yaitu lift service 1
unit dan lift passenger 3 unit. Lift service menerus dari basement sampai ke lantai
teratas, sedangkan lift passenger menerus dari lantai dasar sampai lantai teratas.
Setiap lift diletakkan dalam core yang juga berfungsi sebagai system struktur
bangunan. Lift service ditempatkan pada bagian ruangan yang menerus sampai
basement, sedangkan lift passenger ditempatkan ditengah-tengah bangunan yang
berkonfigurasi letter U.

Gbr. 3.4Denah lift pada lantai basement

12
LAPORAN KP

Gbr. 3.5 Denah lift pada lantai dasar

Pelaksanaan konstruksi ruang penempatan lift/ elevator dilaksanakan


bersamaan dengan konstruksi struktur bangunan. Ruang penempatan lift berupa
void yang menerus antar lantai. Void tercipta dari dinding-dinding yang juga
berfungsi sebagai struktur core bangunan. Dinding lift sebagai core bangunan ini
terbuat dari beton bertulang.

Gbr. 3.6 Denah core lift passenger

13
LAPORAN KP

Gbr. 3.7 Foto core lift passenger

Pemasangan lift dilaksanakan setelah konstruksi struktur bangunan telah


selesai dikerjakan. Pada tahap awal, dipasang terlebih dahulu lift service sehingga
bisa difungsikan untuk mobilisasi bahan material finishing bangunan.

Gbr. 3.8 Foto pemasangan lift passenger

14
LAPORAN KP

Kontrol terhadap perencanaan kebutuhan lift pada Awana Condotel dihitung


dengan perhitungan sebagai berikut:

1 Data Bangunan
a Fungsi hotel, jumlah lantai 11, luas lantai 1188 m2/ lantai, tinggi lantai 3.2, jumlah
bed 37/lantai =296 bed untuk 8 lantai hunian
b BP 1.3 org/bed 336.7 org
c Kecepatan kereta (10 lt) 105 m/menit
d Kapasitas lift 1350 car/kg
untuk kecepatan 105 m/menit
Kapasitas penumpang 20 org

2 Beban puncak kereta/ lift


L PHC (a-c)n L Beban puncak kereta
b a Luas/ lantai bangunan
c 3 NP 10 0.3
N Jumlah kereta dalam bangunan
P Kapasitas orang/ kereta
80% x jumlah penumpang kereta
n Jumlah lantai bangunan
b Luas lantai bersih/ orang
L PHC a c N P b n
L 10% 1188.9 3 N 16 10 11
10% 1188.9 3 N 16 10 11
10% 1188.9 11 (PHC x a x n)
10% 3 N 16 11 (PHC x cNP x n)
1308 10 ((PHC x a x n)/b)
52.8 N (PHC x cNP x n)
130.8 ((PHC x a x n)/b)
130.8 - 52.8 N ((PHC x a x n)/b)-
(PHC x cNP x n)
3 Daya angkut 1 kereta dalam 5 menit
HC 5 x 60 detik x P h daya angkut kereta/ handling capacity/ 5 menit
RT RT waktu yang diperlukan oleh kereta dari dasar sampai
300 P ke puncak dan kembali ke dasar (round trip time)
RT
RT 2 detik Pintu membuka di lantai dasar
24 detik Penumpang masuk 1.5 detik x kapasitas lift
2 detik Pintu lift menutup kembali
9 detik Pintu lift membuka di setiap lantai (n-1) x 2 detik
24 detik Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai
(1.5 detikx12 org)

15
LAPORAN KP

9 detik Pintu lift menutup kembali di setiap lantai (n-1)x2 detik


18.29 detik Perjalanan kereta pergi pulang
2 (n-
1) t 64 18.3
s 3.5
2 detik Pintu kereta membuka di lantai dasar
90.29 detik 1.505 menit

HCⁿ 300 PN 3000 33.2278 N


90.29 90.29 129
Persamaan L=h
PHC (a-
c)n = 300 P 137
b RT 3.77
130.8 - 52.8 N = 33 N
77.98 N = 33 N
N = 2.3 3 LIFT
Belum termasuk lift service
Kesimpulan Perhitungan
Fungsi bangunan Condominium dan Hotel
Luas Lantai 1188.9 m2/lantai
Jumlah lantai 11 lantai
Jumlah lift 3 unit
Kapasitas
penumpang 16 /lift
Kecepatan lift
(s) 105 m/menit
1.75 m/detik

KESIMPULAN KONTROL PERHITUNGAN


Jumlah lift direncanakan dan
terpasang 3 lift passenger
Jumlah lift terhitung 3 lift passenger
Jumlah lift terpasang dan lift berdasarkan kontrol perhitungan SESUAI

16
LAPORAN KP

3.2 System Distribusi Air Bersih dan Air Panas


System distribusi air bersih terbagi atas, air bersih dingin untuk mandi, cuci, kolam
renang, pemadaman kebakaran dan air bersih panas untuk mandi. Semua distribusi air
bersih menggunakan system down feetdimana air dari GWT dipompa ke tendon air yang
diletakkan di lantai atap bangunan untuk selanjutnya disalurkan ke lantai-lantai di
bawahnya dengan bantuan pompa tekan/ pressure pump untuk menstabilkan tekanan air.
Untuk kolam renang menggunakan system up down dimana air langsung disalurkan dari
GWT ke kolam renang melalui pompa air.
3.4.1 Skema Distribusi Air Bersih
Skema distribusi air bersih diawali dari sumber air yakni sumber air PDAM dan
sumber air pribadi melalui sumur dalam/ deepwell.Dari sumber air ini, air
dialirkan ke bak penampung air di basement/ ground water tank yang terbuat dari
beton bertulang.
Setelah melalui penyaringan dan pengolahan air/ water treatment plan, air
dipompa menuju bak penampung air di lantai atap bangunan/ roof tank. Dari roof
tank, air dialirkan dengan gaya gravitasi menuju titik-titik pemakaian air bersih
yakni pelimpasan closed, wasthafel, pemanas air, dll.

Gbr. 3.9 Skema air bersih dan air panas

17
LAPORAN KP

Gbr. 3.10 Skema distribusi air bersih tiap lantai

Gbr. 3.11 Gambar detail Ground Water Tank

Gbr. 3.12 Gambar detail Roof Tank


18
LAPORAN KP

3.4.2 Bahan/ material serta peralatan untuk pekerjaan distribusi air bersih dan air panas
Bahan/ Material Foto
Pipa HDPE berbagai ukuran dan
aksesorisnya seperti elbow,
socket, teebow, dll

Pemanas air/ water heater

Booster pump

Pompa air bersih

19
LAPORAN KP

3.4.3 Metode Kerja Konstruksi Distribusi Air Bersih


Pekerjaan ground water tank dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan
basement. Konstruksi GWT terbuat dari beton bertulang, pada saat konstruksi
GWT, jaringan pipa distribusi air dan instalasi daya yang melalui GWT telah
terpasang/ disediakan tempatnya. Pipa distribusi vertical dari GWT menuju roof
tank dan dari roof tank menuju titik-titik penggunaan air melalui shaft/ lubang
pada lantai yang menerus dari lantai basement sampai ke lantai atap. Shaft pada
dinding berfungsi sebagai lubang kontrol dan perawatan jaringan pipa
Pemasangan jalur distribusi secara vertical dan horizontal terlaksana sebelum
pemasangan tembok dan lantai ruangan.Pipa distribusi yang menempel pada
tembok sudah harus terpasang sebelum pekerjaan plesteran dan pemasangan
dinding keramik dilakukan.Untuk pipa-pipa distribusi air bersih dan air panas di
bawah di atas plafond dikerjakan sebelum pekerjaan pemasangan plafond.

Gbr. 3.13 Ground Water Tank

Gbr. 3.14 a Shaft dinding untuk control distribusi pipa


Gbr. 13.14 b Shaft pada lantai untuk distribusi pipa vertikal
20
LAPORAN KP

3.3 System Distribusi Air Kotor


Sistem distribusi atau utilitas air kotor terdiri dari air tinja, air kotor hasil mandi dan dari
wastafel, air lemak dari dapur serta air hujan.
3.4.1 Skema Distribusi Air Tinja/ Kotoran dan Air Bekas
Skemas distribusi ini menggambarkan distribusi kotoran dan air bekas baik secara
vertical maupun horizontal dari lantai teratas sampai ke penampungan dan
pengolahan air limbah baik di peresapan maupun sewage treatment plan.

Gbr. 13.15 Skema distribusi air kotor


Distribusi air kotor secara vertical/ tegak pada lantai teratas 10 sampai lantai 3,
sedangkan pada lantai 2/ di bawah lantai 3 semua air kotor dari lantai-lantai di
atasnya disitribusikan secara mendatarke 1 titik shaft untuk diteruskan secara
vertical ke STP/ penampungan kotoran dan sumur peresapan di lantai basement
dan lantai dasar.

21
LAPORAN KP

Gbr. 13.16 Skema distribusi air kotor vertical

Gbr. 13.17 Skema distribusi air kotor mendatar


Pada STP terjadi pengolahan limbah dengan system RBC (Rotary Biological
Contacttor).Kapasita IPAL 150m3/ hari.Hasil pengolahan limbah berupa air kotor
dipompa menuju peresapan.Dengan menggunakan effluent pump.
Untuk air bekas laundry, diolah tersendiri pada arela landry melalui bak netralisir,
kemudian dipompakan dengan pompa submersible menuju peresapan.
Untuk limbah dapur ditampung di bak kontrol grease tank kemudian dipompa
menuju automatic grease trap untuk diolah. Hasil olahan dibuang ke peresapan.
22
LAPORAN KP

Gbr. 13.18 Sistem pengelolaan limbah KM/WC/ IPAL

Gbr. 13.18 Sistem pengelolaan limbah laundry

23
LAPORAN KP

Gbr. 13.18 Sistem pengelolaan limbah laundry

3.4.2 Bahan/ material dan peralatan untuk distribusi air kotor/ limbah
Bahan/ material serta peralatan yang diperlukan antara lain:
Bahan/ material
Pipa PVC berbagai ukuran 2”,
4”, 6” beserta aksesoris

Pompa submersible untuk


memompa air cucian/ laundry ke
peresapan

24
LAPORAN KP

Filter pump: untuk menyaring


partikel-partikel padat yang
terbawa air produk

Effluent pump: untuk memompa


air produk ke tangki filtrasi

3.4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan instalasi air kotor dimulai dari pekerjaan bak penampung
dan pengolahan limbah (Sewage Treatmen Plan/ STP) yang terletak di lantai
basement.Pekerjaan ini dilaksankan bersamaan dengan pekerjaan konstruksi
basement.Bak penampung terbuat dari beton bertulang dan kedap air, detail
konstruksi mengikuti gambar kerja yang ada.

25
LAPORAN KP

Gbr. 13.19 Bak pengolahan limbah/ STP


Pekerjaan struktur pada setiap lantai disesuaikan dengan jalur pipa pada
lantai yang bersangkutan.Pekerjaan pemasangan jaringan pipa limbah
dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan struktur selesai dan perancah-perancah
telah dibongkar.Sebelum pekerjaan pemasangan dinding, pipa sirkulasi yang
melewati dinding tersebut sudah harus terpasang.
Sirkulasi pipa secara vertical melalui shaft, sedangkan secara horizontal
terletak di bawah lantai dan balok. Untuk memperkuat posisi pipa horizontal
maka digantung ke plat lantai. Pada saat pengecoran plat lantai, jalur-jalur pipa
yang menembus lantai diberikan potongan pipa dengan dimensi dan letak sesuai
gambar kerja. Potongan pipa ini menjadi pedoman dalam instalasi closed,
wasthafel, floordrain.

Gbr. 13.40 Jaringan pipa air limbah horizontal dan vertical per unit
hunian

26
LAPORAN KP

Untuk mendistribusikan limbah dari water closed dan limbah cari dari floor
drain atau wasthafel ke STP, maka semua distirbusi secara vertical disatukan pada
1 shaft melalui distribusi horizontal pada lantai 2 atau di bawah plat lantai
3(antara plafond lantai 2 dan plat lantai 3). Pipa PVC diameter 6” ini disanggah
dengna plat besi siku yang digantung dengan kabel yang ditanam pada plat lantai
3. Distribusi secara vertical ke SWP melalui shaft yang terletak dekat tangga
akses dari lantai dasar ke lantai 1.

Gbr. 13.41 Jaringan pipa pengumpul air limbah horizontal pada Lt. 2

Shaft

Gbr. 13.42 Shaft distribusi limbah vertical di lantai dasar ke SWP di


basement.

27
LAPORAN KP

3.4 Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran terdiri dari system deteksi dan
system penanggulangan. System deteksi terdiri dari deteksi asap, api/ suhu, sedangkan
system penanggulangan terdiri dari system pemadaman api baik manual maupun
otomatis, system penghisap asap ke luar bangunan.
3.4.1 Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Sistem deteksi pemadam kebakaran yang dipakai dalam bangunan ini ada 3 jenis
yaitu;
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas.Jenis ROR adalah yang paling
banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas.Area
deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m dan untukplafon
lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2.
Ketinggian pemasangan max.hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak
digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara
cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas.Umumnya pada titik
55°C – 63°C sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain.
ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server,
ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak
saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa
dipasang langsung pada panel alarm rumah.Dua kabelnya dimasukkan ke terminal
Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka
terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab
tidak memiliki plus-minus.Sedangkan sifatkontaknya adalah NO (Normally
Open).

28
LAPORAN KP

2. Fixed Temperature Detector


Fixed Temperature detector termasuk juga ke dalam Heat Detector.Berbeda
dengan ROR, maka Fixed Temperature Detector baru mendeteksi pada derajat
panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah sedikit“panas”, seperti: ruang genset, basement,
dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya.
Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False
Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan
ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian
plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 – 8m). Seperti halnya
ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh
terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat
kontaknya adalah NO (Normally Open).

3. Smoke Detector
Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika detector
mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal sehingga fire
alarm berbunyi. Smoke detektor sendiri memiliki beberapa type kerja :

Photoelectric / optical yaitu mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya.


Cahaya (infra red) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka
cahaya tidak sepenuhnya diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap
sebagai sinyal yang kemudian diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman
lapangan diketahui kelemahan dari detektor ini adalah sering kali
menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.
Ionization yaitu detektor model ini menggunakan metode ionization chamber.
Kelemahan dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor
dikategorikan limbah radioaktif, karena didalam detektor ini terdapat
ameresium.

29
LAPORAN KP

Gbr. 13.43 Gambar detector asap dan deetektor panas

Gbr. 13.44 Diagram system alarm


3.4.2 System pemadaman kebakaran
Sistem pemadaman kebakaran terdiri dari pemadaman manual dan pemadaman
otomatis.
1. Sistem pemadaman manual
Sistem ini berupa pemadaman dengan menggunakan tabung pemadam
kebakaran yang ditempatkan bersama dengan hydrant indoor.

30
LAPORAN KP

2. Sistem pemadaman otomatis


System pemadaman otomatis melalui system sprinkler dan hydrant. System
sprinkler terintegrasi dalam bangunan sesuai rencana penempatan sprinkler
sedangkan system hydrant terdapat dalam selasar bangunan/ indoor dan
halaman bangunan/ outdoor.
Sumber air pada sprinkler maupun hydrant melalui reservoir yang
dipompakan melalui jaringan-jaringan distribusi air untuk pemadaman
kebakaran.
Jenis sprinkler yang digunakan ada 2 yakni sprinkler menggantung dari
plafond dan sprinkler menemperl di dinding. Penempatan sprinkler pada
selasar dan ruang tidur serta ruang-ruang service pada lantai basement sampai
lantai 2. Untuk hydrant indoor pada unit apartemen per lantai terdapat 2
hydrant, sedangkan pada ruang luar terdapat 2 unit hydrant outdoor.

Hydrant
outdoor

Hydrant
indoor

Sprinkler

Gbr. 13.45 Diagram instalasi sprinkler dan hydrant

31
LAPORAN KP

Gbr. 13.46 Jenis sprinkler dan hydrant indoor/ outdoor

3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Pekerjaan instalasi sprinkler dan hydrant yakni jaringan pipa dikerjakan
setelah pekerjaan struktur bangunan pada lantai tersebut selesai dilaksanakan.
Pekerjaan instalasi meliputi pemasangan jaringan pipa distribusi air untuk
sprinkler maupun untuk hydrant indoor. Jenis pipa yang digunakan adalah
pipa GIP/ besi agar dapat menahan tekanan air yang dipompakan pada saat
terjadi kebakaran. Sebelum dipasang, ujung pipa terlebih dahulu dibuat drat/
ulir dengan mesin pembuat ulir. Instalasi secara vertical melalui shaft dan
instalasi secara mendatar terletak dibahwa balok lantai dengan cara digantung
degan kabel yang ditanam ke plat lantai. Untuk diameter pipa yang besar
disanggah dengan besi siku sebelum di gantung ke plat lantai.

Gbr. 13.47 Material pipa dan pembuatan ulir

32
LAPORAN KP

Gbr. 13.48 Proses instalasi pipa sprinkler dan hydrant serta sprinkler
terpasang pada dinding

3.5 Sistem Pengudaraan/ Penghawaan


Sistem penghawaan pada Awana Condotel menggunakan system penghawaan buatan
dengan menggunakan alat penyegar udara/ air condition. Jenis alat penyegar udara yang
digunakan adalah AC Split untuk unit-unit kamar dan AC Sentral untuk dapur serta
lobby hotel dan ruang-ruang bersama lainnya.
Tabel penggunaa AC per ruangan sebagai berikut:
Lantai Jenis AC Jumlah Kapasitas/
unit
Nomor Ruangan
Lantai
Basement Housekepping area AC Split 1 28.000 btu
Lt Dasar Lobby dan lounge Split Duck 4 80.000 btu
Lt 1 Coffeshop area Split Duck 1 100.000 btu
Corridor Split Duck 1 42.000 btu
1 48.000 btu
Mettingroom area Split Duck 4 30.000 btu
5 36.000 btu
Lt. 2-10 Unit hunian AC Split 1/ kamar 9.000-
18.000 btu

33
LAPORAN KP

3.5.1 Sistem AC Split


Sistem AC split dipakai pada ruang-ruang yang bersifat privat seperti ruang
petugas hotel / housekepping areadan unit hunian apartemen.
AC split terdiri dari 2 bagian utama yakni unit indoor dan outdoor. Unit outdorr
diletakkan di luar ruangan, unit outdoor di dalam ruangan. Air yang dihasilkan
saat AC Split beroperasi dialirkan ke peresapan di lantai basement melalui pipa
yang terkoneksi dalam shaft.
Proses instalasi daya AC Split dikerjakan pada saat instalasi kabel listrik,
pemasangan AC dilaksanakan pada saat pekerjaan finishing ruangan. Untuk
instalasi pipa pembuang dari indoor maupun pipa outdoor ke indoor dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan instalasi pipa air bersih, air kotro, dll, sebelum
pekerjaan plafond diselesaikan.
Unit outdoor

Unit indoor

Gbr. 13.49 Denah penempatan AC Split pada unit hunian

Gbr. 13.49 Instalasi pipa pembuangan dari unit indoor ke shaft.

34
LAPORAN KP

3.5.2 Sistem AC Split Duck


AC Split Duct merupakan AC yang pendistribusian hawa dinginnya
menggunakan Sistem Ducting.AC Split Duct tidak memiliki pengatur suhu
sendiri-sendiri melainkan dikontrol pada satu titik. AC ini digunakan untuk ruang
lobby dan lounge serta coffe shop karena memiliki ruang-ruang yang luas.
AC Split Duct tidak pernah terlepas dari sistem ducting yang merupakan
bagian penting dalam sistem AC sebagai alat penghantar udara yang telah
dikondisikan dari sumber dingin ataupun panas ke ruang yang akan dikondisikan.
Kelebihan AC Split Duct suara didalam ruangan tidak berisik sama sekali dan
estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor. Kekurangan system ini
adalah apabila terjadi kerusakan pada saat beroperasi maka dampaknya dirasakan
di seluruh ruangan.
AC split duct terdiri dari Chiller, Fan Coil Unit, Ducting system, SAG/ supply
grille, RAG/ return air grille, FUG/ fresh air grille, pipa refrigerant dan pipa drain.
Prinsip kerja AC Split duct adalah refrigerant diproses di mesin chiller, kemudian
dialirkan ke FCU/ mesin penukar panas melalui pipa refrigerant. Untuk
mengalirkan air diperlukan pompa sirkulasi air dingin (chilled water pump).Dari
FCU, udara dingin yanr terproses dialirkan melalui system ducting ke titik-titik
dalam ruangan sesuai gambar kerja. Ducting terbuat dari fiber glass yang
terbungkus aluminium foil dan glass wool.Udara dingin dalam ducting
dihembuskan ke ruangan melalui SAG/ supply grille.Air hasil pengolahan
regrigerant pada FCU dialirkan ke peresapan melalui pipa drain.

Pipa refrigerant

Pipa drain
Outdoor

FCU

Gbr. 13.49 Rencana drain AC lantai dasar


35
LAPORAN KP

FCU

Ducting system

Gbr. 13.49 Rencana ducting AC lantai dasar


Pekerjaan konstruksi duct dan pemasangan unit FCU dikerjakan sebelum
pekerjaan plafond selesai dilaksanakan. Unit FCU terletak di atas plafond dan
digantung dengan besi siku serta kawat yang tertanam dalam plat lantai di
atasnya.

Gbr. 13.49 Sistem ducting dan FCU pada lantai 1/ di bawah plat lantai 2

36
LAPORAN KP

3.5.3 Sistem AC Ceilling cassette


Jenis AC ini terpasang di plafond pada koridor penghubung pada unit-unit hunian.
FCU/ Fan Coil Unit terletak terpasang pada plafond dengan cara digantung
dengan menggunakan besi siku dan kabel yang ditanam ke dalam plat lantai.
Condensor unit/ CU yang merupakan unit outdoor dai AC ini tertanam di plat
beton luar bangunan. Unit outdoor yang berada di luar bangunan, disamarkan
keberadaannnya dengan partisi berornamen yang terbuat dari GRC.

Plat beton untuk peletakan outdoor


Panel GRC penutup unit outdoor

Gbr. 13.49 Sistem AC ceilling cassette pada koridor hunian serta peletakan
outdoor di luar bangunan

Gbr. 13.50 Plat beton untuk dudukan outdorr AC Split dan Ceilling Gassette

37
LAPORAN KP

3.6 Sistem Pencahayaan/ Penerangan


Pencahayaan pada umumnya terbagi atas 2 jenis yakni pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan.Pencahayaan alami bersumber dari matahari, di mana sebagai
sumber cahaya yang paling mudah didapat dan banyak manfaatnya.Letak Indonesia yang
berada di garis khatulistiwa dan beriklim tropis, menyebabkan matahari memancarkan
sinarnya sepanjang tahun.
Karakter matahari selaini memberikan panas/ radiasi juga memberikan cahaya/ sinar.
Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penrangan alami dalam bangunan
bertujuan untuk menghemat energy dan biaya operasional, menciptakan ruang yang
sehat karena sinar ultraviolet memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas
kesarn ruang, mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Yang perlu diperhatikan adalah arah jatuhnya sinar matahari dan komponen/ bidang-
bidang yang dapat membantu memasukkan cahay matahari ke dalam ruangan.Sudut
jatuhnya sinar matahari berbeda-beda pada setiap daerah.
Pada umumnya, cahaya matahari yang jatuh ke permukaan tanah/ bangunan dapat
dibedakan dari segi cahaya matahari yang langsung jatuh pada bidang kerja, refleksi/
pantulan cahaya matahari dari benda yang ada di luar bangunan dan masuk melalui
jendela, pantulan dari halaman yang terpantul kembali oleh langit-langit dan dinding kea
rah bidang kerja serta cahaya yang jatuh di lantai dan dipantulkan lagi oleh langi-langit.
Besarnya refleksi cahaya matahari sangat dipengaruhi oleh bahan pemantul dan
warna. Intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan berupa tembus cahaya baik polos, berwarna, fiber glass, warna
bahan pada bidang pantulan, luas bisang bukaan dan rekayasa intensitas cahaya berupa
penggunaan pohon dan kisi-kisi/ sunscreen.
Kecenderungan pada bangunan tinggi, khususnya di kota-kota besar yang beriklim
panas, bangunan dibuat tertutup tanpa bukaan. Cahaya yang masuk melalui jendela
hanya direduksi melalui penggunaan material kaca yang berkualitas, sedangkan untuk
bahan reduksi lain seperti pohon dan sun screen jarang digunakan mengingat letak yang
tinggi dan pertimbangan struktur serta estetika. Untuk mengganti minimnya cahaya
matahari dan memberikan efek-efek pencahayaan khusus, maka diperlukan system
pencahayaan buatan.

38
LAPORAN KP

Cahaya buatan bersumber dari tegangan listrik. Sumber cahaya pembangkit tenaga di
Indonesia saat ini disupply melalui Perusahaan Listrik Negara/ PLN. Dari tempat
pembangkit listrik, listrik dialirkan ke kota-kota melalui kabel bertegangan tinggi. Dari
tegangan tinggi diubah menjadi tegangan menengah pada gardu-gardu induk.Untuk
sampai ke konsumen, maka tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah.
Untuk keperluan kebutuhan listrik pada bangunan-bangunan besar, maka tegangan
yang disyaratkan adalah tegangan menengah apabila kebutuhan listrik sudah lebih dari
200kva.Tegangan menengah tersebut diturunkan dengan transformator menjadi tegangan
rendah 220 V untuk penerangan dan 380 V untuk peralatan besar seperti mesin, pompa,
dll.
Setelah menjadi tegangan rendah kemudian disalurkan ke panel-panel melalui alat
pengatur tegangan yaitu stabilisator .dari panel utama/ main distribution panel,
disalurkan ke panel-panel pembagi yang terdapat di setiap lantai sesuai kebutuhan.
Syarat peletakan ruang panel adalah ruang-ruang harus diletakkan satu garis vertical
untuk menjaga kabel tidak berkelok-kelok.Ruang/ shaft ini harus diberikan aliran udara
yang berguna untuk mengurangi panas yang dihasilkan oleh tegangan listrik dalam
kabel.
Daya penerangan yang masuk ke dalam panel-panel pembagi/ subpanel terbagi atas
daya langsung yakni untuk lampu penerangan, diffuser AC, sprinkler, fire alarm, smoke
detector, speaker system, dll. Daya tidak langsung digunakan untuk menghidupkan
peralatan-peralatan seperti computer, TV, dll. Sistem daya pada bangunan harus
diperhitungkan dengan matang dan terkoneksi satu sama salin karena semua kegiatan
operasional pada bangunan memerlukan listrik sebagai sumber dayanya.
Besaran daya pada suatu bangunan dapat dihitung secara keseluruhan dari rencana
peruntukkan dan peralatan/ bahan yang digunakan. Contoh perhitungan sederhana
kebutuhan daya listrik sebagai berikut:

39
LAPORAN KP

Suatu ruangan kantor dengan ukuran 20x20 m2 dengan ketinggian langit-


langit2,80 m. direncanakan memakai lampu TL-36 watt dengan kekuatan
penerangan €=500 lux. Dari tabel untuk TL 36 watt, besar lumen=36x75=2.700
lumen (Qlampu). Diasumsikan CU=50%, LLF=0.7%, maka diperoleh:

1. Jumlah lampu
= E x A
Qlampu x CU x LLF
500 x 400
2700 x 50% x 0.7
200000
945
211.6402 212 buah
2. Jumlah daya
= Jumlah lampuxdaya lampux1.2 (koefisien)
212 x 36 x 1.2 koefisien
9158.4 watt
3. Stop kontak 10-20 m2 diperlukan 1 stop kontak dengan kapasitas 500 watt
= 400 x 500 10000 watt
20
Jumlah daya 19158.4 watt
Rata-rata/m2 penerangan 19158.4 watt 47.896 watt/m2
400 m2

Selain bersumber dari PLN, bangunan tinggi membutuhkan generator sebagai sumber
listrik cadangan.Generator adalah alat pembangkit listrik dengan sumber bahan bakar
diesel dalam skala kecil.Listrik yang dihasilkan dari perputaran mesin generator tidak
dapat stabil, oleh karena itu perlu alat pengatur tegangan/ stabilisator.Genzet dapat
bekerja otomatis apabila listrik dari PLN padam.
Ruang genzet biasanya terletak di basement.Ruang-ruang panel dan ruang stabilisator
sedekat mungkin dengan ruang genzet. Karena menghasilkan asap dari pembakaran
minyak diesel, maka ruang genzet sedekat mungkin dengan ruang luar agar, asap dapat
dialirkan melalui cerobong ke ruang luar.
Dinding ruang genzet harus tebal dan kuat agar bisa meredam suara yang dihasilkan
mesin genzet.Lantai harus terbuat dari beton bertulang dan disekeliling bantalan lantai
terdapat peredam getaran.Lantai tidak boleh tergenang air.Tangki solar dapat diletakkan
di dalam tanah di bawah genzet.

40
LAPORAN KP

Pencahayaan dan Penerangan pada Awana Condotel


Pencahayaan dan penerangan pada Awana Condotel terbagai atas pencahayaan alami
melalui sinar matahari.Cahay matahari dimasukkan ke dalam bangunan melalui jendela-
jendela yang ada di setiap ruangan.Dimensi jendela berbeda-beda, material jendela
adalah rangka aluminium dan daun jendela material kaca.
Cahaya alami dalam ruangan/ unit hunian melalui jendela cukup tersedia, sedangkan
pada koridor penghubung kamar kurang cahaya dari sinar matahari.

Gbr. 3.51 Suasana cahaya matahari pada ruang tidur dan pada koridor

Pencahayaan dan penerangan buatan bersumber dari PLN dan Generator sebagai
cadangan.Sumber daya dari PLN maupun generator dikelola dalam ruang panel utama
yang terletak di basement.Dari ruang panel ini, listrik didistribusikan ke titik-titik
penggunaan yakni untuk pompa, lift/ elevator, peralatan elektronik dan untuk system
pencahayaan baik dalam ruangan maupun luar ruangan. Jenis kabel yang digunakan
kabel NYA dengan type bervariasi sesuai tegangan dan peruntukkan kabel tersebut.
Pada unit hunian, kabel-kabel listrik terkoneksi ke dalam MCB yang terdapat dalam
masing-masing kamar.

Gbr. 3.2 Jenis Kabel dan Box MCB dalam kamar

41
LAPORAN KP

Gbr. 3.5 Pipa conduit dan jaringan kabel tray

Gbr. 3.5 Pemasasangan conduit di bawah plat lantai dan di dalam tembok.

Jenis lampu yang digunakan ada beberapa jenis, sesuai peruntukkan ruang
sebagai berikut:
Ruang Jenis Lampu Kapasitas Jumlah
Basement V Shape/ TL 2x36 watt/ titik Gbr rencana
Lantai Dasar Downlight Outbow 11 watt Gbr rencana
Parkiran PLCE warm white
Lantai Dasar Downlight PLCE 11 watt Gbr rencana
Koridor Lobby warm white
dan Lounge
Lantai Dasar Downlight PLCE cool 18 watt Gbr rencana
Lobby dan Lounge day light
Lantai 1
Area Dapur RM acrylic cover 2x36 watt/ titik Gbr rencana

42
LAPORAN KP

Area coffeshop Downlight PLCE 11 watt Gbr rencana


dan koridor warm white
Metting room Downlight PLCE cool 18 watt Gbr rencana
day light
Lantai 2 dan
seterusnya
Koridor hunian Downlight PLCE 11 watt Gbr rencana
warm white
KM/ WC dan Downlight PLCE 11 watt Gbr rencana
koridor kamar warm white
Ruang tidur Downlight PLCE cool 18 watt Gbr rencana
day light
Wall lamp warm white 11 watt Gbr rencana
Tangga Barret circular 22 watt Gbr rencana
Lampu taman Warm white 18 watt Gbr rencana

Gbr. 3.5 Penempatan lampu di unit apartemen/ hunian


Generator sebagai sumber daya cadangan ditempatkan di ruang
basement.Generator yang disiapkan terdapat 2 unit.Landasan generator dibuat
lebih tinggi dari lantai sekitar 20 cm. Letak ruangan bersebelahan dengan ruang
panel dan di pinggir bangunan sehingga berhubungan dengan udara luar.

Gbr. 3.5 Ruang generator dan generator di basement.

43
LAPORAN KP

3.7 Intalasi TV Terpusat/ MA TV


Instalasi TV yang dipergunakan pada bangunan ini adalah TV terpusat, dimana
receiver terletak di ruangan receiver pada lantai dasar.Melalui receiver, jaringan
didistribuskan ke penerima melalui ruang ME yang terletak bersebelahan dengan ruang
receiver.Distribusi vertical melalui shaft dan horizontal pada koridor melalui kabel tray.
Semua iinstalasi menggunakan kabel coaxial RG 6 dan RG 11 dalam pipa PVC high
impact 20 mm. Pemasangan pipa PVC bersamaan dengan pemasangan pipa conduit
lainnya untuk jaringan listrik dan telpon.

Gbr. 3.5 kabel coaxial diinstal dalam pipa dengan klem warna kuning.

44
LAPORAN KP

Diagram skematik MATV sebagai berikut:

Gbr. 3.6 Sistem jaringan MATV

Prinsip Kerja;
Siaran TV diterima oleh antenna parabola yang terletak di lantai atap, dari antenna
parabola disalurkan dengan kabel coaxial menuju head end yang terletak di ruang
sekuriti lantai dasar. Dari head end disalurkan ke amplifier output. Siaran dari tv
berlangganan/ provider lain dapat disalurkan juga ke amplifier out put. Dari amplifier
output, siaran disalurkan melalui coupler/ spliter yang erdapat di setiap lantai sebagai
pembagi, dari spliter, siaran disalurkan ke indoortabdan dari indoor tab disalurkan ke
outlet MATV pada masing-masing ruangan.Kabel RG 11 dipakai sebagai penyalur antar
spliter, sedangkan dari spliter ke indoor tab dan outlet menggunakan RG 6.

45
LAPORAN KP

3.8 Sistem Tata Suara


Sistem tata suara merupakan fasilitas kelengkapan bangunan.Tata suara dapat berupa
background music dan announcing system (public addres) sebagai pengisi keheningan
atau pengumuman-pengumuman tertentu.System suara juga diperuntukkan sebagai
evakuasi pada saat terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Peralatan dari system
tata suara terdiri dari microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker, speaker selector
witch, volume control, sound system terminal box, dll
Skema system tata suara pada Awana Condotel, sebagai berikut:

Gbr. 3.6 Sistem jaringan tata suara

Sistem suara terdiri terbagi atas, system suara untuk background music dan system
suara untuk announcing system. System suara untuk background music hanya pada
koridor, sedangkan untuk announcing dan evacuasi speaker ditempatkan pada ruang unit
apartemen dan koridor, ruang basement dan lantai dasar. Pada masing-masing lantai
terdapat sound system terminal box sebagai pembagi system suara ke speaker-speaker
untuk fungsi background music.
46
LAPORAN KP

SPEAKER PLAFOND
UNTUK ANNOUNCE

SPEAKER PLAFOND
UNTUK MUSIC

SSTB UNTUK
SPEAKER MUSIC

Gbr. 3.6 Denah speaker pada lantai hunian

KABEL SPEAKER
ANNOUNCE

Gbr. 3.6 Instalasi pipa dan kabel tata suara announce


SPEAKER
ANNOUNCE PADA
PLAFOND

Gbr. 3.6 Speaker announce yang terpasang di koridor ruang tidur

47
LAPORAN KP

3.9 Sistem Penangkal Petir


Pengamanan bangunan gedung bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu
dilakukan dengan memasang suatu system peralatan penangkal pertir pada puncak
bangunan tersebut. System penangkal petir yang bisa digunakan pada bangunan tinggi
antara lain:
1. Sistem Konvensional/ Franklin
Pada system ini terdiri dari batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang pada
bagian paling atas bangunan dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju
elektroda yang ditanamkan dalam tanah. Pada batang elektroda pentanahan dibuat
bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan.System ini cukup
praktis dan berbiaya murah, tetapi jangkauannya terbatas.
2. System Sangkar Faraday.
System ini hamper sama dengan system konvensional tetapi dapat dibuat memanjang
sehingga jangkauannya menjadi luas. Biaya lebih mahal dan secara estetika dapat
mengurangi keindahan tampilan eksterior bangunan.
3. Sistem Radioaktif atau Semi-Radioaktif/ System Thomas
System ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar.Pemasangan tidak perlu
tinggi karena system paying yang digunakan dapat melindunginya.Bentangan
perlindungan cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu
tempat penangkal petir.Titik puncak/ kepala dari penangkal petir dihubungkan
dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat pentanahan yang berair.

Gbr. 3.7 sistem penangkal petir Semi Radioaktif/ Thomas

48
LAPORAN KP

Sistem penangkal petir yang terpakai di Awana Condotel adalah system semi
radioaktif atau yang dikenal juga dengan system radius.Sistem ini dirancang untuk
memproteksi bangunan dalam radius 175 m dari titik penempatan penangkal petir.

Gbr. 3.8 Radius proteksi penangkal petir

Bagian-bagian penangkal petir sebagai berikut:


Tiang penunjang penyalur petir dari pipa GIP;
Tiang ini memiliki tinggi sekitar 10 m terbuat dari pipa GIP 3, 2 dan 1 “.
Pangkal pipa terpasang head lightning protector dan pangkal pipa terkonstruksi pada
lantai dan balok lantai atap. Ujung pipa terpasang Head lightning protector “flash
vectron FV.6”

Gbr. 3.8 Tiang penunjang penyalur petir

49
LAPORAN KP

Penyalur tegangan petir berupa Kabel NYY 1x70mm2 dan Kabel BC 50 mm2
Bak kontrol pentanahan petir dan Besi copper rod dia. 25 mm untuk penyalur
tegangan ke tanah.

Sistem k

Gbr. 3.8 Kabel BC 50 dikoneksikan dengan pembesian gedung

Gbr. 3.8 Detail bak kontrol pentanahan petir dari kabel NYY 70 mm ke copper rod
Prinsip kerja:
Petir yang menyambar head lightning protector diteruskan ke bak kontrol pentanahan
melalui kabel NYY 70 mm. Dari bak kontrol tegangan direduksi melalui copper rod ke
tanah dan system grounding yang terhubung dengan struktur bangunan melalui kabel BC
50 mm. System grounding melalui sumur grounding petir dengan tegangan max 5 Ω.

50
LAPORAN KP

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan kerja praktek ini sangat berguna dan bermanfaat karenabanyaknya ilmu
dan pengalaman berharga yang didapat di Proyek Pembangunan Awana Condotel
Yogyakarta.Setelah menyelesaikan kerja praktek ini maka dapat diambil
beberapakesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kerja praktek memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi
mahasiswa khususnya di bidang system utilitas bangunan tinggi.
2. Manajemen proyek baik tenaga kerja, material dan bahan pada Proyek Awana
Condotel tidak berjalan optimal sehingga terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. System utilitas pada proyek Awana Condotel telah direncanakan dengan baik dan
terkonstruksi sesuai gambar rencana dan syarat.

4.2 Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan pengalaman selama kerja praktek
antara lain:
1. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan kerja prakter agar lebih proaktif dalam
menggali dan mengkaji materi kerja praktek karena keterbatasan waktu kerja praktek
menyebabkan tidak semua hal yang akan diamati selesai terkonstruksi di lapangan.
2. Bagi pihak manajemen proyek agar lebih memperhatikan manajemen pelaksanaan
pekerjaan terutama pada pengadaan tenaga kerja sehingga pekerjaan dapat terlaksana
sesuai jadwal yang direncanakan.

51

Anda mungkin juga menyukai